Shiv App Sajikan Layanan Transfer Antar Bank Gratis

Startup fintech dengan layanan mobile wallet mulai bermunculan di tanah air. Setelah sebelumnya Flip hadir dengan solusi yang memudahkan pengguna smartphone untuk dapat melakukan transfer uang lintas bank dengan mudah, kini Shiv App hadir meramaikan pangsa pasar dengan layanan yang hampir sama.

Shiv bekerja sebagai perantara antara seseorang yang ingin mentransfer uang dengan calon penerimanya. Setiap transaksi dilakukan melalui rekening perantara Shiv, nantinya Shiv akan mengirimkan kepada penerima yang dituliskan. Meskipun nantinya dikirimkan ke nomor rekening berbeda, Shiv mengatakan bahwa tidak ada biaya transfer untuk kebutuhan tersebut. Saat ini limit transfer tiap pengguna per hari mencapai 2 juta.

Dengan rata-rata pemrosesan transfer selama 20 menit, Shiv kini sudah melayani transaksi kirim uang tanpa biaya dari 10 bank populer di Indonesia ke lebih dari 53 nomor rekening bank tujuan. Saat ini juga baru terdapat layanan mode web, belum dirilis untuk mobile apps dari Shiv.

Bagi yang tertarik untuk menggunakan layanan Shiv, langkah yang diperlukan untuk memulai transaksi adalah pengguna harus mendaftarkan diri di website Shiv App. Selanjutnya pengguna diminta memilih jenis pengiriman uang, apakah hendak via bank (uang yang dikirim akan masuk ke rekening bank penerima) atau via email (uang akan diterima di email yang dituju dan dapat ditarik ke rekening penerima). Selanjutnya pengguna diminta melengkapi informasi transfer dan pin keamanan yang di-generate oleh sistem Shiv. Pengirim dan penerima akan mendapatkan nomor pin yang sama.

Ketika uang yang dikirimkan ternyata mengalami kendala, semisal karena rekening penerima tidak valid, maka Shiv akan mentransfer balik nominal sesuai dengan yang dikirimkan sebelumnya oleh pengguna. Layanan yang memulai beta-launch pada 30 April 2016 lalu ini memang belum menggali revenue pada bisnis ini. Shiv cenderung lebih ingin memperluas pangsa pasar dan melakukan akuisisi pengguna.

Saat ini pemrosesan layanan memang masih manual. Prosesnya kurang lebih dapat disimulasikan seperti ini. Misalnya si A memiliki rekening Mandiri, ingin mentransfer uang ke si B dengan rekening BRI. Si A mentransfer melalui Shiv dengan mode rekening ke nomor rekening Mandiri Shiv, selanjutnya Shiv akan mengirimkan nominal yang sama dari rekening BRI Shiv ke nomor rekening si B. Pada dasarnya memang tidak ada biaya transaksi yang harus dikeluarkan keduanya. Namun biaya layanan yang seharusnya ada ke depan tampaknya ingin dipertahankan Shiv dan digantikan dengan otomatisasi sistem.

Kanopi Hadirkan Layanan Mobile Terpadu untuk Perusahaan Finansial Mikro

Di Indonesia permasalahan untuk memudahkan transaksi finansial dan pernak-perniknya masih menjadi hal yang coba dipecahkan banyak pihak. Salah satu perusahaan rintisan atau startup yang coba mengatasi hal ini adalah Kanopi.

Kanopi mengkhususkan diri hadir untuk membantu institusi-institusi finansial di Indonesia dengan menyediakan solusi untuk pemantauan rekening dan transaksi dilengkapi dengan teknologi mobile terpadu dan real-time. Kanopi juga menyediakan perangkat Android kepada staf-staf perusahaan finansial mikro untuk melakukan registrasi dan transaksi yang diklaim lebih aman dan akurat.

Perusahaan finansial mikro yang menjadi target utama Kanopi biasanya merupakan sebuah organisasi yang menawarkan jasa terhadap masyarakat berpendapatan rendah. Hampir semua institusi finansial mikro memberikan pinjaman, tapi tidak sedikit juga yang menawarkan asuransi, penyimpanan uang dan jasa lainnya.

