Bagaimana Industri Esports dan Musik Saling Bersinggungan

Esports kini telah menjadi industri besar. Diperkirakan, valuasi industri esports tahun ini akan menembus US$1 miliar. Jadi, jangan heran jika semakin banyak perusahaan besar yang tertarik untuk terjun ke dunia esports. Perusahaan non-endemik sekalipun menunjukkan ketertarikan dengan esports, mulai dari merek minuman seperti Coca-Cola sampai perusahaan pembuat mobil seperti Lamborghini.

Bagi perusahaan non-endemik, esports biasanya menjadi bagian dari strategi marketing mereka, alat untuk memperkenalkan merek mereka pada audiens esports, yang biasanya masih muda. Memang, salah satu alasan mengapa industri esports bisa tumbuh begitu pesat adalah karena konten competitive gaming dipercaya akan menjadi hiburan generasi berikutnya.

Sebagai bagian dari industri hiburan, game dan esports tentu saja memiliki persinggungan dengan aspek lain dari dunia entertainment, seperti musik dan film. Banyaknya game yang diadaptasi ke film merupakan salah satu bukti dari hal itu. Bukti lainnya, semakin banyak kerja sama antara pelaku industri musik, mulai dari musisi sampai perusahaan streaming musik, dengan pelaku industri esports. Berikut pembahasan tentang sejumlah pelaku industri musik yang memutuskan untuk terjun ke esports.

 

Perusahaan Streaming Musik di Esports

Spotify menjadi salah satu perusahaan di dunia musik yang memutuskan untuk masuk ke industri esports. Mereka menjajaki dunia esports melalui kerja sama dengan Riot Games berupa sponsorship berbayar. Melalui kerja sama ini, Spotify resmi menjadi rekan streaming musik dan audio resmi dari berbagai kegiatan esports League of Legends, termasuk World Championship, Mid-Season Invitational, dan All-Star Event.

Apa artinya? Spotify akan memiliki bagian khusus LoL Esports yang berisi musik, playlist, dan podcast terkait League of Legends. Podcast tersebut tidak hanya membahas tentang cerita di belakang layar dari kompetisi League of Legends, tapi juga mengenai pembuatan original soundtrack League of Legends World Championship. Memang, dari tahun ke tahun, Riot selalu menyiapkan sejumlah lagu sebagai soundtrack dari League of Legends Worlds, sama seperti Piala Dunia.

KDA adalah girl band virtual buatan Riot Games. | Sumber: Polygon
KDA adalah girl band virtual buatan Riot Games. | Sumber: Polygon

Pada 2018, Riot Games bahkan memperkenalkan virtual girl band bernama K/DA, yang terdiri dari 4 karakter League of Legends, yaitu Ahri, Akali, Evelynn, dan Kai’Sa. Ketika itu, Riot mengaku, tujuan mereka membuat K/DA adalah karena mereka ingin serius dalam menggarap konten musik terkait League of Legends. Ambisi Riot tersebut tak padam sampai sekarang. Salah satu buktinya, Riot akan menampilkan K/DA bersama hero baru LoL, Seraphine, untuk menyanyikan lagu baru di League of Legends World Championship.

Spotify bukan satu-satunya perusahaan musik yang melibatkan diri dalam industri esports, TikTok juga cukup aktif di dunia esports. Memang, TikTok lebih dikenal sebagai media sosial. Namun, media sosial ini juga identik dengan berbagai lagu catchy yang digunakan oleh para penggunanya.

Salah satu bentuk keterlibatan TikTok dalam dunia esports adalah dengan mengadakan turnamen esports tingkat mahasiswa bernama TikTok Cup. Tak hanya itu, TikTok juga pernah bekerja sama dengan beberapa pelaku industri esports, seperti Riot Games dan ESL.

Riot Games menggandeng TikTok untuk meluncurkan “GIANTS”, lagu original yang dibawakan oleh grup hip-hop virtual, True Damage. Sementara itu, ESL berkolaborasi dengan TikTok untuk menampilkan highlight dari turnamen profesional Counter-Strike: Global Offensive dan konten esports secara umum. Di Indonesia, TikTok punya kerja sama dengan WHIM Indonesia, perusahaan manajemen influencer di bawah EVOS Esports. Tujuan WHIM menjadikan TikTok sebagai rekan adalah untuk mengembangkan bisnis influencer mereka.

TikTok bekerja sama dengna WHIM Indonesia milik EVOS. | Sumber: Esports Bureau
TikTok bekerja sama dengna WHIM Indonesia milik EVOS. | Sumber: Esports Bureau

Para streamer dan organisasi esports juga menggunakan TikTok untuk menjangkau Gen Z. Di Indonesia, beberapa organisasi esports yang punya akun resmi TikTok antara lain EVOS, Bigetron, dan ONIC. Sementara di mancanegara, Team SoloMid, 100 Thieves, dan G2 Esports merupakan contoh organisasi esports yang aktif di TikTok.

