Pendapatan Amar Bank Naik 15% di Semester Pertama 2024 Berkat Digitalisasi

Amar Bank melaporkan lonjakan laba sebesar 15% pada semester pertama tahun 2024, terutama didorong oleh penerapan inovasi digital dalam operasional mereka. Dalam rilis pers  resminya, induk platform fintech Tunaiku ini menyoroti keberhasilan strategi digitalisasi yang telah mereka jalankan.

CEO Amar Bank, Vishal Tulsian, mengungkapkan bahwa transformasi digital adalah kunci utama di balik peningkatan kinerja keuangan ini.

“Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi terkini guna memberikan layanan terbaik kepada nasabah kami,” ujarnya.

Platform digital Tunaiku menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini. Dengan memanfaatkan teknologi big data dan AI, Tunaiku berhasil memberikan akses kredit yang lebih mudah dan cepat kepada nasabah. Inovasi ini tidak hanya mempercepat proses persetujuan kredit, tetapi juga meningkatkan tingkat kepuasan nasabah.

Peningkatan penggunaan aplikasi mobile

Salah satu faktor signifikan lainnya yang berkontribusi pada peningkatan laba Amar Bank adalah peningkatan penggunaan aplikasi mobile oleh nasabah. Aplikasi ini memudahkan nasabah dalam mengelola akun mereka, melakukan transaksi, dan mengajukan pinjaman secara real-time. Dengan antarmuka yang user-friendly dan fitur-fitur canggih, aplikasi mobile Amar Bank berhasil menarik lebih banyak pengguna dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut data internal, penggunaan aplikasi mobile meningkat hingga 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh platform digital Amar Bank.

Selain inovasi teknologi, Amar Bank juga fokus pada strategi kolaborasi dan pengembangan produk. Bank ini menjalin kemitraan dengan berbagai fintech dan perusahaan teknologi untuk memperluas jangkauan layanan mereka. Salah satu kolaborasi terbaru adalah dengan perusahaan teknologi finansial terkemuka, yang memungkinkan Amar Bank untuk memperkenalkan produk-produk baru yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Inovasi produk juga menjadi salah satu fokus utama. Amar Bank meluncurkan beberapa produk baru yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan finansial berbagai segmen masyarakat. Produk-produk ini mencakup solusi pinjaman untuk usaha kecil dan menengah (UKM) serta layanan keuangan yang lebih inklusif bagi masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional.

Tantangan dan prospek masa depan

Meski mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, Amar Bank tetap waspada terhadap tantangan yang mungkin dihadapi di masa depan. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan persaingan yang semakin ketat di industri perbankan menjadi beberapa tantangan utama yang harus dihadapi.

Namun, dengan strategi yang solid dan fokus pada inovasi, Amar Bank optimis dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

“Kami percaya bahwa dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, kami dapat menghadapi tantangan dan meraih peluang yang ada,” tutup Vishal Tulsian.

Dengan pencapaian ini, Amar Bank telah membuktikan bahwa inovasi digital bukan hanya tren sementara, melainkan masa depan industri perbankan yang mampu memberikan manfaat nyata bagi nasabah dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Survei AFPI: P2P Lending Catat Penurunan Bisnis 5% Akibat Pandemi

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) melaporkan industri p2p lending mengalami penurunan penyaluran pinjaman sebesar 5% dari Maret 2020 dibandingkan bulan sebelumnya akibat pandemi Covid-19. Disebutkan juga penurunan bisnis belum memberi dampak terhadap tingkat kredit bermasalah.

Dalam survei singkat yang diselenggara asosiasi pada 6 April 2020, responden menyatakan TKB90 (Tingkat Keberhasilan Bayar 90 Hari) tercatat stabil. Asosiasi belum mendapat data teranyar untuk melihat kondisi terkini. Bila melihat dari data OJK, TKB90 industri berada di angka 96,08% atau NPL 3,92% per Februari 2020. Angka tersebut tergolong sehat untuk industri.

Survei ini diikuti oleh 130 anggota AFPI sebagai responden. Dijelaskan, sebanyak 52% di antaranya atau 68 pemain mengaku sudah mendapat permohonan restrukturisasi dari peminjam.

“Survei ini baru secara industri. Kita akan lakukan survei ketika melihat pandemi ini sudah berlangsung panjang, bagaimana penurunan dari masing-masing platform baik dari nominal maupun debiturnya,” terang Ketua Harian AFPI Kuseryansyah dalam video conference bersama media, Senin (20/4).

