Gaet 5 Organisasi Esports, BMW Bakal Fokuskan Marketing ke Esports

BMW menandatangani kontrak kerja sama dengan lima organisasi esports ternama, yaitu Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoenix, G2 Esports, dan T1 Entertainment & Sports. Melalui kerja sama ini, perusahaan pembuat mobil asal Jerman itu akan menyediakan kendaraan untuk mengantarkan tim dari dan ke tempat pertandingan. Mobil-mobil ini akan menampilkan logo dari masing-masing tim.

Sementara itu, logo BMW akan disematkan di jersey anggota tim esports. Bersama dengan lima organisasi esports ini, BMW juga akan membuat kampanye di media sosial. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara BMW dengan lima organsiasi esports tersebut. Menurut perkiraan Forbes, kerja sama BMW dengan masing-masing tim bisa mencapai jutaan dollar.

Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoneix, G2 Esports, dan T1, kelimanya memiliki tim yang berlaga di berbagai game, seperti Dota 2, Hearthstone, Super Smash Bros, dan League of Legends. Menariknya, kelima organisasi esports ini merupakan rival di League of Legends, walau kelimanya bertanding di kawasan yang berbeda-beda. T1 berlaga di liga Korea Selatan, sementara Cloud9 di Amerika Utara, dan Fnatic serta G2 merupakan tim asal Eropa, lapor The Esports Observer.

bmw esports
BMW akan menyediakan mobil untuk tim yang menjadi rekan mereka. | Sumber: BMW

“Kami tidak akan bekerja sama,” kata CEO dan Co-owner G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, seperti yang dikutip dari Forbes. “Kami justru  akan melawan satu sama lain.” Memang, dalam kampanye marketing yang BMW lakukan dengan lima organisasi esports ini, mereka akan menggunakan tagar #UnitedinRivalry.

Ini bukan kali pertama BMW masuk ke dunia esports. Mereka pertama kali menjadi sponsor esports pada 2017. Ketika itu, mereka menjadi sponsor dari babak final liga League of Legends Eropa. Selain itu, mereka juga pernah menjadi title sponsor dari turnamen balapan virtual BMW SIM LIVE pada 2019. Meskipun begitu, keputusan BMW untuk bekerja sama dengan lima organisasi esports sekaligus menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam dunia competitive gaming.

“Dalam jangka panjang, esports akan menjadi prioritas utama kami,” kata Stefan Ponikva, Head of BMW Brand Experience Shows & Events, menurut laporan Forbes. Dia menjelaskan, pada akhirnya, dana yang BMW alokasikan untuk esports akan melebihi biaya sponsorship untuk olahraga tradisional, seperti golf dan balapan. “Sebagai generasi digital, anak-anak muda jarang menonton TV dan tidak terlalu peduli pada model marketing tradisional. Esports akan menjadi alat kami untuk mendekatkan diri dengan mereka.”

BMW Esports
T1 menjadi rekan BMW di Korea Selatan. | Sumber: T1 Entertainment & Sports

Memang, esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemik virus corona. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai 454 juta orang. Dalam waktu tiga tahun, jumlah itu akan bertambah 190 juta orang lagi. Sementara dari segi bisnis, industri esports diperkirakan akan bernilai US$1 miliar pada 2020. Selain jumlah penonton yang banyak dan terus bertambah, hal lain yang membuat esports menarik adalah fakta bahwa sebagian besar dari penonton esports merupakan generasi milenial atau gen Z. Audiens esports biasanya lebih sering menonton siaran langsung di platform streaming seperti YouTube dan Twitch daripada televisi.

Ponikva juga mengungkap, dana yang BMW gunakan dalam kerja sama dengan lima organisasi esports ini tidak diambil dari biaya marketing lainnya. Sebagai gantinya, BMW berencana untuk mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk mengadakan kegiatan offline seperti trade show. Meskipun begitu, Ponikva sadar, audiens esports tidak akan membeli mobil dalam waktu dekat. Karena itu, dia mengaku, investasi BMW di esports ini mungkin tidak akan berbuah manis dalam waktu dekat.

“Saat waktunya tiba, kami akan tahu bahwa kami telah membuat para fans esports mencintai BMW,” ujar Ponikva. “Dan kami akan menjadi merek mobil pertama yang mereka ingat.”

