Ramaikan Layanan EWA, Halofina Hadirkan “Halogaji” untuk Karyawan Perusahaan

Daftar startup yang merambah segmen earned wage access (EWA) di Indonesia terus bertambah, kali ini giliran Halofina yang menghadirkan Halogaji. Sejatinya, solusi ini sudah hadir sejak Agustus 2021 dan mulai menjadi fokus utama perusahaan. Hal tersebut terlihat dari seluruh sumber daya dialihkan untuk pengembangan Halogaji, ketimbang aplikasi Halofina yang diketahui sudah lama tidak ada pembaruan teranyar baik di App Store dan Play Store.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana menjelaskan, ketertarikan perusahaannya untuk merintis Halogaji terlihat dari fakta bahwa saat ini masih banyak segmen masyarakat yang berjuang mengatasi cash flow harian. Tak jarang berakibat membuat mereka terpaksa untuk mengambil pinjaman ke lembaga non-bank dengan bunga tinggi.

“Kita melihat segmen ini besar dan jadi sesuatu yang perlu kita berikan solusi. Berdasarkan riset internal kami, EWA bisa jadi salah satu opsi yang bisa bantu cash flow dan menghindari orang dari pinjaman berbunga tinggi,” paparnya.

Sama seperti startup EWA lainnya, akses pencairan gaji lebih awal ini diperuntukkan buat karyawan yang sudah didaftarkan oleh perusahaan. Setiap penarikan tidak akan dibebankan dengan bunga, melainkan biaya administrasi. Diferensiasi yang mencolok dari Halogaji adalah penerapan konsep syariah untuk seluruh prosesnya, mulai dari akad hingga sumber dana.

“Karyawan bisa melihat saldo balance yang mencerminkan sudah berapa hari kerja yang sudah dijalankan. Kemudian, bisa tarik gajinya lewat aplikasi. Sumber dana bisa dari perusahaan atau pihak ketiga dari Halogaji yang memberikan talangan dana jangka pendek.”

Tidak disebutkan jumlah pengguna Halogaji saat ini. Namun, Adjie menyebutkan pertumbuhan bisnisnya naik 130% secara bulanan sejak pertama kali diluncurkan. Target penggunanya tidak terbatas dari kelas ekonomi manapun. Meski saat ini perusahaan membidik karyawan dari kalangan ekonomi menengah-bawah, ke depannya akan memperluas ke menengah-atas lewat fitur Tabungan Pintar.

Langkah ini sekaligus menjadikan Halogaji tak lagi sebagai EWA saja, tapi sebagai employee financial wellness karena mendorong orang untuk rutin menabung yang terintegrasi langsung dengan gajinya. Pengguna bisa memperoleh keuntungan finansial sampai empat kali lipat bila dibandingkan dengan bunga deposito bank.

“Jadi tidak hanya dengan EWA untuk dana darurat, karyawan bisa membangun kebiasaan menabung lebih baik lewat fitur terbaru yang akan kami rilis pada akhir kuartal I ini.”

Ia meyakini potensi pertumbuhan EWA di Indonesia akan jauh lebih pesat dari sekarang, mengingat populasi pekerja menengah-bawah yang besar. Kondisi tersebut terefleksi dengan kondisi yang sama di pasar global, pemain EWA juga ikut membludak melihat populasi pekerja yang terus bertumbuh. Oleh karenanya, agar EWA terus sejalan dengan kebutuhan para pengguna, Adjie melihat kunci utamanya adalah membangun ekosistem.

“Dengan bangun ekosistem, yang mana kebutuhan pembayaran dan pembelian barang dan jasa bisa terintegrasi, sehingga lebih memudahkan penggguna dalam menggunakan alokasi gajinya untuk kebutuhan sehari-hari.”

Rencanakan putaran dana baru

Dengan lini barunya tersebut, Halofina berencana untuk membuka penggalangan dana segar agar lebih ekspansif membangun produknya. “Masih belum pastikan skemanya, tapi rencananya akhir kuartal I ini akan fundraising lagi.”

Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan pada 2019. Putaran tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia, dengan partisipasi dari Finch Capital, Plug and Play Asia Pacific, dan Rekanext.

Bila dilihat secara historis, pemain EWA memang baru hadir di Indonesia semenjak pandemi. Keseluruhan pemain telah mengantongi pendanaan segar dari investor. Berikut daftar lengkapnya:

Startup EWA di Indonesia

Application Information Will Show Up Here

Alternatif Menuju Kemandirian Finansial Lewat Aplikasi Pencatatan Keuangan Pribadi

Pengetahuan mengelola keuangan dulu memang tidak diajarkan di sekolah, namun memiliki pengetahuan dasar keuangan pribadi, seperti perencanaan keuangan, tabungan dan investasi, dan manajemen utang adalah rangkaian penting menuju keuangan sehat. Setiap orang punya ambisi untuk mencapai hal tersebut, apalagi setiap momentum awal tahun.

Belakangan perangkat berbasis digital membantu pengetahuan dasar tersebut makin banyak bermunculan, seiring meningkatnya penetrasi internet dan literasi finansial. Jumlah pengguna aplikasi wealthtech terus meningkat semenjak pandemi melanda dan berhasil melontarkan Ajaib sebagai startup unicorn.

Kepopuleran wealthtech mendorong kemunculan tren kehadiran aplikasi pencatatan keuangan pribadi. Istilah lain yang sering digunakan untuk mengategorikannya adalah manajemen keuangan pribadi (personal finance) atau budget tracking. Esensinya tetap sama.

Sebelumnya, fitur ini umum hadir sebagai nilai tambah aplikasi wealthtech atau keuangan digital untuk mengatur alokasi investasi dalam mencapai tujuan tertentu, misalnya dana pensiun, dana pendidikan, dana pernikahan, dan sebagainya.

Pendekatan yang diambil para pengembang aplikasi semacam ini adalah mempermudah pengguna melacak pengeluaran dan memantau keuangan mereka di beberapa akun secara sekaligus dengan menautkan akun keuangan. Berikutnya informasi tersebu akan dikategorikan untuk menunjukkan dengan tepat ke mana uang pengguna pergi.