Kanopi dalam rilisnya menyebutkan, sesuai dengan riset Boston Consulting Group, Indonesia merupakan salah satu negara dengan sektor finansial mikro yang besar, dengan berbagai bank komersial, dan lebih dari 60 ribu institusi finansial mikro yang melayani lebih dari 50 juta penduduk yang tidak memiliki rekening bank. Pasar potensial yang coba dimanfaatkan Kanopi.

“Problematika inklusi dan partisipasi dalam sektor perbankan bukan merupakan permasalahan aksesibilitas. Masih banyak warga Jakarta yang belum memiliki rekening bank. Indonesia merupakan negara yang sangat bergantung pada tunai. Untuk menghadapi realitas ini, Kanopi mencoba mengidentifikasikan tantangan­-tantangan utama dalam dunia finansial mikro, dan menyelesaikannya,” terang CEO Kanopi Steven Hodgson.

Hodgson lebih jauh menjelaskan bahwa tantangan terberat saat ini adalah memisahkan masyarakat yang memiliki berpendapatan rendah dan inklusif finansial adalah kemampuan teknis yang dimiliki institusi-institusi finansial mikro. Dan Kanopi menjawab itu dengan solusi yang mereka berikan.

Kanopi mendistribusikan smartphone Android untuk staf-staf institusi finansial mikro untuk memudahkan mereka melakukan transaksi di mana saja, termasuk menghubungkan mereka dengan kantor pusat menggunakan sistem yang dikembangkan Kanopi. Selanjutnya staf-staf tersebut bertanggung jawab untuk menerima deposit dan menarik data atas kepentingan pelanggan.

Sebagai mekanisme perlindungan, semua proses akan dilengkapi dengan sistem verifikasi keamanan menggunakan sidik jari. Terobosan yang menggugurkan pelanggan mengingat kata kunci, buku kode atau nomor rekening. Setelah semua proses selesai pelanggan akan menerima SMS yang memberitahukan keberhasilan transaksi.

Untuk memastikan solusi mereka pantas dan memadai, Kanopi berkoordinasi dengan Microfinance Innovation Center for Resources and Alternatives. Kanopi juga bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk memastikan keberlangsungan perkembangan ekosistem finansial mikro di Indonesia.

Sistem Kanopi pertama kali diujicobakan di Bendungan Hilir Jakarta. Selanjutnya Kanopi akan mulai memperkenalkan solusi mereka di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

DBS Rencanakan Bawa Digibank ke Indonesia

Digibank, sebuah layanan pembayaran digital milik bank DBS (Singapura) diperkenalkan ke publik India April silam. India dinilai sebagai pasar yang tepat untuk menumbuhkan layanan mobile-only perbankan tersebut. Satu bulan setelah peluncuran, pihak Digibank tampak ingin kembali berekspansi, kali ini yang menjadi tujuan adalah Indonesia dan Tiongkok. Dikabarkan tak kurang dari 1 atau 1,5 tahun lagi ekspansi tersebut akan dilakukan.

Digibank disebut-sebut menjadi satu-satunya layanan mobile-only bank yang ada saat ini. Dengan dilengkapi teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu para penggunanya, Digibank mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia perbankan.

“Masa depan perbankan dan menjadi sangat berbeda dari apa yang telah kita lihat. Saat ini berada di titik puncak dari sebuah revolusi besar. Jika Anda berpikir lima tahun terakhir, dan melihat perubahan di industri ritel, taksi, perjalanan dan musik, perubahan ini terjadi dari industri ke industri. Karena itu regulasi dan psikologi seputar keuangan menjadi berbeda […] Tapi, dalam lima tahun ke depan kita akan melihat transformasi yang luar biasa dalam cara perbankan,” ujar Chief Executive Officer Singapore-headquartered Financial Services Major DBS Group and Director Piyush Gupta.

Untuk Indonesia, DBS sendiri sudah mulai memasuki sektor digitalisasi pada periode 2012-2013 dengan berinvestasi pada teknologi infrastruktur. Setelah itu selepas gagal mengakuisisi Bank Danamon pada pertengahan 2013 DBS Group mengubah strateginya yang semula akuisisi menjadi digitalisasi.

