Susul Corsair, Razer Luncurkan Keyboard Mekanis Anti-Tumpahan Air

Keyboard yang tahan terhadap tumpahan air adalah tren terbaru di industri gaming peripheral. Satu per satu pabrikan ternama menghadirkan penawarannya masing-masing, mulai dari Corsair, SteelSeries sampai Razer. Namun jika switch mekanis adalah suatu keharusan, maka Corsair-lah satu-satunya pilihan Anda.

Tentu saja Razer tidak akan tinggal diam menanggapi fakta tersebut. Mereka baru saja memperkenalkan versi terbaru Razer BlackWidow Ultimate yang tahan air dan debu, dengan sertifikasi IP54. Rating ini lebih tinggi ketimbang yang ditawarkan Corsair K68 yang cuma IP32.

Razer Blackwidow Ultimate

Kendati demikian, Razer sama sekali tidak menyarankan Anda mencelupkan keyboard ini ke dalam air. Perlu diingat, keyboard ini tahan terhadap guyuran cairan, bukan untuk direndam. Jadi selama Anda menggunakannya di atas meja dan tidak di dalam bathub, Anda tak perlu cemas apabila ada minuman yang tidak sengaja tersenggol dan ‘memandikan’ keyboard ini.

Sebagai bagian dari keluarga Blackwidow, masing-masing tombol pada keyboard ini mengemas switch mekanis, spesifiknya Razer Green Switch dengan actuation force 50 gram, dan klaim ketahanan hingga 80 juta klik.

Razer Blackwidow Ultimate

Tidak seperti Blackwidow Chroma V2, Blackwidow Ultimate generasi terbaru ini tidak memiliki deretan tombol makro di samping kirinya, meski semua tombol masih bisa diprogram sesuai kebutuhan lewat software pendampingnya. Juga berbeda adalah sistem pencahayaan satu warna saja, namun pengguna masih bisa mengatur efek dinamisnya.

Razer Blackwidow Ultimate generasi terbaru saat ini sudah dipasarkan seharga $110. Saya tidak akan terkejut apabila SteelSeries juga menyusul dan meluncurkan keyboard mekanis tahan airnya tidak lama lagi.

Sumber: Razer.

Gaming Headset Terbaru SteelSeries Salurkan Audio via Kabel dan Bluetooth Secara Bersamaan

Setahun yang lalu, SteelSeries memperkenalkan lini gaming headset baru bernama Arctis. Dibandingkan lini Siberia, Arctis mengadopsi gaya desain yang lebih stylish dan mudah diterima oleh banyak kalangan, termasuk para gamer console.

Belum lama ini, SteelSeries mengumumkan anggota baru lini Arctis yang sangat menarik. Menarik karena headset bernama Arctis 3 Bluetooth ini adalah yang pertama kali mampu menyalurkan audio via kabel dan koneksi Bluetooth secara bersamaan.

SteelSeries Arctis 3 Bluetooth

Anda mungkin bertanya, “untuk apa?” SteelSeries memberikan contoh kasus penggunaan yang sangat ideal bagi para pemilik Nintendo Switch. Seperti yang kita tahu, sejauh ini fitur voice chat pada Switch hanya bisa diakses melalui aplikasi smartphone, lalu bagaimana caranya pemain bisa mendengarkan audio dari game dan voice chat secara bersamaan?

Di sinilah Arctis 3 Bluetooth datang membantu. Cukup sambungkan headset ke Switch via kabel, lalu ke smartphone via Bluetooth, maka Anda bisa langsung mendengarkan audio dari game dan voice chat dari smartphone secara bersamaan menggunakan satu headset.

Contoh lain, bagi pemilik Xbox One atau PlayStation 4 yang mengandalkan aplikasi mobile Discord sebagai komunikasi lisan timnya, mereka bisa menjalani skenario yang sama persis seperti para pemilik Nintendo Switch tadi. Karena audio dari game masih tersalurkan lewat kabel, pengguna sama sekali tidak perlu khawatir soal latency.

