Rilis Tampilan Baru, DANA Komitmen Tingkatkan Pengalaman Pengguna

Diinisiasi oleh komitmen DANA terhadap kehadiran teknologi finansial yang semakin esensial dalam membawa perubahan yang progresif di masyarakat, DANA memperkenalkan tampilan baru DANA versi 2.0 pada acara DANA Tech Talk yang bertajuk “Gold Recipe in Building Experience to Tens of Millions Users” pada Jumat, 27 Agustus lalu.

Acara yang didukung oleh DailySocial.id ini tak hanya mengupas berbagai terobosan baru, DANA juga berkesempatan membahas berbagai perkembangan teknologi yang mampu berdampak luas untuk memperkaya pengalaman pengguna hingga peningkatan literasi keuangan digital.

Gagasan ini dibangkitkan oleh literasi keuangan atau pengetahuan dan keyakinan dalam melakukan pengelolaan keuangan yang masih rendah. Sehingga, memunculkan keraguan pada masyarakat untuk beralih ke transaksi nontunai. Dalam survei nasional literasi dan inklusi keuangan ketiga yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2019 menunjukan bahwa, indeks literasi keuangan baru mencapai 38,03% dan indeks akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 76,19%, artinya ini masih menjadi disparitas yang cukup signifikan antara literasi dan inklusi keuangan.

Prakarsa ini juga diinisiasi oleh situasi pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan. Pandemi mendorong pergeseran masyarakat dalam memanfaatkan layanan berbasis digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya adalah pemanfaatan layanan dompet digital yang terus bertumbuh secara signifikan di era pandemi.

Laporan e-Conomy SEA 2020 dalam Fintech Report 2020 oleh DailySocial.id mengemukakan, Indonesia mampu meraih US$44 Miliar Gross Merchandise Value (GMV) hasil kontribusi dari eCommerce, on-demand services, online travel, dan sektor fintech. Menurut analis, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi pertumbuhan fintech di berbagai area. Subsektor yang mengalami pertumbuhan termasuk investasi (116%), remitansi (43%), asuransi (30%), pembayaran digital (3%), dan layanan pinjaman (<1%).

DANA yang menjadi salah satu pemain di layanan pembayaran digital pun seiring dengan teknologi yang maju dan kebutuhan pengguna, berevolusi lebih dari sekadar dompet digital. DANA telah menjelma menjadi lifestyle digital wallet yang terintegrasi dengan kehidupan keseharian penggunanya.

DANA sebagai penyedia layanan keuangan digital terus berupaya untuk menghubungkan dan memahami basis penggunaannya agar manfaat teknologi yang dihasilkan semakin inklusif dan bernilai bagi pengalaman bertransaksi. Salah satu wujud itu dibuktikan dengan pembaruan tampilan UI/UX yang optimal.

Seperti yang dipaparkan oleh Chief Technology Officer DANA Indonesia, Norman Sasono. “Hal pertama yang akan dipikirkan DANA adalah menyajikan manfaat yang besar bagi pengguna. Ini semua tentang di mana kita membawa customer ke situasi yang lebih baik dengan menggunakan teknologi,” paparnya.

Tampilan teranyar DANA itu menawarkan pengalaman pengguna yang dipersonalisasi sehingga memudahkan hampir segala aspek kehidupan pengguna. Adapun berbagai pembaharuan yang sudah bisa dinikmati pengguna sejak 17 Agustus lalu adalah adanya perubahan fitur yang semakin ramah pemakaian kepada setiap pengguna, fitur limitasi untuk mengatur pengeluaran harian, fitur DANA Statement yang kini bisa ditambahkan dengan widget di iOS sehingga pengguna dapat dengan cepat melihat keseluruhan pengeluaran mereka tanpa harus masuk ke aplikasi, dan fitur terakhir adalah adanya Smart Pay yang dapat merekomendasikan pembayaran alternatif bila saldo DANA tidak mencukupi.

Senada dengan ini, CEO dan Co-Founder DANA Indonesia, Vincent Iswara mengatakan, dalam merespon kebutuhan pengguna, keamanan dan kenyamanan menjadi aspek utama dalam setiap rencana pengembangan DANA.