“Ekspansi harus melalui digitalisasi. Kami telah menghabiskan banyak waktu untuk mengatur ulang arsitektur teknologi backend kami. Pada pertemuan (yang membahas) strategi kami di Seoul pada 2013, dewan menyimpulkan bahwa waktu yang tepat untuk benar-benar memikirkan kembali, meningkatkan dan merevolusi cara kita menyimpan uang,” ujar Gupta.

Melihat kecanggihan teknologi yang diterapkan Digibank layanan ini akan menarik melihat respon masyarakat Indonesia jika akhirnya berlabuh di Indonesia. Pasalnya sejauh ini banyak penyedia layanan mencoba menghadirkan beragam metode pembayaran untuk menjaga pengalaman pengguna agar tetap pada titik kenyamanan.

Namun dari pemberitaan Forbes India Digibank adalah jalan pertama untuk DBS menjadi salah satu penyedia layanan perbankan era digital. DBS disebutkan tidak ingin membatasi diri hanya untuk menjadi solusi pembayaran. DBS berambisi untuk menghadirkan solusi perbankan digital yang lengkap untuk terus menjadi loyalitas penggunanya.

Tunaiku Buka Kantor Operasional Pertamanya

Tunaiku salah satu pemain di sektor fintech (financial technology), tepatnya untuk layanan KTA (Kredit Tanpa Agunan) diberitakan telah membuka kantor fungsional pertamanya di Jakarta belum lama ini. Layanan yang diprakarsai oleh PT Bank Amar Indonesia (Amar Bank) membuka kantor operasional untuk mengakselerasi pertumbuhan penggunanya, seiring dengan makin diminatinya solusi keuangan dengan pemrosesan digital, begitupun dengan persaingan di bidangnya.

Direktur Amar Bank Vishal Tulsian menerangkan bahwa pertumbuhan pengguna Tunaiku telah melebihi ekspektasi perusahaan. Pertumbuhan ini bahkan terus diprediksi akan terus meningkat secara signifikan.

“Saya percaya bahwa angka (peningkatan) akan terus bertambah mengingat sektor fintech di Indonesia terus tumbuh,” ujarnya.

Seperti diberitakan Detik, saat ini melalui Tunaiku Amar Bank telah mengucurkan kredit dengan besaran Rp 2-10 juta dengan jangka waktu pinjaman mulai dari 6 bulan hingga 12 bulan dan suku bunga tetap mencapai 3 persen per bulan.

Layanan Tunaiku bekerja dengan menerima pengajuan pinjaman secara online. Setelah itu setiap pengajuan akan melalui tahap verifikasi. Setiap pengajuan yang lolos nantinya akan mendapatkan jawaban dan akan dikunjungi kantor atau rumahnya oleh pihak Tunaiku untuk memberikan kontrak peminjaman.

“Ini cukup mudah jadi peminjam nggak perlu ke kantor untuk ajukan aplikasi nanti kita bisa yang datangi,” kata Vishal.

Sama seperti layanan KTA lain, Tunaiku juga diminta untuk memperhatikan tingkat bunga yang diterapkannya. Peneliti Eksekutif Senior dai Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Hendrikus meminta layanan pembiayaan atau pinjaman dengan teknologi untuk memperhatikan perlindungan konsumen dengan dengan memperhatikan tingkat bunga yang diterapkan. Tunaiku saat ini disebut masuk dalam jenis FinTech 2.0 atau fintech yang dimiliki oleh industri keuangan dan diawasi oleh OJK.

Istilah Finansial Yang Wajib Dicermati Pelaku Startup

Yang perlu diperhatikan ketika Anda terjun ke dunia startup, khususnya e-commerce, adalah mengerti dengan jelas apa itu pengertian Revenue, Gross Merchandise Value, Gross Transaction Value dan lainnya. Hal ini penting agar Anda bisa mengetahui dengan jelas perbedaan tersebut dan mengerti sepenuhnya metrik yang relevan untuk startup. Tips DailySocial kali ini akan mengurai dengan lengkap poin-poin penting yang perlu dicermati terkait dengan istilah finansial yang biasa digunakan secara rutin oleh venture capital, pelaku startup, dan pihak terkait lainnya.