Pria yang kerap disapa Kus ini menambahkan, gelombang dampak pandemi diprediksi akan ada di posisi puncak antara bulan depan sampai Juni 2020. Pada saat itu, diprediksi tingkat TKB90 dan NPL akan mengalami koreksi. Perusahaan dianjurkan untuk terus aktif melakukan pemantauan secara harian dan stress test untuk mengurangi dampak.

“Covid-19 sedikit banyak berpengaruh terhadap rencana bisnis perusahaan, termasuk target seluruh anggota penyelenggara. Pandemi juga dikhawatirkan membuat risiko kegagalan pembayaran berpotensi meningkat, sehingga akan semakin memperketat mitigasi risiko atas pengajuan pinjaman-pinjaman baru.”

Bila di dalami lebih jauh, dari semua segmen p2p lending ada yang justru mengalami berkah. Salah satunya Tokomodal yang bergerak pada pinjaman produktif untuk pemilik warung. CEO & Co-Founder Tokomodal Chris Antonius menerangkan, bisnisnya justru menunjukkan tanda peningkatan drastis karena transaksi warung yang meningkat.

“Ketika mal dan pusat belanja ditutup, masyarakat kembali belanja di warung buat beli kebutuhan pokok. Makanya pinjaman di Tokomodal justru naik. Terlebih itu, tenor kami hanya tujuh hari jadi turn over-nya cepat,” ujarnya.

Dari analisis perusahaan sejak dua bulan lalu hingga sekarang, Tokomodal tidak memiliki pengajuan restrukturisasi kredit. Untuk dukung operasional warung, kini perusahaan membuat program dukungan dengan membebaskan biaya admin setiap pengajuan pinjaman.

Kondisi sedikit berbeda dihadapi oleh Investree. Mereka mencatat dari total outstanding kredit sekitar 15% pinjaman yang berpotensi terkena dampak pandemi. Rata-rata industri tersebut bergerak di bidang ritel, seperti restoran dan kedai kopi.

Kurang dari 1% di antaranya adalah realisasi dari pinjaman yang pembayarannya terlambat. Sisanya, sekitar 2%-3% bersikap proaktif dengan meminta pengajuan restrukturisasi. Namun persetujuan ini tergantung dari keputusan pemberi pinjaman. Bentuk keringanan yang diberikan Investree yakni perpanjangan tenor dan payment holiday atau libur pembayaran.

“Kita enggak bisa langsung restrukturisasi karena p2p itu bukan on balance sheet, tapi off balance sheet. Jadi harus ada persetujuan dari lender, apakah setuju untuk restrukturisasi atau ada payment holiday,” tambah Chief Risk Officer Investree Amalia Safitri.

Hal yang sama juga dilakukan Crowdo. Perusahaan menganalisis bisnis peminjam yang terdampak pandemi sejak Maret lalu. Di antaranya consumer goods yang mengalami pengajuan keringanan tertinggi, ada juga sektor lainnya.

“Kami analisis peminjam mana yang kira-kira akan terdampak Covid-19. Pada April, sudah ada yang minta. Saat ini baru 3% peminjam yang mengajukan restrukturisasi. Kami berkomunikasi intensif dengan para peminjam yang meminta keringanan kredit untuk kontrol hariannya,” ujar COO Crowdo Indonesia Nur Fitriani.

Chris melanjutkan, dampak yang terasa setiap pemain p2p akan sangat tergantung pada segmen industri yang dilayani. Ambil contoh, bila ada warung makan yang mengajukan pinjaman produktif, tapi lokasi usahanya di lokasi wisata, otomatis bisnisnya akan ikut terdampak.

“Saya melihat pinjaman yang sifatnya justru lebih mendekati kebutuhan dasar akan meningkat bisnisnya. Logistik, alat kesehatan, e-commerce juga menunjukkan tren naik jumlah pinjamannya,” sambung Chris.

Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan AFPI Tumbur Pardede menerangkan p2p lending berbeda dengan bank. Mereka hanya bertindak sebagai platform penyelenggara yang mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman. Jadi, platform tidak berwenang untuk memberikan persetujuan restrukturisasi tanpa persetujuan dari pemberi pinjaman.

“Namun penyelenggara dapat memfasilitasi permintaan pengajuan restrukturisasi bagi peminjam UMKM yang terdampak Covid-19 kepada pihak pemberi pinjaman,” tambahnya.