“Secara progresif DANA mengutamakan keamanan bertransaksi dan solusi keuangan yang terintegrasi dengan teknologi pintar yang memudahkan pengguna dalam bertransaksi. Berbagai penyesuaian terus DANA lakukan termasuk mengubah tampilan agar lebih nyaman mengakomodir berbagai kebutuhan pengguna,” ujar Vincent.

Tampilan baru sebuah aplikasi bukan hanya sekadar memikirkan desain yang menarik, lebih jauh dari itu, yang terpenting adalah bagaimana aplikasi layanan tersebut mampu mempertemukan solusi yang dibutuhkan oleh pengguna.

Sehingga, harapannya evolusi yang dilakukan DANA dengan DANA v.2.0 ini mampu mengakselerasi teknologi yang semakin inklusif untuk semua masyarakat dan membawa perubahan yang progresif dalam memudahkan berbagai aktivitas hingga memberdayakan masyarakat ke kehidupan yang lebih baik.

***

Advertorial ini didukung oleh DANA Indonesia

Luncurkan Pembaruan, Aplikasi DANA 2.0 Tingkatkan Personalisasi Pengguna

Bertujuan untuk memberikan kemudahan dan personalisasi kepada pengguna, DANA melakukan pembaruan pada aplikasinya. Dalam acara Tech Talk yang digelar perusahaan, Co-Founder & CEO Vince Iswara menyebutkan, DANA 2.0 yang diluncurkan merupakan bentuk keseriusan mereka dalam menjawab tantangan yang ada di masyarakat.

“Inovasi teknologi, termasuk UI/UX, akan terus kami lakukan secara konsisten dan senantiasa menjadi fokus dalam pengembangan dompet digital DANA demi pengalaman bertransaksi yang terbaik untuk para pengguna.”

Tampilan antarmuka dalam versi teranyar ini diklaim menjadi lebih bersih dengan sajian informasi kontekstual yang lebih baik untuk setiap komponen. Misalnya kemunculan informasi aktivitas pengguna; menu ‘Hanya Untukmu’ untuk mengecek langsung kode referral, voucher, dan lainnya; hingga fitur DANA Protection.

Mereka juga menyederhanakan langkah-langkah dalam fitur Kirim Uang. Pengguna kini dapat dengan mudah memanfaatkan kolom pencarian untuk transfer yang lebih praktis. Selain itu, pada tampilan barunya juga memajang deretan tujuan transaksi yang terakhir dilakukan.

Kedua pilihan ini menjadi jalan pintas bagi pengguna untuk mempercepat transfer pada tujuan yang sama baik sesama pengguna ataupun rekening bank. Selain itu DANA juga memperbarui fitur DANA Statement dengan menambahkan widget di iOS.

Dihadirkan pula fitur Daily Limit yang memungkinkan pengguna mengatur batas pembelanjaan harian untuk setiap kartu sehingga penggunaan makin terkontrol dan terkendali. DANA juga menambahkan lapisan keamanan ekstra untuk kartu pengguna. Melalui fitur Smart Pay, membantu memberikan rekomendasi metode pembayaran terbaik untuk pengguna. Dengan demikian, pengguna tidak perlu khawatir apabila saldo tidak mencukupi untuk bertransaksi.

Perluas edukasi pengguna

Webinar Dana Tech Talk / Dana

Meskipun saat ini DANA telah memiliki sekitar 80 juta pengguna, namun demikian masih besarnya potensi untuk menjangkau pengguna baru menjadi fokus. Dalam hal ini cara paling efektif yang dilakukan adalah terus memberikan edukasi secara online dalam aplikasi. Untuk membuat tampilan informasi menjadi lebih menarik, DANA juga menyuguhkan format infografik yang diklaim lebih menarik untuk dinikmati.

Menurut CTO Dana Norman Sasono, salah satu cara untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna baru adalah menghadirkan UI/UX yang user friendly dan mengedepankan personalisasi. Disinggung apakah ke depannya DANA akan bertransformasi menjadi super app, Norman menegaskan saat ini fokus Dana adalah meningkatkan fitur-fitur yang menjadi unggulan.

Sejak diluncurkan hingga saat ini fitur Kirim Uang menjadi pilihan banyak pengguna. Melalui pembaruan aplikasi DANA 2.0, fitur tersebut ditingkatkan lagi fungsinya untuk mempermudah semua pengguna Dana.

