Masa Depan Perbankan Digital di Indonesia

Inovasi dalam dunia teknologi yang terus tumbuh dengan pesat terbukti telah banyak membawa perubahan di masyarakat. Keuangan adalah salah satu sektor yang merasakan dampak inovasi tersebut dan kini istilah fintech (financial technology) pelan-pelan mulai terdengar lebih luas.  Lalu bagaimana nasib lembaga keuangan yang lebih dahulu hadir seperti bank di tengah-tengah terpaan inovasi ini?

Berbarengan dengan peluncuran Pinjam Indonesia beberapa hari silam, digelar juga sebuah forum yang diinisiasi Pinjam dengan Veryfund bernama Indonesia Fintech Forum. Topik yang dibawakan adalah “The Future of Digital Banking in Indonesia”. Ini menarik, mengingat fintech mulai merangkak ke atas secara perlahan di Indonesia saat ini.

Lanskap perbankan Indonesia saat ini

Indonesia Fintech Forum

Inovasi. Itu adalah elemen terpenting yang dibutuhkan oleh dunia perbankan saat ini di Indonesia, bahkan dunia. Akui saja, produk-produk keuangan yang lahir dari perut perbankan saat ini tidak lah begitu “menarik”.  Ini tak lepas dari kondisi perbankan itu sendiri yang berada dalam posisi sebagai sebuah korporasi.

“Saya percaya sebelum berbicara tentang inovasi Anda harus tahu lansekap dari tempat Anda akan mamainkan inovasi tersebut. [..] Bagaimana kondisi pasarnya saat ini dan bagaimana kondisi pasarnya di masa yang akan datang,” tekan Chief Strategy Offices Maybank Indonesia Charles Budiman di @america.

Secara garis besar, menurut Charles, lansekap perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama. Dari posisi Indonesia di Asia Tenggara, tantangannya dalam bentuk emerging environment, dan juga bagaimana bank di Indonesia dapat bertumbuh di masa depan, terutama dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Indonesia Fintech Forum

Charles mengatakan, “Saat ini kondisi Net Interset Margin [NIM] bank-bank Indonesia tergolong tinggi bila dibandingkan dengan bank lain di kawasan Asia Tenggara. [..] Tapi tanpa perubahan dari sisi produktivitas, bank di Indonesia akan kehilangan [sisi] kompetitifnya dengan nilai NIM yang semakin berkurang namun [nilai] Cost to Income Ratio meningkat. [..] Ini akan jadi kabar buruk bagi kami [pelaku industri perbankan Indonesia].”

Berkolaborasi bersama dengan inovasi dunia digital di bidang keuangan

Indonesia Fintech Forum

Indonesia sebagai negara berkembang memang memiliki banyak tantangan untuk dipecahkan dalam berbagai sektor, termasuk dalam industri keuangan. Indonesia saat ini juga masih tercatat sebagai negara dengan tingkat literasi keuangan yang cukup rendah, baru 32 persen.

Tahun ini memang bukan menjadi tahun fintech mendapat sorotan seperti industri e-commerce yang sudah mulai matang atau aplikasi karya anak bangsa. Pun demikian, sebenarnya sudah ada beberapa startup digital mulai muncul ke permukaan dalam ekosistem digital Indonesia. Bahkan kemunculan berbagai startup fintech ini bisa membuat perbankan takut kehilangan market share mereka.

Pun demikan, perubahan tak pernah bisa dilakukan sendirian. Perlu peran berbagai pihak pemegang kepentingan untuk berkolaborasi bersama dalam menumbuhkan ekosistemnya. Apalagi di industri keuangan yang sudah mapan dengan segala regulasi yang tak bisa sembarangan digoyahkan.

Deputi Direktur Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia Ricky Satria mengatakan, “Kita butuh ‘Fintegration’. Fintech berkolaborasi bersama dengan bank untuk melewati segala tantangan dalam bisnis ini [keuangan dan perbankan].”

“Anda mungkin bisa datang sendirian [bermain di industri sebagai startup fintech]. Tapi, Anda juga butuh [pengetahuan] manajemen yang maedalam, perlindungan konsumen, dan bagaimana menjalankan manajemen [keuangan] untuk menumbuhkan bisnis,” ujar Ricky.

Resmi Perkenalkan Diri, Pinjam Indonesia Lakukan Banyak Optimasi Layanan

Setelah hadir dalam versi beta hampir setahun yang lalu, kemarin malam (15/12) Pinjam Indonesia resmi meluncur. Pinjam Indonesia merupakan startup teknologi yang bergerak di bidang keuangan untuk membenatu memberikan layanan pinjaman dana. Bersaman dengan peluncurannya tersebut, Pinjam Indonesia juga mengumumkan peluncuran fitur baru dan beberapa rencana mereka untuk tahun depan.