VERITAS Entertainment Buat Fasilitas Esports LVL, Jadi Rumah untuk G2 Esports

VERITAS Entertainment mengumumkan bahwa mereka akan membuka fasiliitas gaming dan esports baru di Berlin, Jerman. Dinamai LVL, fasilitas tersebut memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi. LVL dilengkapi dengan studio produksi konten, perangkat virtual reality, dan ruang utama yang kedap suara dan dapat menampung penonton hingga 200 orang.

Ruang tersebut bisa digunakan untuk menyelenggarakan turnamen esports profesional, memungkinkan audiens untuk menonton dalam jarak yang sangat dekat dengan para pemain serta caster, tanpa mengganggu jalan pertandingan. Selain sebagai tempat turnamen, LVL juga akan dijadikan sebagai tempat berkumpul komunitas gaming dan esports, mulai dari kreator konten, streamer, cosplayer, sampai musisi.

VERITAS Entertainment
Lantai dua dari LVL. | Sumber: VentureBeat

Organisasi esports internasional asal Jerman, G2 Esports juga mengklaim LVL sebagai markas mereka di Berlin. “LVL adalah tempat terbaik untuk menjadi markas G2, memungkinkan tim kami untuk berlatih, mengadakan bootcamp, dan berinteraksi dengan fans kami. Tempat ini akan menjadi pilihan pertama kami untuk menghabiskan waktu bersama #G2ARMY dan berinteraksi dengan warga Berlin, ibukota esports di Eropa,” kata CEO G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, dikutip dari Reuters.

Dorian Gorr, Co-founder dan Managing Director, VERITAS Entertainment mengatakan, turnamen esports kini diadakan di arena besar atau di warung internet kecil. Dengan LVL, VERITAS berusaha untuk mengisi kekosongan di antara keduanya. “Ekosistem esports kini punya arena besar dan warung internet yang hanya memiliki sedikit PC, tapi belum ada fasilitas yang bisa menjadi tempat untuk mengadakan acara besar dan pada saat yang sama, menjadi tempat untuk berkumpul,” ujarnya. “LVL tidak hanya merupakan tempat bagi para pemain profesional untuk berlatih, tapi juga pusat hiburan, kolaborasi, dan tempat untuk menjalin relasi.”

VERITAS berharap mereka akan bisa menarik 250 ribu pengunjung ke LVL setiap tahunnya. Selain itu, mereka juga ingin dapat menyelenggarakan sekitar 130 kegiatan. Ke depan, mereka berencana untuk menyediakan fasilitas esports ini ke negara-negara lain.

VERITAS Entertainment
Selain untuk menyelenggarakan turnamen, LVL juga bisa menjadi tempat gamer berkumpul. | Sumber: VentureBeat

LVL akan resmi dibuka pada 26 Maret 2020. Di tengah mewabahnya virus, Gorr berkata bahwa mereka tetap berencana untuk mengadakan acara pembukaan fasilitas LVL. “Kami sadar akan situasi saat ini dan kami mengamatinya dengan serius,” kata Gorr pada VentureBeat. “Kami punya rencana darurat, baik untuk pekerja kami ataupun pelanggan kami. Terkait rencana grand opening, kami tidak berniat untuk memundurkan acara tersebut, tapi kami telah membuat rencana darurat, yang berarti, kami hanya akan fokus pada produksi digital dari LVL.”

Selain membuat pengumuman tentang LVL, VERITAS juga mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan pendanaan sebsear SU$10 juta dari BITKRAFT Esports Ventures dan beberapa angel investor. Kucuran dana segar ini akan digunakan untuk mengembangkan infrastruktur LVL, memperbesar tim internal, dan melakukan ekspansi ke negara lain.

Sumber header: Europe Gaming

Dapat Investasi Rp140 Miliar, G2 Esports Mau Ekspansi ke Tiongkok

G2 Esports mendapatkan investasi senilai US$10 juta (sekitar Rp140 miliar) dari Joe Tsai, Co-founder Alibaba Group, melalui J Tsai Sports. Organisasi esports asal Jerman ini berharap, dengan kucuran dana ini, mereka akan dapat melakukan ekspansi ke Asia, khususnya Tiongkok, yang pasar esports-nya tengah berkembang pesat, baik dari segi penonton maupun pemain. League of Legends Pro League di Tiongkok merupakan liga League of Legends terbesar di dunia. Selain itu, tim Tiongkok berhasil memenangkan League of Legends World Championship pada tahun ini dan tahun lalu.