Menurut Head of UX & Design DANA Den Widhana, cara paling efektif untuk memberikan pengalaman UI/UX terbaik adalah dengan memanfaatkan data dan statistik sebagai navigator dan juga UI/UX method yang kemudian dikustomisasi menyesuaikan tujuan dan objektivitas masing-masing produk.

Layanan pembayaran mobile

Menurut laporan “Mobile Wallets Report 2021” yang dirilis Boku, hingga tahun 2020 ada sekitar 63,6 juta pengguna layanan mobile wallet di Indonesia dan diproyeksikan bisa tembus di angka 202 juta pada 2025 mendatang. Nilai transaksinya pun fantastis, sudah mencapai $28 miliar pada tahun 2020 dengan 1,7 miliar volume transaksi.

Didasarkan pada market share, dari total pemain yang ada, laporan tersebut juga menyoroti pemain yang masuk 5 besar, meliputi OVO (38,2%), ShopeePay (15,6%), LinkAja (13,9%), Gopay (13,2%), dan DANA (12,2%).

Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report
Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report

Kondisi tersebut membuat peneliti menyimpulkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan mobile payment paling cepat di dunia. Namun demikian, fragmentasi pasar masih menjadi tantangan terbesar.

Application Information Will Show Up Here

Laporan Boku: OVO Pimpin Pangsa Pasar “Mobile Wallet” di Indonesia

Perusahaan penyedia jaringan pembayaran mobile Boku baru-baru ini merilis survei terkait pasar mobile wallet di dunia. Survei bertajuk “Boku: 2021 Mobile Wallets Report” ini turut menyoroti kompetisi hingga perilaku penggunaan mobile wallet di Indonesia.

Indonesia dilaporkan menjadi negara ketiga di dunia dengan pertumbuhan mobile wallet tercepat, penetrasinya diprediksi melambung tiga kali lipat dengan transaksi diestimasi naik sepuluh kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Laporan ini mengungkap, volume transaksi mobile wallet di Indonesia diestimasi mencapai 1,7 miliar di 2020 dan meningkat menjadi 16 miliar transaksi di 2025. Sementara nilai transaksinya di 2020 mencapai $28 miliar dan diestimasi tumbuh signifikan menjadi $107 miliar atau Rp1,55 kuadriliun di 2025.

Total pengguna mobile wallet Indonesia tercatat sebesar 63,6 juta atau 25,6% terhadap total populasi. Angka ini diperkirakan juga meningkat menjadi 202 juta pengguna atau 76,5% pangsa di 2025.

Dalam laporannya, ada lima pemain Indonesia yang berkompetisi ketat di pasar mobile wallet. Apabila diurutkan berdasarkan pertumbuhan transaksi tertinggi di 2020, kelima mobile wallet ini antara lain (1) OVO dengan $10,7 juta, (2) ShopeePay dengan $4,3 juta, (3) LinkAja dengan $3,9 juta, (4) Gopay $3,7 juta, dan (5) DANA dengan $3,4 juta.

Capaian transaksi di 2020 dan proyeksinya di 2025 / Boku Report
Tingkat pertumbuhan transaksi di 2020 (kolom tiga) dan proyeksinya di 2025 (kolom empat) dalam jutaan dolar / Boku Report

OVO mengungguli penggunaan mobile wallet di Indonesia dengan 38,2% pangsa pasar, diikuti oleh ShopeePay (15,6%), LinkAja (13,9%), Gopay (13,2%), DANA (12,2%), dan lainnya (6,9%).

Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report
Pangsa pasar mobile wallet di Indonesia / Boku Report
Jumlah pengguna mobile wallet di Indonesia / Boku Report
Jumlah pengguna mobile wallet di Indonesia / Boku Report

Survei ini mengungkap, mobile wallet punya peran signifikan dalam mendorong akuisisi customer baru di layanan ecommerce. Di sisi lain, lima pemain mobile wallet di Indonesia bersaing ketat untuk mengambil ceruk pasar.

“Ketatnya persaingan di pasar mobile wallet turut dipicu oleh keterlibatan Venture Capital (VC) yang agresif memberikan investasi kepada pemain,” ungkap laporan ini.