GMV / GTV

Pengertian pendapatan (Revenue) adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan. Jumlah ini adalah jumlah kotor, atau sering dikenal sebagai omzet penjualan. Adalah menjadi tidak benar ketika Anda, seorang Founder dan CEO startup, masih belum bisa memilah dengan baik apa itu pengertian pendapatan (Revenue) yang sebenarnya dan mengkategorikan sebagai semua pemasukan yang dimiliki oleh perusahaan. Semua platform yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan bukanlah masuk dalam kategori  pendapatan (Revenue). Meskipun  uang tersebut berasal dari pelanggan Anda namun bukan berarti pendapatan tersebut milik perusahaan.

Pengertian yang benar adalah ketika keseluruhan total penjualan serta volume transaksi melalui platform yang dimiliki perusahaan atau yang dikenal dengan istilah Gross Merchandise Value (GMV) atau Gross Transaction Value (GTV). Pada dasarnya adalah kumpulan uang yang dikeluarkan oleh pengguna dalam waktu-waktu tertentu.

Contoh sederhana adalah bisnis yang dijalankan oleh Airbnb. GMV yang didapatkan oleh Airbnb berasal dari harga booking pengguna, sementara pendapatan (Revenue) yang dihasilkan oleh Airbnb berasal dari komisi di setiap transaksi.

MRR & ARR

Definisi yang satu ini ternyata metrik yang cukup menarik dan disukai oleh pasar finansial karena melibatkan keakuratan serta sifat yang melekat. Pendapatan (Revenue) yang berulang dan selalu ada adalah model bisnis yang melibatkan melakukan kegiatan penjualan kepada seseorang untuk sebuah akses atau produk secara rutin.

Monthly Recurring Revenue (MRR) adalah adalah total pendapatan (Revenue) selama satu bulan, sementara Annual Recurring Revenue (ARR) adalah total MRR dikalikan 12. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah tidak semua perusahaan memiliki pendapatan yang berulang (Recurring Revenue), di antara perusahaan tersebut lebih banyak mendapatkan “penjualan bulanan”.

Contoh sederhana adalah UBER. Pendapatan (Revenue) yang didapatkan oleh UBER bukanlah Monthly Recurring Revenue (MRR), karena setiap perjalanan yang digunakan oleh pengguna tidak bersifat setiap hari (berulang). Perusahaan yang baik bisa dibangun dengan menggunakan pendapatan yang berulang atau tidak berulang. Intinya adalah jangan langsung menetapkan bahwa pendapatan setiap bulan yang perusahaan Anda dapatkan adalah MRR, kecuali bisnis yang Anda jalankan sesuai dengan model bisnis tersebut.

New, Expansion, Downgrades & Cancelled MRR

Definisi finansial berikut ini penting untuk dicermati bagi Anda yang menjalankan startup dengan pendapatan yang berulang. Pisahkan masing-masing kategori berdasarkan definisi yang sesuai. Kategorikan semua MRR yang telah terkumpul berdasarkan 4 golongan, di antaranya adalah New, Expansion, Downgrades & Cancelled MRR.

New MRR adalah MRR tambahan dari klien baru yang pertama kali menggunakan produk yang Anda ciptakan. Expansion MRR adalah MRR tambahan yang berasal dari pelanggan tetap dan biasanya dipicu dari adanya pembaruan aplikasi, fitur (upgrades) yang ada di produk Anda. Downgrade MRR adalah total jumlah MRR yang mulai berkurang dari pelanggan dibandingkan bulan sebelumnya, kebalikan dari Expansion MRR. Yang terakhir adalah Cancelled MRR yaitu pembatalan dari pelanggan tetap yang berhenti menggunakan layanan produk Anda dalam satu bulan.