 

Kolaborasi Musisi dengan Esports

Pihak yang berkolaborasi dengan pelaku industri esports tak melulu perusahaan musik, tapi juga musisi dan grup musik. Minggu lalu, PUBG Mobile mengumumkan kerja samanya dengan grup girl band asal Korea Selatan, Blackpink. Tak lama setelah pengumuman itu, PUBG Mobile mengungkap ID dari masing-masing anggota Blackpink. Selain itu, PUBG Mobile kini juga memiliki kotak airbox bertema Blackpink dan pesawat berwarna pink.

Kali ini bukan pertama kalinya PUBG Mobile berkolaborasi dengan Blackpink. Pada Juli 2020, para pemain bisa mendengar lagu Blackpink “Playing with Fire” di beberapa lokasi pada peta PUBG Mobile.

Selain Blankpink, PUBG Mobile juga pernah bekerja sama dengan DJ Alan Walker. Tahun lalu, satu hari sebelum lagu “On My Way” dirilis secara global, lagu tersebut sudah muncul terlebih dulu di PUBG Mobile. Tak hanya itu, Walker juga tampil di PUBG Mobile Club Open Spring Split Global Finals, yang diadakan di Berlin, Jerman. Dia bahkan ikut serta dalam pertandingan showmatch. Dia kembali bekerja sama dengna PUBG Mobile dalam lagu “Live Fast”.

Sementara itu, Epic Games baru saja mengumumkan bahwa boy band BTS akan merilis video musik barunya, “Dynamite”, di Fortnite pada 25 September 2020. Tak cukup sampai di situ, Epic juga memperkenalkan 2 emote baru, yang koreografinya dibuat oleh BTS sendiri. Sebelum menggandeng BTS, Epic juga pernah mengundang Marshmello dan Travis Scott untuk mengadakan konser virtual di Fortnite.

BTS akan merilis video lagu terbarunya di Fortnite.
BTS akan merilis video lagu terbarunya di Fortnite.

Fortnite memang dikenal sebagai game battle royale. Namun, Epic juga tertarik untuk menyajikan konten musik di Fortnite. Mereka bahkan membuat studio high-tech di Los Angeles sebagai tempat untuk konser live yang akan ditayangkan di Fortnite. Pada April 2020, Epic juga memperkenalkan peta baru Party Royale Island. Seperti namanya, di sini, para pemain didorong untuk berpesta dan bukannya membunuh satu sama lain. Biasanya, di pulau inilah konser virtual para musisi diadakan.

Kepada The Verge, Head of Global Partnerships, Fortnite, Nate Nanzer mengungkap bahwa Epic memang ingin menjadikan Party Royale Island sebagai tempat bagi para musisi untuk mengadakan konser virtual. “Musisi yang tengah melakukan tur mungkin tertarik untuk melakukan konser di Fortnite,” ujarnya. “Karena konser virtual ini memungkinkan para musisi untuk tampil di depan audiens yang tidak bisa mereka temukan saat mengadakan konser biasa.”

Pada pertengahan September 2020, Epic mengundang Dominic Fike untuk mengadakan konser live di Fortnite. Sementara pada minggu lalu, mereka mengundang Anderson .Paak. Ke depan, Epic akan mengajak lebih banyak musisi untuk tampil di pangung virtual dalam game mereka.

Untuk masuk ke dunia esports, seorang musisi tak harus bekerja sama dengan publisher game. Ada juga musisi yang memilih untuk menjadi investor dari organisasi esports. Misalnya, rapper Kiari Kendrell Cephus alias Offset yang berinvestasi di Faze Clan atau Kim Hee-Chul, anggota Super Junior, yang mengucurkan dana ke BRION E-Sports agar tim itu bisa ikut berlaga dalam League of Legends Champions Korea.

 

Bagaimana dengan Musisi Indonesia?

Tren musisi terjun ke dunia esports juga terjadi di Indonesia. Buktinya, muncul sejumlah musisi ternama yang melibatkan diri dalam esports, baik dengan membuat organisasi esports, badan esports, atau ikut membuat konten gaming. Ariel dari Noah jadi contoh musisi yang membuat organisasi esports. Pada Januari 2020, dia memperkenalkan The Pillars. Tim pertama dari organisasi tersebut berlaga di Free Fire Master League dengan nama The Pillars Claymore.

Pelaku industri musik lain yang ikut terjun ke esports adalah Reza Oktavian (Arap). Pria yang dikenal sebagai DJ, musisi, YouTuber, dan streamer ini cukup aktif dalam membuat konten gaming. Tak hanya itu, dia juga sempat membentuk tim esports WAW Esports. Pada Februari 2020, dia mengumumkan terbentuknya MORPH Team, yang merupakan hasil kolaborasinya dengan BUBU.com. Tim PUBG Mobile MORPH Team terdiri dari 3 pemain mantan WAW Esports dan 1 pemain mantan EVOS Esports.

