Bank Jago Kini Miliki 10 Juta Pengguna, Kontribusi Gopay dan Bibit Capai 66 Persen

PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan pertumbuhan bisnis  pada semester pertama tahun 2024. Mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital, perseroan berhasil mencapai hasil yang positif dari sisi jumlah nasabah, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit.

Hingga Juli 2024, pengguna aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 10 juta nasabah funding. Jika ditambahkan dengan nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta. Keberhasilan ini tidak lepas dari kontribusi signifikan mitra ekosistem strategis, seperti ekosistem GoTo (khususnya Gopay) dan platform reksa dana online Bibit. Sekitar 66% nasabah funding berasal dari mitra ekosistem ini.

Pertumbuhan pengguna aplikasi Jago juga sejalan dengan peningkatan DPK  yang mencapai Rp14,8 triliun pada akhir kuartal II-2024, tumbuh 47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp10,1 triliun. Dari total DPK tersebut, 61% atau sekitar Rp9,1 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sementara sisanya 39% atau Rp5,7 triliun merupakan term deposit.

Dalam hal penyaluran kredit, Bank Jago berhasil menyalurkan sebesar Rp15,7 triliun hingga akhir kuartal II-2024, meningkat 40% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,2 triliun. Penyaluran kredit ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, terbukti dari rendahnya rasio non-performing loan gross yang hanya sebesar 0,4%.

“Sebagai bank yang menggabungkan cara-cara digital dengan strategi bisnis yang kuat, Bank Jago menjaga pertumbuhan bisnis yang positif dan kualitas yang baik. Inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital adalah model bisnis yang tepat untuk kami,” ujar Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung.

Pertumbuhan kredit yang berkualitas ini turut mendorong total aset Bank Jago menjadi Rp24,2 triliun per semester I-2024, meningkat 29% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp18,9 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 50%, menunjukkan kuatnya permodalan Bank Jago untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2024, Bank Jago membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp50 miliar, tumbuh 23% dari Rp41 miliar pada Juni 2023.

Arief menambahkan, “Sebagai bank berbasis teknologi, kami tidak akan berhenti melakukan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Kombinasi inovasi dan manajemen risiko yang baik merupakan landasan kuat bagi Bank Jago untuk bertumbuh lebih tinggi lagi.”

Selain itu, Bank Jago juga mendapatkan pengakuan internasional. Pada April 2024, Forbes menempatkan Bank Jago dalam daftar 403 bank terbaik di dunia, dan nomor empat teratas di Indonesia. Pengakuan ini diberikan berdasarkan survei terhadap 49 ribu nasabah dari 33 negara, yang mengevaluasi tingkat kepercayaan, layanan nasabah, layanan digital, serta syarat dan ketentuan.

“Dengan inovasi dan kolaborasi yang kami lakukan, Aplikasi Jago sekarang sudah digunakan jutaan nasabah dan membantu mereka mencapai mimpinya,” kata Head of Consumer Business Bank Jago, Trio Lumbantoruan.

Dengan pencapaian ini, Bank Jago menunjukkan bahwa pendekatan digital dan kolaboratifnya mampu menjawab tantangan dan kebutuhan perbankan modern, serta terus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Layanan “Bibit Bisnis” Fasilitasi Perusahaan Investasikan Aset di Reksa Dana

Setelah “Bibit Premium“, platform wealthtech Bibit kembali memperkenalkan fitur baru bernama “Bibit Bisnis”. Sesuai namanya, fitur ini ditujukan bagi pemilik bisnis dan perusahaan yang ingin mengoptimalkan dana ‘nganggur’ mereka melalui investasi reksa dana.

Dalam keterangan resminya, Bibit Bisnis dikatakan menjadi opsi diversifikasi aset pemilik bisnis dan perusahaan, termasuk founder startup, melalui produk reksa dana dari berbagai pilihan manajer investasi di Indonesia. Tujuannya adalah mengoptimalkan dana nganggur dan memaksimalkan return mereka.

Menurut Co-Founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam, layanan baru ini hadir untuk menjawab situasi yang sering ditemui oleh pemilik bisnis. “Saat aset perusahaan semakin berkembang, banyak yang merasa bingung karena tidak dapat mengoptimalkan idle cash. Di sisi lain, kita tidak mau mengambil risiko dengan uang perusahaan,” kata Sigit.

Bibit mengklaim perusahaan atau pemilik bisnis dapat meraup return hingga 3%-7% dari dana nganggur yang diinvestasikan ke reksa dana. Pemilik bisnis dapat berinvestasi tanpa minimum dana penempatan, biaya transaksi, dan biaya administrasi. Selain itu, mereka dapat menarik dana tanpa biaya penalti.

“Fitur Bibit Bisnis dapat digunakan oleh pemilik bisnis dalam mengelola dana perusahaan dengan efektif untuk memaksimalkan return, tetapi juga tetap menjaga likuiditas dan risiko,” tambahnya.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id, fitur Bibit Bisnis sudah muncul di aplikasi yang terletak pada laman Profil pengguna.

Lebih lanjut, pengguna Bibit yang sudah memiliki akun personal dapat menggunakan fitur ini. Caranya, klik ‘toggle‘ untuk switch ke akun bisnis mereka. Diharapkan cara ini dapat memudahkan pengguna memonitor portofolio investasi pribadi dan bisnis secara real-time.

Ada pula fitur Multi Level Access yang memungkinkan pemilik bisnis untuk mengatur siapa yang memiliki akses ke portofolio investasi. Akses ini terbagi ke dalam empat kategori, yakni Owner, Super Admin, Checker, dan Maker, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kewenangan perusahaan.