Hal ini terlihat dari bagaimana ShopeePay mampu mengungguli beberapa pemain incumbent, seperti Gopay dan DANA di 2020. ShopeePay dinilai banyak memberikan potongan harga dan promosi kepada konsumen berkat dukungan modal dari investor. Faktor ini yang membawanya menduduki posisi kedua penggunaan mobile wallet terbanyak di Indonesia.

Perilaku pengguna mobile wallet di Indonesia

Boku juga melakukan survei terhadap 1035 responden untuk mengetahui lanskap perilaku penggunaan mobile wallet di Indonesia. Hasilnya, rata-rata konsumen Indonesia menggunakan sebanyak 3,2 mobile wallet untuk memaksimalkan keuntungan setiap layanan. Temuan ini sama banyaknya dari hasil survei penggunaan di India.

Ada lima alasan terbesar konsumen Indonesia menggunakan mobile wallet antara lain pembayaran digital (73%), cashback/diskon dari mobile wallet (69%), ingin mencoba (61%), cashback/diskon dari merchant tertentu (57%), dan karena ingin berhenti menggunakan uang tunai (53%).

Cashback menjadi faktor utama mengapa konsumen rerata menggunakan 3,2 mobile wallet. Faktor ini diikuti pertanyaan lanjutan, yakni ‘mengapa Anda menggunakan lebih dari satu dompet’. Responden menjawab mereka ingin mengumpulkan benefit berbeda dari masing-masing layanan,” jelasnya.

Pada aktivitas penggunaan, konsumen Indonesia kebanyakan pakai mobile wallet untuk top up, pembayaran, tagihan, transfer. Ini sebetulnya menjadi sinyal bagaimana mobile wallet menjadi proxy untuk membantu membuka rekening masyarakat.

Perilaku penggunaan mobile wallet di Indonesia / Boku Report

Kemudian, laporan ini juga menemukan 81% responden di Indonesia banyak menggunakan mobile wallet untuk belanja online. Jika dibandingkan dengan pembayaran langsung di toko sebesar 40% apabila digabungkan, ini menyimpulkan bagaimana konsumen Indonesia begitu terpusat pada layanan ecommerce.

Menurut responden, belanja online menjadi fungsi teratas yang banyak mereka gunakan pada “super app“. “Temuan ini menjadikan Indonesia sebagai pasar mobile-only dengan kompetisi pasar mobile wallet dan super app yang kuat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Indonesia termasuk pasar tercepat di dunia untuk penggunaan mobile payment. Alhasil, Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki transisi cepat dari penggunaan tunai ke mobile wallet.

“Kami menemukan pembayaran tunai, transfer bank, dan kartu debit menjadi tipe pembayaran yang mulai banyak ditinggalkan konsumen dan beralih ke mobile wallet. Bahkan pembayaran melalui perangkat mobile mengungguli kartu kredit, yang mana menjelaskan rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia,” sebut laporan ini.

Di sisi lain, Indonesia juga termasuk sulit dalam penerimaan merchant. Hal ini dikarenakan terfragmentasinya pasar dan cepatnya perubahan preferensi konsumen. Padahal, Indonesia punya peluang besar untuk memberdayakan pembayaran online pada merchant.

Gandeng Alipay, Bank Mandiri Ajukan Izin “Cross Border E-Wallet” ke Bank Indonesia

Bank Mandiri diketahui sedang mengajukan izin sebagai penyelenggara dompet elektronik lintas negara (cross border e-wallet) ke Bank Indonesia. Pihaknya menggandeng Alipay yang disebut raksasa finansial digital Tiongkok Ant Financial.

“Untuk Alipay saat ini masih pembicaraan, nanti kami akan menjadi acquirer, sedangkan Alipay akan jadi issuer. Saat ini kami juga sedang mengajukan izin cross border e-wallet ke Bank Indonesia,” ucap SEVP Consumer and Transaction Bank Mandiri Jasmin seperti dikutip dari Kontan.

Menurut Jasmin, kerja sama dengan Alipay ini adalah wujud implementasi Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 21/18/PADG/2019 tentang Implementasi Standar Nasional Quick Response Indonesia Standard (QRIS).