Giring Ganesha, vocalis band Nidji, juga aktif dalam dunia esports. Namun, bukan organisasi esports yang dia dirikan, tapi Indonesia Esports Premier League (IESPL), penyelenggara turnamen esports. Menurut Kumparan, salah satu alasan Nidji tertarik masuk ke dunia esports adalah karena anaknya, Zidane, punya impian untuk menjadi pemain game profesional.

 

Penutup

Layaknya kacang goreng, esports kini tengah laku keras. Pandemi juga membuat semakin banyak orang sadar dengan keberadaan industri esports. Jadi, tak aneh jika ada banyak perusahaan dari berbagai bidang yang tertarik untuk menjalin kerja sama dengan pelaku esports, termasuk musisi dan perusahaan musik. Buktinya, semakin banyak kolaborasi antara industri musik dan industri esports. Sebaliknya, perusahaan game seperti Riot Games dan Epic Games juga semakin serius dalam menyediakan konten musik dalam game mereka.

Di satu sisi, tidak semua orang akan merasa senang akan kolaborasi antara pelaku industri esports dan musik. Misalnya, sebagian fans PUBG Mobile protes akan keputusan mereka untuk bekerja sama dengan Blackpink. Di sisi lain, kerja sama antara pelaku esports dan musik akan membuat industri hiburan terus berevolusi, memunculkan berbagai hal baru, seperti konser virtual yang Epic adakan di Fortnite. Siapa tahu, konser virtual di game akan menjadi hal biasa di masa depan.

FaZe Clan Rekrut Pebasket Muda LeBron James Jr

Organisasi esports asal Amerika Serikat, FaZe Clan, baru saja mengumumkan telah merekrut LeBron “Bronny” James Jr. Bronny adalah putra dari salah satu pemain bintang di NBA, LeBron James. Di tingkat sekolah, Bronny juga tercatat aktif sebagai atlet cabang olahraga basket.

Bronny James yang masih berusia 15 tahun akan menjadi salah satu talenta termuda dalam organisasi esports FaZe Clan. Ke depannya Bronny James akan melakukan kegiatan streaming dengan nickname FaZe Bronny. Kabar mengenai bergabungnya Bronny James ke dalam FaZe Clan disertai dengan perilisan sebuah video di media sosial.

Bermain basket yang membela nama sekolah bukan satu-satunya kemampuan yang dimiliki Bronny. Di waktu lain Bronny juga melakukan streaming game Fortnite, Call of Duty Warzone, ataupun sekadar membagikan kegiatan kesehariannya. Sejauh ini secara rutin Bronny melakukan streaming pada platform Twitch. Sampai berita ini diturunkan akun Twitch milik FaZe Bronny terhitung sudah mengumpulkan lebih dari 330.000 follower.

Lebih jauh lagi, status Bronny James sebagai atlet basket sekaligus streamer memberikan daya tarik tersendiri bagi organisasi esports FaZe Clan. Secara konsisten organisasi esports FaZe Clan membangun identitas brand yang tidak terbatas pada streamer, atlet esports, dan content creator. Meskipun demikian bukan berarti tidak ada kemungkinan FaZe Bronny akan diturunkan membela bendera FaZe Clan di gelaran turnamen Fortnite ataupun Call of Duty: Warzone.

https://twitter.com/FaZeClan/status/1300146275292250115

Ini bukanlah kali pertama FaZe membangun relasi dengan atlet profesional. Sebelumnya sudah ada pebasket Meyers Leonard dari tim Miami Heat yang bergabung sebagai streamer dengan nickname, FaZe Hammer. Di waktu yang berdekatan juga pebasket Ben Simmons dari Philadelphia 76ers bergabung bersama FaZe Clan dan memberikan pendanaan.

Selama ini kegiatan esports masih dipandang tidak seserius olahraga tradisional. Dalam beberapa waktu terakhir FaZe Clan melakukan ekspansi yang agresif dan membangun kerja sama dengan banyak brand. Salah satu cita-cita yang ingin dicapai FaZe Clan adalah diterimanya esports sebagai bagian dari lifestyle.

Dengan bergabungnya sederetan atlet olahraga tradisional ke dalam organisasi esports, di waktu yang sama akan mencitrakan bahwa keduanya adalah hal yang serius. Sejak didirikan dan sampai sekarang FaZe Clan menjadi organisasi esports dengan fokus kepada game FPS. Di awal tahun 2020 FaZe Clan mencoba melakukan ekspansi ke luar Amerika Serikat dengan merekrut tim PUBG Mobile asal Thailand.

