Razer Luncurkan Varian Wireless dari Mouse Berpedalnya, Basilisk Ultimate

Razer Viper Ultimate yang dirilis belum lama ini merupakan gaming mouse pertama yang hadir mengusung teknologi wireless rancangan Razer sendiri. Dijuluki Razer HyperSpeed, kecepatan transmisinya diklaim 25% lebih cepat dari teknologi wireless lain, memungkinkan input terbaca secara instan layaknya mouse non-wireless.

Tidak butuh waktu lama bagi HyperSpeed untuk merambah produk-produk lain Razer. Kali ini giliran Razer Basilisk yang kebagian jatah. Basilisk sendiri diluncurkan sekitar dua tahun silam, dan keunikannya terletak pada sejenis pedal (clutch) di samping kiri. Tidak seperti tombol biasa, pedal ini dirancang untuk ditekan dan ditahan, dan fungsinya sendiri bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

Razer Basilisk Ultimate

Bagi yang menyukai Basilisk namun mendambakan kepraktisan konektivitas wireless, sekarang ada dua mouse baru sekaligus yang dapat dilirik: Basilisk Ultimate dan Basilisk X HyperSpeed. Basilisk Ultimate adalah varian yang lebih mahal, memprioritaskan performa selagi masih menyajikan kepraktisan dan keunggulan dari Razer HyperSpeed.

Kelebihannya di sektor performa diwujudkan lewat sensor optis Focus+ yang memiliki resolusi 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS (inches per second), persis seperti milik Viper Ultimate. Juga dipinjam dari Viper Ultimate adalah switch optis yang diyakini lebih presisi sekaligus lebih responsif ketimbang switch mekanis.

Total ada 11 tombol yang bisa diprogram sesuai kebutuhan pada Basilisk Ultimate. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk menemani sesi gaming hingga 100 jam (tanpa pencahayaan RGB). Selagi di-charge via USB, perangkat pun tetap bisa digunakan tanpa masalah.

Razer Basilisk X HyperSpeed / Razer
Razer Basilisk X HyperSpeed / Razer

Lain halnya dengan Basilisk X HyperSpeed, yang sedikit mengorbankan performa demi ketahanan baterai tiada lawan. Jadi selain konektivitas HyperSpeed via bantuan dongle, varian ini turut dilengkapi konektivitas Bluetooth. Menggunakan Bluetooth, ia bisa digunakan sampai sekitar 450 jam, dan itu hanya mengandalkan satu baterai AA saja.

Yang dikorbankan oleh varian ini adalah sensor Focus+ beserta switch optis itu tadi. Sebagai gantinya, Basilisk X HyperSpeed mengandalkan sensor 16.000 DPI seperti milik DeathAdder Elite, yang sendirinya tidak bisa dibilang jelek. Switch yang digunakan adalah tipe mekanis seperti pada umumnya, dengan ketahanan hingga 50 juta kali klik.

Razer Basilisk X HyperSpeed

Jumlah tombol yang dapat diprogram pada Basilisk X HyperSpeed hanya ada 6, akan tetapi dealbreaker-nya menurut saya adalah tidak adanya pedal khas Basilisk pada varian ini. Juga absen adalah pencahayaan warna-warni, akan tetapi ini juga yang menjadi alasan di balik ketahanan baterainya yang superior.

Bagi yang mengutamakan performa, Razer Basilisk Ultimate saat ini sudah bisa dibeli seharga $170, atau $150 tanpa tambahan aksesori Mouse Dock. Sebaliknya, buat yang lebih mementingkan kenyamanan dan tidak terbiasa mengandalkan pedal uniknya, Basilisk X HyperSpeed dibanderol jauh lebih murah di harga $60.

Sumber: Razer.

Razer Hammerhead True Wireless Janjikan Audio yang Selalu Sinkron Selama Sesi Gaming Berlangsung

Praktis adalah nilai jual utama yang ditawarkan sebuah earphone wireless. Namun absennya kabel sering kali berujung pada ketidakcocokannya dipakai untuk sesi gaming. Pasalnya, audio yang tersaji kerap tidak sinkron dengan apa yang tampil di layar.