SteelSeries Arctis 3 Bluetooth

Selebihnya, SteelSeries Arctis 3 Bluetooth sama persis seperti varian standarnya yang diluncurkan tahun lalu. Unit driver berteknologi surround 7.1 (khusus di PC) yang digunakan masih sama seperti yang terdapat pada headset seharga $300, lalu mikrofon retractable-nya masih dibekali teknologi noise cancelling.

Desainnya pun identik, dengan headband unik yang terinspirasi oleh ski goggles dan kain breathable yang membalut bantalan telinganya. Karena mengemas Bluetooth, Anda bebas menggunakannya sebagai headphone wireless selagi bepergian kalau mau.

Arctis 3 Bluetooth saat ini sudah dipasarkan seharga $150. Tidak seperti varian standarnya, ia hanya ditawarkan dalam balutan warna hitam.

Sumber: SteelSeries.

Usung Konsep Modular, Razer Naga Trinity Datang dengan Tiga Konfigurasi Tombol Makro

Razer Naga adalah seri gaming mouse yang amat populer di kalangan pemain MMO macam World of Warcraft. Selama ini, Razer menawarkan dua model untuk seri Naga. Ada Naga Epic dengan 12 tombol makro di samping kiri, ada pula Naga Hex dengan 7 tombol makro berformasi melingkar.

Namun untuk generasi terbarunya, Razer membuat keputusan besar dengan mengambil rute modular. Dijuluki Naga Trinity, ia merupakan iterasi kesembilan dari seri Naga, dan bersamanya datang fitur yang tak dimiliki oleh satu pun pendahulunya, yaitu panel samping yang dapat dilepas-pasang.

Razer Naga Trinity

Berkat penerapan konsep modular ini, konsumen tak lagi diharuskan memilih antara model Epic atau Hex, sebab semuanya bisa didapatkan lewat satu paket Trinity. Anda hendak memainkan World of Warcraft? Pasangkan pelat samping dengan 12 tombol makro. Lalu ketika giliran game MOBA yang dimainkan, pasangkan pelat samping dengan tujuh tombol berformasi melingkar.

Terakhir, tersedia pula pelat samping dengan dua tombol saja yang ideal untuk berbagai skenario penggunaan yang umum. Menggunakan Naga Trinity ibarat membeli tiga gaming mouse yang berbeda.

Razer Naga Trinity

Soal performa, Naga Trinity didukung oleh sensor optik 5G dengan resolusi maksimum 16.000 DPI. Desainnya secara keseluruhan tidak jauh berbeda dari pendahulunya, masih menganut gaya ergonomis yang dirancang untuk memanjakan tangan kanan pengguna.

Razer Tartarus V2 / Razer
Razer Tartarus V2 / Razer

Dalam kesempatan yang sama, Razer juga mengumumkan Tartarus V2, sebuah gaming keypad dengan total 32 tombol – lebih banyak dari generasi sebelumnya yang cuma 25 tombol – yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Masing-masing tombolnya mengemas switch tipe hybrid Mecha-Membrane rancangan Razer sendiri.

Sebuah palm rest yang empuk di bagian bawahnya dimaksudkan agar tangan pengguna tidak cepat lelah dalam sesi gaming yang cukup lama. Tentu saja, mengingat kita sudah menginjak tahun 2017, pencahayaan RGB sudah menjadi fitur standar yang tidak boleh terlewatkan.

Razer Tartarus V2 dan Naga Trinity

Baik Razer Naga Trinity dan Tartarus V2 saat ini sudah dipasarkan masing-masing seharga $100 dan $80. Keduanya tentu saja bisa menjadi amunisi baru yang signifikan buat para pemain game MOBA ataupun MMO.

Sumber: Razer.