Contract Value (TCV & ACV)

Pada umumnya setiap transaksi memiliki Total Contract Value (TCV), artinya adalah jumlah uang secara keseluruhan yang dikeluarkan oleh klien untuk perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Sementara Annual Contract value (AVC) adalah ukuran dari keseluruhan uang yang dikeluarkan oleh klien kepada perusahaan dalam jangkan waktu 12 bulan, dalam hal ini aktivitas yang diharapkan dari klien adalah lebih dari 12 bulan.

Yang perlu diperhatikan adalah jika perusahaan Anda akan menutup penjualan dan pada bulan yang sama telah mengumpulkan TVC, jangan terlalu tergesa mengkategorikan semua adalah pendapatan (Revenue) dalam waktu satu bulan. Secara keseluruhan Contract Value dan uang yang terkumpulkan bukanlah pendapatan (Revenue).

Net Revenue & Gross Margin

Agar bisa melihat sejauh mana bisnis Anda berjalan dengan baik, tidak melulu harus melihat pendapatan (Revenue). Net Revenue & Gross Margin juga bisa menjadi penentu kesehatan dari finansial perusahaan Anda. Net Revenue adalah uang sebenarnya yang didapatkan setelah mengurangi biaya penjualan barang dari (Gross) Revenue. Kegiatan ini biasanya banyak diterapkan di e-commerce, ketika nilai Net Revenue biasanya melibatkan pengurangan biaya termasuk didalamnya diskon dan pengembalian.

Gross Margin merupakan analisa pendapatan untuk menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan penyesuainnya dengan harga barang yang dihasilkan per satuan dikurangi dengan biaya-biaya variabel atau dapat juga dikatakan keuntungan kotor. Semakin tinggi persentasenya artinya adalah semakin besar jumlah uang yang bisa dipertahankan oleh perusahaan. Kegiatan seperti ini biasanya banyak terjadi pada bisnis software yang kerap mengalami Gross Margin yang tinggi sekitar 70-90%.

Perusahaan e-commerce biasanya secara signifikan kerap mengalami Gross Margin yang rendah, sekitar 20-40%, akibat rendahnya margin yang didapatkan dari barang yang dijual.

Kesimpulannya adalah bagi Anda pelaku startup penting untuk mengetahui perbedaan yang ada. Jika diterapkan dengan benar bisnis yang dijalankan, Anda sebagai CEO dan Founder startup tidak perlu direpotkan dengan kegiatan penggalangan dana, kuncinya adalah mendapatkan pendapatan (Revenue).

Kepedulian Data Harus Ditingkatkan di Sektor Finansial

Data di era sekarang banyak di tempatkan menjadi sebuah aset. Dengan bantuan teknologi big data mengetahui pola perilaku dari data-data yang terkumpul akan membantu perusahaan atau organisasi mengambil keputusan. Tapi di samping itu, mengumpulkan data juga berarti meningkatkan isu kebocoran data, jika data tersebut bersifat pribadi itu bisa dimasukkan dalam kategori pelanggaran privasi. Sektor finansial merupakan salah satu sektor yang memiliki dampak luas jika mengalami kebocoran data. Berikut beberapa kepedulian yang perlu dimiliki bagi mereka yang berada di sektor finansial berkaitan dengan data.

Sudah selayaknya dengan posisi data yang semakin penting dalam organisasi atau perusahaan perlindungan pun harus ditingkatkan. Selain itu pastikan selalu Anda memiliki kontrol penuh terhadap perlindungan data, termasuk perlindungan dari upaya-upaya penipuan.

Untuk perusahaan yang menyediakan layanan finansial data lebih dari sekedar informasi. Di sana tersimpan banyak informasi krusial dari pengguna. Untuk itulah semua layanan finansial yang sudah mulai mengimplentasikan big data harus mengetahui dengan pasti informasi apa yang dikumpulkan dari pengguna.

Ini semua terkait dengan transparansi dan kebijakan privasi, pastikan semua pengguna tahu dengan pasti apa yang mereka bagikan. Termasuk dengan komitmen untuk melindungi data tersebut. Semua harus dijelaskan di awal perjanjian dengan pengguna. Selain transparansi, diperlukan juga kemampuan yang baik identifikasi dan analisis risiko, lengkap dengan skenario penanganan kebocoran data.

