Zomato Tutup Permanen di Indonesia, Pemain Direktori Semakin Tersisih

Aplikasi direktori restoran Zomato resmi menyetop operasional secara penuh di Indonesia. Pengumuman resmi disampaikan perusahaan melalui situsnya sejak pekan lalu. Aplikasinya masih bisa diakses khusus direktori penelusuran di India dan UEA saja. Namun, direktori lokasi di Indonesia kini sudah tidak tersedia.

“Saatnya mengucapkan perpisahan! Kehadiran kami di Indonesia merupakan perjalanan yang hebat, tetapi sayangnya kami harus menghentikan operasi kami di sini!. Tapi kami masih bisa menelusuri berbagai restoran dan memesan makan dari berbagai tempat makanan rekomendasi Zomato di India dan UAE,” tulis perusahaan.

Sebelumnya pada 2020, perusahaan memang sudah mengumumkan menutup kantor cabangnya di Indonesia pada Oktober 2020 lalu. Kala itu, layanan berlangganan Zomato Pro dan Zomato Gold, yang memungkinkan pengguna mendapat sejumlah benefit, seperti kemudahan reservasi restoran dan memilih menu makanan, ikut dihentikan.

Meski demikian, pengguna masih bisa mengakses layanan Zomato untuk menelusuri direktori restoran dan tempat makanan baik itu melalui situs dan aplikasi Zomato. Sebab, pemeliharaan konten di sini dilakukan langsung oleh tim Zomato di kantor pusat di India.

Zomato sendiri masuk ke pasar Indonesia pada November 2013 lalu setelah resmi hadir perdana di India pada Juli 2008.

Fokus perbaiki kinerja

Penutupan bisnis internasional Zomato adalah rangkaian upaya perusahaan yang kini berfokus mencapai pada titik impas. Sejak 2021, perusahaan telah menghentikan hampir semua bisnis internasionalnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Inggris Raya (UK), Singapura, dan Lebanon.

Mengutip dari Business Insider India, CEO Zomato Deepinder Goyal, mengatakan, “Kami juga menutup operasi kami di Lebanon, yang merupakan satu-satunya bisnis internasional yang kami miliki (selain bisnis makan di UEA) setelah menutup sisa bisnis internasional kami yang beroperasi tahun lalu.”

Zomato telah mengidentifikasi tiga segmen geografis untuk menandai peta bisnis internasionalnya. Per 10 November 2021, terdiri atas:

  1. India
  2. Uni Emirat Arab (UEA)
  3. Rest of the World (Australia, Selandia Baru, Filipina, Indonesia, Malaysia, AS, Lebanon, Turki, Ceko, Slovakia, Polandia, Qatar, Irlandia)

India adalah pasar terbesar bagi Zomato dalam hal pendapatan, diikuti oleh UEA. Oleh karenanya, keduanya ini dipertahankan hingga sekarang. Di Uni Emirat Arab, Zomato bermain sebagai platform agregator makanan, sementara di kandangnya, sebagai bisnis pengiriman makanan.

Pemain tersisa

Hengkangnya Zomato di bisnis direktori restoran di Indonesia, kini menyisakan Qraved dan PergiKuliner yang kini masih beroperasi dengan model bisnis yang sama. Sisanya juga menyediakan layanan direktori, tetapi bukan jadi bisnis utama, seperti yang dilakukan oleh Chope dan Eatigo. Mereka berdua menyediakan layanan reservasi dan voucher makanan.

Dalam wawancara sebelumnya, Co-Founder PergiKuliner Oswin Liandow mengatakan bahwa hanya pemain lokal yang mampu bertahan, dan pada akhirnya menjadi juara di bisnis direktori restoran. Dia pun mengklaim bahwa PergiKuliner adalah satu-satunya platform penelusuran kuliner lokal dengan pertumbuhan jumlah ulasan yang objektif dan trafik yang tinggi.

Cakupan ulasan di PergiKuliner tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Surabaya, mulai dari kedai kaki lima hingga restoran hotel bintang lima.

“PergiKuliner selama ini berupaya untuk fokus kepada pengguna. Untuk restoran, jika mereka memiliki bisnis yang baik dan makanan yang berkualitas, tentunya sangat relevan menjadi mitra kami karena kami berupaya memberikan ulasan yang obyektif,” kata Oswin.

Sebagai platform media, cara monetisasi PergiKuliner adalah periklanan untuk pemilik restoran. Konsepnya beragam, apakah restoran tersebut ingin di-highlight dari lokasi, menu, dan lainnya. Cara ini sesungguhnya dilakukan oleh berbagai platform sejenis, termasuk Zomato dan OpenRice yang sudah angkat kaki dari Indonesia.

Meskipun demikian, PergiKuliner mengklaim berupaya untuk bekerja sama dengan restoran yang memang telah memiliki popularitas baik, dari sisi harga, lokasi, hingga kualitas rasa makanan. Mereka melakukan proses kurasi terhadap siapapun yang ingin beriklan dan bisa menolak jika tidak sesuai persyaratan.

“Saya berupaya menekankan kepada tim bahwa misi kita adalah memberikan ulasan dan rekomendasi restoran secara obyektif. Menjadikan platform kami sebagai referensi yang akurat bagi pengguna.”

