5 Hal yang Perlu Mulai Dibiasakan Founder Startup Baru

Untuk terus berkembang, startup perlu adaptif terhadap beragam dinamika terkait dengan bisnis. Budaya kerja juga menjadi salah satu kunci untuk memajukan laju perkembangan startup. Berbagai faktor perlu dipertimbangkan, mulai dari membangun dari dalam, hingga memperhatikan berbagai perkembangan di luar.

Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang patut dipertimbangkan oleh setiap founder atau penggerak startup baru atau yang masih di tahap awal untuk memastikan bisnisnya melaju dengan baik dan pesat.

Menetapkan tujuan dan arah bisnis

Tujuan harus sangat jelas, membangun startup lebih kompetitif dengan menetapkan value startup. Begitu juga visi dan misi, value perusahaan juga penting untuk mengingatkan semua yang berpengaruh pada perusahaan Anda. Dengan ini, semua pihak dapat merespon baik dengan loyalitas menjaga kondisi startup Anda secara maksimal.

Berdayakan karyawan

Ketika startup Anda membutuhkan pelanggan yang besar, bangunlah tim yang dapat berimprovisasi memperbaiki situasi pasar. Karena akan ada karyawan yang dapat membuat keputusan membantu memecahkan masalah saat startup Anda sedang berjalan.

Posisi karyawan di sini bertugas menyampaikan pengetahuan tentang tujuan perusahaan kepada pasar untuk mengikuti atau menggunakan produk/jasa startup Anda. Sehingga startup semakin  berkembang seiring penyampaian kepada pelanggan tepat sasaran.

Transparansi

Sebagian besar startup yang memiliki ruang kerja bersama menumbuhkan budaya yang transparani. Jika Anda ingin anggota tim dapat mengutarakan pendapat atau ide cemerlang, bisa langsung komunikasi tanpa ada jarak. Dengan ruang kerja ini juga akan tumbuh rasa percaya diri karyawan Anda untuk membangun keharmonisasian tim.

Menyiasati perkembangan tren

Salah satu budaya startup adalah selalu mengikuti perkembangan tren yang ada, untuk merealisasikan produk/layanan apa yang sesuai mengikuti tren tersebut. Terkadang, gagasan hadir melalui pihak eksternal yang secara langsung meningkatkan gebrakan bisnis Anda.

Buatlah eksperimen

Jika Anda tidak berani gagal dalam memulai sesuatu yang baru, harapan untuk mencapai kesuksesan sangatlah kecil. Dalam eksperimen ini, Anda dituntut untuk membuat suatu perubahan dalam pelayanan terhadap pelanggan. Budaya seperti ini sangat sering digunakan oleh startup lainnya, karena dianggap suatu perubahan itu bernilai besar.

Dua Hal yang Perlu Disiapkan Founder sebelum Bertemu Calon Investor

Bagi founder startup, mencari investor bisa menjadi alternatif yang dapat ditempuh saat dana bootstrapping mulai menipis. Namun hal-hal apa saja yang perlu disiapkan para founder sebelum bertemu mereka?

Edisi #SelasaStartup pekan kedua Agustus 2017 yang diselenggarakan DailySocial menghadirkan angel investor dari ANGIN Stephanie Hermawan dan Analyst MDI Ventures Gani Lie. Menurut mereka, setidaknya ada dua hal yang perlu disiapkan para founder. Berikut rangkumannya:

1. Tunjukkan traksi untuk membuktikan model bisnis itu sukses

Stephanie mengungkapkan, pada dasarnya angel investor itu lebih menyukai investasi startup saat masih berada dalam tahap early stage. Setiap angel investor pun memiliki selera startup yang berbeda satu sama lainnya, terlebih lagi di ANGIN.

Secara pribadi, Stephanie menyukai startup digital maupun non-digital yang berorientasi pada dampak sosial. Salah satu startup yang pernah dia investasikan adalah Kitabisa.