Aplikasi ini juga dikenal sebagai agregator keuangan karena mereka menggabungkan atau menyatukan laporan keuangan, mulai dari tagihan, rekening bank, dan kartu kredit dalam satu tempat. Di tahap lebih lanjut, aplikasi ini dapat mencakup perencanaan keuangan, pajak, analisis portofolio investasi, pemantauan kredit, dan masih banyak lagi.

Contoh terdekat yang populer di pasar global adalah Money Lover, Mint, Goodbudget, YNAB (You Need a Budget), PocketGuard, dan masih banyak lagi. Aplikasi tersebut bahkan sudah merambah untuk kebutuhan yang lebih spesifik, misalnya pengelolaan keuangan untuk melacak pengeluaran, menjaga anggaran, permudah berhemat, keluar dari utang, dan untuk pekerja lepas.

Meski banyak variasi istilah, golnya hanya satu: membantu mengarahkan pengguna menuju kemandirian finansial.

Aplikasi jenis ini mulai bermunculan di Indonesia, di antaranya Finansialku, Sribuu, Pay Ok, PINA, Finoo, Moni, Xettle, Finku, Neu (Fazz Financial Group). Sebagian dari mereka sudah mengantongi kepercayaan dari investor dalam bentuk perolehan dana segar.

Tidak hanya aplikasi pencatatan keuangan UMKM saja yang marak hadir karena menyimpan potensi digitalisasi yang besar. Aplikasi sejenis yang menargetkan perorangan juga punya potensi yang tak bisa dianggap remeh.

Mengutip data OJK, berdasarkan hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan di 2016, baru sekitar 29,7% masyarakat yang paham mengenai keuangan. Sementara itu, hanya 12,6% masyarakat yang telah memiliki perencanaan keuangan. Lebih lanjut, terdapat 67,8% masyarakat yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 29,7% masyarakat yang well literate.

Hal ini menunjukkan banyak masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Survei tersebut juga menunjukkan tujuan keuangan masyarakat didominasi dengan tujuan jangka pendek untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Hanya 12,6% yang telah mempersiapkan pendidikan anak dan hanya 6,3% yang memiliki tujuan keuangan untuk persiapan pensiun.

Co-founder dan CEO Moni Ahmad Faiz Nasshor (Faiz) menjelaskan, ada dua hal yang menjadikan aplikasi pengelolaan keuangan pribadi menjadi booming di Indonesia. Pertama, karena pandemi yang mengakibatkan orang semakin mawas diri terhadap pentingnya mengatur keuangan pribadi.

“Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya jumlah investor ritel kita dan juga semakin banyaknya jumlah akun-akun di media sosial yang berbagi tentang keuangan pribadi,” ucapnya Faiz saat dihubungi DailySocial.id.

Kedua, didukung adopsi transaksi digital yang meningkat. Dia bilang, lima tahun lalu mayoritas pengeluaran kemungkinan masih menggunakan uang tunai, tetapi hal tersebut mulai bergeser ke transaksi digital seiring dengan munculnya platform digital seperti e-commerce, ride hailing, dan yang paling terpenting adalah e-wallet.

“Adanya pergeseran ini mengakibatkan munculnya potensi untuk pencatatan otomatis, yang sebelumnya masih sangat sulit untuk dilakukan karena pengeluaran masih menggunakan metode cash.”

Moni dirintis untuk memudahkan proses pencatatan keuangan, dengan fitur utama berupa pencatatan transaksi secara otomatis. Agar proses pencatatan otomatis dapat dilakukan, Moni menggunakan tiga sumber data, yakni notifikasi ponsel, notifikasi email, dan sambungan langsung ke akun bank/e-wallet.

Sejauh ini ada 25 daftar produk yang telah Moni dukung beserta dengan sumber data yang digunakan, sebagian besar dari aplikasi perbankan, e-money, dan e-commerce. Beberapa di antaranya adalah BCA Internet Banking (akun bank dan e-wallet), Jenius (notifikasi email), GoPay (akun bank dan e-wallet), Grab (notifikasi email), dan Tokopedia (notifikasi email).

Fitur lainnya yang tersedia di Moni adalah Transfer (permudah top up/tarik tunai/transfer untuk pencatatan yang jadi lebih akurat) dan Saldo (monitor berbagai saldo e-wallet dari aplikasi Moni). Sejauh ini Moni belum melakukan monetisasi. Seluruh fiturnya dapat digunakan secara gratis.

Diklaim Moni memiliki ribuan pengguna dengan pertumbuhan pengguna baru hingga tiga kali per bulan dan jumlah transaksi yang tercatat lebih dari 10 kali lipat.

Di situsnya, pihak Moni mengklaim tidak menyimpan data password akun bank dan e-wallet pengguna. Perusahaan hanya menyimpan data email dari aplikasi yang telah disetujui pengguna. Untuk perlindungan data sensitif, layanannya diklaim terenkripsi dengan menggunakan enkripsi AES 256-bit yang biasa digunakan di perbankan dan militer.  Moni telah terdaftar di PSE Kominfo.

Fitur-fitur yang disediakan aplikasi perencanaan keuangan / DailySocial

Tidak geser peran perencana keuangan

Kendati aplikasi sejenis Moni ramai bermunculan, muncul pertanyaan apakah aplikasi saja cukup untuk menemani perjalanan keuangan pribadi seseorang. Co-founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menuturkan, kondisi tersebut justru menambah alternatif bagi konsumen dalam mengelola keuangannya.

“Mungkin ada area [aplikasi] budgeting, financial planning, investment, dan sebagainya yang sebenarnya satu sama lain itu saling melengkapi, sebab ada yang kurang atau lebih. Lalu apakah tetap butuh financial planner? Enggak semua orang butuh yang kehadiran personal based [financial planner], yang terpenting adalah implementasi dari financial planning itu sendiri,” terangnya.

Dia melanjutkan, dalam mengimplementasikan perencanaan keuangan itu banyak caranya. Ada yang butuh penasihat, baca-baca dari artikel, atau pakai tools tertentu yang dapat membantu konsumen.

“Jadi secara umum kegiatan managing cash flow, doing financial planning, investment planning, portofolio management adalah unsur-unsur yang tidak hanya di-provide oleh satu perusahaan saja, tapi bisa jadi satu user pakai multiple product at the same time.”