Razer Luncurkan Peripheral Bertema Overwatch, Tepatnya yang Terinspirasi Karakter D.Va

Anda yang bermain Overwatch pastinya sudah tidak asing dengan karakter bernama D.Va. Karakter bernama asli Hana Song ini merupakan salah satu yang paling unik, bukan semata karena ia merupakan satu-satunya yang menunggang sebuah robot, tapi juga karena latar belakangnya yang tidak umum.

Di saat sejumlah karakter lainnya merupakan veteran perang atau pahlawan lokal, perempuan berusia 19 tahun dan berdarah Korea ini adalah seorang gamer profesional sekaligus juara turnamen StarCraft. Reflek dan instingnya sebagai gamer dinilai sangat ideal untuk mengoperasikan robot militer bernama MEKA yang dirancang untuk menahan invasi para Omnic.

Robot tunggangannya yang berwarna pink memang sudah sangat mencolok, tapi hal lain yang tak kalah menarik perhatian dan hampir selalu ada bersama D.Va setiap saat adalah sebuah gaming headset. Tidak lama lagi, kita rupanya juga bisa memiliki headset keren seperti kepunyaan D.Va ini.

Razer MEKA headset

Adalah Razer yang berjasa merealisasikan produk tersebut menjadi kenyataan. Dijuluki Razer MEKA, desainnya sengaja dibuat semirip mungkin dengan yang D.Va kenakan dalam game, lengkap dengan aksen warna pink, hijau dan kuning di atas penampilan serba hitamnya.

Razer belum merincikan spesifikasinya seperti apa, atau kemungkinan adanya fitur khusus ketika headset ini dipakai memainkan D.Va dalam Overwatch. Yang pasti headset ini bukan sebatas elemen pelengkap cosplay, tapi merupakan perangkat yang fungsional.

D.Va Razer peripherals

Bersamaan dengan itu, Razer turut berkolaborasi dengan Blizzard untuk merilis peripheral bertema D.Va lainnya, yakni mouse Razer Abyssus Elite dan mousepad Razer Goliathus. Keduanya ini sudah bisa dibeli sekarang, masing-masing seharga $60 dan $20.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai harga maupun ketersediaan untuk Razer MEKA. Yang ada hanyalah video teaser penggugah perhatian berikut ini.

Sumber: Polygon dan Razer.

Headset Razer Electra V2 Sajikan Virtual Surround 7.1 dalam Harga yang Terjangkau

Selain meluncurkan webcam dan mikrofon untuk streamer, Razer juga memperkenalkan headset gaming baru bernama Electra V2. Misi yang ingin dituju Razer lewat Electra V2 adalah menghadirkan fitur-fitur yang biasa dijumpai pada headset premium ke lebih banyak kalangan, alias dalam harga yang terjangkau.

Utamanya adalah fitur virtual surround 7.1 guna menambah sensasi immersive. Anda tentu tidak boleh membandingkan kinerja surround-nya ini dengan Razer Tiamat 7.1 V2, sebab selain harganya berkali lipat lebih mahal, headset tersebut juga mengemas total 10 driver – Electra V2 cuma punya sepasang driver Neodymium berdiameter 40 mm.

Razer Electra V2

Fitur lain yang juga dipinjam dari headset premium adalah mikrofon yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, sehingga Electra V2 bisa juga dijadikan headphone standar untuk menikmati musik.

Dibandingkan pendahulunya, Razer bilang kalau Electra V2 mengusung material yang lebih kokoh dan nyaman. Rangkanya terbuat dari bahan aluminium, sehingga perangkat secara keseluruhan masih terasa ringan di angka 278 gram.

Razer Electra V2

Headband-nya mengadopsi tipe suspender yang serupa seperti Tiamat 7.1 V2, yang terinspirasi oleh SteelSeries Siberia V2. Model seperti ini sejatinya memungkinkan headset untuk tetap terasa nyaman di beragam ukuran kepala, dan dalam durasi yang cukup lama.