Investasi reksa dana

Sejauh ini, belum ada fitur sejenis yang dihadirkan oleh platform wealthtech di Indonesia. Fitur Bibit Bisnis dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui minat pemilik bisnis untuk menginvestasikan idle cash lewat reksa dana.

Di kalangan investor individual, reksa dana banyak dipilih sebagai produk investasi karena risikonya dinilai lebih rendah dibandingkan instrumen lain. Selain itu, reksa dana juga dapat diinvestasikan dengan modal minim. Demikian juga dengan deposito yang dikatakan punya risiko rendah.

Adapun untuk aset perusahaan biasanya memang banyak dialokasikan untuk investasi ke instrumen lain, baik deposito (risiko rendah) ataupun berinvestasi ke unit usaha lain secara langsung atau melalui unit ventura yang dimiliki.

Adapun, opsi investasi lain seperti saham dan obligasi memerlukan kehati-hatian. Mengutip sebuah sumber, perusahaan perlu menganalisis profil risiko dengan memerhatikan aset, liabilitas, modal, hingga aktivitas operasional jika ingin menginvestasikan dana nganggurnya lewat saham atau obligasi.

Application Information Will Show Up Here

Shopee Kini Sediakan Investasi Reksa Dana dengan Dukungan Bibit

Shopee bekerja sama dengan Bibit, startup wealthtech, untuk menghadirkan fitur Investasi Reksa Dana dan Investasi Pintar yang bisa diakses melalui aplikasi Shopee. Kolaborasi ini menjadi alternatif bagi para pengguna Shopee untuk mulai masuk ke pasar modal dengan cara yang mudah.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (05/1), melalui pilihan fitur investasi untuk pengguna Shopee, Bibit menawarkan investasi mulai dari nominal Rp10 ribu, seluruh proses dilakukan secara online, baik pendaftaran, pembelian, hingga penjualan reksa dana. Bahkan pengguna juga dapat melihat imbal hasil investasi mereka secara langsung lewat aplikasi.

Selain itu, terdapat berbagai pilihan tipe reksa dana, mulai dari reksa dana pasar uang, reksa dana obligasi, dan reksa dana saham yang dapat dipilih sesuai dengan profil risiko pengguna. Adapun untuk fitur Investasi Pintar, lebih diarahkan untuk pengguna yang baru belajar investasi atau belum pernah sama sekali. Oleh karenanya, fitur ini didukung dengan reksa dana pasar uang. Jenis ini berisiko relatif lebih rendah, sehingga cocok untuk mereka yang baru belajar investasi.

“Shopee senang sekali dapat bermitra dengan Bibit untuk menghadirkan fitur investasi yang dapat diakses melalui aplikasi kami. Dengan adanya fitur ini, kami harap pengguna tidak hanya memanfaatkan aplikasi Shopee untuk berbelanja dan hiburan, tetapi juga dapat menjadi opsi pelengkap kebutuhan terutama dalam perencanaan keuangan bersama Bibit,” ucap Head of Marketing Growth Shopee Indonesia Monica Vionna.

Sementara itu, perwakilan dari Bibit, PR & Corporate Communication Lead William menambahkan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan keuangan yang lebih baik melalui investasi yang benar di pasar modal. “Kami berharap agar integrasi layanan Reksa Dana dan Investasi Pintar melalui aplikasi Shopee tidak hanya membuat investasi reksa dana jadi lebih praktis, namun juga memperluas jangkauan untuk melengkapi kebutuhan pengguna, khususnya dalam perencanaan keuangan.”

Lebih lanjut, melalui kerja sama ini, nantinya para pengguna cukup melakukan verifikasi akun pada fitur Reksa Dana atau Investasi Pintar di bagian Pulsa, Tagihan, dan Tiket, di aplikasi Shopee. Selanjutnya, mengikuti langkah-langkah registrasi yang tertera bagi pengguna yang belum memiliki akun Bibit atau klik “mulai” bagi pengguna yang sudah terdaftar di Bibit.

Sebelum menghadirkan fitur investasi reksa dana, pada 2020 kemarin, Shopee bekerja sama dengan Pegadaian untuk menghadirkan Tabungan Emas. Fitur ini memungkinkan pengguna Shopee untuk beli dan titip emas sehingga memudahkan investasi emas secara aman, mudah, murah, dan terpercaya. Nominal awalnya juga terjangkau, mulai dari Rp5 ribu, bahkan bisa transfer emas ke sesama pengguna Shopee minimal 0,01 gram dan maksimal 100 gram.

Shopee bisa dikatakan cenderung tidak secepat dalam menghadirkan fitur-fitur seputar keuangan dibandingkan kompetitor terdekatnya, Tokopedia. Untuk investasi emas saja, Tokopedia bekerja sama dengan dua penyedia, yakni Pegadaian dan Pluang. Sementara untuk investasi reksa dana bekerja sama dengan beberapa manajer investasi dan agen penjual efek reksa dana (APERD). Salah satunya adalah Bareksa untuk APERD.

Data OJK menunjukkan, jumlah reksa dana yang beredar di publik pada 2021 tercatat mencapai 2.198. Dari jumlah tersebut, nilai aktiva bersih (NAB) tercatat mencapai Rp 578,43 triliun, meningkat tipis 0,85% dibandingkan besaran NAB reksa dana pada 2020.