Problem inilah yang hendak dijegal oleh Razer lewat Hammerhead True Wireless. Perangkat ini hadir membawa konektivitas Bluetooth 5.0 yang telah dimodifikasi. Dipadukan dengan fitur bernama Gaming Mode, Hammerhead True Wireless sanggup menyuguhkan latency sekecil 60 milidetik, sehingga audio tidak akan terdengar terlambat dari apa yang tampak di layar.

Bukan cuma untuk bermain game, Gaming Mode juga bakal sangat berguna ketika pengguna sedang menonton film. Singkat cerita, latency yang tergolong sangat minim ini akan selalu memastikan audio berjalan secara sinkron dengan video.

Razer Hammerhead True Wireless

Secara desain, Hammerhead True Wireless punya banyak kemiripan dengan AirPods versi standar – kebetulan Apple juga baru saja merilis AirPods Pro yang mengusung desain anyar – namun ia sedikit lebih unggul karena telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IPX4. Di dalamnya bernaung driver 13 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Seperti halnya AirPods, pengoperasiannya juga mengandalkan kontrol sentuh di sisi luar masing-masing unit, dan ia juga dapat dipakai untuk memanggil voice assistant di ponsel. Yang agak mengecewakan, baterainya rupanya tidak seawet AirPods.

Razer Hammerhead True Wireless

Dalam sekali pengisian, Hammerhead True Wireless cuma bisa bertahan selama 3 jam pemakaian, dan charging case-nya hanya mampu menyuplai 12 jam daya ekstra. Bandingkan dengan AirPods yang bisa tahan sampai 5 jam, dan charging case-nya bisa menyimpan daya dua kali lebih besar.

Kabar baiknya, Razer Hammerhead True Wireless punya banderol yang cukup terjangkau di angka $100. Fitur-fitur yang ditawarkannya memang tergolong standar, namun tetap saja ia cukup unik berkat kehadiran Gaming Mode itu tadi.

Sumber: Razer.

Headset Razer Tetra Diciptakan untuk Gamer yang Ingin Menikmati Sistem Audio Surround-nya Secara Maksimal

Berbeda dari PC, console diciptakan untuk bisa dinikmati bersama setup home entertainment yang memuaskan. Umumnya, kriteria memuaskan itu didapat dari sistem audio surround. Di sisi lain, pemain juga harus memperhatikan aspek komunikasi dengan rekan bermainnya, terutama kalau yang dimainkan adalah game multiplayer kompetitif.

Dari situ bisa disimpulkan bahwa pemain harus mengorbankan salah satu. Kalau masih ingin menikmati sensasi immersive, mereka harus mengorbankan aspek komunikasi. Sebaliknya, kalau mementingkan komunikasi dengan rekan setim, sistem audio surround-nya jelas tak bisa dipekerjakan secara maksimal.

Tidak demikian kalau menurut Razer. Mereka sudah menyiapkan solusi supaya tidak ada yang perlu dikorbankan. Solusi tersebut adalah Razer Tetra, sebuah headset berwujud ringkas yang dirancang secara spesifik agar pemain tetap bisa berkomunikasi dengan lancar selagi menikmati kenyamanan aural yang disajikan setup home entertainment-nya.

Razer Tetra

Kuncinya ada pada rancangan Tetra, yang hanya memiliki satu earcup saja. Desainnya juga sengaja dibuat reversible, yang berarti pengguna bebas menempatkan earcup dan mikrofonnya di sisi kiri atau kanan. Bobotnya yang sangat ringan, cuma 70 gram, menjadikannya ideal untuk dipakai dalam durasi yang cukup lama.

Kunci yang kedua terletak di mikrofonnya, yang memiliki karakter kardioid (unidirectional) dan dioptimalkan untuk menangkap suara pengguna sejernih mungkin selagi meminimalkan suara dari sekitar. Sederhananya, Razer yakin mic milik Tetra bisa bekerja dengan baik tanpa harus menyia-nyiakan kinerja sistem audio surround yang dipakai konsumen.