Hingga akhir Februari 2020, OJK mencatat penyaluran pinjaman p2p lending senilai Rp95,39 triliun naik 225,58% secara year on year. Dari sisi pemberi pinjaman ada 630 ribu entitas dan peminjam 22,32 juta entitas. Total penyelenggara p2p lending yang terdaftar di OJK ada 161 perusahaan, dengan 25 di antaranya sudah berizin.

Terus merekrut karyawan

Dampak Covid-19, bagi sebagian startup justru menjadi kesempatan untuk merekrut lebih banyak talenta baru. Tumbur yang juga CEO Tunaikita menerangkan, perusahaan merekrut lebih banyak tenaga customer service karena ada kebutuhan yang tinggi dalam hal komunikasi dengan para peminjam.

Selain itu, tenaga di bidang penilaian kini semakin dibutuhkan untuk melihat potensi di daerah baru yang tidak terdampak Covid-19 atau mencari peminjam baru. “Pengurangan karyawan belum berdampak, di industri justru makin dicari karyawan yang memang spesifik melakukan tugas-tugas dan fungsinya meningkat.”

Bisnis p2p lending, sambungnya, memperoleh pendapatan dari fee atas transaksi pinjam meminjam. Sementara, pendapatan bunga dan denda atas pinjaman adalah milik pihak pemberi pinjaman. Oleh karenanya, pendapatan mereka bergantung pada jumlah nilai penyaluran, sedangkan penyaluran ini tergantung pada kepercayaan pihak pemberi pinjaman terhadap kinerja platform.

“Momen ini sekaligus memperlihatkan fondasi bisnis yang kuat. Menurut efisien saya, momen-momen ini justru bisa menjadi pembuktian bahwa kita sudah melakukan yang benar [punya fondasi bisnis yang kuat],” tutup Chris.

P2P Lending Tunaiku Continues Operation Under Amar Bank

Tunaiku released an official statement after a rumor spread about the revoked license as p2p lending by OJK (Indonesia’s FSA). In its release to DailySocial, Vishal Tulsian, Amar Bank’s Managing Director, said the fact that Tunaiku was the one requesting for the revocation by OJK’s suggestion.

Tulsian said, in February 2018 Tunaiku established a separate legal entity PT Tunaiku Fintech Indonesia for p2p lending service license registration.

They submit the application to OJK’s Fintech Licensing and Managing Directorate of Licensing and Fintech Control (DP3F) The application was approved and issued by March 2018.

In spite of having an independent legal entity, Tunaiku still operating under Amar Bank.

The regulator, in this case, OJK’s Banking Supervisor, views Tunaiku’s four years performance under Amar Bank has resulted in providing loans of more than IDR 1 trillion and approaching more than 100 thousand customers in the beginning of the third quarter in 2018. OJK is finally pushed Tunaiku to remain under Amar Bank supervision.

“OJK Banking Supervisor suggested Amar Bank to continue running Tunaiku, under its supervision. Therefore, in August 2018, we submit a request for Tunaiku’s license cancellation as fintech p2p lending operator to DP3F OJK, and has been approved,” Tulsian explained.

“We appreciate the trust and support by the regulator, particularly OJK in terms of achieving the same goal, to support the national strategy of Indonesia’s financial inclusion and consumers protection as the priority,” he added.

Hendrikus Passagi, OJK’s DP3F Director, said, ” In its journey, Tunaiku electronic system is sorted by OJK Banking Supervisor as an Amar Bank product which operated since June 2014. With the consideration of operation and reputation, Tunaiku has submitted the cancellation request as a p2p lending operator.

He continued, the cancellation was meant for Amar Bank to focus, and Tunaiku platform can be fully supervised as a banking product. Upon the request, OJK’s DP3F approved and canceled the license of Tunaiku Fintech Indonesia.

“With the focus of Tunaiku supervision as a banking product of Amar Bank, it’s expected to advance the role in supporting the national strategy of financial inclusion in Indonesia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan P2P Lending Tunaiku Tetap Beroperasi Di Bawah Naungan Amar Bank

Tunaiku merilis pernyataan resmi pasca beredar kabar dicabutnya surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara p2p lending oleh OJK. Dalam keterangan yang diterima DailySocial, Managing Director Amar Bank Vishal Tulsian menyampaikan sebenarnya justru Tunaiku yang meminta pencabutan tersebut karena dorongan OJK.

Vishal menyebutkan, pada Februari 2018 pihak Tunaiku mendirikan badan hukum tersendiri PT Tunaiku Fintech Indonesia untuk kepentingan pendaftaran perizinan penyelenggaraan layanan p2p lending ini.