Akun Developer Epic Games di Apple App Store Resmi Diberhentikan

Update Chapter 2: Season 4 untuk Fortnite telah resmi dirilis, dan pemain akhirnya bisa langsung merasakan serunya bertempur sebagai superhero Marvel. Sayangnya tidak semua pemain; kalau Anda bermain menggunakan iPhone, iPad, atau MacBook, update-nya itu masih belum ada sampai sekarang.

Lebih parah lagi, keanggotaan Epic Games sebagai developer di platform Apple App Store sudah resmi diberhentikan. Ya, dampak dari drama antara Epic Games dan Apple pekan lalu rupanya juga merembet ke semua karya Epic, bukan cuma Fortnite saja. Trilogi Infinity Blade pun sekarang juga sudah lenyap dari App Store. Cukup mengejutkan mengingat seri Infinity Blade selama ini hanya tersedia di iOS saja.

Bagi yang di perangkatnya masih ter-install Fortnite atau Infinity Blade, gamegame tersebut masih dapat dimainkan seperti biasa – khusus Fortnite, tidak ada konten dari update terbaru yang bisa dinikmati. Namun kalau game-nya sudah terlanjur dihapus, Anda tidak bisa lagi mengunduhnya kembali, sekalipun game-nya muncul di daftar aplikasi yang pernah dibeli/diunduh oleh masing-masing akun Apple ID.

Melalui pernyataan resmi, Apple menjelaskan bahwa Epic Games masih bersikeras ingin menawarkan mekanisme pembayarannya sendiri untuk semua pembelian konten in-game di Fortnite. “Ini tidak adil buat seluruh developer lain di App Store, dan menempatkan konsumen di tengah-tengah perlawanan Epic Games,” terang Apple.

Search "Fortnite" di App Store sekarang munculnya PUBG Mobile di paling atas / Dokumentasi pribadi
Search “Fortnite” di App Store sekarang munculnya PUBG Mobile di paling atas / Dokumentasi pribadi

Namun pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana nasib Unreal Engine? Apakah peredaran game engine bikinan Epic Games ini juga jadi dilarang di App Store? Pertanyaan ini tentu sangat penting untuk dijawab mengingat Unreal Engine bisa dibilang merupakan fondasi dari segudang game lain yang ada di App Store, termasuk halnya PUBG Mobile yang jauh lebih populer ketimbang Fortnite di Indonesia.

Well, kabar baiknya, Unreal Engine tidak terdampak sama sekali, sebab Epic memang mengelolanya menggunakan akun developer yang berbeda. Tentu saja ini sejalan dengan keputusan pengadilan yang melarang Apple menghambat peredaran Unreal Engine karena berpotensi mengganggu industri gaming secara keseluruhan.

Semua ini masih belum final. Epic Games dan Apple sudah dijadwalkan bakal menjalani sidang lanjutan pada tanggal 28 September mendatang. Semoga saja kedua pihak bisa menemukan kesepakatan, sebab saya bisa membayangkan betapa kesalnya para pemain Fortnite di iOS atau macOS yang sudah terlanjur mengeluarkan uang banyak selama ini, yang tiba-tiba jadi tidak bisa menikmati update terbaru game favoritnya.

Sumber: TechCrunch.

Apple Boleh Blokir Fortnite dari App Store, tapi Tidak Unreal Engine

Beberapa minggu lalu, Epic Games menambahkan sistem pembelian baru di Fortnite, yaitu direct payment. Melalui direct payment, pemain dapat langsung membeli V-Bucks (mata uang di Fortnite) langsung dari Epic Games. Dengan begitu, Epic tak perlu membayar komisi pada Apple dan Google sebesar 30% setiap pemain melakukan pembelian dalam game.

Hal ini membuat Apple dan Google meradang. Kedua perusahaan itu kemudian memutuskan untuk memblokir Fortnite di App Store dan Play Store. Epic Games lalu membalas dengan menuntut Apple ke pengadilan atas tuduhan praktik monopoli. Mereka juga mengadakan turnamen Fortnite dalam rangka memenangkan dukungan para gamer dan sekalian meledek Apple.

Pengadilan telah menetapkan keputusan terkait tuntutan Epic Games pada Apple. Hakim Yvonne Gonzalez Rogers memutuskan bahwa Apple boleh memblokir Fortnite dari App Store. Menurut Rogers, pemblokiran Fortnite dari App Store merupakan hasil dari keputusan Epic Games untuk melanggar kontrak dengan Apple. Dia juga menganggap, jika Fortnite diblokir, hal ini tidak akan menyebabkan masalah besar pada industri gaming.

pengadilan apple epic
Hakim Rogers menganggap, jika Apple memblokir alses E[oc le Unreal Engine di iOS, hal ini akan menyebabkan masalah pada industri gaming.
Namun, Rogers memutuskan, Apple tak boleh memblokir akun developer Epic Games di iOS. Sebelum ini, Epic mengklaim bahwa Apple berencana untuk memblokir akun developer Epic pada 28 Agustus 2020. Jika hal ini terjadi, Epic tak lagi bisa memberikan update pada Unreal Engine di iOS.