Razer Tetra saat ini sudah dipasarkan seharga $30. Karena cuma mengandalkan jack 3,5 mm, ia pun kompatibel dengan hampir semua perangkat dan console yang dilengkapi colokan tersebut.

Sumber: Razer.

Keypad Gaming Razer Tartarus Pro Simpan Switch Optik Mekanis Super-Sensitif

Keyboard dan mouse dianggap banyak gamer sebagai sistem input paling ideal. Kombinasi keduanya menyajikan metode kendali yang presisi, lengkap, intuitif dan mudah dikustomisasi. Namun bagi beberapa orang, jumlah tombol yang terlalu banyak kadang membingungkan dan berpeluang mengalihkan perhatian. Itu sebabnya sudah lama Razer menyediakan periferal berupa keypad gaming.

Keypad gaming merupakan potongan keyboard yang dispesialisasikan untuk menangani genre permainan tertentu. Setelah merilis Tartarus generasi pertama (2013), Razer melepas Orbweaver Chroma (2015), kemudian disusul oleh Tartarus V2 (2017). Meneruskan tradisi peluncuran keypad gaming (yang tampaknya dilakukan setiap dua tahun), perusahaan pimpinan Min-Liang Tan itu baru-baru ini memperkenalkan Tartarus Pro.

Tartarus Pro 4

Dari sisi penampilan, Tartarus Pro terlihat tidak begitu berbeda dari V2. Anda kembali disuguhkan tombol-tombol ber-backlight LED, scroll wheel, serta tubuh ergonomis melengkung untuk mengisi telapak tangan dipadu bantalan empuk. Terdapat pula thumb stick serta rangkaian tombol yang mudah dicapai oleh jempol. Tartarus Pro kabarnya dirancang demi memuaskan para penggemar permainan MMO yang paling menuntut, dan seluruh 32 tombol di sana dapat kita ubah fungsinya.

Tartarus Pro ditopang oleh sistem pencahayaan LED RGB Razer Chroma dan mempersilakan Anda bermain-main dengan 16,8 juta warna. Kustomisasi dapat dilakukan menggunakan software Razer Synapse, lalu keypad gaming ini tersambung ke PC via kabel braided.

Tartarus Pro 2

Meski tampak serupa seperti pendahulunya, Tartarus Pro menyimpan bagian dalam yang lebih canggih. Switch mecha-membrane yang ada di Tartarus V2 (menggunakan karet tetapi dirancang agar memberikan sensasi ala switch mekanis) digantikan oleh jenis optik analog. Sederhananya, switch ini memanfaatkan sinar. Ketika tombol ditekan, sinar tersebut akan terputus, kemudian sistem segera meregistrasinya sebagai input.

Sebelumnya, Razer menggunakan switch optik analog di keyboard Hunstman Elite. Uniknya, switch ini memiliki karakteristik yang lebih menyerupai stik analog di controller Xbox One atau DualShock 4 ketimbang switch mekanis standar. Contohnya jika Anda sedang bermain Assassin’s Creed Odyssey. Dengan menekan separuh tombol Tartarus Pro, sistem dapat membacanya dan memerintahkan karakter di permainan untuk berjalan – tidak berlari di kecepatan penuh.

Tartarus Pro 3

Uniknya lagi, titik actuation dari masing-masing tombol dapat dikonfigurasi. Anda bisa mengatur ‘sedalam’ apa tombol akan terbaca secara penuh, termasuk pula membuat tombol lebih sensitif terhadap sentuhan. Sebuah tombol bahkan dapat diprogram agar mempunyai dua fungsi – satu ketika ditekan setengah dan satu lagi saat ditekan penuh. Selain itu, fitur macro dan kemudahan mengakses delapan profile berbeda memastikan sesi gaming jadi lebih efisien.