Meski meningkat tipis, NAB reksa dana ini jauh lebih tinggi dibandingkan posisi pada 2017 silam, di mana dari 1.777 reksa dana yang beredar, NAB tercatat sebesar Rp 457,5 triliun. Peningkatan NAB ini mengindikasikan peminat investasi reksa dana terus meningkat, sejalan dengan semakin banyaknya kaum milenial yang melek finansial. Tak heran bila semakin banyak pemain wealthtech bermunculan untuk menangkap kesempatan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Investasi Masa Kini untuk Generasi Muda Indonesia

Digitalisasi telah memberi dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan dunia investasi di tanah air. Penetrasi teknologi diyakini telah memperkecil entry barrier atau keadaan yang menghalangi orang untuk mulai berinvestasi. Mulai dari kehadiran platform teknologi hingga penyebaran konten literasi menjadi ‘bekal’ untuk para generasi muda memulai investasi.

DailySocial.id mengundang dua figur terkait untuk membahas kondisi industri investasi masa kini untuk para generasi muda Indonesia dalam sesi diskusi #SelasaStartup. Mereka adalah Head of IDX Marco Poetra Kawet dan Head of Financial Education Bibit Vivi Handoyo Lie.

Secara umum, investasi adalah ketika kita menempatkan sesuatu di masa kini dengan harapan bisa berkembang di masa depan. Hal ini termasuk berinvestasi pada diri sendiri. Terkait finansial, investasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan instrumen yang tepat. “Instrumen investasi yang tepat akan membawa kalian mencapai tujuan finansial. Kalau tidak berkembang, berarti ada yang salah,” ungkap Marco.

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang yang masih enggan untuk mulai berinvestasi. Pertama, anggapan bahwa investasi itu membutuhkan uang yang banyak. Kedua, proses berinvestasi dinilai rumit, ditambah banyak sentimen negatif disebabkan kasus investasi bodong yang banyak menimpa masyarakat awam.

Lain dulu, lain sekarang. Investasi masa kini sudah tidak lagi mengharuskan investor untuk datang secara langsung untuk setiap proses administratif. Peran regulator yang memungkinkan digitalisasi di sektor ini seperti eKYC berdampak signifikan bagi pertumbuhan dunia investasi masa kini. Evolusi dalam sektor ini sangat terbantu oleh infrastruktur digital, penetrasi internet, juga penggunaan smartphone.

Kontribusi platform teknologi

Kehadiran aplikasi wealthtech dengan multi-aset investasi diklaim menjadi salah satu faktor pendorong tren kenaikan investor ritel. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengintegrasikan beberapa kelas aset untuk memperluas portofolio, mengawasi asetnya, dan membantu perencanaan untuk tujuan jangka panjang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 14 Oktober 2021, jumlah investor pasar modal telah tumbuh sebesar 489 persen mencapai 6,5 juta investor, dibandingkan pada akhir 2017 lalu yang masih di angka 1,12 juta. Hal ini juga didorong oleh meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap investasi.

Sebagai perwakilan IDX, Marco mengungkapkan bahwa pihaknya menyambut baik startup teknologi yang telah menyediakan platform investasi. Ia turut memaparkan informasi bahwa sekitar 80% dari total investor di pasar modal adalah generasi muda, rata-rata berumur di bawah 40 tahun.

“Peran generasi muda ini sangat besar. Dengan angka yang besar ini, tentunya membutuhkan dukungan dari semua stakeholder. Kita berharap semua stakeholder tetap comply dengan aturan yang ada. Kita beri keleluasaan sebisa mungkin untuk menggaet investor menggunakan berbagai platform dan social media yang ada,” ujarnya.

Bibit sendiri memiliki misi untuk mempermudah akses terhadap investasi, termasuk dengan kolaborasi bersama perusahaan teknologi lainnya. Salah satu partnernya adalah Bank Jago. Pihaknya ingin menciptakan jaringan seluas mungkin. Dengan kolaborasi, harapannya adalah bisa menciptakan fitur yang membuat investasi lebih memiliki value.

“Ke depannya, kami tidak hanya ingin mempermudah untuk para investor memulai, tetapi juga dalam memilih instrumen investasi yang tepat, serta dalam menjalani setiap prosesnya. Kita mau menghadirkan solusi yang scalable. Kita mulai dari Stockbit untuk saham, lalu kita hadirkan Bibit, untuk investor pemula,” ungkap Vivi.

Di Indonesia sendiri, selain Bibit, banyak platform yang menawarkan kemudahan berinvestasi untuk pemula seperti Moduit yang memang secara tegas menargetkan generasi muda sebagai sasarannya. Ada juga Ajaib yang belum lama ini menawarkan investasi aset kripto, salah satu instrumen yang juga tengah diminati masyarakat.

Penyebaran konten literasi

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di level 38,03% pada 2019.  Angka ini menunjukkan, dari setiap 100 jiwa penduduk hanya ada sekitar 38 orang yang memiliki pemahaman tentang lembaga keuangan dan produk jasa keuangan dengan baik. Dengan demikian terdapat 62 jiwa penduduk lainnya yang belum memiliki literasi keuangan.

Salah satu penggerak investasi yang cukup kuat adalah FOMO atau fear of missing out. Banyak orang yang latah dan akhirnya hanya ikut-ikutan. Meskipun hal ini bisa mencemplungkan mereka di kolam investasi, namun tetap harus bijak dalam memilih. Marco menyampaikan pentingnya bagi investor untuk punya analisa sendiri.

Generasi jaman sekarang sudah sangat dimanjakan dengan platform-platform yang menyajikan data perusahaan yang sudah diproses oleh provider. Tidak seperti jaman dulu yang masih harus melihat laporan keuangan masing-masing perusahaan. Platform ini bisa digunakan sebagai referensi, namun tetap disesuaikan dengan preferensi pribadi dan profil risiko.