Di samping itu, kerja sama ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang mewajibkan setiap prinsipal menggandeng Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 atau bank dengan modal inti minimal Rp30 triliun.

Dalam aturan ini, BI mewajibkan prinsipal asing menempatkan dana float minimal 30 persen berbentuk kas atau giro di BUKU 4 dan maksimal 70 persen dana floating pada instrumen keuangan yang diterbitkan pemerintah.

Besarnya arus kedatangan turis asal Tiongkok jadi penyebab getolnya Alipay dan WeChat Pay menghadirkan layanannya di Indonesia. Pada akhir 2018, kunjungan pelancong asal Tirai Bambu ke Indonesia tercatat sudah naik 275 persen dalam lima tahun terakhir. Tak heran jika Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan tahun ini dapat menarik 3,5 juta turis Tiongkok. Pihak Bank Mandiri membenarkan kerja sama ini bertujuan mempermudah transaksi turis tersebut.

“Benar, salah satunya untuk turis,” ucap Corporate Secretary Mandiri Rohan Hafas kepada Dailysocial.

Raksasa fintech asal Tiongkok, Alipay dan WeChat Pay, diketahui sudah mengincar kerja sama dengan bank-bank besar di Indonesia sejak akhir tahun lalu. CIMB Niaga sendiri diketahui juga telah mengajukan izin bermitra dengan Alipay pada awal tahun ini.

Samsung Pay Resmi Gandeng Dana dan GoPay

Setelah sebelumnya diperkenalkan awal tahun 2019, Samsung Pay meresmikan kerja sama strategis dengan Dana dan GoPay untuk pengguna smartphone Samsung di Indonesia. Kepada media, Head of Product Marketing IT and Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant mengklaim, kehadiran Samsung Pay sebelumnya telah disambut baik di berbagai negara. Di Indonesia, Samsung Pay menggandeng Dana dan GoPay yang dinilai sudah memiliki positioning yang kuat dan platform dompet elektronik yang populer di Indonesia.

“Tujuan utama kami adalah memberikan kemudahan layanan kepada pengguna. hanya satu akses dan cara cepat dan mudah memanfaatkan camera, proses pembayaran menggunakan Dana dan GoPay bisa melalui smartphone Samsung.”

Semua smartphone Samsung yang diluncurkan tahun 2019 secara otomatis bisa memanfaatkan Samsung Pay secara pre-installed. Untuk seri lainnya juga bisa memanfaatkan Samsung Pay dengan mengunduh aplikasinya, selama versi OS smartphone tersebut adalah Android Pie. Samsung Pay hanya berfungsi sebagai akses, bukan dompet elektronik yang diterbitkan oleh Samsung.

“Kita berupaya untuk memberikan kemudahan kepada pengguna yang saat ini banyak menggunakan aplikasi dompet digital. Berdasarkan riset Kadence Indonesia tahun 2019, sebanyak 57% pengguna smartphone telah memiliki uang elektronik dalam aplikasi maupun kartu fisik,” kata Denny.

Samsung sendiri saat ini mengklaim telah memiliki 70% market share untuk seri premium. Jumlah tersebut bisa dimanfaatkan Dana dan GoPay untuk memperluas layanan sekaligus menambah jumlah pengguna. Untuk saat ini Samsung Pay dengan Dana sudah bisa dinikmati pengguna, sementara untuk GoPay, baru bisa diluncurkan awal tahun 2020 mendatang.

Jaminan keamanan Dana

Pengguna yang ingin menikmati akses akun Dana di Samsung Pay, tidak harus mengunduh aplikasi Dana. Di aplikasi Samsung Pay, integrasi platform Dana sudah lengkap dengan pilihan pembayaran, transfer, dan lainnya.

Pengguna tidak perlu lagi membuka aplikasi Dana jika ingin melakukan pembayaran. Hanya dengan akses camera, QR Code yang diminta untuk proses pembayaran bisa langsung di-scan dan secara otomatis akan terkoneksi dengan akun Dana pengguna.

“Sebagai global player yang telah memiliki jumlah pengguna yang besar, kami melihat kerja sama ini sangat menguntungkan Dana. Sesuai dengan misi dan visi dana memudahkan penyebaran cashless society di Indonesia,” kata CEO Dana Vincent Iswara.