Saat bertemu Kitabisa ataupun startup lainnya, Stephanie selalu menekankan bahwa founder startup harus mampu menghasilkan traksi saat perusahaannya baru berdiri. Menciptakan traksi sama artinya dengan membuktikan bahwa bisnis yang dijalani jelas terbukti dapat menghasilkan uang, tanpa harus didorong dari subsidi atau dana dari investor.

Dirinya mengaku selalu melihat startup digital atau bukan, sama halnya dengan bisnis tradisional. Makanya orientasi yang selalu dia tekankan adalah menciptakan traksi.

“Waktu saya investasi ke Kitabisa, saya lihat mereka sudah ada traksi meski baru tiga bulan berdiri. Artinya model bisnis mereka itu proven, terlihat dari traksinya. Meski mereka itu startup yang memiliki social impact, namun harus memiliki unsur bisnis agar perusahaannya bisa berlangsung lama,” ucapnya.

Ia menambahkan dengan memiliki traksi, startup tersebut dapat berdiri sendiri tanpa harus disokong bantuan dari investor. Hanya saja, pertumbuhannya tidak gencar. Hadirnya investor sekadar menjadi batu loncatan bagi startup tersebut untuk melangkah lebih cepat.

“Sebab banyak founder yang dirikan startup karena ingin mendirikan startup, banyak yang tidak paham apa tujuannya. Malah ada yang sekadar cari funding saja, tanpa memerhatikan startupnya sudah menciptakan traksi atau belum.”

2. Persiapan mental dari founder startup itu sendiri

Senada dengan Stephanie, Gani menambahkan bahwa dirinya selalu meminta founder startup untuk bertemu tatap muka sebelum pihaknya berinvestasi di tempat mereka. Menurut Gani, dengan tatap muka dia dapat melihat sendiri bagaimana ambisi founder dalam mengembangkan perusahaan mereka sendiri.

“Founder harus open minded. Idealism is good, but too much is hell. Sebab pada akhirnya founder itu harus mikirin revenue,” kata Gani.

Untuk mendapat investasi tahap awal, sambungnya, startup minimal sudah harus memiliki produk dan market. Dari situ akan terlihat apakah founder bisa mengeksekusi model bisnis yang dia percaya dengan menjual produknya atau tidak.

Bantuan dari investor, sambungnya, tidak hanya berbentuk finansial saja melainkan mentoring. Investor dapat mengarahkan arah bisnis seperti apa yang perlu diubah, produk seperti apa yang dibutuhkan pengguna, dan lainnya.

Untuk peserta startup yang tergabung dalam program inkubasi di Telkom, bila mereka memiliki bisnis yang cocok, bakal diintegrasikan dengan ekosistem yang dibutuhkan perusahaan.

“Akan kami lihat bagaimana sinerginya dengan Grup Telkom bila startup punya model bisnis yang bagus.”

MDI sendiri memiliki preferensi segmen sendiri untuk startup yang dibidiknya, yakni bergerak di produk telekomunikasi, business to business (B2B), big data, analytics, dan asuransi.

Kiat Memastikan Tidak Mengulangi Kesalahan Saat Memimpin

Semua orang tidak pernah luput dari kesalahan, sekalipun seorang pemimpin. Sebab setiap kesalahan yang diambil seorang pemimpin, bisa jadi berdampak fatal ke depannya. Untuk meminimalkan kesalahan, salah satu hal penting yang perlu Anda terapkan adalah tidak terlalu keras pada diri sendiri. Bila sudah terlanjur melakukan kesalahan, bagaimana cara memimalisir untuk tidak mengulanginya kembali?

Artikel berikut ini akan memfokuskan pada cara apa saja yang perlu Anda pastikan agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Ubah pendekatan

Jika menginginkan hasil yang berbeda, cobalah untuk mengubah cara pendekatan Anda. Berangkat dari kesalahan terdahulu, gunakan kesempatan tersebut untuk belajar suatu hal baru. Agar potensi Anda melakukan kesalahan yang sama bisa dikurangi.