Layanan Pinjam Indonesia sejatinya telah hadir sejak sepuluh bulan lalu, namun baru bisa diakses oleh publik dalam versi beta dua bulan setelahnya. Setelah delapan bulan pengembangan dan uji produk, kemarin malam Pinjam Indonesia resmi memperkenalkan diri ke publik.

BPinjam Indonesia juga melakukan optimasi tampilan situs, meluncurkan fitur Dana Siaga, mengumumkan akan segera menghadirkan aplikasi mobile (Android dan iOS), fitur Dana Amanah, dan berencana melebarkan sayap ke 10 kota besar.

Co-Founder Pinjam Indonesia Teguh B. Ariwibowo mengatakan, “Kami sudah punya [produk] gadai online, yang kami launching hari ini adalah Dana Siaga. Nanti juga ada yang namanya Dana amanah.”

“Dana siaga dan Gadai Online ini konsepnya adalah kami mencairkan berdasarkan kolateral [jaminan-red] yang customer kami punya. Jadi, kami lihat nama, nomor ponsel, alamat, dan semua [informasi] basic-nya […] untuk mencairkan dana. […] Ke depannya, kita akan mengotomatisasi itu,” lanjut Teguh menjelaskan.

Rencana Pinjam Indonesia untuk tahun depan

[Kiri-kanan] CEO Pinjam Indonesia Teguh B. Ariwibowo, Costumer Pinjam Indonesia Rafael Rio, dan Strategic Advisor Pinjam Indonesia David Remberth / DailySocial

Sementara itu untuk tahun depan Pinjam juga berencana akan melebarkan sayap operasional mereka 10 kota besar di Indonesia. Kota-kota yang menjadi target adalah, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Makassar, Jogjakarta, Balikpapan, dan termasuk akan mencoba di Sukabumi. Selain itu, Pinjam Indonesia juga menargetkan memiliki 100 distribution channel dan business partner.

Teguh mengatakan, “Kami ingin distribution channel kami ada di seluruh Indonesia. Target kami, kami kerjakan 100 plus business partner sampai tahun 2016 akhir. Sama ekspansi di 10 kota.”

“Jadi secara konsep di masing-masing kota [yang jadi target ekspansi] akan ada kantor operasional. Kantor tersebut nantinya akan mengurus rekanan-rekanan bisnis kami yang akan served konsumen kami. […] Contohnya bila ingin gadai emas, konsumen bisa menggadai di toko emas yang rekanan dengan kami. […] Sekarang kami sedang prototype ini di Semarang dan Bali, […] kebanyakan adalah Koperasi.” papar Teguh.

Jangka waktu pinjaman di Pinjam Indonesia maksimal 12 minggu, sedangkan dana yang dicairkan oleh Pinjam Indonesia saat ini masih berada di kisaran 2-3 juta Rupiah. Menurut Teguh, kebanyakan jaminan yang masuk adalah elektronik dan BPKB kendaraan. Ke depannya Teguh berjanji untuk menambah jaminan ke kategori luxury brand.

Perbankan Danai VC Karena Khawatir Bisnis Tergerus Startup Fintech

Setelah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 10 November lalu Mandiri Capital siap berinvestasi untuk startup yang mengembangkan teknologi finansial (fintech). Di balik pendirian perusahaan modal ventura tersebut, Direktur Keuangan Mandiri Capital Hira Laksamana menyebutkan bahwa langkah ini merupakan salah satu antisipasi supaya bisnis perbankan, khususnya Bank Mandiri, tidak kehilangan marketshare.

Kreativitas penggiat startup digital di bidang finansial (fintech) dewasa ini memang memberikan banyak terobosan baru. Mulai dari transaksi pembayaran, simpan-pinjam, permodalan hingga investasi. Bahkan kegiatan finansial tersebut beroperasi tanpa melalui sistem perbankan. Hal ini yang menjadikan perbankan merasa khawatir bahwa bisnisnya akan tergerus. Tak hanya di Indonesia, tren tersebut juga terlihat di negara lain.

Antisipasi risiko jangka panjang untuk bisnis perbankan

Secara kasat mata mungkin akan terlihat mustahil sebuah perusahaan rintisan mengalahkan bank besar seperti Mandiri. Namun Mandiri Capital menyadari betul bahwa risiko tersebut akan dirasakan dalam kurun waktu yang lama, setidaknya 10 tahun lagi, baru akan terasa dampaknya ketika masyarakat memiliki ketergantungan yang lebih kental dengan solusi digital. Antisipasi dilakukan dengan menyeimbangkan inovasi yang terus bergerak dan mencoba mengintegrasikan dengan bisnis yang sudah berjalan dalam perbankan.