Startup “Food Discovery” Tertatih-tatih Sepanjang Pandemi

Startup direktori dan review tempat makan (food discovery) ikut menjadi korban efek pandemi karena berkurangnya mobilitas masyarakat di kala waktu senggang untuk makan di luar rumah. Menurut catatan DailySocial, setidaknya tahun ini saja ada empat startup segmen ini yang gulung tikar di Indonesia.

Mereka adalah Eatsy, MariMakan, Club Alacarte, dan terakhir Zomato. Zomato baru saja membubarkan tim operasionalnya di Indonesia, meski aplikasi dan situsnya masih bisa diakses. Pemain yang tersisa, seperti Chope, Qraved, Eatigo, dan Traveloka Eats, mendiversifikasi bisnisnya ke pengiriman makanan demi menyesuaikan diri dengan kebiasaan baru. Hanya PergiKuliner yang masih bertahan sebagai startup direktori.

Menurut Founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li, sebenarnya industri F&B di Indonesia bernilai miliaran dolar karena kelas menengah yang tumbuh pesat. Ini merupakan salah satu faktor mengapa industri ini terus menarik startup teknologi yang didukung oleh modal ventura.

Namun, bisnis direktori menjadi salah satu vertikal bisnis yang harus “gigit jari” karena mereka gagal memonetisasi dan mewujudkan visinya sebagai perusahaan berkelanjutan.

“Banyak dari model awal ini fokus sebagai direktori atau listing yang berhasil memperoleh dan mempertahankan traffic yang signifikan, tapi tidak mampu menghasilkan pendapatan iklan yang signifikan. Pada akhirnya bisnis tutup atau perlu pivot,” terang Adrian kepada DailySocial.

Lebih dalam dijelaskan, startup direktori kebanyakan mengandalkan iklan sebagai model bisnis inti. Sayangnya mereka tidak dapat mencapai skala monetisasi. Permasalahan terjadi karena pendapatan iklan yang rendah dari restoran, dominasi bisnis jaringan restoran vs standalone, dan tingginya konsentrasi bisnis restoran berbasis mal.

“Covid-19 hanya mempercepat penutupan perusahaan-perusahaan tersebut pada bisnis yang non sustainable di Indonesia.”

Oleh karena itu, sambungnya, perlu ada perubahan strategi bisnis dengan menjadikan food directory sebagai fitur tambahan, bukan sebagai bisnis yang berdiri sendiri. Bisnis seperti ini dapat menjadi mesin pencetak traffic yang efektif dan berguna untuk konsumen.

“Tapi dengan catatan harus tetap menghasilkan pendapatan langsung untuk restoran. Model ini potensial untuk ini menjual kupon, pengiriman, memesan terlebih dahulu, atau pick up. Kami telah melihat ini sebagai pendorong yang kuat untuk Gojek melalui Go-Food yang pada dasarnya listing + pengiriman.”

Chope masuk ke layanan pengiriman makanan

Formula yang disampaikan Adrian cukup mencerminkan kondisi yang terjadi sekarang ini. Banyak startup foodtech yang berbondong-bondong menyediakan jasa pengiriman makanan.

Chope jadi salah satu yang terjun ke sana, meski tidak langsung. Menurut penjelasan General Manager Chope Indonesia Karthik T. Shetty, pandemi ini membawa seluruh industri F&B dan perusahaan ke dalam posisi yang sulit. Chope sendiri fokus sebagai platform reservasi dine-in untuk konsumen yang ingin menikmati suguhan di restoran favorit.

Lockdown merupakan hambatan terbesar bagi Chope karena hal itu membuat bisnis kami benar-benar terhenti,” katanya.

 General Manager Chope Indonesia Karthik T. Shetty / Chope
General Manager Chope Indonesia Karthik T. Shetty / Chope

Kondisi tersebut tidak serta merta membuat Chope harus memberhentikan karyawan. Karthik memastikan tidak ada pemberhentian siapapun di tim Chope, baik di Indonesia atau di negara lain. “Kami semua mengambil pemotongan gaji dan untungnya model bisnis kami memungkinkan kami memiliki sejumlah cadangan yang tidak mengharuskan kami untuk layoff.”

Ia menceritakan, CEO perusahaan mengatakan “Don’t let a crisis go to waste!”. Jangan biarkan krisis jadi sia-sia (karena tidak melakukan apa-apa) kepada seluruh tim Chope. Oleh karena itu tim bekerja keras mengembangkan layanan baru Chope on Delivery.

Di Singapura, markas Chope, mereka bekerja sama dengan operator taksi lokal sebagai mitra pengirim makanan untuk mitra restoran Chope. Layanan ini hadir karena restoran kelas atas mengeluh karena biaya yang harus dibayarkan kepada kurir operator lokal terlalu mahal.

“Tim produk dan engineer kami bekerja non stop selama 72 jam untuk memodifikasi produk existing agar konsumen dapat memilih menu spesifik, terintegrasi dengan aplikasi taksi, dan kami mulai onboard restoran di Singapura untuk memasukkan menu mereka. Setiap pesanan akan dikirim ke taksi terdekat untuk melakukan pengiriman.”