Mereka mengajukan pendaftaran ke Direktorat Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech (DP3F) OJK. Permohonan tersebut disetujui dan keluar pada Maret 2018.

Kendati sudah berbentuk badan hukum sendiri, dalam proses bisnisnya Tunaiku terus beroperasi di bawah Amar Bank.

Regulator, dalam hal ini Pengawas Perbankan OJK, melihat Tunaiku selama empat tahun beroperasi di bawah naungan Amar Bank telah berhasil memberikan pinjaman lebih dari Rp1 triliun dan menjangkau lebih dari 100 ribu nasabah di awal kuartal III/2018. OJK akhirnya mendorong Tunaiku untuk tetap berada di bawah pengawasan Amar Bank.

“Pengawas Perbankan OJK mendorong Amar Bank untuk tetap mengoperasikan Tunaiku sebagaimana yang sudah dilakukan, yaitu tetap berada di bawah pengawasan dan naungan Amar Bank. Dengan demikian, pada bulan Agustus 2018, kami menyampaikan permohonan pembatalan tanda terdaftar sebagai penyelenggara fintech peer-to-peer lending Tunaiku kepada DP3F OJK dan juga telah disetujui,” terang Vishal.

“Kami mengapresiasi kepercayaan dan dukungan yang terus diberikan oleh regulator, khususnya OJK dalam mencapai tujuan yang sama, yaitu mendukung strategi nasional keuangan inklusif tanah air serta perlindungan konsumen yang menjadi prioritas,” tambahnya.

Direktur DP3F OJK Hendrikus Passagi mengatakan, “Dalam perjalanannya, sistem elektronik Tunaiku juga dikelompokkan oleh pengawas perbankan OJK sebagai produk Amar Bank yang telah beroperasi sejak Juni 2014. Dengan pertimbangan operasional dan menjaga reputasi, serta meningkatkan peran platform Tunaiku dalam inklusi keuangan, Tunaiku telah menyampaikan permohonan pembatalan sebagai penyelenggara p2p lending.”

Dia melanjutkan, pembatalan tersebut dimaksudkan agar Amar Bank dapat lebih fokus dan platform Tunaiku sepenuhnya dapat diawasai dengan baik sebagai salah satu produk perbankan. Atas permohonan tersebut, DP3F OJK mengabulkan permohonan dan membatalkan tanda terdaftar Tunaiku Fintech Indonesia.

“Dengan semakin terarahnya pengawasan Tunaiku sebagai salah satu produk perbankan di Amar Bank, diharapkan Tunaiku dapat semakin meningkatkan perannya secara maksimal dalam mendukung strategi nasional keuangan inklusif di tanah air,” pungkas Hendrikus.

Application Information Will Show Up Here

OJK Cabut Tanda Terdaftar Lima Penyedia Fintech Lending

OJK mencabut tanda bukti terdaftar yang sebelumnya sudah dikantongi oleh lima perusahaan fintech p2p lending. Alasan regulator, seperti dikutip dari Tech In Asia, karena kelimanya terbukti melakukan pergantian pemegang saham tanpa persetujuan OJK.

Kelima perusahaan tersebut adalah Relasi, Tunaiku (produk KTA online dari Bank Amar), Dynamic Credit, Pinjamwinwin, dan Karapoto. Surat keputusan telah terbitkan sejak 24 Agustus 2018, alhasil perusahaan yang terkena dampak dari putusan ini harus menghentikan seluruh layanan, menyelesaikan hak dan tanggung jawab pengguna.

Mereka juga dilarang menggunakan logo OJK, serta tidak boleh mencantumkan pernyataan bahwa mereka terdaftar dan diawasi OJK dalam setiap kegiatannya.

OJK juga mengimbau masyarakat yang merupakan pengguna layanan tersebut untuk menghubungi perusahaan terkait. Tujuannya dalam rangka penyelesaian hak dan kewajiban pengguna.

DailySocial mencoba untuk menghubungi salah satu dari lima perusahaan tersebut, yakni Tunaiku. Pihak Tunaiku menolak untuk memberikan tanggapannya pada hari ini, Senin (3/9) dan berdalih pernyataan resmi baru akan dikeluarkan esok hari.

Tunaiku merupakan salah satu produk andalan yang sudah berusia empat tahun dari Amar Bank, bank swasta daerah dari Surabaya. Diklaim Tunaiku adalah salah satu pionir layanan fintech lending di Indonesia.

