LG Kembangkan Headset Virtual Reality Untuk Tandingi Vive dan Rift

Kompetisi virtual reality di kelas high-end diisi oleh dua brand besar: Oculus VR yang didukung penuh oleh Facebook versus HTC dengan sokongan teknologi SteamVR garapan Valve. Persaingan tersebut akan jadi tambah seru setelah satu raksasa elektronik asal Korea Selatan dikabarkan sedang menyiapkan head-mounted display VR premium sekelas Rift dan Vive.

LG Electonics punya agenda untuk memperkenalkan perangkat headset virtual reality baru, digarap secara kolaboratif bersama Valve Corporation. Seperti HTC Vive, LG mengerjakan bagian hardware-nya, sedangkan Valve bertanggung jawab di sisi perangkat lunak, khususnya fokus pada teknologi tracking SteamVR. Langkah ini menempatkan LG sebagai kompetitor langsung HTC dan juga Oculus VR.

Untuk sekarang, baik Valve maupun LG masih belum memberikan banyak informasi mengenai perangkat VR baru itu, termasuk spesifikasi hardware. Mereka hanya bilang, headset ini didesain buat menyuguhkan ‘pengalaman virtual reality generasi selanjutnya lewat konten berkualitas tinggi’. SteamVR sendiri berperan menjadi platform sekaligus solusi sistem tracking tiga dimensi bebas-royalti, diadopsi oleh LG setelah HTC memanfaatkannya lebih dulu.

Secara teknis, perangkat ini bukanlah headset VR pertama buatan LG. Di ajang MWC tahun lalu, sang produsen sempat menyingkap LG 360 VR, perangkat HMD yang dirancang untuk menyaingi Samsung Gear VR. Namun berbeda dari milik rivalnya itu, Anda tidak perlu memasangkan smartphone karena perangkat sudah menyimpan layar. Pengguna hanya perlu menyambungkannya ke handset LG G5 via USB type-C. Sayang sekali, banyak reviewer setuju performa 360 VR terbilang mengecewakan.

Khusus untuk headset barunya, LG berencana memamerkan dan mendemonstraikan kapabilitas versi purwarupanya di Game Developers Conference 2017 San Francisco yang dilangsungkan minggu ini – tepatnya di booth Valve. Doug Lombardi selaku perwakilan Valve bilang bahwa di ajang itu, LG akan bertemu dengan para developer buat mengumpulkan respons dan masukan, sebelum akhirnya headset dibawa ke tahap produksi.

Informasi mengenai harga, waktu rilis, dan lokasi peluncuran device akan diungkap di lain waktu. Satu hal yang sudah dikonfirmasi adalah, head-mounted display ini tersambung via kabel ke PC, tak jauh berbeda dari Vive.

Berita mengenai headset VR baru LG muncul tak lama setelah Sony memberitahukan mereka berhasil menjual lebih dari 900 ribu unit PlayStation VR, dan juga pengumuman Oculus VR soal kesuksesan penjualan Samsung Gear VR yang sudah melewati lima juta perangkat.

Sumber: Engadget, Polygon & TweakTown.

VR Headset Optoma Tak Perlu Kabel untuk Terhubung ke PC

Setelah bertahun-tahun memproduksi proyektor, Optoma mulai keluar dari zona nyamannya dengan menarget ranah virtual reality. Di ajang Game Developers Conference 2016 yang tengah dihelat di kota San Fransisco, mereka memperkenalkan VR headset perdananya.

Dibandingkan Oculus Rift dan HTC Vive, ada sesuatu yang unik dari VR headet besutan Optoma ini: ia tidak memerlukan kabel untuk terhubung ke PC. Koneksinya memanfaatkan sinyal nirkabel yang beroperasi di frekuensi 60 GHz, jauh lebih cepat dibandingkan Wi-Fi.