Orang Singapura memang secara rutin memesan makanan di restoran kelas atas, sehingga cara ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia.

Untuk itu, Chope on Delivery di Indonesia dimodifikasi. Disebutkan Chope sulit menemukan mitra dalam waktu cepat dan proses integrasi yang memakan waktu. Karthik juga tidak ingin berkompetisi langsung dengan GoFood atau GrabFood.

Chope memiliki layanan e-commerce di dalam platform-nya. Akhirnya mereka menjual voucher dari berbagai paket menu, katering, maupun reguler, yang dijual mitra restoran. Pembeli dapat mengklaim voucher tersebut dengan mengontak restoran melalui WhatsApp. Pengiriman akan dilakukan melalui GoSend atau GrabExpress.

“Chope memberikan opsi untuk memilih dan memesan, tapi kami tidak melakukan pengiriman sendiri. Metode dengan WhatsApp ini banyak diapresiasi mitra restoran karena dianggap lebih mudah buat stafnya.”

Respons konsumen terhadap layanan ini, klaim Karthik, tidak buruk dari kacamata bisnis — meski belum signifikan jika dibandingkan sebelum pandemi.

“Namun yang terpenting adalah mitra restoran kami melihat bahwa kami masih berusaha melakukan berbagai hal untuk mendukung mereka dan mereka sangat menghargai hal ini. Melalui fitur ini, kami berusaha terus relevan dengan pengguna kami, sehingga mereka tidak perlu melupakan Chope sepenuhnya selama berbulan-bulan lockdown di Indonesia.”

Di luar layanan Chope on Delivery, perusahaan juga membuat diversifikasi bisnis lainnya dengan menjual tiket hotel karena banyak mitra restoran yang berlokasi di dalam hotel. Layanan “Save now, stay & dine later” memungkinkan konsumen untuk staycation di hotel dengan harga murah kapan saja dan menikmati berbagai fasilitas yang disediakan hotel.

Perusahaan membuat program dining voucher yang lebih fleksibel untuk membantu mitra restoran terhindar dari pembatalan dan konsumen yang tidak jadi datang (no-show). “Cara ini efektif menurunkan angka pembatalan karena konsumen dapat mengganti tanggal kedatangan. Tidak perlu membatalkan jika ada hal darurat.”

Ke depannya, Chope ingin memperkuat teknologinya untuk membantu lebih banyak restoran yang terdampak pandemi. Mitra dapat memaksimalkan pendapatannya dengan memanfaatkan sistem manajemen reservasi meja, membangun database yang dipersonalisasi dengan sistem CRM, dan mengantarkan lebih banyak pelanggan ke restoran. Tidak hanya berbentuk visibilitas pemasaran, tetapi juga melacak dan mengirim pelanggan ke restoran.

“Dalam jangka panjang, kami akan perluas layanan ke semua kota tier 1 dan 2 di Indonesia serta dengan perkembangan pesat di industri F&B di negara lainnya.”

PergiKuliner tetap bertahan sebagai direktori

Tim PergiKuliner / PergiKuliner
Tim PergiKuliner / PergiKuliner

DailySocial juga berkesempatan untuk mewawancarai CEO PergiKuliner Oswin Liandow. Ia menceritakan saat PSBB ketat diberlakukan pada Maret kemarin, traffic PergiKuliner terus berkurang. Sebulan setelah pandemi, traffic turun hingga minus 65% atau tersisa hanya sepertiga.

Buruknya kinerja ini harus diantisipasi secara cepat dengan berinovasi. “Kami memperkirakan kapan pandemi berakhir, bagaimana perubahan behavior user saat dan setelah pandemi, apa yang bisa kami lakukan, dan akhirnya ada banyak keputusan yang kami ambil,” tuturnya.

Keputusan terberat akhirnya harus diambil pada awal April dengan efisiensi karyawan. Oswin tidak menyebut berapa banyak karyawan yang terkena dampak. “Ini adalah keputusan terberat yang pernah saya ambil selama membangun PergiKuliner. Namun dengan semua pertimbangan yang ada, kami harus mengambil langkah ini.”

Berikutnya adalah memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk mitra restoran. Akhirnya PergiKuliner memutuskan membantu mereka yang membuka jasa pengiriman gratis dengan membuat laman direktori khusus dengan tagar BebasOngkir. Program ini diklaim sukses. Ada ribuan restoran ikut berpartisipasi.

Setelah PSBB mulai dilonggarkan, perusahaan membuat QR Code untuk melihat menu restoran secara online melalui situs atau aplikasi PergiKuiliner. Diklaim ada ribuan restoran yang sudah menggunakan QR Code dan jumlahnya terus bertambah setiap harinya.

Logo PergiKuliner

Saat PSBB transisi dan mulai dibukanya makan di restoran secara terbatas, traffic PergiKuliner diklaim hampir kembali normal atau 90% dari sebelum pandemi. Oswin meyakini strateginya untuk tetap berada di direktori dan review tempat makan adalah benar karena selalu dibutuhkan.

“Ke depannya kami menyiapkan beberapa proyek baru untuk meningkatkan excitement user. Salah satunya PergiKuliner Berburu Kopi yang akan launch awal Desember. Pengguna bisa mendapatkan gratis satu kopi setelah pergi ke lima coffee shop berbeda. Mereka bisa memilih dari ratusan tenant yang berpartisipasi,” tutupnya.