Razer Tartarus Pro sudah mulai dipasarkan. Untuk memilikinya, Anda perlu mengeluarkan uang sebesar US$ 130. Sebagai perbandingan, Tartarus V2 dibanderol seharga US$ 80.

Via PC Gamer.

Razer Raion Sajikan Layout ala Arcade Stick dalam Wujud Gamepad Konvensional

Komunitas pencinta game fighting pastinya paham apa yang membuat arcade stick superior. Itulah mengapa banyak peserta turnamen yang rela membawa sendiri arcade stick-nya, meskipun ukurannya tidak kalah besar dari keyboard. Di sisi lain, tidak sedikit juga yang lebih nyaman mengeksekusi kombo demi kombo menggunakan gamepad standar.

Melihat adanya dua ‘kubu’ ini, Razer menilai mereka bisa menawarkan solusi penengahnya. Dari situ lahirlah Razer Raion, controller untuk PlayStation 4 dan PC yang punya layout tombol tidak umum.

Razer Raion

Tidak umum karena di sisi kanannya terdapat total enam tombol dengan ukuran lebih besar dari biasanya, dan yang layout-nya menyerupai milik arcade stick. Jadi kalau memang dirasa perlu, pengguna bisa mengoperasikannya menggunakan jari telunjuk dan jari tengah layaknya sebuah arcade stick.

Demi mengakomodasi gaya bermain yang cepat, tiap-tiap tombol tersebut dibekali Razer Yellow Mechanical Switch yang bersifat linear dan punya titik aktuasi paling pendek. Masing-masing juga diklaim punya daya tahan sampai 80 juta kali klik.

Razer Raion

Di sisi kirinya, Razer memilih menyematkan D-pad 8 arah ketimbang joystick. Kita tahu bahwa D-pad jauh lebih presisi dibanding joystick, tapi kalah soal kecepatan. Di Raion, bentuk D-pad seperti ini memastikan kombo-kombo yang memerlukan gerakan setengah atau seperempat lingkaran tetap bisa tereksekusi dengan baik, dan lagi pengguna juga bakal merasakan feedback taktil yang memuaskan di tiap input.

Selebihnya, Raion tidak berbeda jauh dari controller bawaan PS4. Tombol shoulder dan trigger-nya tetap ada, demikian pula touchpad di bagian tengahnya. Secara keseluruhan bentuknya memang lebih mirip controller Xbox, apalagi mengingat tidak ada analog stick sama sekali di bagian bawahnya. Buat yang tertarik, Razer Raion saat ini sudah dipasarkan seharga $100.

Sumber: Razer.

Razer Viper Ultimate Padukan Optical Switch yang Inovatif dengan Konektivitas Wireless dan Sensor Baru

Agustus lalu, Razer memperkenalkan Viper, gaming mouse pertamanya yang mengandalkan switch bertipe optis. Dibandingkan switch mekanis standar, switch optis seperti yang dimiliki Viper diyakini jauh lebih presisi sekaligus responsif, dan ini turut didukung juga oleh bobot Viper sendiri yang amat ringan.

Tanpa harus menunggu lama, Razer pun merilis varian wireless dari Viper. Dijuluki Viper Ultimate, konektivitas wireless-nya rupanya bukan sembarangan, melainkan yang dinamai Razer HyperSpeed dan yang diklaim memiliki kecepatan transmisi 25% lebih cepat dari biasanya, sehingga input bisa terbaca secara lebih instan.

Juga menarik adalah fitur Adaptive Frequency Hopping yang memungkinkan perangkat untuk berganti channel frekuensi sendiri, tergantung channel mana yang paling sepi sehingga koneksi bisa terbebas dari lag. HyperSpeed juga diyakini amat efisien; dalam sekali pengisian, Viper Ultimate siap digunakan sampai 70 jam nonstop – tanpa lampu RGB yang menyala.

Razer Viper Ultimate

Di samping konektivitas wireless, Viper Ultimate juga menghadirkan penyempurnaan lain dalam bentuk sensor baru yang lebih mumpuni, yakni Razer Focus+ Optical Sensor. Sensor hasil kolaborasi Razer dengan Pixart ini mengemas resolusi 20.000 DPI dan kecepatan tracking 650 IPS (inches per second), paling tinggi yang ditawarkan Razer sejauh ini.