Halofina merupakan salah satu startup yang menyediakan perencanaan keuangan, investasi, dan konsultasi berbasis aplikasi. Terdapat FINADVISOR untuk kemudahan perencanaan keuangan dan investasi dengan pilihan produk investasi terbaik yang telah dikurasi oleh pakar keuangan berpengalaman. Underlying kelas aset yang terdapat di Halofina adalah reksa dana (kerja sama dengan Tanamduit) dan emas dari Indogold.

Kemudian, FINACONSULT untuk konsultasi keuangan langsung dengan konsultan keuangan bersertifikat seputar perencanaan keuangan, pengelolaan uang, pengelolaan utang, atau perencanaan investasi untuk tujuan keuangan jangka panjang. Fitur ini hadir berkat kerja sama dengan ZAP Finance.

Founder dan CEO Finansialku Melvin Mumpuni juga mengutarakan hal yang sama. Ia bilang aplikasi perencanaan keuangan justru membuka segmen pengguna baru, yang masalahnya cukup terselesaikan lewat aplikasi. “Beberapa kasus memang bisa diselesaikan dengan aplikasi, namun kasus-kasus yang cukup complicated, perlu penangan khusus dari financial planner,” kata Melvin.

Untuk menggarap segmen baru tersebut, kini aplikasi Finansialku ditenagai dengan fitur teranyar Brangkas. Fitur ini bertugas membantu pengguna agar semakin disiplin mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran dari transaksi bank. Dengan demikian, pengguna dapat rutin melakukan evaluasi setiap bulannya dan mengetahui setiap kebocoran-kebocoran keuangannya. Brangkas hadir berkat kerja sama dengan startup open finance Brankas.

Terhitung, ada empat bank yang telah terintegrasi dengan fitur Brangkas, yakni BCA, BRI, Bank Mandiri, dan BNI. Tak hanya itu, terdapat fitur pendukung lainnya, yakni Financial Check Up dan Perencanaan Keuangan. “Sebagai bukti komitmen Finansialku terhadap perlindungan konsumen, maka Finansialku sudah melakukan sertifikasi ISO27001 yang berkaitan dengan keamanan data,” tambah CTO Finansialku Alvin Augusto Saputra.

Untuk memperkuat pernyataan Adjie dan Melvin, Faiz menambahkan sebenarnya perjalanan dalam merencanaan keuangan bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam semalam, karena ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kondisi seseorang. Seorang perencana keuangan dapat memberikan saran yang sangat detail untuk setiap pengguna.

Kehadiran Moni, sambungnya, tidak untuk menggantikan peran perencana keuangan. Justru sebagai pelengkap dan membantu mereka. Aplikasi pencatatan keuangan pribadi dapat membantu pengguna dalam memantau pengeluaran dan aset yang mereka miliki secara lebih mudah untuk mencapai tujuan finansial yang diinginkan.

“Moni saat ini masuk di tahap awal perencanaan keuangan, di mana sebelum melakukan perencanaan keuangan, user seharusnya mengetahui cashflow keuangan mereka. Dengan proses pencatatan keuangan otomatis yang dilakukan Moni, cashflow dapat diketahui dengan lebih mudah, sehingga user dapat mengetahui langkah apa saja yang selanjutnya dapat mereka lanjutkan,” kata Faiz.

Sumber diolah / DailySocial

Sebagai bagian perjalanan edukasi keuangan, perjalanan aplikasi perencanaan keuangan ini masih baru. Adjie bilang, semakin banyaknya pemain di berbagai sektor fintech membuat awareness terhadap alternatif produk keuangan menjadi terus bertumbuh, terutama anak muda yang cenderung eksploratif.

“Tantangannya justru bagaimana meningkatkan literasi dan edukasi itu sendiri agar penggunaan produk-produk tersebut bisa disertai dengan pemahaman terkait fundamental perencanaan keuangan, sehingga mereka bisa mendapat manfaat yang maksimal dari produk tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Adjie.

Faiz meyakini Moni dapat menyandingi aplikasi sejenis dari luar negeri yang bisa digunakan di Indonesia, bahkan mampu lebih baik. Tantangannya tinggal bagaimana mengubah persepsi orang mengenai hal tersebut.

“Visi kami masih sama, yakni membantu pengguna untuk mengelola keuangan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Untuk itu kami terus menambah produk-produk yang terintegrasi dengan Moni. Selain itu, kami juga sedang melakukan beberapa eksperimen sebagai sumber revenue,” tutupnya.

Halofina Introduces Online Financial Consulting Feature “Finaconsult”

The digital financial planner startup Halofina released the Finaconsult feature to facilitate users to choose and connect with certified financial planners. This feature was developed with ZAP Finance, a financial planning consulting firm.

In an online press conference (17/8), Halofina‘s Co-Founder and CEO Adjie Wicaksana explained that digital financial planners are increasingly on-demand, especially in the current pandemic situation.

“We built a platform to help users start financial planning early and easily, cheap also quickly,” Adjie said.

Moreover, users can access Finaconsult by choosing a professional financial planner who also certified as CFP (Certified Financial Planner) from the Financial Planning Standards Board (FPSB). Each of these professionals has a specialization and users can pick out accordingly to their preference. The consulting fee starts from IDR 250 thousand per session.

In terms of the process, Finaconsult offers three models of financial consulting services, debt management, money management, and financial condition analysis. The output of this consultation is a report, users can get various insights from the analysis of their financial condition and practical recommendations for developing this financial condition, for example related to investment, which will be written in the report.

For user who is ready to implement the investment recommendations in their financial condition analysis reports, Halofina is also integrated with mutual fund product services Tanamduit as an APERD agent and gold purchasing services from Indogold. Both already have official permission from the relevant authorities. In a general note, Halofina has registered with the OJK as IKD.

Security guarantee

Adjie mentioned, each user will select a module and required to input some data, confidentiality maintained, which is then processed by Finaconsult in three working days to produce a report sent to the user.

“We guarantee the confidentiality of users’ personal data as much as possible by not providing any personal data to consultants and partners. The data provided by users is only used for the purposes of analyzing financial conditions and providing recommendations regarding the results of the analysis. ”

To date, the company has curated financial planners who have joined Finaconsult, also ZAP Finance certified. In total, there are eight professionals. They all have their own expertise and experience.