Berdasarkan keputusan Rogers, Apple harus membiarkan Epic menyediakan Unreal Engine pada developer lain. Pasalnya, jika akses Epic pada Unreal Engine untuk iOS dibatasi, hal ini dianggap akan mendisrupsi industri gaming dan menyulitkan para developer game lain, yang tidak terlibat dalam pertengkaran antara Apple dan Epic.

“Epic Games dan Apple boleh saling menuntut satu sama lain ke pengadilan,” tulis Rogers, seperti dikutip dari The Verge. “Namun, perselisihan antara keduanya tidak boleh menyebabkan kerugian pada pihak yang tak terlibat.”

Keputusan Hakim Rogers ini bersifat sementara. Baik Apple dan Epic Games masih dapat membela diri dalam sidang yang akan diadakan pada 28 September 2020.

Epic Games Adakan Free Fortnite Cup untuk Ledek Apple

Epic Games mengadakan Free Fortnite Cup pada 23 Agustus 2020. Turnamen tersebut bisa diikuti oleh semua pemain Fortnite di seluruh dunia. Satu hal yang membuat turnamen tersebut unik adalah karena Free Fortnite Cup diadakan sebagai bentuk protes Epic Games pada Apple.

Dua minggu lalu, Apple dan Google memblokir Fortnite dari App Store dan Play Store karena Epic menyediakan opsi pembelian V-Bucks — mata uang di Fortnite — yang memungkinkan para gamer untuk membeli V-Bucks langsung dari Epic Games. Dengan begitu, Epic tak perlu membayar potongan 30 persen pada Apple. Epic juga melakukan hal yang sama di Android. Hal ini berujung pada diblokirnya Fortnite di App Store dan Play Store. Epic lalu menuntut Apple dan Google ke pengadilan atas tuduhan monopoli.

Dalam Free Fortnite Cup, salah satu hadiah yang Epic Games tawarkan adalah skin Tart Tycoon. Untuk memenangkan skin tersebut, seorang peserta hanya cukup mendapatkan 10 poin. Pemain akan mendapatkan 10 poin setiap mereka berhasil keluar sebagai pemenang dan mendapatkan Victory Royale. Peserta juga akan mendapatkan satu poin setiap kali mereka berhasil mengeliminasi pemain lain. Tak hanya itu, pemain akan mendapatkan satu poin jika mereka bisa bertahan per tiga menit. Dengan begitu, bisa dipastikan, hampir semua peserta Free Fortnite Cup akan mendapatkan skin Tart Tycoon.

free fortnite cup
Skin Tart Tycoon yang bisa dimenangkan dalam Free Fortnite Cup.

Tak berhenti sampai di situ, Epic juga menawarkan topi Free Fortnite. Di topi berwarna hitam tersebut, terdapat gambar llama dengan warna pelangi, yang identik dengan logo Apple. Topi tersebut akan diberikan pada 20 ribu pemain dengan poin terbanyak dalam Free Fortnite Cup.

free fortnite cup
Topi Free Fortnite.

Terakhir, Epic juga menawarkan hadiah berupa perangkat gaming, mulai dari smartphone Android sampai laptop gaming. Epic menyediakan 1.200 perangkat gaming untuk para pemain yang dapat memakan apel paling banyak dalam game.

Inilah perangkat gaming yang ditawarkan oleh Epic:

  • Samsung Galaxy Tab S7
  • OnePlus 8
  • PlayStation 4 Pro
  • Xbox One X
  • Nintendo Switch
  • Alienware Gaming Laptop
  • Razer Gaming Laptop

Selain untuk meledek Apple, tampaknya, Epic juga menyelenggarakan Free Fortnite Cup untuk memenangkan hati para gamer. Meskipun begitu, tidak diketahui apakah opini publik akan dapat membantu Epic untuk memenangkan kasus mereka di pengadilan melawan Apple dan Google.

Fortnite Didepak dari Apple App Store dan Google Play Store

Coba Anda cari Fortnite di App Store maupun Google Play sekarang, saya yakin game battle royale tersebut tidak akan muncul di hasil pencarian. Ini dikarenakan Apple dan Google sudah mendepak Fortnite dari platform mereka masing-masing.

Semuanya bermula ketika Epic Games merilis update untuk Fortnite di iOS dan Android yang menghadirkan mekanisme in-app purchase baru, yaitu direct payment. Sesuai namanya, direct payment memungkinkan pemain untuk membeli V-Bucks (mata uang dalam Fortnite) langsung dari Epic Games ketimbang melalui Apple atau Google sebagai perantaranya.