Perusahaan modal ventura tak lain dikelola untuk memastikan perusahaan dapat memantau, dan bahkan melakukan kontrol terhadap pertumbuhan bisnis fintech. Mandiri Capital juga berusaha untuk mensinergikan inovasi yang ada dengan bisnis yang sudah berjalan.

Mulanya Mandiri Capital akan mendanai startup fintech yang masuk melalui program Wirausaha Muda Mandiri. Di luar itu, Mandiri Capital akan mendanai bersama-sama pihak lain dalam bentuk co-invest.

Lalu akankah strategi ini menghambat laju pertumbuhan startup?

Inovasi mahal harganya. Berbagai contoh di masyarakat mulai membuktikan kedahsyatan inovasi digital mengubah paradigma masyarakat. Mulai dari sistem pesan ojek berbasis aplikasi sampai layanan asisten pribadi yang sedang gencar diperbincangkan. Tukang ojek pangkalan tak mudah menerima kehadiran ojek berbasis aplikasi yang sukses menggerus pangsa pasar mereka.

Hal tersebut mungkin yang akan dilakukan perusahaan yang merasa terancam dengan sebuah inovasi terbarukan. Bisnis memang ganas. Namun kembali lagi, bahwa penerimaan masyarakat menjadi sebuah titik kemenangan. Inovasi layaknya sebuah air mengair dari dataran tinggi menuju dataran rendah. Kendati dibendung, akan selalu ada celah untuk mampu lolos dan mengalirkan dirinya sampai ke lautan.

Begitulah inovasi. Bagi startup, di bidang apapun, terutama fintech, memfokuskan bisnis pada inovasi dapat menjadi bahan bakar yang sangat berharga untuk menuai kesuksesan maksimal. Tanpa inovasi berarti hanya butuh menunggu waktu untuk tergerus di era digital ini.

Commonwealth Life Perkenalkan Aplikasi Kalkulator Finansial

Hari ini Commonwealth Life memperkenalkan aplikasi kalkulator finansial versi terbaru. Di versi paling anyar ini, selain melalui desktop, pengguna juga dapat mengakses aplikasi melalui perangkat mobile dengan platform Android dan iOS. Commonwealth Life juga memoles tampilan antarmuka di aplikasi kalkulator finansial versi anyar ini. Semua itu dilakukan dengan tujuan untuk membantu mengedukasi pasar agar lebih melek finansial.

Pemahaman perencanaan finansial masyarakat saat ini dinilai masih rendah. Indikasi ini dilihat oleh Commmonwealth Life dari hasil survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2013 lalu. Disebutkan bahwa hanya ada 18 persen dari populasi penduduk yang melek terhadap asuransi dan hanya 11,8 persen yang sudah punya asuransi. Sebagai respon, OJK pun meluncurkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) di januari 2014 lalu.

Commonwealth Life menanggapi ini dengan meluncurkan berbagai program CSR yang berkaitan dengan literasi keuangan. Paling baru yakni peluncuran kembali aplikasi kalkulator finansial yang telah diluncurkan sebelumnya pada tahun 2014. Di versi anyarnya ini Commonwealth Life banyak memoles aplikasi, mulai dari tampilan, akses aplikasi, hingga aspek-aspek yang dihitung dalam perencanaan keuangan.

President Director Commonwealth Life Indonesia Simmon Bennet mengatakan, “Melalui kalkulator finansial ini kami berharap untuk turut berkontribusi dalam program literasi keuangan OJK, yakni dalam mengedukasi dan membantu masyarakat Indonesia dalam mempersiapkan perencanaan keuangan dan melindungi kesejahteraan jangka panjangnya.”

Sementara itu, Alternative Distribution Channel Director Commonwealth Life Indonesia Pieter Wattimena menjelaskan bahwa secara garis besar ada tiga aspek perencanaan keuangan yang dapat dihitung, yakni pendidikan, masa depan, dan pensiun. Dijelaskan juga bahwa di versi barunya ini, disematkan pula fitur sharing melalui media sosial.

“Dalam proses penghitungan jumlah dana yang diinginkan, fitur kalkulator finansial juga menginformasikan kepada pengguna tentang atribut perencanaan keuangan. Seperti istilah-istilah mengenai tipe investasi, profil, risiko, dan juga memberikan saran mengenai produk investasi yang sesuai untuk mencapai tujuan keuangan pengguna,” jelas Pieter.

Ditambahkan Dewan Komisioner OJK  Kusumaningtuti S. Soetiono, “Pada umumnya orang awam tidak paham bagaimana harus memulai atau mengkalkulasi anggaran. Kalkulator finansial ini akan sangat membantu mereka dalam memulai perencanaan keuangannya.”

Peluncuran fasilitas ini merupakan bagian dari strategi Commonwealth Life yang merupakan bagian dari grup Commonwealth Bank Australia di Indonesia dalam menjangkau masyarakat yang lebih luas dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya perencanaan keuangan.