ZAP Finance CEO and Principal Consultant Prita Ghozie added that Finaconsult’s list of consultants is available for users through the FPSB database. This is an institution that certifies the financial planning profession globally which is also recognized by the National Professional Certification Agency (BNSP).

“One thing we are not, is we do not receive money from clients to manage it because it requires a license by the investment manager. When it comes to selling or buying share recommendations, it is in the realm of investment advisers,” he explained.

He continued, “Finplan has a more holistic scope of work not only about investing, but also learning about cash flow, loans, and how to direct existing instruments to achieve user goals and how to mitigate them if there is a risk”.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Halofina Rilis “Finaconsult”, Fitur Konsultasi Keuangan Online

Startup digital financial planner Halofina merilis fitur konsultasi keuangan Finaconsult untuk permudah pengguna memilih dan terhubung dengan perencana keuangan tersertifikasi. Fitur ini dikembangkan bersama ZAP Finance, perusahaan konsultasi perencanaan keuangan.

Dalam konferensi pers yang digelar secara online kemarin (17/8), Co-Founder dan CEO Halofina Adjie Wicaksana menjelaskan kebutuhan untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan secara digital semakin penting, terlebih dalam kondisi pandemi yang masih berlangsung.

“Kami bangun platform untuk membantu para pengguna yang ingin mulai masuk ke perencanaan keuangan dan dapat dapat terhubung secara mudah, murah, dan cepat,” ujar Adjie.

Dijelaskan lebih jauh, pengguna dapat mengakses Finaconsult dengan memilih perencana keuangan profesional yang sudah tersertifikasi CFP (Certified Financial Planner) dari Financial Planning Standards Board (FPSB). Masing-masing perencana ini memiliki spesialisasi dan pengguna dapat memilih sendiri sesuai kebutuhan. Biaya yang dipatok dimulai dari Rp250 ribu per sesi.

Untuk proses konsultasinya, Finaconsult menawarkan tiga model layanan konsultasi keuangan, yaitu pengelolaan utang, pengelolaan uang, dan analisa kondisi keuangan. Output dari hasil konsultasi ini adalah suatu laporan, pengguna bisa memperoleh berbagai insight dari analisis terhadap kondisi finansialnya dan rekomendasi praktis untuk mengembangkan kondisi finansial tersebut, misalnya terkait investasi, yang dituliskan dalam laporan tersebut.

Bagi pengguna yang ingin menjalankan rekomendasi investasi dalam laporan analisis kondisi keuangannya, Halofina sudah terintegrasi dengan layanan pembelian produk reksa dana melalui Tanamduit selaku agen APERD dan layanan pembelian emas dari Indogold selaku partner. Keduanya sudah memiliki izin resmi dari otoritas terkait. Pun demikian Halofina yang terdaftar di OJK sebagai IKD.

Jaminan keamanan

Adjie menerangkan, setiap pengguna akan memilih modul dan diminta memasukan sejumlah data, dengan kerahasiaan terjaga, yang kemudian diolah oleh Finaconsult dalam tiga hari kerja untuk menghasilkan laporan yang dikirimkan ke pengguna.

“Kami menjamin kerahasiaan data pribadi pengguna semaksimal mungkin dengan tidak memberikan data pribadi apapun kepada konsultan dan partner. Data yang diberikan pengguna hanya digunakan untuk kebutuhan analisis kondisi keuangan dan pemberian rekomendasi terkait hasil analisis tersebut.”

Sejauh ini, para perencana keuangan yang bergabung ke Finaconsult sudah terkurasi oleh perusahaan dan ZAP Finance. Totalnya ada delapan orang. Mereka semua punya jam terbang dan spesialisasi masing-masing.

CEO dan Principal Consultant ZAP Finance Prita Ghozie menambahkan, daftar konsultan Finaconsult dapat dicek secara mandiri oleh pengguna dalam database FPSB. Ini adalah lembaga yang mensertifikasi profesi perencana keuangan secara global yang juga diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

“Yang kita enggak kerjakan, kita enggak terima uang dari klien untuk dikelola karena itu butuh lisensi sendiri yang dikerjakan oleh manajer investasi, kalau bicara rekomendasi saham jual atau beli itu ada di ranahnya penasihat investasi,” terangnya.

Dia melanjutkan, “Finplan punya ruang lingkup kerja yang lebih holistik bukan cuma soal investasi, tapi juga belajar soal arus kas, pinjaman, dan bagaimana mengarahkan instrumen yang ada untuk mencapai tujuan pengguna dan cara mitigasinya seperti apa kalau ada risiko”.

Application Information Will Show Up Here

Pandemic and The Increasing Awareness of Financial Planning

Life pressures and current economic conditions have influenced people to start planning their financial decisions. Starting from using emergency funds to cutting expenses.

As a digital financial planning platform, Halofina decided it is the right time to educate the public, aiming to increase financial literacy in the country. DailySocial invited Halofina’s Founder & CEO, Adjie Wicaksana in the #SelasaStartup session the first week of August 2020.

Efforts to increase awareness

OJK recorded the percentage of Indonesian people’s financial literacy in 2019 experienced a significant increase of 38%. This number is certainly an achievement compared to the previous 3 years at only 29%. Even though it has increased, Adjie said this number is quite far behind other neighboring countries with a fairly good amount of financial literacy among the community, around 70% and above.

What is quite a challenge, is not only the large size of Indonesia’s population compared to other neighboring countries, but also a trust issues among the public, related to digital financial products.

“Therefore, the productive age is shown as an ideal target market for a digital financial planning platform. Halofina offers products and services, in this case financial planning,” Adjie said.

Even though it’s mainly focused on millennials, adjusting the phase that is ultimately faced by this productive age can increase the number of users who are most familiar with technology or better known as tech-savvy.

“We see that productive age is the largest segment that has been frequently exposed and accustomed to digital products and technological innovations. This has become the focus of Halofina,” Adjie said.

Reducing barrier entry

The main obstacle for most fintech services to offer their products lies in the barrier entry. From lack of trust to product safety and risk factors, which ultimately makes it difficult for fintech platforms in general to acquire users.