Dari sisi keamanan, Dana menjamin semua proses berlapis telah diterapkan, sehingga para pemilik akun Dana tidak perlu merasa khawatir akan akses terbuka yang terdapat dalam Samsung Pay.

Setelah kerja sama dengan Dana dan GoPay, Samsung Pay juga memiliki rencana untuk menjalin kemitraan dengan platform dompet elektronik lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab is Said to be In Talk to Merge Ovo and Dana

Reuters reports that Grab, one of Ovo’s backers, intends to spur the merger of Ovo and Dana. It is said to take part in Grab and Gojek’s competition for the payment platform. GoPay and Ovo are known as the two leading platforms of digital payment in Indonesia, followed by Dana as the closest competitor.

No official statement has been confirmed by the related parties.

Ovo was founded by Lippo Group and supported with Grab and Tokopedia. Ovo’s current CEO, Jason Thompson, was previously the Head of GrabPay.

Reuters also mentioned that the plan has been discussed with Softbank’s CEO, Masayoshi Son during his visit in Jakarta.

Softbank has been one of Grab’s significant investors. Alibaba, Softbank’s biggest porttfolio, created Dana through joint ventures with Emtek–which recently closed down BBM.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Disebut Dorong Ovo dan Dana untuk Merger

Reuters menyebutkan bahwa Grab, salah satu pendukung platform pembayaran digital Ovo, sedang mendorong terjadinya merger antara Ovo dan Dana. Disebutkan langkah ini merupakan bagian persaingan Grab dan Gojek, termasuk di platform pembayaran. GoPay dan Ovo kita kenal sebagai dua platform terpopuler untuk pembayaran digital di Indonesia, sementara Dana membuntuti sebagai pesaing terdekat keduanya.

Belum ada konfirmasi resmi dari semua pihak yang terlibat.

Ovo awalnya didirikan oleh Lippo Group dan telah memperoleh dukungan Grab dan Tokopedia. CEO Ovo saat ini, Jason Thompson, sebelumnya adalah Head of GrabPay.

Sumber Reuters menyebutkan rencana ini sudah didiskusikan dengan CEO Softbank Masayoshi Son saat kedatangannya ke Jakarta beberapa waktu lalu dan ia sudah memberikan persetujuannya.

Softbank adalah investor signifikan bagi Grab, sedangkan Alibaba, juga portofolio terbesar Softbank, memiliki separuh kepemilikan Dana melalui Ant Financial (Alipay)–separuhnya dimiliki oleh Emtek yang baru saja menutup BBM.

Merger Ovo dan Dana, jika terwujud, bakal menjadi amunisi yang luar biasa di sektor pembayaran, mengingat Dana digunakan oleh platform marketplace besar lainnya, Bukalapak, dan kini sedang menggencar melancarkan promosi di merchant offline.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Hampir Setahun Kantongi Izin, ShopeePay Masih Belum Jadi Anak Emas di Shopee

Hampir setahun usai mendapatkan lisensi uang elektronik dari Bank Indonesia, posisi ShopeePay sebagai platform pembayaran di Shopee Indonesia masih belum menjadi anak emas. Saldo ShopeePay tidak menjadi fokus yang ditampilkan di halaman muka, seperti halnya Ovo di Tokopedia atau Dana di Bukalapak, padahal ShopeePay sudah bisa digunakan untuk berbagai pembayaran di ekosistem layanan yang dimiliki oleh Sea Ltd ini.

Head of Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo yang dihubungi DailySocial mengungkapkan, saat ini ShopeePay masih dikembangkan  pihak internal agar menjadi pilihan yang menarik bagi konsumennya.

“Berkesesuaian dengan komitmen kami dengan menghadirkan ShopeePay untuk dijadikan sebagai platform pembayaran berbasis teknologi ke depannya. Kami sedang dalam tahap mengembangkan fitur tersebut untuk dapat dipublikasikan secara sempurna secepatnya.”

Radityo sendiri enggan membeberkan pencapaian dan angka yang dihasilkan ShopeePay saat ini. Secara umum, konsumen marketplace di Indonesia paling banyak masih menggunakan fungsi transfer bank dalam bertransaksi secara online.