Demikian pula konten-konten terkait investasi dan literasi keuangan sudah semakin banyak beredar. Meskipun begitu, tetap harus selektif dalam menyaring informasi. Pastikan realibilitas dan legalitas dari sumbernya. Platform teknologi seperti Bibit juga menawarkan kelas gratis untuk mereka yang mau memperdalam pemahaman terkait investasi.

Edukasi mindset itu penting, jangan cuma cari cepat untung. Investasi ini konsepnya lebih ke marathon. Intinya, investasi membutuhkan komitmen dan usaha. “Kalau bisa tanpa usaha dan analisa apapun di saham, semua orang bisa kaya. Harus ada kemauan untuk belajar,” ujar Vivi.

Menurut Vivi, instrumen investasi yang cocok untuk pemula tidak bisa disamaratakan. Pilih investasi yang sesuai jangka waktu dan profil resiko. Saham memiliki profil risiko yang lebih tinggi, pergerakannya lebih volatile. Di sisi lain, obligasi lebih sederhana untuk jangka panjang. Begitu pula untuk jangka pendek, ada pilihan lainnya. Kembali pada pilihan instrumennya.

Instrumen seperti reksa dana bisa menjadi pilihan, karena ada profesional yang bantu mengelola. Selain itu ada juga Surat Berharga Negara (SBN) untuk pemula, namun dana harus disimpan dalam jangka waktu lama. Ada beragam strategi investasi mengacu pada instrumennya.

“Yang mau ditanamkan adalah, ada banyak pilihan instrumen investasi. Tidak masalah condong ke mana. Intinya, generasi muda berinvestasi di jalur yang tepat. Terkait porsinya, bisa disesuaikan,” ujar Marco.

Investasi di tengah isu resesi

Menurut Marco, Indonesia dewasa ini tengah berusaha mengubah pola dari saving society menuju investment society. Ekosistemnya sedang dan masih berlangsung. Bahkan di tengah isu resesi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia disebut kian melejit, dengan kontribusi generasi muda pada 60% PDB negara.

Terkait investasi di tengah ancaman resesi ini, Vivi menegaskan bahwa dalam ekonomi dan pasar modal, naik turun itu biasa. Resesi sendiri bukanlah hal baru. Menurut perhitungannya, separah apapun penurunan yang terjadi, pasar akan selalu kembali ke nilai awalnya, bahkan lebih tinggi. Pesan Vivi, “Untuk yang sudah mulai investasi, kalau kalian khawatir, ingat lagi tujuan awal berinvestasi. Buat yang belum mulai, jangan biarkan isu resesi menjadi alasan untuk tidak mau memulai.”

Marco menambahkan ada empat indikator fundamental ekonomi. Pertama, harga tukar Rupiah dengan USD, rendah bukan berarti kita terpuruk. Ini menlibatkan dominasi global, Amerika menunjukkan itu dengan pengaruh USD. Kedua, terjadinya inflasi yang kemudian coba diredam dengan kenaikan suku bunga. Ketiga, cadangan devisa negara. Lalu, yang terakhir, non-performing loan (NPL) untuk menghitung kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.

Menurut Marco, orang yang berhasil adalah orang yang bisa melihat momentum. “It’s about momentum. Anda mau jadi orang yang termakan isu atau mengambil momentum? Resesi bisa jadi pertimbangan, tetapi tidak menghalangi investasi,” tutupnya.

Stockbit Perkenalkan Produk Investasi Aset Kripto “Stockbit Crypto”

Platform wealthtech Stockbit terus memperkaya portofolio produk investasinya, kini masuk ke investasi aset kripto “Stockbit Crypto”. Aplikasi terpisah sudah bisa diunduh melalui Google Play dan App Store.

Sebelumnya desas-desus Stockbit masuk ke kelas aset ini sudah tercium sejak Juni 2022, tetapi seluruh pihak masih tutup mulut. Saat itu, dalam situs pencarian kerja, perusahaan tengah mencari tim yang tepat untuk menangani produk tersebut.

Dalam situsnya, disampaikan bahwa Stockbit Crypto dijalankan oleh PT Coinbit Digital Indonesia. Saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan menyampaikan Coinbit merupakan bagian dari Stockbit sejak awal yang diinisiasi langsung oleh tim internal. “Stockbit team develops Coinbit from scratch,” ujar perwakilan Stockbit.

Mengutip dari situs Bappebti, PT Coinbit Digital Indonesia sudah mengantongi tanda terdaftar sebagai pedagang aset fisik kripto sejak April 2022.

Seluruh produk investasi yang disediakan Stockbit tersedia dalam aplikasi terpisah. Stokbit untuk investasi saham, Bibit untuk investasi reksa dana, dan Stockbit Crypto untuk investasi aset kripto.

Pasar kripto

Sebelumnya, OJK menerbitkan surat larangan kepada seluruh perusahaan di pasar modal terhadap aktivitas pemasaran, promosi, atau iklan terhadap produk layanan dan jasa keuangan, selain yang telah diberikan izinnya oleh OJK, termasuk efek yang diterbitkan di luar negeri (offshore products).

Pelarangan ini berimbas pada sejumlah aplikasi wealthtech yang menawarkan produk investasi yang dibawahi oleh OJK dan Bappebti. Ajaib awalnya menggabungkan produk investasi aset kripto ke dalam aplikasi utamanya, kini hadir secara terpisah dengan produk Ajaib Kripto.

Menurut catatan Bappebti, jumlah investor kripto di Indonesia per Agustus 2022 mencapai 16,1 juta orang, naik dibandingkan pada akhir tahun 2021 yang sebanyak 11,2 juta orang. Sementara, nilai transaksi pada periode Januari-Agustus 2022 sebesar Rp249,3 triliun.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan kenaikan jumlah investor kripto yang cukup signifikan itu menandakan bahwa investasi di kelas aset tersebut masih banyak diminati masyarakat. “Kendati tahun ini, pasar kripto sedang masuk fase winter, nyatanya peminat investasi kripto masih banyak, yang mana dibuktikan dengan penambahan jumlah investor kripto,” ucapnya seperti dikutip dari Kontan.