Fitur Smart Tracking yang terdapat pada sensor tersebut memastikan proses kalibrasi bisa berjalan secara otomatis, sehingga performa mouse di atas beragam jenis permukaan dapat tetap konsisten tanpa mengharuskan pengguna melakukan kalibrasi secara manual.

Razer Viper Ultimate

Secara fisik, Viper Ultimate identik dengan saudaranya yang berkabel. Bentuknya sama-sama ambidextrous, jumlah dan layout tombolnya sama persis, dan bobotnya pun tetap sangat ringan di angka 74 gram. Switch optis yang menjadi andalan Viper biasa tentunya masih dipertahankan di sini, juga dengan klaim ketahanan sampai 70 juta kali klik.

Razer Viper Ultimate saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Bundel bersama Razer Mouse Dock juga tersedia seharga $150, padahal Dock-nya kalau dibeli secara terpisah dihargai $50 sendiri.

Sumber: Razer.

Headset Gaming Wireless Sennheiser GSP 370 Unggulkan Daya Tahan Baterai Hingga 100 Jam

Saya yakin semua setuju bahwa headset wireless jauh lebih praktis ketimbang yang berkabel. Namun sering kali kelemahannya ada pada daya tahan baterai. Jadi setelah belasan atau puluhan jam, sesi gaming terpaksa harus terinterupsi oleh sesi charging.

Kalau ketahanan baterai selama ini menjadi faktor yang membuat Anda urung membeli headset gaming wireless, mungkin penawaran terbaru dari Sennheiser berikut ini bisa membuat Anda berubah pikiran. Dinamai Sennheiser GSP 370, keunggulan utamanya terletak pada daya tahan baterainya yang diklaim mencapai angka 100 jam.

Sennheiser GSP 370

Anggap sehari Anda menghabiskan waktu sekitar 10 jam untuk bermain, maka headset ini masih bisa digunakan setelah seminggu nonstop, dan ia pun masih bisa digunakan selagi dalam posisi di-charge. Sayang sekali charging-nya masih mengandalkan kabel micro USB, meski itu tidak terlalu menjadi masalah kalau memang perangkat jarang perlu diisi ulang.

GSP 370 mengandalkan bantuan dongle USB untuk menyambung secara wireless ke PC, Mac maupun PlayStation 4. Selain irit daya, koneksinya ini juga disebut minim latency, sehingga transmisi audio yang keluar maupun masuk bisa berjalan hampir tanpa delay.

Sennheiser GSP 370

GSP 370 mengemas earcup tipe over-ear yang berukuran besar. Bantalan memory foam-nya dibalut dua jenis material yang berbeda; kulit sintetis di luar, semacam suede di dalam. Di baliknya, bernaung dynamic driver dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz.

Menyambung ke earcup sebelah kirinya adalah mikrofon unidirectional dengan respon frekuensi 100 – 6.300 Hz dan teknologi noise cancelling. Saat dibutuhkan, mic ini bisa di-mute secara instan dengan melipat lengannya ke atas. Di sisi kanan earcup, ada kenop besar untuk mengatur volume headset.

Terkait desainnya, Sennheiser bilang bahwa headband tipe split milik GSP 370 dirancang untuk mengurangi tekanan pada kepala. Juga menarik adalah engsel ball-joint yang secara otomatis memosisikan earcup agar sudutnya sesuai dengan bentuk kepala masing-masing pengguna.

Bagi yang tertarik, Sennheiser GSP 370 saat ini sudah dipasarkan seharga $200.

Sumber: SlashGear dan Business Wire.

Mikrofon Razer Seiren Emote Wujudkan Interaksi yang Lebih Asyik Antara Streamer dan Penontonnya

Di samping webcam, mikrofon merupakan perangkat esensial yang wajib dimiliki para live streamer. Lewat mikrofon inilah mereka bisa berinteraksi dengan para penontonnya, dan Razer menilai bentuk interaksinya bisa lebih dari sebatas komunikasi lisan.