Alhasil, jika memilih opsi direct payment, pemain bakal mendapat potongan harga sebesar 20%; dari yang tadinya $10 untuk 1.000 V-Bucks menjadi $8. Sebelumnya, hal ini tidak dimungkinkan karena Apple dan Google menarik komisi sebesar 30% untuk setiap transaksi in-app.

Fortnite Direct Payment

Lalu hanya selang beberapa jam saja, Apple langsung mengambil tindakan dengan menghapus Fortnite dari App Store. Alasannya? Mekanisme direct payment tersebut merupakan bentuk pelanggaran terhadap kebijakan di App Store. Tidak lama kemudian, giliran Google yang memblokir Fortnite dari Play Store dengan alasan yang serupa.

Di Android, ini sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah sebab kita masih bisa mengunduh dan meng-install Fortnite langsung dari situs Epic Games, atau lewat Samsung Galaxy Store buat para pengguna perangkat Samsung. Pada kenyataannya, Fortnite sendiri baru hadir secara resmi di Google Play pada bulan April lalu, setelah hampir dua tahun tersedia di Android lewat metode instalasi langsung itu tadi.

Kasusnya sangat berbeda di iOS. Para pengguna iPhone dan iPad pastinya tahu bahwa satu-satunya cara untuk meng-install aplikasi atau game adalah melalui App Store (kecuali perangkatnya Anda jailbreak). Mereka yang sudah mengunduh Fortnite sebelumnya tapi belum sempat meng-update masih bisa bermain seperti biasa, akan tetapi mereka tidak akan bisa mengakses konten-konten baru yang datang bersama update Fortnite Chapter 2 – Season 4 ke depannya.

Kepada The Verge, Apple menyatakan bahwa mereka bakal berunding dengan Epic supaya Fortnite bisa kembali hadir di App Store, akan tetapi Apple tidak berniat memberikan pengecualian sehingga Epic tetap bisa menawarkan sistem direct payment pada Fortnite. Google pun juga memberikan pernyataan serupa dan membuka kesempatan berdiskusi dengan Epic.

Epic sudah menebak hasil akhirnya bakal seperti ini, sebab mereka langsung merespon balik dengan menuntut Apple dan Google sekaligus. Tuntutannya didasarkan pada undang-undang antitrust di Amerika Serikat, yang sederhananya menuduh Apple dan Google menerapkan praktik monopoli pada platform distribusi digitalnya masing-masing.

Apple dan Google sendiri belum lama ini juga mengirimkan masing-masing CEO-nya untuk bersaksi di hadapan Kongres AS terkait perkara antitrust ini. Jadi bisa disimpulkan timing drama Epic Games vs Apple dan Google ini bukanlah suatu kebetulan. Selain menuntut, Epic juga mengejek Apple dengan merilis video yang memarodikan iklan TV legendaris Apple dari tahun 1984.

Sumber: The Verge.

Streamer Difabel, RockyNoHands, Dikontrak Luminosity Gaming

Rocky Stoutenburgh, seorang streamer Fortnite difabel yang mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah, baru saja menandatangani kontrak dengan Luminosity Gaming. Dikenal sebagai RockyNoHands, Stoutenburgh bermain game menggunakan Quadstick, alat yang memungkinkannya untuk bermain dengan mulutnya. Selain Fortnite, dia juga memainkan beberapa game shooting lainnya, seperti Call of Duty: Modern Warfare, Warzone, dan PlayerUnknown’s Battlegrounds.

Stoutenburgh mulai dikenal setelah dia ikut dalam kontes yang diadakan oleh media gaming Destructoid. Dalam kompetisi yang disiarkan di Twitch itu, Stoutenburgh berhasil masuk ke dalam tiga besar sebelum merebut gelar juara. Tak hanya itu, Stoutenburgh juga berhasil masuk dalam Guiness World Records. Dia mencetak dua rekor. Pertama, jumlah Victory Royale di Fornite terbanyak menggunakan Quadstick dan jumlah eliminasi terbanyak di Fortnite menggunakan Quadstick.

“Saat ini, pencapaian terbesar saya sebagai seorang streamer adalah bergabung dengan Luminosity Gaming. Mimpi saya adalah menjadi bagian dari organisasi gaming ternama seperti mereka. Dan saya dengan bangga akan menggunakan seragam mereka,” kata Stoutenburgh dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari DailyEsports.

Stoutenburgh menjadi seorang quadriplegic setelah kecelakaan pada 2006, menurut laporan Hollywood Reporter. Ketika itu, dia jatuh pada kepalanya saat dia tengah bermain gulat bersama temannya. Kejadian tersebut membuatnya mengalami kelumpuhan dari bagian leher ke bawah. Sejak saat itu, dia tak lagi bisa melakukan hal-hal yang dia biasa lakukan, seperti angkat beban dan bermain hoki. Namun, dia kemudian tertarik dengan dunia game.