Menurutnya, justru momen di saat market sedang bearish ini bisa dimanfaatkan investor kripto, baik lama atau baru, untuk mengumpulkan portofolio asetnya dengan harga miring untuk bisa dijual kembali saat harganya naik kembali dua sampai tiga tahun lagi.

“Dengan jumlah investor yang sudah tembus 16,1 juta investor, bukan tidak mungkin di tahun 2023 jumlahnya bisa mencapai 20 juta investor.” Jelasnya.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Mulai Garap Segmen Nasabah Tajir Melalui “Bibit Premium”

Platform wealthtech Bibit menjadi pemain berikutnya yang menyasar nasabah tajir sebagai pengguna, dengan meluncurkan layanan Bibit Premium. Belum ada keterangan resmi yang disampaikan perusahaan terkait ini, pun saat dihubungi DailySocial.id, mereka belum bersedia memberikan responsnya.

Dalam laman blog perusahaan disampaikan bahwa Bibit Premium ini menyasar nasabah yang nilai investasinya di platform Bibit minimal Rp500 juta. Nantinya, mereka akan mendapat langsung undangan dari pihak Bibit untuk bergabung.

Bibit menawarkan sejumlah benefit untuk nasabah premium ini, di antaranya transaksi lewat Wealth Specialist untuk mengajukan transaksi buy, sell, atau switching lewat WhatsApp. Berikutnya, konsultasi langsung dengan Wealth Specialist seputar pengelolaan dan pengembangan aset, informasi eksklusif seputar promo dan penawaran.

Prospek nasabah tajir

Sebelumnya, Bareksa telah lebih dulu masuk ke nasabah premium atau high net-worth individuals (HNWI) sejak 2018 melalui Bareksa Prioritas. Bareksa menyasar nasabah dengan dana kelolaan minimum Rp5 miliar, lebih besar dari Bibit Premium.

Perusahaan menyediakan berbagai layanan untuk kalangan HNWI mulai dari laporan riset, fitur teknologi Bareksa untuk Bareksa Prioritas, hingga customer loyalty program sesuai kebutuhan nasabah.

Dalam menyediakan produk ini, Bareksa menggandeng penasihat investasi independen, Jagartha Advisors. Para penasihat tersebut memberikan layanan konsultasi keuangan kapan pun dibutuhkan.

Terbukti apa yang dilakukan Bareksa ini sukses. Disampaikan, bahwa Bareksa Prioritas mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan hingga 10x lipat dalam tiga tahun terakhir hingga Juni 2022. Dari jumlah investor HNWI yang bergabung juga meningkat tiga kali lipat pada periode Juni 2019-Juni 2022.

Menurut Direktur Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh, pertumbuhan signifikan ini menandakan kebutuhan nasabah HNWI untuk mengakses pengelolaan kekayaan secara digital, terutama selama pandemi yang membatasi investor berinteraksi secara tatap muka dengan para advisors. Di samping itu, mayoritas investor kini semakin teredukasi dalam menggunakan platform digital dan pendampingan advisor ini turut membantu para investor mendapatkan informasi dan memilih produk.

Adapun pangsa pasar HNWI ini berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus terjaga. Tingkat PDB per kapita Indonesia berhasil naik sebesar 8,6% ke $4.349,5 atau setara Rp62,2 juta di tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain Bareksa, baru-baru ini Moduit juga melakukan langkah serupa lewat peluncuran Moduit Beyond yang menyasar nasabah HNWI dengan dana kelolaan minimal Rp1 miliar.

Moduit Beyond terdiri dari tiga kategori yang didasarkan pada besaran nilai investasi dan jenis layanan yang didapat nasabah. Ketiga kategori tersebut adalah Beyond Prestige dengan dana investasi Rp1-5 miliar, Beyond Eminence dengan dana investasi Rp5-10 miliar, dan Beyond Insignia dengan dana investasi di atas Rp10 miliar.

Di Moduit itu sendiri, mayoritas nasabah existing-nya sudah berpengalaman dan dianggap mempunyai keinginan untuk berinvestasi lebih serius. Berdasarkan data Moduit, rata-rata jumlah dana investasi di platform Moduit bagi nasabah yang dibantu oleh advisor mencapai Rp1,2 miliar. Sedangkan rata-rata besaran investasi nasabah yang berinvestasi secara mandiri sebesar Rp50 juta.

Adapun, saat ini total nasabah Moduit lebih dari 30 ribu orang. Dari jumlah tersebut sekitar 10% di antaranya memiliki dana investasi di Moduit lebih dari Rp1 miliar. Namun dari sisi nominal investasi, nasabah-nasabah tersebut berkontribusi sekitar 90% terhadap total investasi di Moduit.

Moduit Beyond menawarkan keuntungan mulai dari personal advisor, curated & high-performance product, akses pertama terhadap layanan dan produk baru, laporan dan analisa market, dedicated call centre, lounge, dan lain-lain.

Selama ini, kalangan nasabah tajir biasanya digarap oleh perbankan melalui layanan wealth management. Fokus layanannya tidak hanya mengembangkan aset yang sudah ada, tapi juga melindunginya dengan asuransi. Bisnis ini selalu menunjukkan tren positif, bisa dilihat dari salah satu indikatornya adalah jumlah investor reksa dana. Dengan pendekatan yang lebih disruptif, kesempatan tersebut juga diincar oleh pemain fintech, salah satunya Bareksa dan Bibit.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Bags Over 1,1 Trillion Rupiah Funding Led by GIC

The wealthtech platform Bibit announced to secure over $80 million (more than 1,1 trillion Rupiah) funding in the latest round led by GIC Private Limited (GIC). Also participated in this round Prosus Ventures and other previous investors.