Namun yang paling penting, semua ini bisa dinikmati hanya dengan bermodalkan $60 saja. Pemasaran Razer Electra V2 sudah dimulai sekarang, dan Razer rupanya turut menawarkan varian lain yang menggunakan sambungan USB (dioptimalkan untuk PC) seharga $70.

Sumber: Razer.

Sennheiser GSX 1000 Adalah Amplifier Khusus untuk Gaming

Bukan rahasia apabila Sennheiser dicintai kalangan audiophile, tapi di saat yang sama mereka juga menawarkan sejumlah gaming headset berkualitas. Selain headset, pabrikan asal Jerman itu rupanya juga memiliki amplifier yang diciptakan khusus untuk gaming.

Dinamai Sennheiser GSX 1000, ia merupakan sebuah amplifier USB eksternal yang menjanjikan pengalaman audio virtual surround 7.1. Kehadiran berbagai preset, mulai dari Cinematic Gaming sampai Esport, memastikan ia dapat memenuhi beragam kebutuhan konsumen.

Sennheiser GSX 1000

Audio dalam game tidak harus yang kedengaran paling nyata, terutama ketika berhadapan dengan game kompetitif. Menggunakan preset Esport di game bertipe shooter misalnya, pengguna dapat mengetahui dari mana sumber suara tembakan berasal, sehingga pada akhirnya bisa bereaksi dengan lebih sigap.

Meski fokusnya pada gaming, GSX 1000 masih cukup ideal untuk sesi menikmati musik berkat DAC (digital to analog converter) terintegrasinya. Yang unik dari GSX 1000 adalah premis desain binaural, yang berarti suara untuk setiap channel stereo akan diolah secara terpisah.

Sennheiser GSX 1000

Secara desain, GSX 1000 tampak cukup atraktif sekaligus fungsional. Tepat di tengahnya merupakan layar LED berbekal panel sentuh kapasitif yang akan menyala ketika tangan pengguna mendekat, dan cincin aluminium yang mengitarinya merupakan kenop volume.

GSX 1000 memiliki tiga macam input: speaker, headphone dan mikrofon, lalu di sisi kanannya ada sebuah kenop kecil untuk mengatur volume mikrofon tersebut. Ia menyambung ke PC atau Mac via USB.

Secara keseluruhan, Sennheiser GSX 1000 terkesan sebagai solusi yang lebih praktis ketimbang sebuah sound card. Namun kepraktisan itu pastinya harus ditebus dengan harga yang lebih mahal, tepatnya $230.

Sumber: VentureBeat.

Mouse Razer Basilisk Datang dengan Tombol Berjenis Clutch yang Bisa Diprogram

Razer belum lama ini memperkenalkan sebuah mouse gaming yang cukup menarik di ajang IFA 2017. Mouse bernama Razer Basilisk ini ditujukan untuk gamer FPS (first-person shooter) macam Overwatch, dengan fitur andalan berupa programmable clutch.

Clutch ini berbeda dari tombol biasa. Sesuai makna harfiahnya, cara kerjanya mirip kopling pada kendaraan bermotor: pengguna bisa menekan dan menahannya untuk mengaktifkan fungsi tertentu, lalu melepasnya untuk berhenti.

Razer Basilisk

Secara default, fungsinya adalah untuk menurunkan DPI (sensitivitas) mouse untuk sementara selama clutch ditekan dan ditahan. Itulah mengapa Razer memasarkannya sebagai mouse FPS, sebab fungsi ini akan sangat membantu ketika pemain sedang membidik menggunakan sniper, yang kita tahu membutuhkan tingkat presisi lebih tinggi dari biasanya.

Namun tentu saja Razer juga mempersilakan pengguna memprogramnya untuk fungsi lain lewat software pendamping Razer Synapse. Contoh lain yang paling umum adalah untuk mengaktifkan push-to-talk; tekan dan tahan tombol clutch untuk berbicara dengan rekan setim, lepas untuk berhenti.