“Therefore, it is important for the platform to provide important and legitimate evidence from regulators. As our platform becomes the first listed in the Financial Services Authority’s (OJK Sandbox) Digital Financial Innovation, Digital Financial Planner category,” said Adjie.

Apart from regulatory and legality issues, the platform must also have relevant and on-demand products by the community. In this case, creating a ‘relatable’ product becomes important. In Halofina, financial planning products are what we’ve tried to offer.

“In early July we launched the consulting feature. The main feature is similar to the ones offered by the healthtech platforms, which is consulting with doctors online. However, in Halofina we provide certified financial planners for users to conduct consultations related to investment and financial planning,” said Adjie .

Pandemic and financial planning

In the time of a pandemic, there was a lot of negative news that circulating the daily routine, it was enough to influence most people’s views and decisions. Previously, most millennials don’t really care about their financial management and financial planning, today, Adjie said there has been a significant increase in the community to pay attention to their financial management.

Starting from using the right emergency fund to managing their financial flow. Adjie also mentioned that this opportunity was what Halofina tried to utilize as a relevant platform. Not only on social media accounts and platforms, Halofina tries to provide the right and required education, aiming to increase awareness of the importance of financial management and planning in everyday life.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pandemi dan Peningkatan Kesadaran Perencanaan Keuangan

Tekanan hidup serta kondisi ekonomi saat ini ternyata mempengaruhi kebanyakan orang mengambil keputusan finansial mereka. Mulai dari menggunakan dana darurat hingga memangkas pengeluaran.

Sebagai platform perencana keuangan digital, Halofina merasa ini saat yang tepat untuk memperluas edukasi kepada masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan literasi keuangan di tanah air. Dalam sesi #SelasaStartup minggu pertama Agustus 2020, DailySocial menghadirkan Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Upaya meningkatkan awareness

OJK mencatat tahun 2019 persentase literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar 38%. Jumlah ini tentunya merupakan prestasi tersendiri jika dibandingkan 3 tahun sebelumnya yang hanya 29% saja. Meskipun mengalami kenaikan, namun menurut Adjie, jumlah ini masih kalah jauh dengan negara tetangga lainnya yang telah memiliki jumlah literasi keuangan cukup baik di kalangan masyarakat sekitar 70% ke atas.

Apa yang menjadi tantangan tentunya bukan hanya jumlah populasi Indonesia yang cukup besar dibandingkan negara tetangga lainnya, namun juga rasa kepercayaan atau trust issue yang masih rendah dikalangan masyarakat, terkait dengan produk keuangan digital.

“Dari situ akhirnya terlihat usia produktif merupakan target pasar yang ideal untuk platform perencana keuangan digital, Halofina menawarkan produk dan layanan, dalam hal ini adalah perencanaan keuangan,” kata Adjie.

Meskipun hanya fokus kepada kalangan milenial, namun menyesuaikan fase yang pada akhirnya dihadapi oleh usia produktif tersebut, dapat menambah jumlah pengguna yang kebanyakan sudah terbiasa dengan teknologi atau lebih dikenal dengan tech savvy.

“Kami melihat usia produktif merupakan segmen paling besar yang sudah sering terekspos dan terbiasa dengan produk digital dan inovasi teknologi. Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus dari Halofina,” kata Adjie.

Mengikis barrier entry

Persoalan utama yang masih menjadi kendala kebanyakan layanan fintech untuk menawarkan produknya adalah, barrier entry dari kebanyakan masyarakat untuk mulai mencoba. Mulai dari kurang percaya hingga faktor keamanan dan risiko produk, yang pada akhirnya menyulitkan platform fintech pada umumnya untuk mengakuisisi pengguna.

“Untuk itu penting bagi platform memberikan bukti yang penting dan sah dari regulator. Sebagai platform kami yang pertama telah tercatat di Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK Sandbox) kategori Digital Financial Planner,” kata Adjie.

Selain persoalan regulator dan legalitas, platform juga harus memiliki produk yang relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini menciptakan produk yang ‘relatable‘ menjadi penting. Di Halofina sendiri produk perencana keuangan yang kemudian dicoba untuk ditawarkan kepada target pengguna.

“Awal bulan Juli lalu kami meluncurkan fitur consultation. Fungsinya serupa dengan yang ditawarkan oleh platform healthtech yaitu konsultasi dengan dokter secara online. Namun di Halofina kami menyediakan perencana keuangan yang telah telah tersertifikasi untuk pengguna melakukan konsultasi terkait dengan investasi dan perencanaan keuangan,” kata Adjie.

Pandemi dan perencanaan keuangan

Saat pandemi ketika banyak berita negatif yang mewarnai rutinitas sehari-hari, ternyata cukup mempengaruhi pandangan dan keputusan dari sebagian besar orang. Jika sebelumnya tidak banyak di antara kalangan milenial yang peduli dengan manajemen keuangan dan perencanaan finansial mereka, kini menurut Adjie terjadi peningkatan yang cukup besar dari kalangan masyarakat untuk memperhatikan manajemen keuangan mereka.

Mulai dari menggunakan dana darurat yang tepat hingga mengatur keuangan mereka. Menurut Adjie, peluang ini yang kemudian dicoba untuk dimanfaatkan oleh Halofina sebagai platform yang relevan. Bukan hanya di akun media sosial dan platform, Halofina mencoba untuk memberikan edukasi yang tepat dan dibutuhkan, dengan tujuan meningkatkan awareness pentingnya manajemen dan perencanaan keuangan dalam kehidupan sehari-hari.

Application Information Will Show Up Here

Mengoptimalkan Keikutsertaan Founder dan Startup di Program Inkubator

Program inkubator atau akselerator masih akan relevan saat ini, khususnya bagi startup tahap awal yang tengah memvalidasi bisnisnya. Faktanya banyak pertumbuhan startup dimulai dari sana. Di Indonesia, beberapa nama seperti Payfazz, Halofina, Privy, dan Storial merupakan jebolan dari program tersebut dengan penyelenggara berbeda-beda.