Previously, the news of GIC’s involvement in Bibit has been circulating since February 2022. GIC is an investment fund institution of the Singapore government. Bukalapak and Bank Jago are part of its portfolios in Indonesia.

Bibit is to use the fresh funding for the launching of its latest product and services, technology development, talent hiring, and powering the education program in order to boost the investment penetration in Indonesia.

Bibit’s Co-founder & CEO, Sigit Kouwagan said, the team believes that everyone has the rights of better future. Bibit is to facilitate Indonesian people to participate in the capital market and to achieve the financial goals through investing in the right way.

“We’re very enthusiastic to welcome GIC as our new investor and very pleased to have other investors that have been loyal to support us for accelerating this mission,” he said in the official statement, Wed (5/25).

Bibit has its debut in early 2019 after being acquired by Stockbit, a space for investors to share ideas about stock investing, news, and real-time information. The platform is designed as a mutual fund “robo-advisor” in Indonesia, helping investors to build portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience in investing.

To date, Bibit is claimed to have millions of investors, mostly millennials and novice investors, in 500 cities in Indonesia to build investment portfolios based on their risk profile and financial goals in a safe, simple and easy way.

Over the past year, the company has recorded several achievements, including the launch of Stockbit Sekuritas, a fully online e-IPO feature that allows users to participate in the IPO process. In addition, Stockbit Academy was launched as a means for the public to learn stocks for free from experienced financial mentors. Also, the platform also selected by the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia as a Distribution Partner (Midis) of Selling Government Securities (SBN) in early 2022.

Based on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), the number of mutual fund investors in Indonesia grew by 80.3% (YoY) from 4.41 million investors in April 2021 to 7.95 million in April. 2022.

Meanwhile, in the same period, the number of stock investors increased by 66.7% (YoY) and has reached 3.83 million investors. The growth was also due to the rising number of retail investors. Over half of these investors are claimed to use Bibit and Stockbit as investment applications. Despite the significant growth, the number of people who invest in the capital market is still below 4% of the total population.

Its closest competitor, Pluang, previously announced a $55 million funding round earlier this year led by Accel, followed by other investors, including Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, along with previous investors consisting of Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures, and others.

In addition, Ajaib has officially become a unicorn after closing the $153 million series B funding round.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bibit Kantongi Dana Segar Lebih dari 1,1 Triliun Rupiah Dipimpin GIC

Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC). Putaran ini diikuti pula oleh Prosus Ventures dan investor lain yang sebelumnya telah mendukung Bibit.

Sebelumnya, kabar mengenai masuknya GIC ke Bibit sudah tercium sejak Februari 2022. GIC merupakan lembaga dana investasi pemerintah Singapura. Bukalapak dan Bank Jago adalah salah satu portofolionya di Indonesia.

Bibit akan memanfaatkan dana segar untuk meluncurkan produk dan layanan baru, mengembangkan teknologi, merekrut talenta terbaik, serta memperkuat program edukasi demi meningkatkan penetrasi investasi yang tengah marak di Indonesia.

Co-founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam mengatakan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik. Bibit hadir untuk membantu masyarakat Indonesia berpartisipasi di pasar modal, serta mencapai tujuan keuangan mereka dengan cara-cara investasi yang benar.

“Kami merasa sangat antusias menyambut GIC sebagai investor baru kami dan sangat senang atas para mitra investor yang selama ini mendukung kami untuk mengakselerasi misi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Bibit mengawali kiprahnya pada awal 2019 pasca diakuisisi Stockbit, layanan bagi investor untuk berbagi ide mengenai investasi saham, berita, dan informasi secara real-time. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Diklaim, saat ini, Bibit telah membantu jutaan investor, yang sebagian besar merupakan generasi milenial dan investor pemula, di 500 kota di Indonesia untuk membangun portofolio investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka dengan cara-cara yang aman, sederhana, dan mudah.

Selama setahun terakhir, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, di antaranya peluncuran Stockbit Sekuritas, fitur e-IPO yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam proses IPO yang 100% online. Selain itu juga ada peresmian Stockbit Academy sebagai sarana masyarakat belajar saham secara gratis dari para financial mentor yang sudah berpengalaman. Serta, ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di awal 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana di Indonesia tumbuh sebesar 80,3% (YoY) dari 4,41 juta investor di bulan April 2021 menjadi 7,95 juta di bulan April 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah investor saham meningkat 66,7% (YoY) dan telah menyentuh angka 3,83 juta investor. Pertumbuhan disokong oleh melesatnya jumlah investor ritel. Lebih dari separuh investor ini diklaim menggunakan Bibit dan Stockbit sebagai aplikasi investasi. Terlepas dari pertumbuhan yang signifikan, perlu dicatat bahwa jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar modal masih berada di bawah angka 4% dari total populasi.

Kompetitor terdekatnya, Pluang, sebelumnya mengumumkan perolehan pendanaan pada awal tahun ini sebesar $55 juta yang dipimpin Accel. Kemudian diikuti jajaran investor lainnya, di antaranya Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures, dan lainnya.

Selain itu ada juga Ajaib yang sudah resmi menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan seri B $153 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Jadi Unicorn, Ini Deretan Startup Centaurs 2021 yang Siap Menyusul

Daftar startup centaurs Indonesia 2021 mengalami pengurangan anggota dengan keluarnya Kopi Kenangan, yang 27 Desember lalu telah masuk ke dalam jajaran unicorn.