“Untuk angka atau persentase dari pengguna ShopeePay dengan demografi yang kami tuju masih berkesesuaian dengan jumlah dari pengguna Shopee yang aktif bertransaksi di seluruh Indonesia,” kata Radityo.

Di bulan Agustus lalu sempet tersiar kabar gangguan penggunaan ShopeePay, baik isi ulang oleh konsumen maupun pencairan oleh merchant. Pihak Shopee mengakui saat itu sempat terjadi gangguan.

“Sampai saat ini ShopeePay telah menjadi salah satu pilihan dalam metode pembayaran para pengguna Shopee di seluruh Indonesia. [..] Nantinya [ShopeePay] akan dikembangkan ke ranah publik sebagai platform pembayaran berbasis teknologi,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

GoPay Jadi Alternatif Pembayaran SIM di Polda Metro Jaya

Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Inisiasi ini diklaim menjadikannya sebagai Polda pertama yang menerapkan metode pembayaran untuk transaksi pengumpulan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dalam bentuk SIM.

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusuf mengatakan pihaknya terus berupaya meningkatkan layanan publik dengan mengikuti perkembangan teknologi. Diharapkan inovasi ini bisa menciptakan layanan publik yang cepat, aman, mudah, dan transparan sehingga masyarakat semakin percaya dengan kinerja pelayanan publik.

“Sebagai dari langkah awal, layanan transaksi untuk pembayaran PNBP SIM sudah bisa dimanfaatkan masyarakat di Satpas Ditlantas Polda Metro Jaya Daan Mogot, Jakarta Barat. Ke depannya, akan dilanjutkan di wilayah Polda Metro Jaya lainnya, termasuk layanan SIM keliling dan gerai pelayanan Satpas,” kata Yusuf dalam keterangan resmi.

Selayaknya bertransaksi pada umumnya di GoPay, pengguna yang ingin melakukan pembayaran PNBP SIM, baik untuk buat baru maupun perpanjang, cukup membuka aplikasi Gojek dan memilih menu “Bayar” untuk melakukan scan kode QR yang tersedia pada loket. Lalu memasukkan jumlah yang ingin dibayar dan melakukan konfirmasi pembayaran.

“Dalam meningkatkan layanan publik, kami tidak hanya berupaya untuk memudahkan masyarakat namun juga pemerintah dan kepolisian dalam mengumpulkan PNBP sehingga menjadi lebih mudah dan transparan,” tambah Head of Ecosystem Expansion GoPay Edwin Ariono.

Sebelumnya, kedua pihak telah menjalin kerja sama di tingkat kota dan kabupaten dengan Polres di sembilan kota di Indonesia untuk memberikan kemudahan pembayaran perpanjangan SIM dan SKCK.

Penetrasi GoPay untuk alternatif pembayaran di level layanan publik, perlahan mendalam. Baru-baru ini GoPay juga tersedia untuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) di Jawa Timur, bekerja sama dengan pemerintah Semarang untuk pembayaran PBB dan Trans Semarang. Di Bandung, GoPay bisa dipakai untuk bayar bus wisata Bandung on Tour (Bandros).

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Aims for 40 Million Users This Year

LinkAja is officially launched per last week. It’s a collaboration of the red-plate companies amidst the tight competition of e-commerce dominated by Go-Pay of Gojek and Lippo Group’s Ovo.

After the migration of all e-money users of Himbara (State-owned Banks Association) and Tcash, LinkAja has now acquired 23 million users. They set for an additional 17 million new users to reach 40 million by the end of this year.

LinkAja run its operation under PT Fintek Karya Nusantara or Finarya, also the collaboration of four state-owned banks (Mandiri, BNI, BRI, and BTN), Telkomsel, Pertamina, Jasa Marga, and Jiwasraya.

Lots of issues to realize by the mid-year of 2019, particularly on the company’s main focus to develop public-based services.

What is the strategy? How the metamorphosis into LinkAja happened?

Acceleration using daily use case

In an interview with DailySocial, LinkAja’s CEO Danu Wicaksana is against the idea that LinkAja was built to interfere with Go-Pay and Ovo domination.

“LinkAja has come up as complimentary after the current market. We didn’t mean to make the same offering like more promo. We want to produce something different,” Wicaksana said.