Banyak hal yang bisa jadi “takeaways” bagi founders – tentu ini bukan sekadar berbicara modal awal yang umumnya disalurkan melalui program ini. Untuk memberikan gambaran apa saja yang bisa didapat founder ketika bergabung di program inkubator, DailySocial mencoba mengumpulkan beberapa testimoni dari berbagai sumber.

Mematangkan ide bisnis, peluang kolaborasi awal

Cerita ini datang dari Founder & CEO PrivyID Marshall Pribadi. Program inkubator yang diikutinya adalah Indigo besutan grup Telkom. Ia mengatakan, keterlibatannya di inkubator menciptakan lingkungan yang tepat bagi pengembangan ide dan konsep bisnis startupnya.

“Ide PrivyID ini konsep awalnya berupa digital identity. Dengan platform PrivyID, pengguna tidak lagi harus isi formulir pendaftaran lagi untuk apply apapun, contohnya asuransi, kartu kredit, buka rekening bank, dan lain-lain. Biasanya, setiap kali mendaftar sesuatu, pengguna harus berulang kali mengisi data diri seperti nama, alamat, tanggal lahir, dan sebagainya. Untuk tanda tangannya dapat dilakukan secara digital. Ide seperti ini, di tahun 2015, masih asing,” ujarnya.

Marshall melanjutkan, dengan masuk program inkubator Indigo, PrivyID tidak hanya mendapatkan investasi awal, tetapi juga berhasil memperoleh klien pertama dan ide yang berharga. Saat mentoring, ia mendapatkan saran mengenai username PrivyID yang disusun dari kombinasi 2 huruf inisial nama dan 4 digit nomor telepon genggam.

“Adanya Telkom Indonesia sebagai klien pertama juga membuat PrivyID lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan lain yang ingin memanfaatkan layanannya,” ungkapnya.

Kesuksesan tetap ditentukan oleh founder

Selain pembelajaran dari mentor berpengalaman, keuntungan lain yang bisa didapat dari keikutsertaan startup di program inkubator/akselerator adalah memperluas jaringan ke ekosistem. Penyelenggara program umumnya memiliki platform yang menghubungkan antara startup, investor, atau stakeholder lain yang berpeluang untuk kolaborasi, termasuk dengan sesama startup lain. Hal ini turut dirasakan Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Adjie dan startupnya tergabung di program GK-Plug and Play Indonesia. Menurutnya, manfaat sebuah program pengembangan bisnis seperti ini akan sangat tergantung pada tingkat partisipasi founder. Untuk itu, sebelum memulai program (bahkan mendaftar), pastikan founder punya target capaian yang jelas – apa yang ingin mereka optimalkan melalui program ini. Apakah mencari investor, mendapatkan mentor, mematangkan produk, atau lainnya.

Set our own target expectation. Pada akhirnya, program akselerator adalah sebuah fasilitas. Kita sendiri yang perlu melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kesempatan tersebut. Melakukan goal setting di awal akan membantu kita meraih hasil optimal dari program tersebut,” ujar Adjie.

Mengoptimalkan keikutsertaan

Startup pengembang platform publikasi konten kreatif Storial juga sempat mengikuti program akselerator Skala. Co-Founder & CEO Steve Wirawan mengatakan, keikutsertaannya di program tersebut memberikan banyak pembelajaran, termasuk mengenai pengembangan produk, membangun tim yang efisien, menentukan prioritas, dan perluasan jaringan bisnis. Hadirnya mentor berpengalaman begitu dirasakan manfaatnya.

Always be hungry to learn. Unlearn what you’ve already known, drop all the assumptions that was already built in your mind and re-learn. Selalu memiliki rasa ingin tahu dan minta akses ke banyak network untuk diperkenalkan,” ujar Steve memberikan kiatnya.

Soal effort founder di program inkubator ini juga diamini Marshall. “Jika ingin optimal dalam mengikuti program inkubator, jangan berpikir bahwa dengan masuk inkubator semuanya akan diberikan dari mentor hingga investasi. Inkubator ada untuk menyediakan environment yang sesuai untuk ide bisnis yang dimiliki.”

Founder atau startup sendirilah yang harus bisa tumbuh dan berkembang melalui lingkungan yang disediakan. Selain itu, menurut Marshall, jangan pula meremehkan kebaikan-kebaikan dari orang yang ditemui.

Memilih program yang pas

Makin berkembangnya ekosistem startup di Indonesia – khususnya terkait minat anak muda untuk menjadi founder startup – ditanggapi baik para penyelenggara program inkubator. Para penyelenggara tersebut hadir dari berbagai kalangan, mulai dari korporasi, media, pemodal ventura, hingga institusi lainnya. Latar belakang tersebut kadang memberikan diferensiasi antar program.

Program IDX Incubator yang diprakarsai Bursa Efek Indonesia misalnya, mendesain programnya untuk startup yang berminat go public atau IPO. Beda lagi dengan Mandiri Digital Incubator yang digawangi perusahaan perbankan dan mendampingi startup di bidang keuangan. DSLaunchpad, yang dihadirkan DailySocial, secara khusus memfasilitasi para founder (terutama di luar Jawa) untuk bisa mengikuti program mentorship secara online. Ada juga Simona Ventures yang disajikan khusus untuk founder perempuan.

Meskipun demikian, biasanya memiliki aktivitas-aktivitas umum yang sama, seperti bimbingan dengan pakar dari industri, networking, hingga membagikan sumber daya. Spesialisasi tadi bisa menjadi tambahan pertimbangan founder untuk memilih sebuah program inkubator/akselerator. Apalagi saat ini terbuka akses bagi pelaku startup Indonesia untuk bergabung dengan program global, misalnya Y Combinator, Google Launchpad Accelerator, Surge, dan lain-lain.