Traveloka Buat Platform Khusus Direktori Restoran “Manamana”

Sejak awal tahun ini, Traveloka mulai rilis layanan terbaru yang bergerak di direktori restoran, dinamai Manamana.

Platform ini menyediakan seluruh informasi terkait restoran, kafe, warung, atau tempat makan lainnya. Baik dari jenis makanan, menu, jam operasional, harga, lokasi, kontak, fasilitas, dan metode pembayaran yang disediakan. Dilengkapi pula dengan artikel pendukung sebagai referensi.

Pihak Traveloka belum bersedia memberikan komentarnya terkait produk barunya tersebut.

Sebagai direktori, proposisi Manamana kemungkinan besar akan dipersonalisasi agar bisa memberikan rekomendasi yang sesuai dengan selera konsumen. Dibantu pula dengan konten yang bisa memberikan inspirasi para pengguna ketika mereka ada di destinasi wisata.

Hal ini belum bisa dijawab oleh Traveloka Eats, meski informasi yang dipaparkan tidak jauh berbeda, fokus yang disasar adalah menawarkan potongan harga.

Traveloka Eats menawarkan harga promosi dari restoran yang sudah tergabung ke dalam merchant-nya berdasarkan lokasi terdekat konsumen. Untuk melekatkan konsumen, Traveloka menyediakan poin loyalitas khusus yang dapat ditukar.

Kehadiran Manamana, otomatis meramaikan dinamika pemain direktori restoran seperti Zomato, Qraved, dan Pergikuliner. Kendati tampilan masih sederhana dan direktori restoran yang terhubung belum sebanyak kompetitor, tapi Manamana punya kekuatan terhubung di platform Traveloka yang membuka lebih banyak kesempatan bisnis ke depannya.

Melihat dari kiprah Zomato, sebagai pemimpin pasar, semakin melengkapi direktorinya dengan berbagai fitur. Mereka menyediakan program berlangganan untuk konsumen yang ingin mendapat potongan harga dari merchant Zomato.

Perusahaan juga membuat konten video original yang membahas terkait wellness, resep makanan, ulasan makanan, dan sebagainya yang disadur dari berbagai sumber.

Industri kuliner memang selalu menarik untuk digeluti karena tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip data yang dihimpun Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik menunjukkan kontribusi sektor kuliner terhadap unit usaha ekonomi kreatif telah mencapai 41% atau Rp410 triliun pada 2017, tertinggi diantara 15 subsektor lainnya.

Pertumbuhan industri kuliner juga cukup stabil dalam beberapa tahun terakhir. Sektor ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar hingga 8,8 juta orang dan sekarang terdapat 5,5 juta pelaku industri kuliner.

Dari sisi pemodal pun dari modal ventura, mereka semakin melirik potensi dari sektor ini karena masih banyak bisnis F&B tradisional yang berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh. Fore dan Kopi Kenangan sering menjadi contoh untuk melihat bagaimana kedai kopi bisa memanfaatkan platform digital untuk pacu bisnis. Alhasil, ini menciptakan suatu model bisnis baru dengan segmen yang dikenal sebagai new economy.

Transformasi dan Masa Depan Platform Aplikasi Makanan

Di medio tahun 2015 sempat bermunculan platform food directory, review, dan informasi yang mengupas berbagai restoran hingga tempat makan. Tren tersebut bersamaan dengan makin masifnya pertumbuhan industri kuliner di Indonesia. Tidak hanya informasi seperti alamat dan kontak, platform tersebut juga menyematkan menu, foto-foto restoran, dan ulasan yang diberikan pengunjung.

Nama-nama platform lokal dan asing pun bermunculan di Indonesia. Zomato, Qraved, Pergikuliner adalah contoh nama yang populer. Meskipun kebanyakan masih fokus menawarkan informasi dan ulasan, platform tersebut sudah mulai bertransformasi menjadi platform gaya hidup yang menawarkan paket diskon.

Kehadiran layanan pengantaran makanan GoFood dan GrabFood menjadi salah satu alasan utama mengapa platform food directory kini mulai bertransformasi dan menawarkan fitur dan produk yang berbeda.

“Saya melihat justru mereka bisa dijadikan mitra yang potensial. Demikian juga dengan semua layanan e-commerce. Bentuknya seperti apa tentunya nanti bisa disesuaikan,” kata Marcomm Representative Pergikuliner Aprilia Prabawati.

Di negara Asia lain mulai banyak penerapan kolaborasi antara platform food apps dengan layanan e-commerce. Seperti yang terjadi di Tiongkok melalui kolaborasi antara Alibaba dengan food delivery units Ele.me dan Shopee dan Foody di Vietnam.

Media sosial tidak lagi jadi kanal utama

Transformasi layanan food apps dalam waktu 5 tahun terakhir
Transformasi layanan food apps dalam waktu 5 tahun terakhir

“Kami melihat media sosial sangat penting untuk melakukan branding, meningkatkan tingkat konversi, dan berpotensi melakukan kampanye viral. Namun pada tahun 2020, jangkauan organik menurun karena persaingan dan perubahan dalam algoritma sehingga kami merekomendasikan pedagang untuk juga memiliki saluran CRM langsung seperti akun resmi Qraved untuk mengkomunikasikan kampanye pemasaran,” kata CEO Qraved Steven Kim.