“Tantangan terbesar bagi tim asal Barat adalah untuk memahami budaya Tiongkok dan mengerti cara berpikir dari penonton Tiongkok,” kata Jens Hilgers, Co-founder dan Chairman dari G2 Esports, lapor Bloomberg. “Kami sudah memerhatikan hal itu, tapi jika kami memiliki pemilik asal Tiongkok, kami harap kami akan terbantu.” Joe Tsai terlahir di Taiwan. Dia pindah ke Amerika Serikat saat dia remaja dan sekarang dia juga memiliki kewarganegaraan Kanada.

Joe Tsai. | Sumber: VCG, Getty via Esports Insider
Joe Tsai. | Sumber: VCG, Getty via Esports Insider

G2 Esports memang ingin melakukan ekspansi ke Tiongkok, tapi mereka tak berencana untuk membuat tim sendiri di negara tirai bambu tersebut. Mereka hanya ingin membangun fanbase dengan membuat video dan media sosial untuk audiens esports di Tiongkok. Mereka berencana untuk mempekerjakan penulis, videografer, dan penerjemah bahasa Mandarin agar mereka bisa memahami perbedaan budaya antara Barat dan Tiongkok.

“Dari segi pemain, kami ingin menjadi tim Barat,” kata Hilgers. “Tapi kami ingin memiliki fans di Tiongkok sehingga ketika mereka menonton kompetisi internasional, mereka bisa mengenali G2 Esports, dan berkata, ‘Saya tahu tentang tim ini, saya mengikuti mereka di media sosial, dan mereka adalah tim favorit saya ketika saya tidak melihat tim asal negara saya sendiri.'”

Selain ekspansi ke Tiongkok, G2 juga berencana untuk membangun kantor baru di New York pada 2020. Menurut Hilgers, tidak banyak tim yang merepresentasikan New York di esports saat ini. Padahal, dia berkata, New York merupakan salah satu kota besar dengan budaya yang kaya di Amerika Serikat. “Ini adalah kesempatan bagi G2 untuk mengembangkan pasar di Pesisir Timur,” katanya, seperti dilaporkan oleh ESPN.

Sebelum ini, G2 Esports telah mendapatkan investasi sebesar US$17,3 juta (sekitar Rp242,5 miliar). Juru bicara tim esports itu dan J Tsai Sports menolak untuk berkomentar tentang valuasi dari G2. Namun, dua narasumber Bloomberg memperkirakan, valuasi G2 Esports kini mencapai sekitar US$100 juta (sekitar Rp1,4 triliun).

Sumber header: Esports Insider

10 Perjanjian Kerja Sama dan Sponsorship Esports Pada November 2019

Seiring dengan bertambahnya jumlah penonton turnamen esports, semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor liga dan tim esports. Perusahaan itu tak melulu perusahaan yang bergerak di bidang gaming dan esports, tapi juga merek non-endemik. Setiap bulan, selalu muncul kabar tentang kerja sama antara perusahaan dengan organisasi esports. Pada bulan November 2019, ada sejumlah perjanjian kerja sama baru yang cukup menarik.

Inilah 10 kerja sama yang diumumkan pada November 2019, menurut Esports Insider.

1. Complexity Gaming dan Herman Miller

Tidak sedikit organisasi esports yang bekerja sama dengan perusahaan pembuat kursi gaming, seperti Astralis yang bekerja sama dengan Secretlab. Namun, Complexity Gaming justru memilih Herman Miller, perusahaan furniture, sebagai rekan mereka. Selain itu, Herman Miller juga menjadi sponsor dari laboratorium inovasi di GameStop Performance Center milik Complexity. Perusahaan furniture itu juga menyediakan meja dan kursi di lab tersebut. Melalui kerja sama ini, kedua pihak juga akan mengumpulkan data untuk menciptakan perangkat yang ergonomis untuk para gamer.