Dalam wawancara terdahulu, Vishal menyebut Tunaiku mengincar penyaluran pinjaman lebih dari Rp1 triliun sepanjang tahun 2018 untuk 100 ribu nasabah di seluruh Indonesia.

Layanan KTA Online Tunaiku Incar Penyaluran Lebih Dari Rp1 Triliun Sepanjang 2018

Layanan KTA online Bank Amar “Tunaiku” mengincar realisasi penyaluran pinjaman lebih dari Rp1 triliun sepanjang tahun ini untuk 100 ribu nasabah di seluruh Indonesia.

Target yang dipasang ini sebenarnya hampir melampaui bila dilihat dari pencapaian yang diklaim perusahaan sebesar Rp700 miliar untuk 70 ribu nasabah hingga pertengahan Mei 2018. Pertumbuhan bisnis secara keseluruhan di Tunaiku tumbuh rerata 30% per kuartalnya.

“Tahun ini kami memasuki usia ke-4. Misi kami adalah memberikan kredit untuk orang yang benar-benar butuh, bukan sekadar untuk kebutuhan konsumtif,” terang CEO Tunaiku Vishal Tulsian kepada DailySocial.

Pihaknya akan terus memperbaiki kualitas pelayanan agar proses pengajuan semakin seamless dan ramah bagi nasabah baru baik di situs desktop maupun aplikasi. Pun demikian, dari segi kualitas credit scoring untuk percepat penyaluran dana, sekaligus menekan kredit macet agar tidak tinggi.

Produk pinjaman pribadi seperti Tunaiku memiliki tantangan tersendiri dalam penyalurannya. Perusahaan harus memastikan tujuan penggunaannya harus tepat, bukan untuk kebutuhan konsumtif. Untuk itu kualitas saat melakukan credit scoring harus bagus karena risikonya besar.

“Tim data scientist kami membangun algoritma credit scoring yang canggih sehingga kami cukup memanfaatkan web footprint untuk bantu kami dalam menilai kualitas calon nasabah.”

Untuk pengajuan pinjaman di Tunaiku, calon nasabah dapat mengajukan mulai Rp2 juta-Rp20 juta dengan tenor 6-20 bulan, berbekal KTP saja. Besaran bunga yang diberlakukan adalah 3% per bulan (flat), berlaku untuk seluruh nasabah.

Mayoritas nasabah Tunaiku berlokasi di Jabodetabek dan Surabaya (kantor pusat Bank Amar). Bila digabung porsi dari dua lokasi tersebut mencapai 70% dari total nasabah. Tunaiku juga hadir di Sidoarjo dan Gresik. Sumbangsih dari Tunaiku masih menyumbang kurang dari 30% terhadap total portofolio bisnis KTA di Bank Amar.

Persaingan dengan fintech lending lainnya

Sebagai salah satu pionir layanan fintech lending di Indonesia, Vishal mengaku, pihaknya mengalami perjalanan yang panjang hingga akhirnya kini masyarakat mulai mengenal industri fintech. Lantaran pada waktu itu belum ada aturan yang mengatur bisnis fintech, terutama lending online.

“Kami turut berpartisipasi dengan regulator untuk membuat aturan soal lending. Sebab pada saat kami menghadirkan Tunaiku, fintech belum dikenal sama sekali.”

Lain dulu lain sekarang, sudah banyak pemain fintech lending yang beroperasi di Indonesia. Vishal mengaku pihaknya tidak khawatir dengan hal tersebut, sebab secara model bisnis, Tunaiku berada di posisi tengah-tengah. Antara fintech yang memberikan pinjaman dengan bunga harian dan fintech yang memberikan pinjaman untuk UKM.

Menurutnya, untuk menghadirkan layanan seperti Tunaiku memiliki tantangan, salah satunya KTA tergolong pinjaman tanpa jaminan sehingga risikonya besar. Memang, memberikan bunga harian yang tinggi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan.

Cara tersebut justru dinilai jadi tidak membantu nasabah karena cicilannya yang memberatkan. Untuk itu diputuskan untuk memberlakukan bunga flat untuk semua jenis nasabah, kendati mereka memiliki reputasi kredit yang kurang bagus.

“Tidak ada fintech yang beri pinjaman KTA dengan tenor antara 6-20 bulan, itu posisi kami. Inilah yang membedakan kami dengan fintech lending lainnya.”

Tambah kemitraan dengan Investree

Vishal, yang juga merupakan Managing Director Bank Amar, menambahkan saat ini perusahaan telah menambah kemitraan dengan Investree dengan menjadi lender dari kalangan institusi untuk para pengusaha UMKM.

Upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan target pertumbuhan kredit Bank Amar, khususnya kredit produktif. Sebelum teken kemitraan dengan Investree, sebelumnya Bank Amar juga menjadi lender untuk Amartha dan Mekar.

“Penandatanganan ini adalah bukti kami kepada pemerintah yang menyatakan bahwa ke depannya inovasi digital akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sektor UMKM, serta mampu memberikan dorongan finansial bagi masyarakat yang underserved,” pungkas Vishal.

Amar Bank Partners with Mekar to Facilitate Funding for SMEs

Amar Bank set an agreement with PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) in running a p2p lending service to distribute credit facility for some MFI (Micro Financial Institution) in Indonesia. Amar Bank’s support supposes to help SMEs’ business development through Mekar’s partners in all regions throughout Indonesia.

In fintech industry, Amar Bank has Tunaiku as a leading product, while Mekar is a fintech company that facilitates borrowers with lenders known as peer-to-peer (p2p) lending. Furthermore, Mekar will partner up with positive and potential MFI in need for investors to provide loans for its SMEs. In this position, Mekar expects the partnership to help SMEs development.

“This time, Amar Bank pairs with Mekar in distributing funds into some MFIs. Funding will be distributed to thousands of SMEs in some cities in Indonesia. We’ll continue to evaluate the potential to provide banking access for customers in need.” Vishal Tulsian, Amar Bank’s Managing Director, said.

This funding will be distributed to its two partners, Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) and Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Both are said to acquire more than a hundred thousand borrowers of SMEs from all over Indonesia.

In the process, Mekar will take a role as a marketplace that also monitoring fund distribution for the selected borrowers.

“It’s an honor for a fintech company as Mekar to be partnered with Amar Bank, a bank with one of the leading technology in Indonesia,” Thierry Sanders, CEO of Mekar, said.

The partnership is Amar Bank’s attempt to increase access towards their lending service. Tulsian added, in 2018, Amar Bank will be focused on two products, conventional and digital lending. The team is also committed in supporting the financial institution, including MFI, as an effort to facilitate people in need for fast and on-point funding.

“It [fast and on-point distribution] is supported with administration process that accessible and convenient transaction in banking. With an objective to provide funding for SMEs, it means that we can also help to fasten the distribution for the right target,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Amar Bank Bermitra dengan Mekar, Mudahkan UMKM Mendapatkan Dana

Amar Bank dan PT Mekar Investama Sampoerna (Mekar) sepakat menjalin  kerja sama demi menjalankan layanan pinjaman peer-to-peer untuk menyalurkan fasilitas kredit kepada sejumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia. Dukungan realisasi penyaluran dana Amar Bank diharapkan dapat mendorong pengembangan usaha UMKM melalui Lembaga Keuangan Mikro mitra usaha Mekar di berbagai wilayah di Indonesia.

Di industri teknologi finansial, Amar Bank mempunyai produk unggulan yakni Tunaiku, sedangkan Mekar merupakan perusahaan teknologi finansial yang membantu mempertemukan peminjam dengan pemodal atau disebut juga peer-to-peer lending. Mekar selanjutnya akan menjalin kerja sama dengan LKM yang dipandang sehat, memiliki potensi untuk tumbuh dan membutuhkan investor untuk memberikan pinjaman atas UMKM yang dibina LKM tersebut. Dengan posisinya sekarang, Mekar berharap kerja sama seperti ini bisa mendukung pertumbuhan UMKM.

“Kali ini, Amar Bank menggandeng Mekar dalam menyalurkan dana kepada beberapa Lembaga Keuangan Mikro. Penyaluran dana ini nantinya akan diteruskan kepada ribuan UMKM yang berada di beberapa kota di Indonesia. Kami akan terus mengevaluasi peluang untuk menyediakan akses perbankan bagi nasabah yang membutuhkan,” ungkap Managing Director Amar Bank Vishal Tulsian.

Nantinya penyaluran dana dari Amar Bank ke Mekar akan diteruskan ke dua mitra usaha bisnisnya, yakni Koperasi Mitra Dhuafa (Komida) dan Koperasi Abdi Kerta Rahardja (AKR). Keduanya disebut telah membina lebih dari ratusan ribu peminjam UMKM dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam prosesnya, Mekar akan berperan sebagai marketplace yang juga akan melakukan proses pemantauan penyaluran dana kemitraan kepada para peminjam yang telah mendapatkan bantuan penyaluran dana.