Aprilia menambahkan, “Idealnya kita ingin berdiri di platform milik kita sendiri, dan tidak terlalu bergantung kepada platform lain. Intinya kita tidak terlalu fokus dengan cara ini.”

Tahun 2020, ketika media sosial mulai banyak mengalami perubahan di sisi algoritma dan cara penggunaan, platform seperti ini tidak krusial dan idealnya tidak menjadi fokus untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

“Jika melihat 5 tahun yang lalu, penggunaan media sosial masuk akal. Tetapi, di zaman sekarang ini, memanfaatkan media sosial sebagai bagian dari strategi pemasaran tidak dapat dilakukan lagi. Prioritas brand saat ini adalah lebih kepada memaksimalkan channel mana yang lebih relevan dimanfaatkan tidak lagi bergantung kepada media sosial,” kata Head of Business Zomato Indonesia Ravi Singh.

Saat ini Zomato dan Pergikuliner masing-masing mengklaim memiliki 3 juta pengguna aktif setiap bulannya.

Fokus ke kolaborasi

Kolaborasi dengan bisnis kuliner menjadi faktor pendukung yang menentukan pertumbuhan perusahaan. Pergikuliner, misalnya, menawarkan pilihan tersebut agar restoran memberikan kupon sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Perusahaan mengklaim bisa memperoleh pendapatan melalui kemitraan ini.

Sementara Zomato, yang sejak dua tahun terakhir telah melancarkan program unggulannya Zomato Gold, mengklaim telah memiliki 1500 restoran yang bergabung dalam program ini. Zomato juga berhasil mengumpulkan sekitar 110 ribu pengguna berbayar.

“Layanan lain yang kami coba hadirkan untuk pengguna adalah Gold Special, di mana pelanggan bisa memiliki opsi diskon secara flat untuk semua tagihan yang dibebankan. Semua mitra restoran memiliki opsi untuk menentukan sendiri potongan harga mereka kepada pelanggan,” kata Ravi.

Bentuk kolaborasi lainnya yang dinilai lumayan ampuh mendongkrak pertumbuhan mitra dan pengguna adalah menjalin kerja sama dengan mall terkemuka untuk menawarkan promo, diskon atau penawaran menarik yang dimiliki restoran yang berlokasi di mall tersebut.

“Qraved telah meluncurkan kemitraan dengan mal-mal besar atau menambah pengalaman offline, termasuk [dengan] Plaza Indonesia, Pacific Place, Mall of Indonesia, PIK Avenue dan lainnya. Harapannya bisa membantu pemilik bisnis kuliner untuk melakukan interaksi langsung dengan pelanggan mereka sekaligus melakukan engagement secara online,” kata Steven.

Peluang ekspansi

Tidak mudah untuk memprediksi masa depan dan potensi platform aplikasi makanan. Satu hal yang pasti, platform informasi tempat makan tetap menjadi prioritas masing-masing platform, sesuai dengan komitmen awal. Untuk ekspansi layanan, mereka juga akan fokus ke berbagai kawasan, tak hanya di kota-kota besar.

Meskipun sebagian besar tidak memiliki layanan pengantaran makanan atau delivery service, tidak menutup kemungkinan layanan tersebut bakal dihadirkan suatu saat.

“Bisa jadi nantinya kami akan menambahkan layanan pengantaran makanan dan menawarkan layanan tersebut kepada mitra restoran. Namun untuk saat ini kami belum berencana. Mungkin 2 atau 3 tahun lagi,” kata Aprilia.

Pengembangan teknologi dan inovasi produk juga masih menjadi fokus, yang kebanyakan mulai mendorong penggunaan aplikasi kepada pengguna. Meskipun demikian, penggunaan situs tidak ditinggalkan, karena ternyata masing banyak pengguna yang mengakses layanan dari desktop atau mobile browser.

“Sebenarnya distribusi di Zomato sangat kontra-intuitif. Kami melihat traffic hingga saat ini lebih banyak yang mengakses di situs [atau mobile browser], dibandingkan dengan aplikasi. Kami tidak dapat melakukan pemisahan dari kedua platform tersebut,” kata Ravi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Introducing Foodmagz, New Restaurant Directory Platform in the Market

Currently, there are few restaurant directory services in Indonesia, such as Zomato and Qraved. In an effort to compete in the market, Foodmagz claims to present better feature and complete information.

“Foodmagz is a restaurant directory service providing recommendation and complete information to help people finding the best restaurant and help the business to get valuable customers, also profitable for the second-layer customer (restaurant) and the end-customer (people),” Hendra Cokki, Foodmagz’s CEO explained.

He’s quite optimist for the startup to compete among the similar services. In his opinion, Foodmagz was developed focusing on product, feature, promotion, and filter of registered restaurant that allows user to get qualified restaurant recommendation.

The new startup also claims to have the complete information on restaurant’s facilities. They sort the compatible restaurant directly to be in Foodmagz directory.