2. Fnatic dan Hello Kitty

Esports tak melulu mengejar kemenangan. Sebagai salah satu sumber pemasukan, sebagian organisasi esports biasanya menjual merchandise, seperti EVOS Esports di Indonesia. Fnatic juga menjual merchandise untuk para fans mereka. Satu hal yang menarik, pada bulan lalu, Fnatic bekerja sama dengan Hello Kitty untuk mleuncurkan koleksi pakaian edisi terbatas, yang mencakup jogger, jaket, jersey, topi, kaos, mousepad, stiker, dan keycap.

fnatic hello kitty

3. Team Vitality dan Orange

Bulan lalu, Team Vitality dari Prancis memperpanjang kerja samanya dengan perusahaan telekomunikasi Orange. Kontrak ini mencakup sponsor pada jersey, kegiatan saat live event, dan juga kegiatan digital dengan Rush Esports. Setelah diperpanjang, kontrak ini akan berlangsung hingga 2021. Sebagai perusahaan telekomunikasi, Orange juga akan melengkapi markas Team Vitality, V.Hive dengan jaringan broadband fiber.

4. G2 Esports dengan Mastercard

Menjelang pertandingan final League of Legends World Championship, G2 Esports mengumumkan kerja samanya dengan Mastercard. Melalui kerja sama ini, mereka ingin mendekatkan diri dengan fans. Salah satu caranya dengan melakukan meet-and-greet. Mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, Mastercard akan membuat konten tentang kegiatan tim asal Eropa ini. Mastercard juga membuat konten “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

5. FACEIT dengan Visa

Mastercard bukan satu-satunya perusahaan dari industri finansial yang tertarik untuk masuk industri esports. Begitu juga dengan Visa. Kali ini, VIsa bekerja sama dengan platform esports FACEIT. Rusia menjadi target pasar pertama mereka. Kerja sama ini juga mendapatkan dukungan dari bank Rusia. Visa dan FACEIT akan fokus untuk membuat dan mendistribusikan program online yang memungkinkan para gamer untuk mengasah kemampuan mereka.

faceit visa

6. FIFA 20 Global Series dengan Gillete

Pada November, Gillette mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari FIFA 20 Global Series dari EA. Melalui kerja sama ini, Gillette akan mendapatkan konten, iklan pada saat streaming, dan juga promosi melalui radio atau televisi. Kegiatan sponsorship ini dimulai dengan EA FUT Champions Cup Stage 2 yang diadakan di Romania pada akhir November. Ini bukan kali pertama Gillette masuk ke ranah esports. Sebelum ini, Gillette juga telah bekerja sama dengan sejumlah organisasi esports, seperti EDward Gaming dan Team SoloMid.

7. Riot Games dan 4Entertainment

Riot Games mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan broadcast dan events, 4Entertainment untuk membuat liga League of Legends nasional untuk Belanda dan Belgia. Masing-masing liga akan disiarkan dalam bahasa ibu masing-masing negara. Total hadiah untuk liga nasional ini mencapai €25 ribu. Kedua liga ini akan mengadu enam tim dalam musim pertama. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, jumlah tim akan bertambah menjadi delapan tim.

8. Astralis Group dan Newzoo

Astralis Group, yang berencana melakukan IPO pada bulan ini, mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan analisa Newzoo pada bulan lalu. Melalui kerja sama ini, Newzoo akan memberikan data dan insight tentang dunia esports untuk membantu Astralis dalam mengambil keputusan. Sementara Astralis juga akan memberikan data pada Newzoo agar perusahaan intelijen itu dapat membuat laporan yang lebih akurat tentang keadaan pasar esports sekarang.

9. Skybox Technologies dan BLAST Pro Series

Skybox Technologies, perusahaan analisa dan visualisasi akan mengadakan kompetisi membuat AI untuk Counter-Strike: Global Offensive. Tim yang menampilkan kode terbaik dalam program yang Skybox adakan bersama RFRSH Entertainment ini akan mendapatkan US$5 ribu. Sementara lima tim terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk menguji kode mereka dalam BLAST Pro Series saat pertandingan berlangsung. BLAST Pro Series akan diadakan di Copenhagen pada tahun depan.

skybox jpeg

10. BLAST dengan Winstrike

BLAST mengumumkan kontrak eksklusif dengan Winstrike pada bulan lalu. Kontrak ini mencakup hak siar dan sponsorship atas BLAST Premier untuk kawasan CIS (Commonwealth Independent States), yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet. BLAST Premier adalah turnamen baru yang menawarkan hadiah hingga US$4,25 juta. Melalui perjanjian ini, Winstrike akan dapat menyiarkan BLAST Premier di televisi dan platform online. Tak hanya itu, Winstrike juga mendapatkan hak eksklusif atas sponsorship serta marketing dari turnamen tersebut.