Tidak percaya? Lihat saja mikrofon USB terbaru mereka, Seiren Emote. Sesuai namanya, mikrofon ini unik karena dapat menampilkan emoticon 8-bit ke hadapan para penonton. Emoticon-nya juga tidak harus dimunculkan secara manual, melainkan bisa tersinkronisasi dengan berbagai aktivitas di sepanjang sesi live streaming.

Razer Seiren Emote

Contoh yang paling gampang, perangkat dapat menampilkan emoticon berterima kasih saat ada subscriber baru, atau saat ada penonton yang memberikan donasi. Semuanya berjalan secara otomatis, tergantung pengaturan yang ditetapkan oleh live streamer via Razer Streamer Companion App.

Di software itu juga pengguna dapat memilih lebih dari 100 emoticon, baik yang statis atau yang animated. Mereka pun juga bisa menciptakan emoticon-nya sendiri dengan berkreasi di atas grid LED 8 x 8. Ya, pada akhirnya memang semua kembali ke kreativitas masing-masing live streamer.

Razer Seiren Emote

Terlepas dari keunikannya, Seiren Emote tidak melupakan peran utamanya sebagai mikrofon. Pickup pattern hyper-cardioid yang ditawarkannya diyakini bisa menangkap suara secara lebih terfokus selagi mengeliminasi suara sekitar yang mengganggu, terutama jika dibandingkan dengan pickup pattern cardioid biasa.

Peredam kejut juga menjadi salah satu penawaran unik Seiren Emote, dengan tujuan untuk mengeliminasi suara-suara yang tak diinginkan ketika streamer tidak sengaja menyenggol mikrofon. Untuk penempatan yang lebih fleksibel, Razer juga menyertakan komponen interchangeable yang dapat meninggikan posisi mikrofon.

Razer Seiren Emote rencananya akan dipasarkan mulai kuartal keempat tahun ini seharga $180. Aplikasi pendampingnya kompatibel dengan software maupun platform broadcasting populer macam XSplit, Streamlabs, Twitch dan Mixer.

Sumber: Razer.

Corsair Virtuoso Buktikan Bahwa Gaming Headset Tidak Harus Terlihat Norak

Gaming gear tidak selamanya harus kelihatan norak, apalagi dengan pencahayaan warna-warni yang sudah dianggap sebagai standar. Buktinya bisa kita lihat dari gaming headset terbaru Corsair yang bernama Virtuoso berikut ini.

Tanpa ada mikrofon yang menancap, sepintas Virtuoso kelihatan seperti headphone pada umumnya berkat konstruksi aluminium yang elegan. Kebetulan mikrofonnya memang bisa dilepas-pasang, sehingga ia juga dapat menemani keseharian pengguna di luar sesi gaming. Sayangnya ia tidak dibekali Bluetooth, yang berarti pengguna hanya punya pilihan jack 3,5 mm di luar sesi gaming.

Corsair Virtuoso

Masing-masing earcup berukuran besar itu dilengkapi bantalan memory foam yang cukup tebal, demikian pula di bagian headband-nya. Di balik earcup-nya, bernaung driver neodymium berdiameter 50 mm yang menawarkan respon frekuensi 20 – 40.000 Hz, dua kali lebih luas dibanding mayoritas gaming headset kalau kata Corsair.

Untuk mikrofonnya, selain bersifat omni-directional, ia juga mendukung respon frekuensi hingga 10.000 Hz, sekali lagi hampir dua kali lipat yang ditawarkan gaming headset wireless pada umumnya.

Corsair Virtuoso

Wireless? Ya, Virtuoso memanfaatkan dongle 2,4 GHz untuk menyambung ke PC secara wireless hingga sejauh 12 meter. Namun kalau yang dicari adalah kualitas suara terbaik, pengguna bisa memanfaatkan sambungan kabel USB untuk mendapatkan dukungan suara surround 7.1 dan kapabilitas pengolahan Hi-Res audio (24-bit/96kHz).