“Adalah sebuah kehormatan bagi perusahaan fintech seperti Mekar untuk bekerja sama dengan Amar Bank, salah satu bank paling terdepan dalam bidang teknologi di Indonesia,” terang CEO Mekar Thierry Sanders.

Kerja sama ini merupakan salah satu cara Amar Bank meningkatkan akses terhadap layanan permodalan mereka. Vishal menambahkan, di tahun 2018 ini Amar Bank akan lebih fokus ke dua produk milik Amar Bank, yakni peminjaman konvensional dan digital. Pihaknya juga memiliki komitmen untuk melakukan dukungan ke institusi keuangan, termasuk LKM, sebagai upaya menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana dengan cepat dan tepat sasaran.

“Hal tersebut [penyaluran yang cepat dan tepat sasaran] didukung dengan proses administrasi yang mudah diakses dan kenyamanan bertransaksi dengan pihak perbankan. Dengan tujuan pemberian dana kepada UMKM artinya kita dapat juga membantu percepatan penyaluran dana ke sasaran yang tepat,” tutup Vishal.

Platform Fintech Bank Amar “Tunaiku” Kini Terintegrasi dengan Sistem Dukcapil, Permudah Verifikasi Nasabah

Bank Amar kini telah bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah mendapat izin dari Dirjen Dukcapil (Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil) untuk mengakses data kependudukan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis. Lewat kesempatan ini, Bank Amar akan manfaatkan akses untuk percepat mekanisme validasi data nasabah yang selama ini masih dilakukan secara manual.

“Dengan Dukcapil ini, mekanisme validasi akan semakin akurat dari sisi kecepatan dan ketepatannya. Kami juga bisa mitigasi risiko dengan mengkalkulasi kemungkinan gagal bayar,” ucap Direktur Utama Bank Amar Indonesia Tuk Yulianto, pekan lalu (23/3).

Dia melanjutkan, dampak lainnya bagi bank adalah proses penyaluran kredit maupun operasional bakal lebih termitigasi dengan baik. Begitu pula terkait potensi terjadinya kejahatan perbankan atau fraud yang memanfaatkan KTP palsu.

Salah satu produk fintech andalan Bank Amar, Tunaiku, bakal menjadi amunisi yang paling tepat untuk implementasi dari integrasi data ke Dukcapil. Menurutnya, proses pengambilan keputusan akan jauh tiga kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

“Paling tidak dalam fase pencocokan identitas ini akan sangat terbantu sekali. Ketika tidak jelas, bisa langsung d- drop. Waktu kita akan 50% lebih efisien,”

Dia mencontohkan untuk proses pengajuan kredit di Tunaiku, sebelumnya bisa memakan waktu hingga 24 jam hingga dana cair. Namun, dengan integrasi data proses tersebut akan terpangkas menjadi sekitar enam jam.

Diklaim berdasarkan kinerja hingga Februari 2018, secara konsolidasi baik bisnis konvensional maupun lini digital telah menyalurkan kredit sekitar Rp500 miliar.

Selain Bank Amar, dalam kesempatan yang sama Dukcapil juga menandatangani kerja sama dengan delapan lembaga keuangan lainnya, yaitu BRI Agro, Central Santosa Finance, MNC Bank, BNI Syariah, Mitra Dana Top Finance, Shakti Top Finance, Mega Auto Finance, dan Mega Central Finance.

Menurunkan kredit bermasalah

Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo menambahkan dampak dari integrasi data dengan Dukcapil, perbankan dapat memperoleh efisiensi dari tiga aspek, yaitu waktu, biaya, dan proses. Menurutnya, dulu bank butuh waktu lama untuk mencari dan mengumpulkan data calon nasabah seperti alamat dan aset.

Lewat data yang telah terintegrasi ini, hal-hal tersebut bisa dipangkas dan bank bisa bisa memperoleh peluang bisnis baru. Secara tidak langsung, integrasi data akan perkecil potensi terjadinya kredit bermasalah.

Firman bilang, kualitas kredit bergantung pada analisisnya. Nah, kualitas analisa ditentukan oleh kualitas kredit. “Jadi saling melengkapi antara kualitas sumber daya manusia dan teknologi,” terangnya.

Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh menuturkan kerja sama dengan 9 lembaga keuangan ini adalah tindak lanjut atas nota kesepahaman antara Mendagri dengan OJK pada 2014 untuk kerja sama pemanfaatan nomor induk kependudukan (NIK), data kependudukan, dan KTP elektronik.