FunPlus Phoenix Menangkan League of Legends World Championship

FunPlus Phoenix (FPX) keluar sebagai juara League of Legends World Championship setelah mengalahkan G2 Esports di babak final yang diadakan di Accorhotels Arena, Paris, Prancis. Tim asal Tiongkok itu menang telak dengan skor 3-0. Padahal, G2 Esports dijagokan sebagai juara setelah mengalahkan SK Telecom T1 di babak semifinal. Sementara itu, di babak semifinal, FPX mengalahkan Invictus Gaming, yang menjadi juara dari LWC 2018. Meskipun begitu, FPX tak dijagokan sebagai juara karena tim Invictus dianggap telah melemah. Menurut laporan InvenGlobal, FunPlus Phoenix tak hanya menang dari G2 Esports dalam kemampuan individual para pemainnya, FPX juga memiliki strategi yang lebih baik. Tim Tiongkok itu berhasil menekan G2 Esports yang menjuarai League of Legends European Championship sepanjang permainan.

Perjalanan FunPlus Phoenix untuk menjadi juara tak mulus. Dalam League of Legends Pro League Summer 2018, mereka kalah dari JD Gaming. Namun, mereka berhasil menjadi juara dalam LPL Summer 2019. Menurut ESPN, performa FPX pada group stage dari LWC juga tak terlalu mengagumkan. Meskipun begitu, mereka tetap berhasil meraih kemenangan di babak perempat final serta babak semifinal dan melaju ke babak final. Jungler FPX, Gao “Tian” Tian-Liang, menunjukkan kemampuannya dengan menekan Marcin “Jankos” Jankowski dari G2, membuatnya memenangkan gelar MVP. Tian juga memiliki peran penting dalam setiap strategi FPX untuk menekan G2. “Ketika saya di Tiongkok, saya sering membaca komentar di forum komunitas, dan banyak orang yang berkata bahwa Tian bermain seperti pemain ini atau pemain itu,” kata Tian, seperti dikutip dari InvenGlobal. “Saya rasa, saya telah menunjukkan pada dunia gaya bermain saya sendiri.”

Sayangnya, kemenangan FPX diiringi dengan kabar bahwa salah satu pemainnya, Midlaner Kim “Doinb” Tae-sang, berencana untuk pensiun. Memang, sebelum ini, Doinb telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. “Saya rasa, saya telah membuktikan kemampuan saya,” kata Doinb, menurut laporan Dexerto. “Banyak orang yang berkata bahwa midlaner dengan gaya bermain seperti saya tidak akan bisa memenangkan LWC, tapi saya telah membuktikan bahwa saya bisa menang. Kami telah menunggu selama 40 hari untuk mengatakan ini, dan akhirnya kami bisa mengungkapkannya. Kamilah sang juara!”

Doinb menjelaskan bahwa saat ini, dia masih berjuang untuk pulih dari cederanya. Dia juga mengungkap sedikit rencananya jika dia memang akan pensiun, yaitu menghabiskan lebih banyak waktu bersama istrinya, Li “Umi” Youzi. “Sebelum Worlds, saya berkata pada Umi bahwa saya akan membawanya ke Worlds, tapi saya tidak bilang saya akan bisa menang… Saya ingin berterima kasih padanya karena selalu mendukung saya. Sebelum ini, saya telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri, tapi dia bilang, saya harus lebih percaya pada kemampuan saya sendiri, dan mencoba untuk terakhir kalinya. Saya tidak akan bisa mengangkat tropi ini tanpa dukungannya,” kata pemain asal Korea Selatan ini.