In the Fintech Report 2018 published by DailySocial with OJK (Financial Service Authority) stated from 1,419 respondents, 79.4% are using Go-Pay. While the other 58.4% are using Ovo, and 55.5% are using Tcash.

Go-Pay and Ovo are the two biggest competitors for having a greater ecosystem. In addition, both already had collaborations with many offline and online merchants with various cashback, for accommodation, food, and lifestyle.

He said LinkAja has set the main focus on basic services instead of selling many promos on lifestyle. It also supported by State-owned enterprise ecosystem, such as banking networks and its ATM services.

The team is still integrating LinkAja to be available in other state-owned banks. They currently handle eight product categories, data plan, bill payment, transportation, retail merchants, e-commerce, donation, remittance, and insurance. LinkAja is now available at 180 payment points and 150 thousand merchants.

“We just digitized middle to upper segment, not the basic services. It’s like a toll road, we’re now tapping, but still, have to go to the ATM for a top-up. We want it to be fully digitized,” he added.

Transportation trial and remittance

Wicaksana mentioned some features are available since the shifting from Tcash to LinkAja. The rest are getting into trial or pilot.

Remittance is one example. Currently, LinkAja has partnered up with Singtel as the local partner for money transfer from Indonesia’s Migrant Workers. He said to coordinate with Bank Indonesia (BI) and Singapore’s official authority for license.

In addition, he also explored remittance in three other countries, Malaysia, Hong Kong, and Taiwan. In terms of Singapore’s merchant transaction in Singapore, LinkAja partners with switching global VIA that also leads thousands of merchants.

“In terms of merchant transaction, we’re targeting Thailand and Saudi Arabia. Particularly for Saudi Arabia, we explore partnerships with a different switching party,” he added.

In the transportation category, the company has piloted in the train station’s gate. They’re to be introduced as customer presented mode (CPM) where’s no need for customers to scan a QR Code at the gate.

They only required to shake the phone and the QR Code will pop up. The service is currently made commercial in Palembang LRT for Asian Games 2018. When the license issued, the model is to be implemented in LRT, MRT, and Commuter Line by the end of 2019.

RFID stickers are to be available in some toll gate. The trials are just for 20 selected gates. For starter, LinkAja is to add 200 gates by the end of this year.

“Toll gates are an old issue. On the way of the digital transformation using QR Code and RFID, it requires to upgrade. We’re doing it. While the CPM model for trains is being verified by Bank Indonesia. The realization’s going to take time due to infrastructure upgrade and testing,” he explained.

Wicaksana also mentioned another use case on development, a transaction feature in 5,000 Pertamina gas stations in this year. Furthermore, LinkAja will automatically become the e-wallet source without having to top-up through Himbara.

There are other features named Agent App and Mini App to be launched in the Q4 this year. Both are going to be a different app with a different function.

Agent App was designed for merchants or stalls to monitor real-time finance and sales. While Mini App was developed facilitate B2B partners for service placement in LinkAja.

Tcash transformation to LinkAja

In addition to product development, LinkAja has internally prepared to adapt to the dynamic industry. They will increase resources in 2020 and build R&D for Yogya’s team.

In terms of organization, LinkAja’s team are pure professionals from external state-owned enterprise. Wicaksana made sure the shareholders aren’t investing only on LinkAja circle.

He also said all Tcash members are appointed to run LinkAja at the beginning based on evaluation and decision made by shareholders. To date, LinkAja has hired 200 employees, including 80 new talents from various industry background, such as technology, banking, and FMCG.

“LinkAja must be different from any other state-owned enterprises for there will be no representative of shareholders. With the great vision and mission, we hire professionals outside BUMN,” Wicaksana said as the former CEO of Tcash.

He thought LinkAja was initiated by Rini Soemarno. It was followed by a long discussion among Himbara and Telkomsel where Tcash is selected to be the “embrio” to unify all e-money services to one platform.

How to converse Tcash platform in order to migrate users and features from all e-money?

“Talking about payment, there must be a core platform. Himbara banks decided Tcash as the most scalable. Therefore, LinkAja is using Tcash as the core from the beginning, but we’re improving. Himbara has a different feature for each e-money, we tried to combine it,” he said.

He also said the company is still developing LinkAja’s UI/UX to show up all features as the shareholder’s demand.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here