Razer menyertakan tombol clutch dalam dua ukuran, panjang atau pendek. Namun andai pengguna tidak suka dengan konsepnya, mereka dapat melepas clutch tersebut dan menggantinya dengan penutup berbahan karet – tapi lalu untuk apa membeli mouse ini?

Razer Basilisk

Secara total, Basilisk memiliki delapan tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan – bahkan resistensi scroll wheel-nya juga dapat disesuaikan melalui sebuah kenop di permukaan bawah mouse. Performanya ditunjang oleh sensor optik 5G dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sama persis seperti yang digunakan Razer DeathAdder Elite dan Lancehead.

Razer bakal memasarkan Basilisk mulai kuartal keempat tahun ini seharga $70, lagi-lagi sama seperti DeathAdder Elite.

Sumber: Razer.

Logitech Luncurkan Keyboard dan Mouse Gaming Wireless Baru

Produsen peripheral asal Swiss, Logitech, kembali hadir dengan keyboard dan mouse gaming baru yang sangat menarik. Keduanya sama-sama lupa terhadap eksistensi kabel, dan sebagai gantinya, mengandalkan teknologi transmisi sinyal Lightspeed yang diklaim amat responsif.

Logitech G613 Wireless Mechanical Gaming Keyboard

Jangan kaget melihat namanya, wireless dan mekanik sangat mungkin dikemas dalam satu paket idaman. Dua atribut ini saja sebenarnya sudah mampu menjadikan G613 sebagai keyboard gaming andalan banyak orang – apalagi yang kerjanya setiap hari banyak mengetik dan bermain game seperti saya.

Tidak mengejutkan dari Logitech, switch mekanik yang digunakan adalah switch Romer-G buatan mereka sendiri, yang diklaim bisa tahan sampai 70 juta kali klik. Desain G613 tergolong simpel dan tidak muluk-muluk, dengan sejumlah tombol multimedia di ujung kanan atas, serta enam tombol makro yang dapat diprogram sesuai kebutuhan di sisi paling kiri.

Logitech G613 Wireless Mechanical Keyboard

Satu sentuhan ekstra yang membuatnya makin menarik adalah palm rest. G613 mengandalkan sepasang baterai AA sebagai suplai dayanya, yang diperkirakan dapat bertahan hingga 18 bulan – sebuah indikator LED akan menyala ketika daya baterainya mulai menipis dan mencapai 15 persen.

Logitech memasarkan G613 seharga $150. Cukup mahal memang, akan tetapi wireless dan mekanik merupakan suatu kombinasi yang amat menarik untuk sebuah keyboard, dan ini juga berlaku bagi kalangan non-gamer. Di samping itu, teknologi Lightspeed yang digunakan memungkinkan G613 untuk tersambung ke perangkat lain via Bluetooth.

Logitech G603 Wireless Gaming Mouse

Logitech G603 Wireless Gaming Mouse

Sama seperti keyboard di atas, mouse ini juga mengadopsi gaya desain yang terbilang minimalis. Bentuknya tidak bisa dibilang ergonomis, tapi juga tidak tergolong ambidextrous mengingat ada lekukan menjorok ke dalam pada sisi kirinya, yang menjadi rumah untuk sepasang tombol makro.

Namun yang ingin ditekankan oleh Logitech lewat G603 – di samping teknologi Lightspeed tentunya – adalah penggunaan sensor optik baru bernama HERO, singkatan dari High Effieciency Rated Optical. Sensor yang dikembangkan oleh Logitech sendiri ini menawarkan keseimbangan antara performa dan efisiensi daya.

Logitech G613 + G603

Utamanya, pengguna dapat mengatur sensitivitas mouse sampai 12.000 DPI. Di saat yang sama, sepasang baterai AA bisa menyuplai daya sampai 500 jam non-stop. Tidak kalah menarik menurut saya adalah opsi untuk menggunakan satu baterai saja apabila pengguna merasa mouse terlampau berat.