Umi yang selalu mendukung Doinb. | Sumber: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto
Umi yang selalu mendukung Doinb. | Sumber: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto

Doinb mengaku, Umi hampir memintanya untuk tak ikut dalam World Championship karena dia masih cedera. Namun, pada akhirnya, Umi justru mendorong Doinb untuk ikut dalam LWC, yang berakhir manis dengan kemenangan FPX. “Dia sangat khawatir, pada awalnya, mengingat kondisi saya. Secara fisik, kondisi saya tidak prima, jadi dia khawatir, tapi dia merasa, sangat sayang jika saya mengundurkan diri sekarang. Saya ingin meminta maaf padanya. Semua orang tahu ini, tapi saya jarang pulang bahkan ketika tim tengah rehat. Dan jika saya pulang, saya terus bermain. Saya ingin meminta maaf pada Umi. Saya akan menghabiskan waktu lebih banyak denganmu nanti. Kita telah menikah, jadi kita bisa hidup bersama sekarang.”

Pembukaan League of Legends World Championship

Dengan valuasi lebih dari US$1 miliar, esports kini tak lagi dipandang sebelah mata. Total hadiah yang diberikan dalam turnamen esports juga bisa menyaingi kompetisi olahraga tradisional. Tampaknya, Riot Games juga ingin menunjukkan bahwa acara pembukaan League of Legends World Championship tak kalah dengan ajang olahraga bergengsi lain, seperti Olimpiade atau Super Bowl. Pada 2017, saat babak final LWC diadakan di Beijing, Riot menggunakan Augmented Reality untuk membuat naga raksasa terbang mengitari di stadion. Sementara pada tahun lalu, mereka mengadakan konser yang menggabungkan penyanyi asli dengan band K-Pop virtual. Tahun ini, Riot menggunakan teknologi hologram yang mereka sebut holonet. Adam Mackasek, Associate Manager of Esports Event, Riot Games, menjelaskan, holonet memiliki bentuk serupa “layar bioskop, tapi ada banyak lubang untuk membuat gambar terlihat seperti 3D.”

Mackasek menjelaskan, mereka mencari inspirasi untuk pembukaan LWC dari berbagai acara olahraga besar. “Kami menonton Super Bowl Halftime Show, dan kami mengamati setiap detailnya: Hei, saya suka cara mereka menyajikan momen ini,” kata Mackasek, pada CNN Business. “Begitu juga dengan Olimpiade. Selama setahun, kami mencoba untuk mengerti bagaimana cara mereka menyajikan konten.” Mackasek mengaku, timnya sempat mempertimbangkan untuk kembali menggunakan teknologi AR seperti yang mereka lakukan pada tahun lalu. Namun, dia mengungkap, mereka selalu ingin menggunakan teknologi baru. “Kami tidak ingin penonton bisa menebak akan apa yang akan mereka saksikan. Menantang bagi kami untuk membuat rencana yang sama sekali baru,” katanya.

Sumber header: MICHAL KONKOL FOR RIOT GAMES via Dexerto

Jelang Final LWC 2019, G2 Esports Umumkan Kerja Sama dengan Mastercard

G2 Esports dan Mastercard mengumumkan kerja sama tepat sebelum pertandingan final League of Legends World Championship yang akan diadakan pada akhir pekan ini. Dalam pertandingan final yang diadakan di Paris, Prancis, G2 Esports akan bertanding melawan tim asal Tiongkok, FunPlus Phoenix. Dalam satu tahun belakangan, G2 Esports berhasil menorehkan berbagai prestasi. Mereka sukses memenangkan turnamen untuk kawasan Eropa, League of Legends European Championship (LEC) pada musim semi dan musim panas. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Mid-Season Invitational 2019 dan membawa pulang US$400 ribu setelah mengalahkan Team Liquid di babak final. Jika G2 Esports berhasil menjadi juara LWC, maka organisasi esports asal Jerman itu akan menjadi tim Eropa pertama yang membawa pulang Summoner’s Cup. Tak hanya itu, mereka juga akan menjadi tim pertama yang menjuarai empat turnamen premier dalam satu tahun.

Di situs resminya, G2 Esports mengatakan bahwa tujuan dari kerja sama mereka dengan Mastercard adalah untuk mendekatkan diri dengan fans, salah satunya dengan mengadakan meet-and-greet. Selain itu, Mastercard juga akan mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, sehingga mereka bisa membuat konten “behind the scene” terkait kegiatan anggota tim G2, seperti pertandingan G2 sepanjang LEC. Tak hanya itu, Mastercard juga mensponsori pembuatan konten digital “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull
Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull

Menurut laporan The Esports Observer, konten Priceless Moments akan fokus pada Michael Winther, ayah dari Rasmus “Caps” Winther. Michael menjadi tenar di komunitas League of Legends karena dia sering mendatangi pertandingan dan menunjukkan dukungan pada anaknya. Mengingat umur atlet esports yang relatif sangat muda, biasanya orangtua memang memiliki peran penting. Christine Yankel, ibu dari pemain profesional Overwatch League menceritakan bahwa dia mencoba untuk memahami Overwatch agar dia bisa mengerti pekerjaan yang ditekuni sang anak.