Kenali sebab dan pertandanya

Ketika Anda melakukan kesalahan sama dan terus menyalahkan situasi, pada akhirnya akan terus berakhir di kondisi yang sama. Akar masalahnya mungkin karena Anda kurang percaya diri, menyebabkan evaluasi yang buruk dan mendorong Anda ke situasi yang sama.

Maka dari itu, solusi yang paling tepat untuk adalah mengambil langkah mundur dengan mencari akar penyebabnya.

Selalu evaluasi diri

Dengan rajin mengevaluasi diri, Anda berarti mengambil langkah mundur demi melihat gambaran besar dari seluruh akibat dari tindakan dan mencoba untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Sebaiknya Anda bertanya pada diri sendiri, hal berbeda apa saja yang bisa Anda lakukan di lain waktu, kelemahan apa yang menyebabkan Anda melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Dari evaluasi, Anda akan memahami proses sebab dan akibat. Jika Anda tahu bahwa setiap tindakan yang Anda ambil saling mengikat satu sama lain, ini akan membuat Anda jadi lebih mudah menghindari kesalahan.

Ikuti naluri

Setelah Anda membuat kesalahan, Anda harus meluangkan waktu untuk melihat ke belakang dan mengidentifikasi apa yang salah. Mungkin Anda memutuskan untuk bekerja dengan tipe klien yang ideal, oleh karenanya buatlah catatan kecil hal-hal apa saja yang Anda abaikan.

Jika naluri memberi tahu Anda untuk berhati-hati, hentikanlah untuk bekerja dengan klien tersebut. Sebab naluri itu pada dasarnya akan selalu melindungi Anda dari kesalahan yang sebelumnya telah terjadi.

Keputusan Penting yang Wajib Dicermati Founder

Keputusan yang tepat mempengaruhi kelancaran startup, apakah itu memilih pegawai yang tepat, model bisnis hingga menentukan target pasar dan tujuan ke depannya. Tugas Anda sebagai pemilik startup menjadi krusial dalam hal pengambilan keputusan hingga melangkah ke tahapan selanjutnya di perusahaan, jika salah atau terlambat bisa mempengaruhi jalannya bisnis.

Sudah banyak perusahaan ternama yang terpaksa gulung tikar karena kurang peka terhadap tren, kondisi hingga teknologi. Sebut saja Kodak dan Blockbuster yang terpaksa harus tutup karena gagal untuk menjalankan bisnis menyesuaikan kondisi yang ada sehingga kurang tepat saat mengambil keputusan.

Artikel berikut ini akan membahas 4 cara tepat yang wajib dicermati saat mengambil keputusan untuk perusahaan.

Keputusan merekrut pegawai

Cara yang diambil oleh Google untuk melakukan perekrutan hingga menerapkan kultur perusahaan dengan memberikan fasilitas lengkap kepada pegawai, mungkin terlihat sedikit berlebihan. Namun cara tersebut terbukti berhasil menarik perhatian kandidat yang tepat dan berkualitas tinggi sehingga terciptanya tim yang solid. Dalam hal ini Anda pemilik startup berhak untuk menentukan seperti apa kultur perusahaan yang bakal diterapkan, namun cermati dengan baik kandidat yang akan direkrut.

Keputusan menentukan target pasar

Saat startup mulai dibangun kebanyakan pemilik startup cenderung kurang fokus dalam hal menentukan target pasar. Layanan atau produk “fits for all” akhirnya tercipta dan banyak yang berakhir gagal. Temukan target pasar yang tepat dan tentunya sesuai dengan model bisnis yang dimiliki. Jika Anda memutuskan untuk tampil lebih “niche” atau fokus kepada pasar tertentu hal tersebut sah-sah saja. Namun pastikan telah tervalidasi dan memiliki cukup konsumen yang bersedia untuk menggunakan dan membayar layanan atau produk yang Anda hadirkan.