G603 saat ini sudah dipasarkan seharga $70. Bersamaan dengan itu, Logitech juga mengumumkan aksesori pelengkap lain bernama G840 Extra-Large Mouse Pad, yang pada dasarnya merupakan sebuah mouse pad berukuran masif untuk mouse sekaligus keyboard seharga $50.

Sumber: Logitech.

Elgato Cam Link Ubah DSLR atau GoPro Jadi Webcam untuk Live Streaming

Anda ingin memulai kiprah sebagai broadcaster di Twitch, tapi bingung ketika dihadapkan dengan sederet pilihan webcam yang ada di pasaran, dan di saat yang sama Anda punya DSLR atau GoPro yang menggangur? Jangan khawatir, Elgato punya solusi yang sangat menarik buat Anda.

Mereka baru saja memperkenalkan produk bernama Cam Link. Perangkat ini pada prinsipnya merupakan dongle HDMI yang bertugas menyambungkan kamera apa saja (DSLR, mirrorless, camcorder, action cam) yang memiliki output HDMI ke port USB 3.0 milik laptop atau PC. Usai tersambung, kamera akan langsung terbaca sebagai webcam standar.

Dari situ pengguna bisa menyiarkan hasil rekaman videonya secara real-time dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps dan latency yang sangat minimal. Kompatibel dengan Windows dan macOS, Cam Link mendukung berbagai macam software, mulai dari bikinan Elgato sendiri, OBS sampai layanan seperti YouTube dan tentu saja, Twitch.

Elgato Cam Link

Mengingat Cam Link tersambung langsung ke komputer, semua video yang direkam pun akan langsung disimpan ke hard drive milik PC. Dengan begitu, pengguna tak perlu cemas memory card kameranya tiba-tiba penuh di saat sedang asyik menyiarkan sesi gaming-nya.

Elgato Cam Link saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Harganya memang setara webcam baru, tapi setidaknya kamera Anda jadi punya fungsi lain yang sebelumnya belum terbayangkan.

Sumber: Neowin.

Elgato Stream Deck Dirancang untuk Menjadi Pendamping Live Streamer Sejati

Live streaming sudah menjadi bagian penting dari gaming. Dan layaknya industri gaming yang ditopang oleh beragam peripheral yang spesifik, live streaming pun perlahan juga melahirkan kategori-kategori produk baru yang inovatif. Salah satu contohnya adalah besutan Elgato berikut ini.

Dinamai Elgato Stream Deck, perangkat ini sederhananya merupakan sebuah keyboard mini dengan 15 tombol yang semuanya dapat diprogram. Tujuannya tidak lain dari memberikan para streamer akses cepat ke berbagai fungsi dan fitur yang kerap mereka gunakan selama sesi live streaming.

Cara kerjanya tidak jauh berbeda dari tombol macro yang ada di keyboard maupun mouse gaming. Total ada sekitar 210 fungsi yang bisa diaktifkan oleh Stream Deck, dan semua ini tanpa melibatkan cara tradisional yang selama ini diandalkan oleh para streamer, yakni menghafalkan keyboard shortcut.

Pasalnya, di setiap tombol Stream Deck telah tertanam LCD yang bisa menampilkan berbagai macam icon. Streamer dapat memanfaatkannya untuk mengunggah Tweet, mengecek jumlah penonton di Twitch secara real-time, atau malah menempatkan GIF “thug lyfe” di atas tampilan wajahnya di video.

Stream Deck datang bersama sebuah dudukan yang bisa disesuaikan tingkat kemiringannya. Koneksinya mengandalkan USB 2.0 standar, sedangkan dimensinya berkisar 118 x 84 x 21 mm, dengan bobot sekitar 190 gram. Ia kompatibel baik dengan sistem operasi Windows 10 atau macOS 10.11 (atau yang lebih baru).

Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Mei mendatang dengan banderol sebesar $150. Kalau Anda aktif di dunia live streaming, saya yakin Anda bakal tertarik dengan Elgato Stream Deck setelah melihat videonya di bawah ini.

Sumber: Engadget dan Elgato.