“Ketika G2 mempersiapkan diri menghadapi babak final League of Legends World Championship, kami dengan bangga memberikan pengalaman eksklusif pada komunitas League of Legends untuk mendekatkan para fans dengan tim yang mereka kagumi,” kata Jeannette Lindo, SVP Marketing and Communications Europe, Mastercard, dikutip dari situs resmi G2 Esports. “Dengan bekerja sama dengan G2 Esports, kami bisa memperdalam keterlibatan kami dalam esports dan memperkuat visi kami untuk menyediakan konten dan pengalaman yang tak terlupakan pada para fans.” Mastercard sudah melibatkan diri dalam industri esports sejak cukup lama. Pada akhir Agustus lalu, mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjadi rekan finansial eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS), liga League of Legends di kawasan Amerika Utara. Sementara sebelum itu, mereka juga telah menjadi sponsor dari berbagai turnamen League of Legends, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan bahkan World Championship.

G2 Esports Kerja Sama dengan Red Bull, Fokus ke Pembuatan Konten

G2 Esports menjalin kerja sama dengan Red Bull. Kerja sama tersebut akan berlangsung selama lebih dari satu tahun. Melalui kerja sama ini, merek Red Bull akan ada di jersey semua tim G2 Esports, mulai dari tim Counter-Strike sampai League of Legends. Selain itu, Red Bull dan G2 Esports akan membuat konten bersama. Red Bull juga akan melakukan kegiatan marketing. Sebelum ini, Red Bull Media House pernah membuatkan video tentang bagaimana OG — tim yang memenangkan The International dua tahun berturut-turut — berhasil memenangkan The International tahun ini.

Jersey tim G2 Esports dengan logo Red Bull akan dikenakan para pemain dalam berbagai acara esports yang diadakan dalam waktu dekat, termasuk Starladder Berlin Major, League of Legends European Championship (LEC), PUBG European League (PEL), dan DreamHack Pro Circuit: Montreal 2019 untuk Rocket League. Para pemain juga akan ikut serta dalam acara meet-and-greet dengan para fans. Sayangnya, tidak diketahui nilai kerja sama antara kedua perusahaan itu, lapor The Esports Observer.

“Red Bull dan G2 memiliki visi yang sama untuk membawa elemen hiburan ke industri esports melalui konten interaktif dan berbagai kegiatan offline. Jadi, kerja sama ini adalah langkah penting bagi kami,” kata CEO G2 Esports, Carlos “ocelote” Rodriguez, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kerja sama menyeluruh ini adalah langkah besar bagi G2 dan konten yang akan kami buat di masa depan akan membuat kerja sama ini terlihat berbeda dari kerja sama lain di industri esports.”

Sumber: G2 Esports via Esports Insider
Sumber: G2 Esports via Esports Insider

Ini bukan pertama kalinya G2 bekerja sama dengan Red Bull. Sebelum ini, keduanya telah bekerja sama untuk membuat tim esports balapan yang dinamai Red Bull Racing Esports Team. Tim tersebut diisi oleh para pemain G2 Esports dan juga para pemain baru, yang berasal dari berbagai negara, seperti Turki, Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Masing-masing dari para pemain profesional tersebut akan bertanding dalam simulasi balapan yang berbeda-beda, termasuk turnamen Forza Motorsport dan FIA Gran Turismo Sport World Championship.

G2 Esports didirikan pada 2013. Saat ini, organisasi esports tersebut telah memiliki 50 anggota. Selain fokus untuk memenangkan turnamen, G2 juga berkutat dalam pembuatan konten dan merchandise. Dalam situs resminya, G2 menyebutkan bahwa mereka memang sengaja membiarkan para pemainnya berinteraksi dengan para fans via media sosial, mulai dari Twitter, YouTube, sampai Twitch. Mereka mengklaim, setiap bulan, mereka bisa mendapatkan jutaan view pada setiap platform media sosial.