Keputusan saat mengalami kegagalan

Sudah banyak startup yang mengalami kegagalan di masa awal, untuk itu siapkan mental Anda sebagai pemilik jika kegagalan terjadi. Tentukan langkah yang tepat secara cepat, jalur yang selanjutnya akan diambil, apakah memutuskan untuk pivoting atau mulai dari awal dengan pendekatan yang berbeda. Yang perlu diingat adalah, kegagalan merupakan tanda bahwa apa yang Anda tawarkan saat ini tidak berhasil.

Keputusan untuk menentukan tujuan

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menentukan tujuan yang tepat, mulai dari membuat rencana secara bertahap, menentukan tonggak pencapaian dan menciptakan strategi pertumbuhan yang terstruktur agar Anda bisa membawa bisnis saat ini lebih baik lagi di masa depan. Dengan menentukan keputusan yang tepat, tidak hanya pertumbuhan yang baik yang akan Anda raih, namun juga efisiensi dan potensi untuk berhasil.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.

Empat Kesalahan yang Kerap Dilakukan Pendiri Startup Baru

Mendirikan sebuah startup yang sukses tentunya merupakan impian bagi para pendiri. Bukan hanya ingin memberikan layanan atau produk yang berfungsi dengan baik untuk orang banyak, namun juga menciptakan lahan pekerjaan baru serta inovasi untuk membuat hidup lebih baik. Dari sekian banyak pendiri muda yang berhasil meraih kesuksesan, banyak juga para pendiri startup yang terpaksa gulung tikar karena tidak berhasil menjalankan bisnis.

Artikel berikut ini akan mengupas 4 kesalahan yang kerap dilakukan oleh pendiri startup yang baru memulai bisnis.

Menawarkan harga produk/layanan yang murah

Kecuali produk yang dijual adalah kategori produk atau layanan yang bisa dengan mudah dijual, memberikan harga yang ‘miring’ tampaknya sah-sah saja dilakukan. Namun lain halnya jika produk yang dijual adalah software SaaS, tentunya menjadi tidak tepat untuk mengikuti harga pasaran karena khawatir dengan produk yang tergolong niche dan sulit untuk dijual dengan mudah dan cepat.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencermati lebih dalam pada pasar yang ditargetkan. Jika sekarang Anda menjual kepada pelaku UKM, maka database pelanggan yang perlu dilihat mencakup dua hal:

  • Pelanggan setia yang telah menggunakan produk dalam waktu yang lama.
  • Pelanggan yang membayar produk  paling banyak atau Life Time Value (LTV) tertinggi.

Kemudian mulailah mencari kesamaan antara para pelanggan, seperti industri tertentu, lokasi, ukuran perusahaan dan mewawancarai para pelanggan (melalui survei atau telepon) untuk mencari tahu mengapa mereka memilih produk tersebut, kompetitor seperti apa yang mereka pilih dan bagaimana mereka mengartikulasikan masalah yang mereka alami sebelum menggunakan produk.

Gunakan informasi tersebut untuk menjadi dasar kegiatan pemasaran dan menargetkan penonton (melalui Facebook Ads), mendekati calon mitra dengan tipe pelanggan yang sama. Intinya adalah, awali target pasar dalam jumlah kecil terlebih dahulu, agar Anda bisa memberikan harga yang sesuai tanpa harus berkorban memberikan harga murah. Dari sana nantinya Anda bisa melebarkan target pasar, setelah pelanggan setia telah merasa cocok dengan produk yang Anda tawarkan dengan harga yang sesuai.

Melihat churn rate dari pada prediksi

Churn atau persentase subscriber/pengguna dari sebuah layanan yang tidak melanjutkan berlangganan dengan layanan atau produk dari startup. Jumlah dari churn atau churn rate tentunya menjadi krusial, karena agar startup bisa melakukan ekspansi, maka growth rate dari perusahaan (atau jumlah pelanggan baru yang berlangganan) harus melebihi churn rate. Salah satu kesalahan yang masih banyak dilakukan oleh pendiri startup baru adalah lebih memfokuskan kepada churn rate dibandingkan cara lain yang juga bisa untuk dilakukan yaitu melakukan prediksi.