Sebutan centaur sendiri diartikan sebagai “calon unicorn” atau “adiknya unicorn” yakni para startup yang memiliki nilai perusahaan antara $100 juta (Rp1,4 triliun) dan $1 miliar (Rp14 triliun).

Dalam catatan tahunan DailySocial.id, per November 2021 Indonesia memiliki 50 startup (masih termasuk Kopi Kenangan) dengan 4 diantaranya berhasil masuk dalam posisi top 10 investasi startup terbesar sepanjang 2021.

Lantas startup mana saja yang masuk dalam jajaran startup centaurs 2021?

Di bawah ini DailySocial telah rangkumkan 7 diantara 50 startup centaurs 2021:

1. SiCepat

Berdiri sejak tahun 2014, PT SiCepat Ekspres yang menawarkan jasa layanan logistik pada Maret 2021 lalu merampungkan penggalanan dana Seri B dengan nilai total $170 juta atau 2,44 triliun Rupiah. Putaran pendanaan tahap Seri B ini diklaim terbesar di Asia Tenggara.

Investor yang turut berpartisipasi dalam adalah Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), Penjamin asuransi berbasis di Asia, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings), Tri Hill, dan Daiwa Securities.

Dana segar ini direncanakan akan digunakan untuk memperkokoh kedudukan SiCepat sebagai penyedia layanan logistik. Dari total pendanaan yang fantastis ini juga, Per November 2021 SiCepat berhasil menduduki posisi ke-5 dari 10 investasi startup terbesar 2021.

2. Vidio

Salah satu platform OTT lokal terbesar dengan 62 juta pelanggan, Vidio, pada November 2021 lalu memperoleh pendanaan eksternal pertama mereka senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia.

Perusahaan yang menawarkan program langsung dan video on demand, termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung ini sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Total pendanaan ini berhasil membawa Vidio di posisi ke-6 dari top 10 Investasi startup terbesar Indonesia 2021.

3. Ula

Perusahaan startup yang fokus membantu UMKM ini sempat menjadi perbincangan hangat karena berhasil menggaet VC besutan pendiri Amazon Jeff Bezos, Bezos Expeditions, pada tahap putaran Seri B. Tak hanya itu, tapi juga investor terkemuka lainnya seperti Northstar Group, AC Ventures, Citius, Prosus Ventures, Tencent, dan B Capital dengan total pendanaan sebesar $87 miliar.

Belum usai, November lalu Ula kembali mengumumkan perolehan dana segar tambahan untuk Seri B ini sebesar $23,1 juta (lebih dari 328 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Tiger Global dan Co-founder Flipkart Binny Bansal.

Bila dihitung, total dana yang didapat Ula sepanjang November 2021 ini sebesar $130.1 juta, menjadikan Ula sebagai startup ke-7 dalam top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021.

4. Bibit

Berfokus pada aplikasi investasi reksadana daring yang mudah bagi pemula, Bibit yang sejak 2019 telah diakuisisi Stockbit ini menempati posisi ke-9 dalam urutan top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021. Bibit berhasil mengantongi $95 juta per November 2021.

Sebelumnya, pada Mei 2021 Bibit mendapatkan $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India.

5. Ruangguru

Didirikan oleh mantan staf khusus Presiden Jokowi, Belva Devara, startup edtech Ruangguru menempati posisi ke-20 dari daftar investasi startup indonesia 2021 dengan perolehan total pendanaan sebesar $55 juta per November ini.

Selain hadir di Indonesia, Ruangguru juga masuk memperluas pasar ke negara Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

6. Halodoc

Startup centaur selanjutnya adalah platform aplikasi kesehatan Halodoc yang memperoleh pendanaan sebesar $80 juta per November 2021 ini. Menjadikan Halodoc berada di urutan 12 dalam investasi terbesar startup Indonesia 2021.

Dana ini dihasilkan dari putaran pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Astra International, Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, Bangkok Bank serta beberapa investor terdahulu seperti salah satunya Blibli Group.

7. Sociolla

Sociolla, perusahaan beauty-tech yang masih tergolong dalam kategori centaurs terakhir dalam rangkuman ini berhasil mengantongi $57 juta per November 2021.

Diketahui Sociolla sedang mengoptimalkan konsep omnichannel. Sepanjang tahun ini Sociolla meresmikan 10 gerai baru yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Langkah ini dikatakan Sociolla sebagai rangkaian pasca ekspansi internasional perdananya ke Vietnam pada Oktober lalu.

 

Melihat perkembangan pendanaan startup centaurs sepanjang 2021 ini yang menggelontorkan dana besar bagi startup-startup untuk terus tumbuh, tidak mustahil dalam satu tahun kedepan startup centaur ini banyak yang mengikuti jejak Kopi Kenangan.

Untuk melihat daftar startup centaurs lainnya dan urutan total perolehan pendanaan masing-masing startup centaurs 2021 dapat Anda simak dalam laporan tahunan “DailySocial.id Annual Report 2021” di tautan berikut https://annual.dailysocial.id/

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Deva Alyaning Tyas

Stockbit Targetkan Akuisisi Mahakarya Sekuritas Rampung Sebelum Akhir 2021

Stockbit telah mendapatkan persetujuan dari OJK untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan sekuritas PT Mahakarya Artha Sekuritas, setelah kabar pertama diumumkan sejak Agustus 2021. Proses akuisisi akan dirampungkan sebelum tutup tahun 2021.