Luminosity Gaming adalah organisasi esports di bawah perusahaan Enthusiast Gaming. Mereka memiliki tujuh tim esports profesional, termasuk Vancouver Titans di Overwatch League dan Seattle Surge di Call of Duty League. Sama seperti kebanyakan organisasi esports lainnya, Luminosity juga memiliki sejumlah streamer ternama, seperti Harley “MrFreshAsian” Campbell, Muselk, Anomaly, dan lain sebagainya.

DreamHack Tunda Semua Turnamen Esports ke 2021

Penyelenggara kompetisi esports DreamHack mengumumkan bahwa mereka akan menunda semua festival esports yang tersisa pada tahun ini ke tahun depan karena pandemi virus corona.

“Tujuan DreamHack menyelenggarakan turnamen esports di berbagai kota di seluruh dunia adalah untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan dengan mengumpulkan komunitas gamer,” kata Co-CEO DreamHack, Marcus Lindmark, dikutip dari PCGAMER. “Sebelum ini, kami tidak pernah menunda kegiatan kami. Namun, sekarang memang waktu yang tidak biasa. Dan keselamatan dari pengunjung dan staf kami adalah prioritas kami.”

Ada lima kegiatan esports yang DreamHack tunda. Kelima acara tersebut antara lain:

  • DreamHack Rotterdam — yang seharusnya diadakan pada 16-18 Oktober 2020
  • DreamHack Hyderabad — yang seharusnya diadakan pada 31 Oktober-1 November 2020
  • DreamHack Atlanta — yang seharusnya diadakan pada 13-15 November 2020
  • DreamHack Winter — yang seharusnya diadakan pada 27-29 November 2020
  • DreamHack Madrid — yang seharusnya diadakan pada 11-13 Desember 2020

Untungnya, DreamHack masih akan mengadakan turnamen esports secara online. Salah satunya adalah DreamHack Open Summer, turnamen Counter-Strike: Global Offensive yang diadakan di empat kawasan, yaitu Asia, Amerika Utara, Eropa, dan Oceania. Secara total, turnamen tersebut menawarkan hadiah sebesar US$300 ribu.

DreamHack Open Summer dimulai pada Juni untuk kawasan Amerika Utara, Eropa, dan Oceania. Kini, turnamen di tiga kawasan itu telah memasuki tahap kedua. Namun, untuk kawasan Asia, turnamen CS:GO itu baru memasuki tahap pertama.

Selain turnamen untuk CS:GO tersebut, DreamHack juga akan mengadakan turnamen Fortnite. Kompetisi bertajuk DreamHack Open Featuring Fortnite itu akan diadakan untuk kawasan Eropa, Amerika Utara Timur, dan Amerika Utara Barat. Kompetisi itu akan diadakan setiap bulan sampai Januari 2021. Per bulan, turnamen tersebut menawarkan hadiah sebesar US$250 ribu. Secara keseluruhan, DreamHack Open Featuring Fortnite menawarkan hadiah sebesar US$1,75 juta.

Beberapa bulan belakangan, DreamHack memang terpaksa menunda berbagai acara mereka, seperti DreamHack Dallas, DreamHack Summer, dan DreamHack Montreal. Namun, hal itu tidak menghentikan mereka dari memperpanjang kerja sama dengan rekan lama mereka atau menjalin kerja sama baru. Misalnya, pada April 2020, DreamHack bekerja sama dengan Riot Games untuk mengadakan Northern League of Legends Championship secara online. DreamHack juga memperpanjang kerja sama mereka dengan CORSAIR hingga akhir 2020.

Valuasi Epic Games Kini Capai Rp253,7 Triliun

Valuasi Epic Games, developer dari Fortnite dan Unreal Engine, kini mencapai US$17,3 miliar (sekitar Rp253,7 triliun). Nilai perusahaan tersebut naik setelah mereka mendapatkan pendanaan sebesar US$1,78 miliar (sekitar Rp26,1 triliun), termasuk investasi dari Sony sebesar US$250 juta (sekitar Rp3,6 triliun). Setelah ronde pendanaan ini, Tim Sweeney masih akan menjabat sebagai CEO dari Epic Games.

Dua investor lama Epic Games, KKR dan Smash Ventures, ikut mengucurkan dana segar ke Epic Games. Dalam ronde pendanaan kali ini, juga ada beberapa investor baru yang menanamkan invsetasi di Epic, seperti Baillie Gifford, Fidelity Management & Research Company, Lightspeed Venture Partners, Ontario Teachers’ Pension Plan Board, David Tepper, serta dana yang ada di bawah tanggung jawab Black Rock serta T. Rowe Price Associates.