Some methods they’ve conducted are direct surveys [visiting] and direct contact [through various channels]. To date, they have more than 1,500 restaurant on the list and still counting.

As a new startup, Foodmagz is said to be supported by angel investor and ready to launch a mobile app in the third quarter.

In order to get a place in community, they’ve planned some new features, such as personalized recommendation with different experience for each user.

“The new website is to launch in March 1st, 2019, but the company has been established since January 2019. We’re still operating in Jakarta area and to ensure the product succeed in capturing people’s interest before scale-up to other cities. Expansion is planned in the Q4 2019,” Cokki added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Foodmagz, Platform Direktori Restoran yang Siap Meramaikan Persaingan

Saat ini di Indonesia sudah beroperasi beberapa layanan direktori restoran, contohnya adalah Zomato dan Qraved. Mencoba meramaikan segmen yang sama, Foodmagz hadir dengan klaim informasi dan fitur yang lebih lengkap.

“Foodmagz adalah penyedia layanan direktori restoran yang memberikan rekomendasi tempat makan dan informasi restoran yang lengkap untuk membantu masyarakat dalam menemukan restoran yang terbaik dan membantu restoran untuk mendapatkan customer yang valueable sehingga memberikan keuntungan baik untuk second-layer customer (pihak restoran) dan end-customer (masyarakat),” terang CEO Foodmagz Hendra Cokki.

Hendra cukup optimis startup besutannya bisa bersaing dengan penyedia layanan sejenis. Menurutnya, Foodmagz dikembangkan dengan fokus pada pengembangan produk, fitur, promosi dan filter restoran terdaftar yang memungkinkan pengguna mendapat rekomendasi restoran berkualitas.

Startup yang baru dikembangkan awal tahun ini juga mengklaim memiliki informasi terlengkap mengenai fasilitas yang dimiliki sebuah restoran. Mereka melakukan penyaringan restoran yang akan dimasukkan ke dalam direktori Foodmagz.

Beberapa metode penyaringan yang dilakukan perusahaan adalah survei langsung ke lokasi dan menghubungi pihak restoran melalui berbagai kanal. Sejauh ini Foodmagz sudah memiliki lebih dari 1.500 daftar restoran yang diklaim terus bertambah.

Sebagai startup baru, Foodmagz menyebut telah didukung angel investor dan siap meluncurkan aplikasi mobile di kuartal ketiga tahun ini.

Untuk mendapatkan tempat di masyarakat, Foodmagz tengah merencanakan sejumlah fitur baru, seperti personalized recommendation yang bisa memberikan pengalaman berbeda-beda untuk setiap pengguna.

“Platform website baru launching di 1 Maret 2019, Namun company-nya sendiri established di Januari 2019. Kami masih menjangkau area Jakarta terlebih dahulu dan ingin memastikan bahwa pengembangan produk memiliki tingkat kepuasan masyarakat yang tinggi sebelum kami scale up ke kota-kota lain. Direncanakan di Q4 2019 bisa ekspansi di beberapa kota,” jelas Hendra.

Direktori Makanan “Traveloka Eats” Resmi Diluncurkan

Hari ini Traveloka meluncurkan fitur Traveloka Eats di aplikasinya. Fitur yang secara khusus dihadirkan untuk pengguna Traveloka tersebut berisi food directory delapan ribu restoran di tujuh kota besar di Indonesia. Di antaranya adalah, Jakarta, Tangerang, Bandung, Bali, Yogyakarta, Surabaya dan Medan.

Kepada media, Senior VP Business Development Traveloka Christian Suwarna menyebutkan, diluncurkannya fitur terbaru ini diharapkan bisa membantu pengguna yang ingin menemukan rekomendasi kuliner lokal saat sedang travelling langsung dari aplikasi Traveloka.

“Fokus Traveloka saat ini baru tujuh kota, namun ke depannya kami akan menambah jumlah kota dan restoran di food directory Traveloka Eats,” kata Christian.

Selain menghadirkan review dari TripAdvisor, Traveloka juga memiliki fitur review untuk pengguna yang ingin berbagi pengalaman kulinernya. Traveloka juga telah melakukan kolaborasi dengan food blogger ternama untuk memberikan rekomendasi restoran favorit di berbagai daerah.

“Saat ini kami belum menghadirkan fitur point atau loyalty program untuk pengguna yang memberikan review atau ulasan restoran di aplikasi Traveloka. Namun demikian tidak menutup kemungkinan pilihan tersebut akan kami hadirkan,” kata Christian.

Penawaran harga spesial

Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Traveloka Eats adalah, fitur penawaran atau Special Offer yang dimiliki oleh Traveloka. Bekerja sama dengan partner yang ada. Traveloka Eats menyediakan harga khusus yang bisa dinikmati langsung dari aplikasi.

“Saat ini kita sudah menjalin kemitraan dengan sekitar 600 partner yang menyediakan penawaran khusus berupa diskon dan harga istimewa, yang bisa di-redeem di aplikasi Traveloka,” kata Christian.

Disinggung strategi monetisasi yang dilancarkan, untuk tahap awal Traveloka tidak mengenakan biaya kepada pihak restoran. Semua masih dilakukan secara cuma-cuma guna melengkapi informasi restoran yang ada.