Selanjutnya nama Mahakarya Artha Sekuritas akan berubah menjadi Stockbit Sekuritas. Ini adalah akuisisi kedua Stockbit setelah Bibit pada 2019.

Co-founder Stockbit Wellson Lo menuturkan, pihaknya meyakini kombinasi antara pengalaman Mahakarya dan keahlian Stockbit di ranah digital akan menawarkan solusi investasi yang mudah, aman, dan terpercaya bagi investor.

“Terima kasih kepada OJK yang telah mendampingi kami dalam keseluruhan proses ini. Terima kasih karena telah mendukung komitmen Stockbit dalam menghadirkan platform investasi online yang mudah, aman, dan terpercaya kepada seluruh rakyat Indonesia,” tutur Wellson dalam keterangan resmi.

Direktur Utama PT Mahakarya Artha Sekuritas Megawati Soewardi menambahkan, akuisisi ini juga akan dibarengi dengan penguatan tim dalam rangka menjawab tantangan di dalam industri. Sementara itu, para nasabah yang telah berinvestasi di Mahakarya sebelumnya tetap dapat bertransaksi seperti biasa, malah lebih diuntungkan dengan kapasitas Stockbit di bidang teknologi.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Wellson menuturkan perusahaan akan menyelesaikan proses akuisisi secepat mungkin pasca memperoleh izin dari OJK. Mahakarya akan mengumumkan adanya pergantian saham pengendali, pergantian nama, dan alamat domisili. “Untuk manajemen, kami mempertahankan manajemen yang ada sekarang, serta memperkuat tim lagi untuk menjawab tantangan di industri.”

Mahakarya saat ini memiliki aplikasi tersendiri, nantinya saat akuisisi telah rampung, seluruh aktivitas trading akan dialihkan ke Stockbit.

Menurutnya, aksi korporasi ini dapat membawa keuntungan yang besar bagi perusahaan, juga para pengguna Stockbit. Yang pasti, pengguna bisa berinvestasi saham di Stockbit Sekuritas yang sebelumnya sempat terhenti saat kongsi bisnis perusahaan sebelumnya dengan Sinarmas Sekuritas berhenti. “Kemudian, pengguna bisa berinvestasi dengan nyaman tanpa khawatir oleh kemungkinan pergantian kerja sama dengan sekuritas lagi di masa mendatang.”

Disebutkan juga, dampak dari pengumuman masuknya Mahakarya pada 26 Agustus 2021, mampu meningkatkan antusiasme pengguna yang sempat turun selama beberapa pekan karena tidak bisa melakukan aktivitas trading online. “Tapi dari segi kunjungan masih aman karena mereka bisa menggunakan Stockbit Stream (platform sosial) dan Stockbit Pro untuk tool analisis yang lebih komprehensif. Nanti setelah selesai akuisisi dan ganti nama, semoga confidence user bertambah.”

Mengenai rencana berikutnya untuk masuk ke kelas aset investasi lainnya, misalnya aset kripto, Wellson menuturkan pihaknya berusaha relevan dengan menjawab pain point yang dialami pengguna. Namun untuk bisa menambah kelas aset lain, perlu riset lebih lanjut. “Tetapi, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik bagi para pengguna. Seandainya ini menjadi sesuatu yang real, akan kami kabari segera.”

Disebutkan, saat ini Stockbit memiliki satu juta pengguna, dengan 90% dari mereka berusia di bawah 35 tahun. Di Indonesia, jumlah investor saham mencatatkan peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Di awal tahun 2016, jumlah investor saham tercatat sebanyak 434 ribu orang. Sementara di akhir Oktober 2021, jumlahnya sebesar 3,1 juta.

“Layanan perdagangan saham online yang modern, namun dihadirkan secara sederhana, kami harapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Stockbit ingin berkontribusi dalam meningkatkan jumlah investor di pasar modal serta mendukung perekonomian nasional. Untuk meningkatkan pengetahuan para investor, khususnya investor pemula, kami juga telah meluncurkan Stockbit Academy sebagai sarana belajar saham dari nol dari para profesional secara gratis,” tutup Wellson.

Percepat proses akuisisi

Langkah akuisisi perusahaan sekuritas ini sebelumnya juga sudah dilakukan Ajaib terhadap PT Primasia Unggul Sekuritas (kini bernama Ajaib Sekuritas) pada Maret 2020. Kehadiran perusahaan sekuritas yang langsung terintegrasi dengan platform, tentunya mempermudah perusahaan saat mengakuisisi pengguna baru.

Misalnya, dalam hal pembukaan Rekening Dana Nasabah, transaksi jual-beli, hingga penarikan dana secara online, sepenuhnya bisa dilakukan secara digital tanpa dokumen fisik apapun. Langkah tersebut mampu membuat Ajaib tumbuh melesat baik secara volume transaksi maupun jumlah pengguna.

Data terakhir menyebut, dalam kurun dua tahun, Ajaib berhasil mengakuisisi lebih dari satu juta investor ritel. Bahkan dalam tiga bulan terakhir, telah meraih 400 ribu pengguna baru. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia periode 1-5 November 2021, Ajaib masuk pada urutan ketiga sebagai broker teraktif sebanyak 1,04 juta kali dengan nilai transaksi Rp1,46 triliun.

Ruang pertumbuhan investor, terutama ritel di Indonesia berpotensi akan lebih menggeliat karena saat ini jumlah investor masih belum mencapai 1% dari total penduduk Indonesia. Alhasil, aksi merger dan akuisisi yang didorong oleh startup digital sangat memungkinkan bakal lebih ramai lagi ke depannya karena mampu mendorong pertumbuhan yang terakselerasi dengan platform digital.

Application Information Will Show Up Here