Dalam sebagian besar bisnis Anda hanya perlu menemukan 1 atau 2 indikator yang paling penting dari churn dan mendapatkan angka lebih di depan dengan bersikap proaktif. Dan kebanyakan (tidak semua) kasus, Anda dapat menyimpan pelanggan tersebut dan memperbaiki masalah yang ada.

Apa cara paling sederhana untuk memprediksi churn jika Anda tidak ingin menyiapkan enterprise tools yang mahal dan melakukan banyak data capture? Mulailah dengan survei Net Promoter Score (NPS) dan secara manual tempatkan anggota tim Anda untuk menjangkau pelanggan yang memberikan penilaian (rating) yang rendah, kemudian segera selesaikan masalah tersebut. Dengan menerapkan survei NPS, secara perlahan churn rate Anda akan menurun secara signifikan dalam waktu yang cepat.

Tidak selarasnya tujuan pribadi dan bisnis

Kesalahan yang saat ini masih banyak dilakukan oleh pendiri startup adalah mengorbankan segalanya untuk membangun bisnis mereka, sementara ada cara pintar yang bisa dilakukan yaitu membuat rencana jangka panjang yang tepat. Kebanyakan pendiri startup membangun bisnis yang sukses secara finansial, tetapi tidak memiliki leverage, sehingga mereka terjebak dengan rutinitas dan tidak punya waktu untuk menikmati waktu istirahat.

Jika tujuan akhir Anda ingin membangun startup dengan 500 karyawan, maka langkah ideal yang wajib diambil adalah dengan menciptakan jajaran dewan penasihat yang terdiri dari para pendiri yang sebelumnya memiliki pengalaman menjalankan bisnis yang sukses. Dengan demikian Anda bisa belajar dari pengalaman mereka. Paling tidak jika pada akhirnya Anda berhasil memiliki sekitar 500 karyawan dan berencana untuk IPO dalam waktu 5 tahun ke depan, Anda sudah memiliki bekal dan informasi tambahan dari dewan penasihat.

Tidak menerapkan kegiatan pemasaran yang tepat

Kegiatan pemasaran yang tepat tentunya bisa mendorong proses akuisisi pelanggan lebih baik lagi. Langkah paling dasar yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan kanal pemasaran organik hingga berbayar seperti Facebook Ads, Google AdWords, kemitraan, email dan lainnya. Di sisi lain kegiatan pemasaran yang tepat adalah menciptakan relasi yang baik kepada pelanggan.

Menggunakan iklan berbayar di awal sah-sah saja dilakukan, nantinya ketika jumlah pelanggan sudah cukup banyak didapatkan, kegiatan pemasaran organik seperti growth hacking bisa diterapkan. Perkerjakanlah tim pemasaran yang menguasai bidangnya untuk bisa mengelola produk, penjualan serta melakukan delegasi kepada pendiri startup.

Hal-Hal yang Harus Dilakukan Saat Founder Startup Mengundurkan Diri di Tengah Jalan

Membayangkan rumitnya mencari co-founder sudah cukup menguras waktu dan tenaga anda. Namun, pernahkan anda membayangkan bagaimana kondisinya apabila founder dari suatu startup mengundurkan diri dari jabatannya? Apa yang harus anda lakukan demi menjaga perusahaan terus tetap berjalan on track?

David Ehrenberg, CEO Early Growth Financial Services, berbagi tips mengenai hal tersebut seperti dirangkum dalam sebuah artikel. Menurut Ehrenberg, alasan dari mundurnya seorang founder bisa berbagai alasan. Akan tetapi, anda perlu pahami bahwa timing dari resign-nya founder bisa berdampak besar bagi perusahaan.

Alasan mundurnya founder

Secara umum mundurnya founder ada tiga penyebab:

Pertama, mundur mendadak karena sakit parah, meninggal, atau ada tawaran yang lebih baik. Penyebab tersebut agak sulit dihadapi karena tidak ada pertanda sebelumnya.