Namun demikian ke depannya bisa dikembangkan sistem komisi berdasarkan kemitraan dengan partner untuk pemberian Special Offer. Hal ini menyesuaikan perjanjian dengan masing-masing partner.

“Traveloka ingin menjadi one stop solution untuk pengguna setia Traveloka, mulai dari pembelian tiket pesawat dan transportasi lainnya, penginapan hingga rekomendasi kuliner seru dengan penawaran khusus dari Traveloka,” kata Christian.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka is Testing New Restaurant Directory “Traveloka Eats”

Traveloka is trying out the “Traveloka Eats” feature to provide users with the whole experience while traveling. The new feature is currently available in Android version of Traveloka app.

Traveloka Eats is a restaurant directory service with voucher packages available in each destination. It also provides reviews, photos, along with the menu from each restaurant.

This feature completes the entertainment and utility products in Traveloka. Previously, ticket booking is available for cinema, beauty & spa, bill payment, also top-up balance & data.

Users can also make a reservation through phone numbers provided in the app, as it hasn’t fully covered in the system. However, Traveloka provides thematic content to boost its transactions.

“The product is indeed our commitment to complete the travel journey of Traveloka customers. In this product, we offer deals and food directory. It is soon to be officially launched,” Busyra Oryza, Traveloka’s PR Manager, said to DailySocial (4/12).

Based on our observation, Traveloka Eats is currently available only for Android users in Jakarta with the limited choice of restaurants.

The interface of Traveloka Eats gives the similar ambiance with Zomato, Qraved, or Pergi Kuliner, exclude the voucher packages.

In addition, Traveloka was previously launched bus ticket booking feature that completing its services for all types of transportations.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Hadirkan Direktori Tempat Makan, “Mangan” Siap Bersaing

Solo sebagai kota wisata menyediakan banyak sekali pilihan tempat makan untuk para wisatawan atau pendatang. Salah satu kesulitan yang lazim ditemui adalah susahnya mendapatkan tempat makan yang memuaskan, baik dari segi rasa maupun harga. Untuk mengatasi masalah ini hadirlah aplikasi Mangan (Mobile Pangan, tapi juga berarti makan dalam bahasa Jawa), sebuah aplikasi yang menyediakan informasi kuliner kota Solo, lengkap dengan ulasannya.

Apa yang diusung aplikasi Mangan sebenarnya mirip dengan konsep yang diusung Zomato atau Qraved. Hanya saja Mangan fokus pada bisnis makanan UMKM, sehingga Mangan selain menjadi solusi mencari tempat makan berkualitas juga bisa menjadi sarana promosi yang terjangkau bagi bisnis kuliner UMKM yang ada di Solo.

Hamzah, pendiri Mangan, mengungkapkan dirinya secara sadar melihat aplikasi Mangan akan bersaing langsung dengan pesaing besar dan sudah lebih dulu masuk dalam kancah bisnis direktori tempat makan. Meski demikian, Hamzah masih optimis aplikasi yang dikembangkan bersama dengan timnya akan diterima oleh masyarakat.

Kehadiran layanan serupa tidak begitu dianggap beban oleh Hamzah dalam mengembangkan aplikasi Mangan. Ia malah merasa lebih terbantu karena pasar dan masyarakat sudah teredukasi berkat hadirnya layanan sejenis dan lebih dulu hadir.

“Kami percaya bahwa hanya di Mangan yang dapat mengangkat konten Nusantara dengan menyasar sektor ekonomi kerakyatan yaitu UMKM. Saat ini MANGAN juga masih banyak berbenah baik dari segi aplikasi, layanan dan juga menyiapkan nilai pembeda dari kompetitor. Namun satu yang cukup membuat kami terbantu dengan adanya kompetitor adalah market Indonesia yang sudah teredukasi oleh mereka, sehingga boleh dibilang kita perlu menghadirkan apa yang dibutuhkan market namun belum mampu dipenuhi kompetitor,” terang Hamzah.

Diterima di Solo, melangkah ke Yogyakarta

Sebagai direktori tempat makan, aplikasi Mangan memiliki sejumlah fitur khas aplikasi sejenis, seperti daftar tempat makan, review, dan beberapa tampilan menu-menu andalan. Untuk memberikan informasi yang akurat, para reviewer untuk aplikasi Mangan mencoba setiap menu yang akan ditampilkan di Mangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang tidak sesuai, apa lagi untuk tempat makan yang baru buka.

Setelah hampir satu tahun beroperasi di Solo, aplikasi Mangan akhirnya membuka diri untuk merambah Yogyakarta, menyediakan informasi kuliner dan bersiap menggandeng UMKM kuliner untuk menjadi mitra aplikasi Mangan.

“tim reviewer MANGAN memang harus mencicipi suatu makanan untuk nantinya membagikan cerita tersebut ke pengguna. Karena biasanya, untuk tempat makan baru atau tempat makan yang belum pernah dicoba, pengguna bakal mikir2 kira2 rasanya enak gak ya, jangan-jangan zonk, ga tau harganya jangan-jangan mahal, dan sebagainya pertanyaan tersebut yang menghalangi mereka untuk mencicipi makanan baru tersebut. Jadi ya di akhir kami seperti bertindak sebagai host kuliner,” terang Hamzah.