Masukan untuk pengembang terhadap aplikasi finansial kalkulator Commonwealth Life

Screenshot_2015-11-26-16-21-37

Aplikasi finansial kalkulator dari Commonwealth Life ini dapat hadir atas kerja sama Commonwealth Life dengan pengembang Batavianet. Meski diklaim ada banyak perubahan, namun tetap ada beberapa poin yang menjadi perhatian, yakni dari sisi UI/UX.

Memang dari sisi desain antarmuka terlihat sangat menarik, tapi, entah apa alasannya, untuk menggunakan aplikasi ini tidak ada pilihan penggunaan dalam mode portrait. Hanya ada mode landscape. Buat saya ini kurang nyaman, terutama bila digunakan untuk smartphone yang kebanyakan dari aplikasi sejenis lebih mengedepankan mode portrait.

Poin berikutnya adalah, sulitnya kembali ke halaman muka di awal. Memang ada pilihan “Ubah Nilai Investasi?” dan “Coba Rencana Lainnya?”, namun tidak ada pilihan untuk kembali ke halaman muka di awal. Bagi saya, pilihan ini harusnya dipertimbangkan karena pada dasarnya aplikasi finansial kalkulator ini menyasar segmen yang umum.

Coba bayangkan bila adik atau kawan dekat Anda ingin mencoba aplikasi ini tepat setelah Anda gunakan dan Anda harus menelusuri satu per satu langkah yang telah dilakukan untuk menghitung perencanaan finansial. Paling cepat, Anda dapat menutup aplikasi dan memulai kembali, tapi itu bukan pengalaman yang baik bagi saya.

FinTech Players Should Anticipate These Three Trends

Sooner or later, Indonesia is predicted to be a potential market for the growth of FinTech (Financial Technology) industry. This is strongly related to the people’s openness to tech development, market size, and ecosystem maturity available in Indonesia. Continue reading FinTech Players Should Anticipate These Three Trends

Tiga Tren yang Harus Diperhatikan FinTech di Pasar Berkembang

Cepat atau lambat, Indonesia sebagai negara berkembang diprediksikan akan menjadi pasar potensial untuk pertumbuhan industri FinTech (financial technology). Ini tak lepas dari keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap kemajuan teknologi, besarnya potensi pasar, juga makin matangnya ekosistem. Melihat perkembangan ini, VP Wharthon FinTech Cameron Peake menyebutkan bahwa ada tiga tren yang harus diperhatikan oleh para penggiat FinTech untuk tahun depan.

Continue reading Tiga Tren yang Harus Diperhatikan FinTech di Pasar Berkembang

The Future of FinTech in Indonesia

As a country with vast internet penetration and high middle class growth, Indonesia will definitely be a market for FinTech industry, sooner of later. There should be a collaboration between Fintech companies and banks and financial institutions, so that its functions can optimally reach the people. The government should also support the development as well, so that the rules can be clearly set. Continue reading The Future of FinTech in Indonesia

Jojonomic Secures Seed Funding from East Ventures

Fintech vendor Jojonomic announced an undisclosed seed funding from East Ventures. The company now serves more than personal financial services, as it also enters B2B segment by the name of Jojonomic Pro to help companies doing their reimbursement. Ever since being launched last August, Jojonomic claims that its app has been used by thousands of users who utilize the services via their mobile phones, both iOS and Android-based. Continue reading Jojonomic Secures Seed Funding from East Ventures

Masa Depan FinTech di Indonesia

FinTech diprediksikan bakal mempercepat adopsi layanan finansial karena keunggulannya dibanding layanan konvensional / Shutterstock

Sebagai negara dengan pertumbuhan pengguna Internet yang esat dan memiliki pertumbuhan kelas menengah yang tinggi, Indonesia cepat lambat akan menjadi pasar buat industri FinTech (financial technology). Perlu ada kolaborasi antara Fintech dengan bank dan lembaga keuangan supaya manfaatnya bisa optimal buat masyarat. Dibutuhkan dukungan dari regulator supaya terdapat aturan main yang jelas yang memberikan perlidungan bagi konsumen.

Continue reading Masa Depan FinTech di Indonesia

Asosiasi Penyelenggara Teknologi Jasa Finansial “FinTech Indonesia” Resmi Diluncurkan

Secara resmi Kamis (17/09) sejumlah perusahaan jasa teknologi finansial (fintech) dan perbankan di Indonesia, seperti Bareksa, Kejora, CekAja, Doku, Bank Mandiri, Veritrans, dan Kartuku, meluncurkan pendirian asosiasi penyelenggara jasa teknologi finansial Indonesia yang diberi nama FinTech Indonesia.

Continue reading Asosiasi Penyelenggara Teknologi Jasa Finansial “FinTech Indonesia” Resmi Diluncurkan