Terutama bagi sektor finansial atau keuangan, kemampuan identifikasi dan analisis risiko sangat diperlukan. Bahkan seluruh elemen yang bertanggung jawab di organisasi tersebut terlatih, profesional dan kompeten. Sebab risiko di sini juga berarti dengan kredibilitas perusahaan tersebut.

Harus ada mekanisme yang pasti untuk mengatasi kebocoran data. Termasuk skenario terburuk jika data sudah dipastikan bocor, harus ada penanganan misalnya bagaimana mengkomunikasikan masalah tersebut dengan pengguna dan meredakan situasi yang ada (yang tentu akan sangat kacau).

Selain harus menyiapkan mekanisme untuk mengatasi pelanggaran data yang ada memberi pengetahuan lebih kepada pengguna agar lebih jeli juga menjadi hal utama. Sangat perlu untuk juga memberikan pemahaman lebih dari pengguna terkait layanan yang Anda berikan. Pengguna yang berwawasan biasanya lebih bijak untuk memilih, dan juga bersikap ketika ada sesuatu yang tidak diinginkan.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

BlackBerry to Cut 4500 Jobs Following Disastrous Quarter

Things are looking incredibly grim for BlackBerry today as it announced preliminary results of its Q2 2014 financial period which ended in August 2013. The company is facing massive job cuts, high levels of unsold inventory, a billion dollar loss, and it will be leaving the mass consumer market as it repositions itself as an enterprise device and services provider.

Continue reading BlackBerry to Cut 4500 Jobs Following Disastrous Quarter

RIM Posts Massive Losses, Delays BlackBerry 10 to 2013, Plans To Layoff 5,000 people

The financial market had been expecting significant negative news from Research In Motion at the company’s first quarter of fiscal 2013 earnings report on Thursday but somehow RIM managed to exceed their expectations. And not in a good way.

RIM reported a $518 million loss on revenue of $2.8 billion compared to last year’s $695 million net income on $4.9 billion revenue. That represents a 43 percent drop in revenue and a $1.2 billion swing from net income to net loss year on year.

In the past three months, the company shipped 7.8 million BlackBerry smartphones and 260,000 PlayBook tablets. In the previous quarter, RIM recorded a net loss of $125 million on revenues of $4.2 billion, shipped approximately 11.1 million BlackBerry phones, and over 500,000 PlayBook tablets.

Continue reading RIM Posts Massive Losses, Delays BlackBerry 10 to 2013, Plans To Layoff 5,000 people

Two Additional Partners for Financial Consultants in NgaturDuit.com

As featured in DailySocial, NgaturDuit, a service for financial record, plan, and manage announced their collaboration with additional financial consultant groups and now the groups’ logos have appeared in NgaturDuit.com. So, now other than their main partner Akbar’s Financial Check-up (AFC) they are also supported by 2 new partners, Finansia Consulting and Tatadana.

DailySocial tried to contact Api Perdana from NgaturDuit to find out about their strategy on this, including several new developments from their service. Perdana explained that AFC is their main partner and the collaboration with the new two partners is based on discussion with AFC.

Continue reading Two Additional Partners for Financial Consultants in NgaturDuit.com

What’s New with NgaturDuit.com and Amplop.in?

As reported in previous DailySocial article, NgaturDuit officially launched v2 of their financial services. This launch coincided with The Indonesian Financial Planning Expo event, but if you read NgaturDuit’s Twitter account, the users have been able to access it since March 25, 2011 (night).

NgaturDuit new look, as described by Api Perdana to DailySocial, “is quite different than the version-1 because now we’re using the dashboard concept, so all settings can be done in less than 3 steps.”

This new version of NgarturDuit now comes with 3 columns, with the main menu option located at the top. The left part contains the features to manage accounts, view payable / receivable and manage budgets, while the right side contains a calendar feature and display a graphic summary. The middle is the main part of the display of various menus selected by the user.

Continue reading What’s New with NgaturDuit.com and Amplop.in?