“Dukungan dari investor kami, yang merupakan pemimpin di industri finansial, akan mempercepat Epic untuk merealisasikan visi kami untuk membangun ekosistem digital menggunakan teknologi 3D real-time, layanan yang menghubungkan jutaan orang, dan toko digital yang menawarkan model bisnis yang adil,” kaat Sweeney dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari VentureBeat.

valuasi epic games
Fortnite berkontribusi besar dalam pemasukan Epic Games.

Epic Games merupakan perusahaan tertutup, jadi mereka tidak mengumumkan laporan keuangan mereka ke masyarakat umum. Namun, Epic dikabarkan memiliki keuangan yang sangat sehat berkat Fortnite. Game battle royale tersebut kini memiliki 350 juta pemain terdaftar. Memang, tidak semua para pemain tersebut aktif bermain. Meskipun begitu, Fortnite tetap sukses mendapatkan pemasukan besar. Menurut SensorTower, sejak diluncurkan 2 tahun lalu, pendapatan Fortnite telah menembus US$1 miliar (sekitar Rp14,7 triliun) pada Mei 2020.

Menurut narasumber VentureBeat, berkat pandemi, pemasukan Fortnite pada April 2020 mencapai US$400 juta (sekitar Rp5,9 triliun). Epic berkata, pada bulan April, para pemain Fortnite menghabiskan waktu 3,2 miliar jam untuk memainkan game battle royale tersebut.

Sementara itu, pada 2019, Epic melaporkan bahwa pemasukan mereka menembus US$4,2 miliar (sekitar Rp61,6 triliun) dengan EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mencapai US$730 juta (sekitar Rp10,7 triliun). Pada 2020, pemasukan Epic diperkirakan akan mencapai US$5 miliar (sekitar Rp73,3 triliun) dengan EBITDA US$1 miliar (sekitar RP14,7 triliun).

Tyler “Ninja” Blevins Muncul Kembali di Platform Streaming Twitch

Setelah platform layanan streaming Mixer dinyatakan ditutup, Ninja, sebagai salah satu streamer yang mengantongi kontrak siar ekslusif bersama Mixer, sejenak menghilang dan tidak melakukan aktivitas streaming. Seteleh beberapa lama tidak terpantau, untuk pertama kalinya Tyler “Ninja” Blevins melakukan kembali streaming di platform Twitch, tempat yang membesarkan namanya sejak awal.

Kemunculan kembali Ninja di platform layanan streaming Twitch memberikan kejutan dan disambut baik oleh penggemarnya sekaligus Twitch sebagai penyedia layanan. Dalam sebuh tweet, Twitch menyapa Ninja yang kembali melakukan streaming di paltformnya. Sebelum kembali melakukan streaming di Twitch, Ninja juga sudah pernah muncul dan melakukan streaming di platform YouTube.

https://twitter.com/Twitch/status/1291067489246298112

Adapun kemunculan kembali Ninja melakukan streaming bisa saja menjadi salah satu bentuk usahanya untuk menyatakan bahwa dirinya masih menjadi persona yang bisa berpengaruh bagi komunitas gaming dan esports. Sampai sejauh ini tampaknya Ninja masih nyaman dengan status sebagai free agent dan terbuka bagi siapa saja yang berminat untuk melakukan kerja sama.

Seperti yang sudah pernah tercatat sebelumnya, Tyler Blevins meninggalkan platform Twitch dengan menerima tawaran dari Mixer dengan nilai kontrak yang fantastis. Kemunculan kembali Ninja di Twitch dilakukan dengan melakukan streaming bersama Dr Lupo yang juga salah satu streamer veteran di platform Twitch.

Seiring berkembangnya teknologi yang tentu saja turut mendukung aktivitas gaming dan esports, streaming perlahan dapat diterima sebagai pekerjaan profesional, medium baru, dan mungkin saja menjadi bentuk entertainment yang baru. Dari sisi bisnis, seorang streamer sangat berpotensi menjadi influencer untuk kelompok viewersnya.

Tyler "Ninja" Blevins | via: businessinsider.com
Tyler “Ninja” Blevins | via: businessinsider

Bekerja sama dengan streamer akan memungkinkan brand untuk mempromosikan produk dan layanan mereka secara lebih tertarget dan spesifik. Streamer dengan kontrak eksklusif seolah menjadi aset dan turut memperkuat brand image dari platform layanan streaming maupun sebuah produk.

Kesuksesan yang berhasil diraih Ninja sepertinya belum juga terasa cukup, namun tetap patut diacungi jempol. Dengan melakukan streaming di beberapa platform berbeda Ninja masih berusaha unutk membuktikna bahwa dirinay tetap relevan dan merawat interaksi dengan viewers yang mendukungnya sejak dari platform Twitch dan memang cukup setia meninkmati konten yang dibuatnya sekalipun berpindah platform. Ke mana akhirnya Ninja akan berlabuh masih menjadi misteri yang belum terungkap.