Kedua, mundur karena terjadi konflik. Alasan ini cukup umum terjadi, karena bisa mengakibatkan hubungan antara founder dan co-founder jadi renggang. Hal demikian bisa berakibat bergesernya visi dan misi perusahaan, terutama saat anda memutuskan ingin mencari investor baru atau tidak.

Jika terjadi hal seperti ini, Ehrenberg menyarankan agar anda menjadi pihak yang mengakhiri kerja sama tersebut demi meminimalisir potensi bencana yang akan terjadi. Ketidaksamaan paham dalam menjalani perusahaan bakal terjadi, untuk itu anda harus menyiapkan diri saat menghadapi keputusan terpahit.

Ketiga, mundur setelah negosiasi. Ketika ada suatu hal yang tidak bisa dibicarakan lebih lanjut, entah itu karena masalah performa kerja atau konflik berkepanjangan lainnya. Anda dan founder harus memutuskan pilihan terbaik untuk perusahaan, menerimanya atau tidak. Kondisi seperti ini memperlihatkan apakah anda berdua berada di jalur yang sama.

Setelah anda mengetahui ketiga penyebab di atas, terbayang dalam benak bila ada surat resign yang sampai ke meja kerja anda.

Hal yang harus dilakukan

Ada enam tindakan yang harus segera Anda lakukan:

Pertama, lakukan plan B. Ada kemungkinan perusahaan anda terselamatkan karena ada plan B yang bisa dijalankan. Bahkan saat anda menghadap investor baru, mereka akan butuh rencana tersebut. Setelah itu, anda perlu membuat rencana berikutnya sebagai tindak lanjut.

Menurut Ehrenberg, setidaknya dalam jangka pendek, rencana yang anda buat itu dapat membantu perusahaan melewati masa transisi setelah “ditinggal” founder, sembari mencari tahu langkah apa yang selanjutnya anda ambil.

Kedua, berkonsultasi ke pengacara. Anda perlu melindungi hak cipta perusahaan setelah founder mengundurkan diri, mulai dari menandatangani akta perjanjian dan mewajibkan untuk tidak membocorkan informasi perusahaan. Mintalah bantuan dari pengacara untuk memproses seluruh hal itu. Tindakan ini, sekaligus meminimalisir segala risiko sengkata hukum yang akan muncul di kemudian hari.

Ketiga, lakukan negosiasi. Timing, transisi dan bagaimana menangani kepemilikan saham, valuasi, hak cipta, atau situasi lainnya yang saling berhubungan merupakan hal-hal yang perlu dilakukan lewat kesepakatan. Anda perlu andil dari seorang pengacara untuk menegosiasikan seluruh prosesnya, sehingga anda tidak perlu menanggung semua urusan itu seorang diri.

Keempat, selesaikan urusan kepemilikan saham perusahaan. Hal terakhir yang anda inginkan setelah “ditinggal” founder adalah selesainya proses perpindahan kepemilikan saham dengan lancar tanpa proses yang terbelit-belit. Ada proses yang bisa menjadi pertimbangan, yaitu membeli kembali (buy back) saham, mempercepat jadwal vesting, atau kesepakatan lainnya.

Kelima, dekati investor dan kreditur. Bersikap terbuka dan transparan di suatu sisi adalah hal yang terbaik untuk dilakukan demi memperkecil risiko buruk. Investor pun akan jadi lebih mendukung perusahaan karena anda lebih pro-aktif dalam menginformasikan kondisi terkini perusahaan. Berikan mereka gambaran tentang rencana anda menjaga perusahaan tetap on track dan yakinkan mereka bahwa anda akan menjaga uang mereka.

Terakhir, tinjau kembali rencana bisnis Anda. Setelah anda ditinggal founder, perlu lakukan dampak yang timbul dari sisi rencana bisnis perusahaan dan keuangannya, apakah bisa tetap berjalan dan survive, atau tidak.

Empat Karakter Pendiri Startup yang Wajib Dimiliki

Nampaknya memang sulit untuk melihat sejak awal seperti apa karakter pendiri startup (founder) yang berkualitas dan profesional. Ketika semua pengetahuan, pengalaman dan latar belakang pendidikan telah dimiliki apakah sudah cukup untuk menjadi seorang Founder yang berkualitas?