Zudan bilang, kerja sama ini juga akan berikan dampak positif bagi Kemendagri dalam melengkapi basis data kependudukan mengenai transaksi keuangan. Dalam teknisnya, administrator yang ditunjuk oleh lembaga yang bekerja sama akan mendapat password untuk mengakses data kependudukan. Data pribadi, tidak boleh disebar luaskan dan hanya bisa digunakan untuk kepentingan yang bersangkutan.

“Kami telah bekerja sama dengan 973 lemabga jasa keuangan, diharapkan dapat turut menekan peluang pembuatan KTP palsu. Dengan penggunaan sistem data informasi yang telah terjamin akurasinya, celah terjadinya kejahatan financial dengan KTP palsu bisa terhindari,” pungkas Zudan.

Dari data Dukcapil, sebanyak 97,4% penduduk Indonesia telah melakukan perekaman KTP elektronik dari total 262 juta penduduk. Zudan juga meminta pihak lembaga keuangan untuk bantu sosialisasi dan mewajibkan nasabahnya menggunakan KTP elektronik.

Layanan KTA Online Tunaiku Buka Kantor Baru di Tiga Kota

Tunaiku, produk perbankan KTA dari Amar Bank yang khusus bergerak di pemasaran digital, kian mantap melebarkan sayapnya ke beberapa kota baru tahun ini, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Medan. Dengan demikian, Tunaiku bakal resmi memiliki lima kantor cabang di seluruh Indonesia sejak pertama kali resmi berdiri di 2014.

CEO Tunaiku Vishal Tulsian mengatakan pengembangan bisnis Tunaiku ke beberapa kota merupakan permintaan dan minat masyarakat terhadap layanan fintech yang terus meningkat.

“Ke depannya masyarakat akan sangat membutuhkan jasa keuangan yang dapat mempermudah kebutuhan mereka,” katanya.

Ekspansi ini diharapkan kontribusi digital dari Tunaiku terhadap total penyaluran kredit perusahaan bisa tumbuh. Tahun lalu, Amar Bank menargetkan penyaluran kredit sekitar Rp 500 miliar. Namun, hingga pertengahan tahun lalu realisasi penyaluran kredit telah mencapai Rp 375 miliar.

Dari angka tersebut, Tunaiku memberikan kontribusi sekitar 40% atau senilai Rp 180 miliar. Pencapaian ini hampir mencapai target yang dicanangkan pihak Amar Bank untuk kontribusi Tunaiku di 2016 sebesar Rp200 miliar.

Tulsian melanjutkan untuk proses pengajuan aplikasi hingga pencairan uang lewat platform Tunaiku hanya membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima hari kerja. Tunaiku menawarkan kredit antara Rp2 juta hingga Rp10 juta dengan bunga 3% per bulan, untuk jangka waktu pinjaman sekitar 6 bulan sampai 12 bulan.

Tren ekspansi ke kota baru

Tak hanya Tunaiku saja yang memutuskan untuk ekspansi ke kota-kota lainnya, perusahaan fintech lainnya yang bergerak di P2P lending seperti Modalku mengumumkan ekspansinya ke Bandung pada tahun lalu, lalu ada UangTeman yang baru-baru ini meresmikan ekspansinya ke Bali.

Alasan utama di balik kegiatan ekspansi ini cukup sederhana, yakni untuk menjangkau segmen masyarakat yang belum familiar dengan layanan fintech. Di sana kebutuhan likuiditas sangat tinggi, akan tetapi perbankan tidak bisa melayani seluruhnya karena terkendala urusan legal yang terbelit-belit dan banyak UKM yang tidak memenuhi kriteria.

Kue bisnis itulah yang menjadi makanan pemain fintech, yang rata-rata diantara mereka menyasar segmen masyarakat mikro dengan besaran pinjaman yang tidak lebih dari Rp10 juta dan tanpa agunan. Sehingga lahan bisnis mereka tidak face to face secara langsung dengan perbankan.

Pendekatan Tunaiku yang tak lain adalah produk perbankan KTA dari Amar Bank, di satu sisi memiliki kekuatan yang tidak bisa dimiliki oleh pemain P2P lending, yakni berlisensi sebagai bank umum.

Lisensi ini menjadi keuntungan bagi Amar Bank untuk menjaring nasabah lebih banyak dengan pendekatan awal menawarkan produk KTA. Dari situ, ketika nasabah sudah naik level, mereka dapat menawarkan produk perbankan lainnya dengan nominal plafon kredit yang lebih tinggi dari sebelumnya, ditambah dengan layanan keuangan lainnya berstandar perbankan.