Saat ini dari data internal pihak Mangan mereka sudah mengumpulkan sekitar 6000 download dengan pengguna aktif mencapai 1000 pengguna per bulan. Selain aplikasi, pihak Mangan juga memiliki channel chatbot Line yang memiliki kurang lebih 10.000 audience. Total mitra UMKM kuliner Mangan mencapai 400 tempat dan diharapkan akan terus bertambah.

Hamzah menuturkan perlahan tapi pasti Mangan akan mulai membuka layanan di beberapa kota lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Magelang, dan Lampung. Selain itu untuk mengembangkan Mangan secara bisnis mereka juga tengah mengembangkan sebuah platform manajemen dan operasional UMKM.

Application Information Will Show Up Here

Idealisme PergiKuliner Jadi Direktori Tempat Makan Terlengkap di Indonesia

Layanan direktori tempat makan online asal Indonesia PergiKuliner menargetkan ke depannya akan menjadi sumber referensi utama dengan data terlengkap tempat makan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi dan misi perusahaan yang ingin menciptakan nilai hidup masyarakat lewat internet dengan menyediakan informasi makanan yang lengkap.

Untuk mencapai misi tersebut, pihak PergiKuliner akan terus agresif menambah lokasi secara perlahan-lahan pada tahun depan. Beberapa kota yang bakal disasar adalah Medan, Palembang, dan Semarang.

Perusahaan yang sudah resmi beroperasi sejak Januari 2015 dan sudah dapat pendanaan di tahun ini mengklaim sudah memiliki 60 ribu listing tempat makan tersebar di Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung dengan jutaan pengunjung dan ribuan reviewer yang mengakses baik dari situs maupun aplikasi. Adapun dari total listing, tempat makan yang sudah diulas oleh reviewer mencapai lebih dari 10 ribu.

“Saat ini kami masih membangun ekosistem PergiKuliner sebagai online food media dan belum menuju proses monetisasi. Kami perkirakan monetisasi baru akan dimulai dua hingga tahun mendatang, caranya sudah pasti lewat iklan. Tapi bukan kerja sama dengan tempat makan karena ini bisa mengurangi objektivitas ulasan kami,” terang Oswin Liandow selaku CEO PergiKuliner, Rabu (30/11).

Objektivitas ulasan, sambung Oswin, jadi salah satu kekuatan PergiKuliner untuk membuktikan tempat makan tersebut apakah benar-benar patut didatangi atau tidak. Pasalnya, dari beberapa kompetitor banyak menayangkan informasi yang palsu. Misalnya, ulasan dilakukan oleh pemilik tempat makan itu sendiri sehingga keaslian rekomendasi jadi abu-abu.

Terlebih, bila melakukan kerja sama dengan tempat makan tertentu maka ekspektasi dari mereka yang bakal muncul adalah ulasan yang bagus dan manis, sehingga tingkat objektivitasnya jadi berkurang. Meski demikian, semua orang yang sudah terdaftar jadi anggota PergiKuliner berkesempatan untuk memberikan ulasannya. Hanya saja, akan ada tim PergiKuliner yang akan memvalidasi keaslian identitas akun.

“Semua orang yang sudah jadi anggota, bisa jadi reviewer. Semua ulasan yang ditulis, sebelum ditayangkan bakal di cek objektivitasnya oleh tim PergiKuliner. Tidak boleh ada ulasan yang fake karena ditulis oleh owner tempat makan itu sendiri. Juga, tidak ada batasan harus berapa karakter tulisannya asalkan berbobot, ada fotonya, sudah lulus uji sensor dari kami.”

Oswin melanjutkan, untuk memudahkan pengguna dalam mencari rekomendasi tempat makan. Pihaknya menyediakan berbagai kemudahan fitur yang dibuat seringkas mungkin. Salah satunya pencarian lokasi tempat makan berdasarkan pencarian lewat gambar, tempat makan terbaru per bulannya, tempat makan tematik, hingga fitur “terserah deh!” untuk pencarian secara acak.

Dalam proses pencarian tempat makan berdasarkan lokasi, pengguna akan lebih mudah mengetahui lokasi mana saja yang patut mereka datangi. Pasalnya, dari hasil pencarian akan disusun berdasarkan banyaknya jumlah ulasan dan reviewer yang mengatakan tempat makan tersebut memiliki menu makanan yang enak dari hasil ratingnya.

Tujuannya ada kaitannya dengan penetapan sistem rating di dalam PergiKuliner. Ada lima jenis rating yang harus diisi oleh reviewer dan menjadi acuan pengunjung. Mulai dari rating untuk rasa, suasana, harga, pelayanan, dan kebersihan. Banyaknya jenis rating ini dinilai untuk menyamaratakan posisi tempat makan kaki lima dengan bintang lima.

“Kami ingin menjadikan PergiKuliner dengan database listing tempat makan terlengkap dari kaki lima hingga bintang lima yang berlokasi di seluruh Indonesia. Dengan menghadirkan fitur meliputi menu, jam buka, lokasi, fasilitas, ulasan yang real dan objektif, hingga kehalalannya. Ini adalah kekuatan utama kami, jadi pembeda dengan pemain lainnya.”

Application Information Will Show Up Here