Faktanya adalah menjadi seorang founder yang berkualitas harus didukung dengan sikap positif dan kecerdikan serta passion yang sangat besar terhadap ide yang dimiliki. Semua aspek tersebut bisa menjadikan Anda calon founder yang sempurna dengan catatan tidak memiliki sifat atau kebiasaan yang buruk.

Artikel berikut ini akan membahas empat karakter founder yang baik, berdasarkan informasi yang diberikan oleh Founding Partner Kejora Group dan Direktur Jakarta Founder Institute Andy Zain.

Pengalaman bekerja dan wawasan yang luas

Saat ini sudah banyak kalangan mahasiswa yang muncul dengan ide-ide brilian dan menarik yang berhasil menjadi founder startup. Namun, dari data yang ada jumlah tersebut, yang berhasil lepas landas, masih tergolong kecil jumlahnya. Hal ini membuktikan untuk menjadi founder yang baik Anda wajib memiliki latar belakang pendidikan yang cukup serta pengalaman kerja. Dengan demikian Anda sudah terbiasa mengerjakan sebuah proyek, mengikuti struktur perusahaan serta menerapkan manajemen bekerja.

Nantinya pengalaman tersebutlah yang bisa membantu Anda mengembangkan ide menjadi sebuah produk dan pada akhirnya menjalankan bisnis yang ada. Seperti yang ditegaskan Andy Zain.

“Usia 28 tahun ke atas terbilang usia yang pas untuk menjadi seorang Founder, di usia ini biasanya mereka yang telah terjun ke dunia pekerjaan telah terbiasa mengasah kemampuan dalam mengerjakan proyek secara profesional.”

Mengadopsi perubahan

Jika saat ini Anda memiliki rasa keingintahuan yang luas terhadap berbagai hal, menyukai untuk mengikuti perkembangan yang ada, mudah menyerap beragam berita serta pengetahuan terkini, bisa jadi Anda merupakan calon founder yang baik.

Yang perlu diperhatikan adalah kebanyakan founder yang baik adalah mereka yang selalu siap mengadopsi perubahan dan informasi terbaru. Tentu ini didukung dengan kreatifitas dan pemikiran yang positif yang dimilikinya.

Cerdik dan street smart

Satu hal lagi yang membedakan Anda sebagai founder yang baik dengan founder lainnya adalah ketika Anda bisa melihat peluang yang ada dan mengolahnya menjadi potensi atau ide yang kemudian dapat Anda terapkan di produk yang dimiliki. Dalam hal ini adalah kemampuan Anda untuk bisa mengimplementasikan berbagai kemungkinan dengan cepat dan tepat. Seperti yang ditegaskan oleh Andy Zain.

“Founder yang ingin sukses harus memiliki kecerdikan dan street smart yang dengan cepat bisa mengendalikan keadaan dan memberikan solusi terbaik ketika dihadapkan dengan masalah.”

Fleksibel dan mudah bergaul

Sikap ini wajib dimiliki oleh Anda yang ingin menjadi founder yang baik. Permudah pergaulan Anda dengan rekan tim dan Co-Founder Anda dengan fleksibilitas, mudah untuk bekerja sama dan toleransi. Dengan demikian ketika Anda dihadapkan pada kondisi dan situasi yang sulit dan tekanan yang tinggi, Anda mampu untuk bersikap tenang, adil, dan bijaksana menghadapi tantangan yang ada. Seperti yang ditegaskan oleh Andy Zain.

“Jangan paksakan kehendak atau keinginan Anda kepada semua orang, terimalah dengan rendah hati ketika pada akhirnya pendapat Anda sebagai founder bukan yang terbaik dan terapkan pilihan yang pada akhirnya bisa membantu bisnis Anda.”