Sudah ada sejumlah penyelenggara program inkubator/akselerator startup di Indonesia. Beberapa yang masih aktif di antaranya adalah:

Nama Program Penyelenggara Situs Web
Digitaraya Digitaraya https://digitaraya.com/
DSLaunchpad DailySocial https://dailysocial.id/dslaunchpad
GK-Plug and Play Gan Kapital, Plug and Play Indonesia https:/plugandplaytechcenter.com/indonesia/
GnB Accelerator Pegasus Tech, Infocom Corporation https://gnb.ac/
IDX Incubator Bursa Efek Indonesia http://idxincubator.com/
Indigo Creative Nation Telkom Group http://indigo.id/
Kolaborasi Kolaborasi https://kolaborasi.co/
Mandiri Digital Incubator Mandiri Capital Indonesia https://mandiri-capital.co.id/en/mandiri-digital-incubator/
Skala Innovation Factory, Strive https://joinskala.com/
Simona Ventures Digitaraya http://simona.ventures/
Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara, Kompas http:/skystarventures.com/
Synergy Bank Central Asia https://synrgy.id/
Xcelerate Gojek https://www.gojek.com/gojekxcelerate/

Peran Teknologi Tingkatkan Pengalaman Pengguna Aplikasi Investasi Reksa Dana

Tren investasi di dunia digital banyak didorong implementasi teknologi tepat guna oleh masing-masing platform. Saham, reksa dana, dan emas menjadi 3 pilihan populer. Literasi finansial yang mumpuni dan penguasaan teknologi merupakan kombinasi yang bisa meruntuhkan benteng pertama keengganan seseorang untuk berinvestasi.

Saya berbincang dengan beberapa orang untuk mendengar pengalaman mereka berinvestasi melalui aplikasi. Marsya, yang dalam kesehariannya merupakan jurnalis teknologi, sudah aktif berinvestasi reksa dana sejak tahun 2016, terutama sejak kemudahan berinvestasi reksa dana melalui platform online.

“Pakai Bareksa dan Bukareksa. Fiturnya mirip-mirip sebenarnya karena udah paham apa reksa dana, jadi paling penting itu ada grafik pergerakan harga sama pembayaran yang mudah. Juga karena kemudahan pembayaran. Teknologi ini bikin nyaman banget, bisa mendorong orang mulai investasi.” jelas Marsya.

Hal senada disampaikan Nia Wibiyana. Mengenal reksa dana dari sekolah pasar modal yang diikuti tahun 2018 silam, ia memutuskan memakai beberapa aplikasi sekaligus untuk berinvestasi. Alasannya tiap platform memiliki keunggulan fitur masing-masing, meski menurutnya kemudahan pembayaran atau pembelian adalah kuncinya.

“Fitur paling membantu ya pembayaran via dompet digital. Membeli reksa dana melalui aplikasi saat ini super mudah dan sangat nyaman,” ungkapnya.

Arjun, narasumber kami yang lain, sudah membeli produk reksa dana sejak 2012. Menurutnya saat ini berinvestasi menggunakan platform digital sangat nyaman dengan kemudahan membeli, menjual, dan mengalihkan instrumen kapan saja dan di mana saja. Kehadiran fitur portofolio dan robo advisor sangat membantu ketika membutuhkan rekomendasi.

Fokus ke Pengguna

Berkembangnya industri teknologi finansial di Indonesia membuat industri platform investasi juga turut bertumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya pemain dan inovasi-inovasi yang dihadirkan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, fokus beberapa pemain masih ada pada edukasi pengguna dan pasar mengenai investasi.

Di Indonesia, perpaduan investasi reksa dana dan teknologi sudah banyak melahirkan layanan investasi melalui aplikasi. Inovasi terus dikerjakan, terutama soal integrasi dengan dompet digital. Tak hanya melalui aplikasi khusus, pembelian reksa dana juga bisa dilakukan melalui marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Bibit, yang bernaung di  bawah PT Bibit Tumbuh Bersama, berusaha untuk fokus pada inovasi yang berpihak pada pengguna, khususnya investor pemula. Terlihat dari inovasi mereka dalam bentuk Robo Advisor, sebuah teknologi yang bisa membantu pengguna merancang portofolio investasi yang optimal berdasarkan umur, profil risiko, dan tujuan hidup secara otomatis. Ada juga fitur seperti Auto Financial, Auto Risk Profiling, Auto Rebalancing, dan beberapa lainnya.

Bibit menggunakan penelitian akademik yang sudah terbukti. Bibit tidak menciptakan teori baru. Bibit menggunakan teknologi untuk membuka akses penelitian akademik yang paling sering digunakan oleh professional untuk semua kalangan masyarakat di Indonesia supaya semua orang bisa berinvestasi dengan cara yang benar. Tanpa harus keluar modal yang besar untuk ikut seminar atau menggunakan jasa financial advisor,” terang Co-Founder Bibit Wellson Lo beberapa waktu lalu.

Fitur Robo Advisor adalah salah satu wujud nyata usaha Bibit untuk memudahkan investor pemula memahami dan terjun sebagai investor reksa dana.

Investasi menggunakan inovasi teknologi juga dilakukan Halofina. Aplikasi yang memperkenalkan diri sebagai platform perencanaan keuangan dan investasi ini per Maret 2019 juga melayani pembelian reksa dana.

Pihak Halofina menjelaskan, saat ini mereka memiliki tiga fitur utama dalam upayanya membantu pengguna, seperti Life Plan untuk membantu membangun perencanaan keuangan dan strategi investasi, rekomendasi strategi investasi yang diklaim berbasis kecerdasan buatan, dan Halofina Dashboard yang digunakan untuk memantau performa.

Halofina juga tengah mengembangkan Smart Cash Flow Tracker yang didesain untuk membantu melakukan monitoring pengeluaran dan pemasukan keuangan dan Finaconsult yang disiapkan sebagai fitur konsultasi online yang menghubungkan pengguna dengan konsultan keuangan melalui platform Halofina.

“Kedua fitur ini kami bangun untuk menjadi solusi atas sulitnya mendapatkan advisory dari pakar keuangan dengan harga yang murah, sehingga kami menghadirkan kedua fitur ini untuk memberikan experience konsultasi dengan pakar keuangan yang telah tersertifikasi dengan harga yang terjangkau dan monitoring pengeluaran serta pemasukan keuangan,” jelas jurubicara Halofina.

Sementara itu, Ajaib, di bawah payung PT Takjub Teknologi Indonesia, memiliki cara yang berbeda meski fokusnya tetap membantu investor pemula, yakni melalui hadirnya financial advisor.