Satu kali pengisian baterai cukup untuk menenagai Virtuoso hingga 20 jam pemakaian. Agar lebih efisien, Corsair tak lupa menyematkan sejenis fitur auto-standby; headset akan ‘tidur’ saat Anda meletakkannya, kemudian menyala kembali secara otomatis saat Anda mengenakannya.

Bagaimana dengan sistem pencahayaan RGB yang dapat dikustomisasi? Well, di titik ini saya rasa tidak ada yang perlu dibahas. Yang perlu ditekankan adalah justru ketika suatu gaming gear datang tanpa pencahayaan RGB sama sekali.

Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair
Corsair Virtuoso SE diapit oleh dua pilihan warna Virtuoso standar / Corsair

Di samping Virtuoso, tersedia pula Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon. Ini dikarenakan Virtuoso SE mengemas modul mikrofon 9,5 mm, yang diyakini bisa menangkap suara secara lebih baik dan lebih jernih.

Corsair Virtuoso saat ini sudah dijual seharga $180. Corsair juga menawarkan varian Virtuoso SE yang lebih unggul perihal estetika sekaligus kualitas mikrofon berkat modul berdiameter 9,5 mm. Virtuoso SE sedikit lebih mahal di angka $210.

Sumber: Corsair.

Mouse Gaming Wireless Logitech G604 Usung Segudang Pembaruan Dibanding Pendahulunya

Logitech punya mouse gaming wireless baru, G604. Suksesor langsung dari G603 ini membawa sangat banyak perubahan di beragam aspek, dan yang paling kentara adalah desain barunya.

Di mata saya, G603 yang dirilis dua tahun silam mengusung desain ergonomis yang tanggung. G604 menyempurnakannya dengan sebuah ‘sayap’ kecil di sisi kiri. Bentuknya memang berbeda dari milik Logitech MX Master 3, tapi premis yang ditawarkan sama, yakni untuk menjadi tempat bersandar ibu jari pengguna.

Logitech G604

Masih di sebelah kiri, jumlah tombolnya bertambah drastis dari yang cuma sepasang menjadi enam tombol macro pada G604, menjadikannya sangat ideal untuk game MMORPG maupun MOBA. Pada game Dota 2 misalnya, keenam tombol ini bisa diprogram untuk mengaktifkan masing-masing slot item, semuanya tanpa perlu mengandalkan keyboard satu kali pun.

Secara total, ada 15 tombol yang berbeda pada G604 yang semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan. Juga menarik adalah scroll wheel-nya yang bisa berganti mode antara klik-per-klik atau bergulir tanpa henti, sekali lagi mirip seperti fitur unggulan seri MX Master.

Logitech G604

Perihal performa, G604 ditenagai oleh sensor optik HERO 16K, upgrade terhadap sensor HERO generasi pertama yang diperkenalkan oleh pendahulunya. Sensor ini tak hanya menawarkan DPI maksimum hingga 16.000, tapi juga konsumsi energi yang sangat efisien.

Seirit apa? Dengan satu baterai AA saja, G604 dapat beroperasi hingga 240 jam nonstop jika menggunakan konektivitas Lightspeed (wireless berbasis dongle). Kalau yang digunakan adalah konektivitas Bluetooth, baterainya malah bisa tahan sampai 5,5 bulan.

Logitech G604

Konektivitasnya ini bisa diganti dengan satu klik tombol, dan ini berarti pengguna bisa berpindah perangkat dengan cara yang sama, sebab masing-masing tipe koneksinya bisa disambungkan dengan komputer yang berbeda; semisal Lightspeed di PC rumah, dan Bluetooth di laptop pinjaman kantor.

Logitech G604 dijadwalkan tersedia di pasaran global mulai musim semi mendatang. Harga yang dipatok jika merujuk situs resmi Logitech Indonesia adalah Rp 1.549.000.

Sumber: Logitech.