Cara Terbaik Berbagi Ekuitas dengan Co-Founder

Kendala ini kerap dihadapi oleh pendiri startup saat menentukan bagaimana pembagian ekuitas yang pas diberikan kepada Co-Founder. Dari beberapa tips yang ada, Michael Seibel dari Y Combinator mencatat belum ada tips yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa akhirnya seorang Founder memutuskan untuk memberikan ekuitas yang tidak sesuai dengan Co-Founder.

  • Saya (Founder) yang memiliki ide awal dari perusahaan
  • Saya (Founder) telah melakukan pekerjaan selama waktu yang cukup lama sebelumnya
  • Kesepakatan ini bersifat mutual
  • Saya (Founder) sudah melakukan pekerjaan sejak awal jauh sebelum Co-Founder saya datang
  • Saya (Founder) jauh lebih berpengalaman dari Co-Founder
  • Saya (Founder) telah melakukan penggalangan dana dengan nominal yang fantastis sebelum Co-Founder saya bergabung

Yang perlu ditegaskan disini adalah jika Anda sebagai Founder tidak bisa secara bijak memberikan jumlah ekuitas yang sesuai dan pas untuk Co-Founder Anda, artinya secara jelas Anda tidak percaya dengan kemampuan dan loyalitas dari Co-Founder.

Empat tips berikut ini, yang dirangkum DailySocial, bisa Anda jadikan acuan ketika waktunya untuk memberikan ekuitas kepada Co-Founder di perusahaan rintisan yang Anda miliki.

Dibutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun membangun perusahaan yang hebat

Jumlah variasi yang terbilang kecil dalam waktu satu tahun pertama bukanlah menjadi patokan dari perbedaan ekuitas dalam nominal yang besar antara Founder dan Co-Founder untuk kurun waktu 2 hingga 10 tahun mendatang.

Ekuitas yang lebih = motivasi lebih

Bukan menjadi rahasia lagi kenyataannya adalah banyak startup yang mengalami kegagalan. Semakin tinggi motivasi para Founder, semakin besar peluang menuju kesuksesan. Adalah menjadi hal yang percuma jika Anda memberikan jumlah ekuitas yang besar namun tidak ada motivasi atau keinginan dari Co-Founder untuk bergerak maju.

Hargai kemampuan dan keberadaan Co-Founder

Saat ini banyak Founder startup yang merasa semua produk yang ada hingga keberhasilan penggalangan dana yang telah dilakukan sepenuhnya adalah pekerjaan yang telah mereka lakukan dan menghiraukan peranan dari Co-Founder hingga tim. Keputusan diterima atau tidaknya produk Anda oleh investor, sebagian besar berpengaruh dari bagaimana Anda memperlakukan tim, terutama Co-Founder.

Keberhasilan startup sepenuhnya dalam hal eksekusi, bukan hanya ide

Yang perlu diingat adalah menjadi hal yang penting untuk bisa memberikan ekuitas yang sesuai kepada Co-Founder, karena dalam prosesnya Co-Founder dan anggota tim yang akan bergerak maju bersama Anda (Founder) demi memajukan perusahaan. Co-Founder dan tim lainnya adalah bagian dari kehidupan Anda sehari-hari yang akan menanggung beban disaat kesulitan dan akan berbagi kebahagiaan disaat kesuksesan. Bagikan ekuitas secara bijak, karena perjalanan yang panjang masih harus ditempuh dan dijalani bersama.

Lima Poin Penting Pola Pikir Pendiri Startup Menurut Kevin Rose

Dalam sebuah wawancara oleh Google Ventures bersama Kevin Rose, penggusaha sukses dunia di bidang teknologi menyampaikan beberapa hal yang menjadi landasan penting bagi seorang pengusaha. Berbekal pengalamannya sebagai Co-Founder North Technologies, Founder Digg, Milk, Revision3, Powence dan rekanan strategis Google Ventures, Kevin menyampaikan beberapa hal yang menurutnya penting untuk menjadi sebuah landasan pola pikir pendiri startup/bisnis. Continue reading Lima Poin Penting Pola Pikir Pendiri Startup Menurut Kevin Rose