“Kami percaya bahwa kondisi keuangan individu unik adanya dan terkadang tidak cukup diselesaikan dengan rumus matematis. Oleh karena itu, lewat financial advisor, Investor Ajaib dapat berkonsultasi. Tidak hanya soal memilih produk investasi, tapi juga soal memecahkan masalah keuangan yang mereka hadapi sampai ke perencanaan keuangan,” terang Brand Communications Manager Ajaib Victoria Christa.

Ajaib juga menghadirkan beberapa menu lainnya untuk mendorong investor pemula, seperti Investasi Bertema Khusus yang didesain untuk membantu pemula memilih tipe-tipe reksa dana. Ada juga fitur Investasi Dipandu Ahli. Untuk fitur ini, Ajaib berkolaborasi dengan perencana keuangan Ryan Filbert untuk membantu pertanyaan investor pemula, seperti kapan harus berinvestasi dan berapa jumlahnya.

Awali Tahun 2020, Halofina Jalin Kerja Sama dengan LinkAja

Menyambut tahun baru 2020, Halofina mengumumkan kerja sama dengan LinkAja. Rencananya kolaborasi ini akan ditandatangani pada 31 Januari 2020 mendatang. Bentuk kolaborasi keduanya diawali dengan integrasi sistem perencanaan keuangan milik Halofina ke dalam aplikasi LinkAja.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta dalam mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Terjalinnya kerja sama bisnis ini merupakan peluang positif untuk dapat mewujudkan misi serta dukungan kami kepada pemerintahan Joko Widodo dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia,” tutur Co-founder &  CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Pihak Halofina lebih jauh menjelaskan bahwa kolaborasi dari segi integrasi produk dan teknis akan dilakukan bertahap. Dimulai dengan fitur financial planning. Tidak menutup kemungkinan juga akan ada beberapa integrasi lainnya yang dikembangkan untuk menguatkan kedua belah pihak.

“Strategi tumbuh Halofina akan semakin menguatkan posisi kita sebagai financial advisory, bukan hanya product aggregator. Kita juga akan terus memperluas kerjasama dengan pihak mitra agar fitur financial planning di Halofina dapat digunakan oleh lebih banyak pengguna,” terang Adjie kepada DailySocial.

Sementara itu pihak LinkAja ketika dihubungi DailySocial menjelaskan bahwa dengan kolaborasi ini di aplikasi LinkAja akan muncul tautan langsung menuju sistem Halofina sehingga memudahkan pengguna yang ingin merencanakan keuangan. Selanjutnya LinkAja juga akan mengembangkan fitur yang memungkinkan pengguna untuk bisa langsung mengakses produk-produk keuangan yang disediakan oleh partner bisnisnya.

Sejauh ini LinkAja sebagai salah satu penyedia digital wallet memang tampak tengah menggenjot jumlah integerasi dengan sistem mereka. Sebelumnya dalam urusan pembayaran investasi, dalam hal ini reksadana, LinkAja juga sudah tersedia sebagai pilihan pembayaran di aplikasi Bibit, Tanamduit dan Xdana.

“LinkAja adalah dompet digital milik perusahaan negara yang kami harapkan bisa membantu growth dan traction penggunaan fitur perencanaan keuangan lebih luas lagi. Peluang dan kesempatan besar untuk halofina ketika berkolaborasi strategis dengan LinkAja di mana penggunanya sudah tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Adjie.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Pra Seri A, Halofina Fokus Kembangkan Produk dan Akuisisi Talenta

Aplikasi asisten virtual untuk membantu pengguna merencanakan keuangan pribadinya Halofina mengumumkan pendanaan Pra Seri A yang dipimpin Mandiri Capital Indonesia (MCI). Investor yang turut bergabung dalam putaran pendanaan kali ini adalah Finch Capital. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa besar nominal pendanaan yang digelontorkan, namun pihak MCI yang diwakili oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menyebutkan, sesuai dengan ticket size Pra Seri A, nilainya berkisar antara US$1 juta hingga US$5 juta.

Sebagai startup binaan MCI, diharapkan Halofina bisa memberikan kontribusi ke ekosistem Bank Mandiri dan anak perusahaan di dalamnya.

“Meskipun Halofina merupakan startup binaan kami, namun tidak menutup kemungkinan bagi Halofina untuk menjalin kemitraan dengan bank lainnya atau institusi keuangan terkait yang memiliki produk yang relevan dengan Halofina. Mungkin ke depannya bisa jadi MCI akan menempatkan komisaris atau masuk dalam jajaran manajemen di Halofina,” kata Eddi.

Pendanaan kali ini merupakan bridging menuju kepada pendanaan tahapan selanjutnya. Perusahaan menargetkan bisa memperoleh pendanaan Seri A di kuartal kedua atau awal kuartal ketiga 2020.

“Sejak awal Halofina berdiri, misi kami adalah ikut serta mendorong literasi dan inklusi keuangan di Indonesia, melalui solusi berbasis teknologi. Kami sangat bersyukur dengan dukungan dari MCI dan Finch Capital. Pendanaan ini bagi kami adalah sebuah kepercayaan dan harapan untuk dapat bekerja dan berkontribusi lebih banyak bagi masyarakat,” kata Co-Founder & Chairman Halofina Eko Pratomo.

Fokus akuisisi talenta dan hadirkan produk baru

Dana segar tersebut bakal digunakan menambah talenta baru untuk bergabung dalam tim Halofina. Sebagai platform konsultan finansial digital, Halofina mengklaim sudah diakses oleh lebih dari 15 ribu pengguna. Targetnya hingga akhir tahun 2020 mendatang, jumlah tersebut bisa bertambah hingga 500 ribu orang.

Disinggung tentang produk yang sedang dikembangkan, Co-Founder Halofina Adjie Wicaksana mengungkapkan, fokus Halofina saat ini adalah mengembangkan algoritma yang bisa memberikan rekomendasi risk profile dan asset allocation ke pengguna yang ingin membuat life plan.

“Untuk strategi monetisasi nantinya akan kita kenakan sharing fee dengan pihak terkait dan layanan berlangganan kepada pengguna. Namun untuk saat ini Halofina masih bisa diakses secara gratis,” kata Adjie.

Halofina saat ini bergabung dengan Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK Sandbox) di kategori Digital Financial Planner. Perusahaan  meluncurkan integrasi produk reksa dana sejak Maret 2019.

Application Information Will Show Up Here