Hal ini membuat Optoma cukup percaya diri dengan mengklaim bahwa konten yang di-stream oleh VR headset-nya dapat berjalan mulus tanpa lag. Pun demikian, VR headset Optoma masih memerlukan aksesori terpisah berupa transmitter USB guna mengaktifkan fungsi head tracking.

Perihal spesifikasi, headset ini mengemas layar AMOLED 5,46 inci dengan resolusi 1920 x 1080 pixel dan sudut pandang seluas 90 derajat. Optoma mengembangkannya mengikuti standar OSVR yang digagaskan oleh Razer, yang berarti ia bakal kompatibel dengan konten-konten yang dirancang untuk platform tersebut.

Pendekatan yang diambil Optoma ini jelas berbeda dari headset Sulon Q yang juga nirkabel karena mengemas komponen komputer terintegrasi. Ia pun juga tidak sama dengan Samsung Gear VR atau Google Cardboard yang mengandalkan smartphone sebagai pengolah konten.

Sejauh ini belum ada informasi mendetail lebih lanjut mengenainya. Optoma pun sepertinya belum menemukan nama keren untuk headset ini selain Virtual Reality Head Mounted Display. Rencananya headset ini akan dirilis di tahun ini juga, namun belum ada kepastian tentang banderol harganya.

Sumber: PC World dan Wareable.

MyDream Swift Siap Mengubah Game Biasa Menjadi Optimal untuk Virtual Reality

Di ajang GDC 2016, Valve akan mendemonstrasikan SteamVR Desktop Theater Mode, yakni sebuah fitur dimana pengguna Oculus Rift atau HTC Vive nantinya bisa memainkan game apa saja yang tersimpan dalam library Steam-nya menggunakan VR headset masing-masing. Namun Valve rupanya tidak sendirian, developer MyDreamVR juga punya ide yang serupa.

Mereka mengumumkan aplikasi MyDream Swift yang punya fungsi sangat mirip, yakni mengubah game non-VR menjadi siap untuk dikonsumsi via sebuah VR headset. Swift terintegrasi dengan Steam, yang berarti semua game yang ada di dalam library dapat dioptimalkan untuk tampilan VR.

Kendati demikian, Swift agak sedikit berbeda karena lebih diprioritaskan untuk gamegame berjenis first-person shooter (FPS) dengan sudut pandang orang pertama. Soal kompatibilitas, Swift telah mendukung game dengan teknologi grafik DX9 maupun DX11, dan performa game dipastikan tidak akan menurun ketika dikonversi menjadi tampilan VR.

MyDream Swift

Hal lain yang unik dari Swift adalah fitur Cinema Mode, yang memungkinkan pengguna untuk meneruskan konten non-Steam (video misalnya) menuju ke VR headset. Jadi ketimbang menonton film memakai monitor, pengguna bisa menikmatinya langsung di depan mata memakai Oculus Rift atau HTC Vive.

Saat ini MyDreamVR telah menerima pre-order Swift seharga $30 lewat situs resminya, dan pengguna dipersilakan mengunduhnya mulai tanggal 28 Maret mendatang. Paket pembeliannya turut mencakup game MyDream VR seharga $20.

Sumber: TechCrunch.

Berkat SteamVR Desktop Theater Mode, Game PC Biasa Nantinya Bisa Dimainkan Menggunakan VR Headset

Salah satu alasan yang membuat orang-orang merasa skeptis terhadap virtual reality adalah, karena teknologinya masih baru, jumlah kontennya bisa dipastikan terbatas, sama seperti yang dialami oleh TV 4K. Memang anggapan ini ada benarnya, tapi toh para pemain di industri VR tidak akan tinggal diam.

Kalau di TV 4K kita bisa menonton video 1080p yang di-upscale resolusinya, apakah di ranah VR kita tak bisa memainkan game biasa menggunakan VR headset? Menurut Valve yang juga bertanggung jawab atas pengembangan headset HTC Vive, jawabannya bisa. Belum lama ini, mereka mengumumkan adanya fitur SteamVR Desktop Theater Mode.

Fitur ini pada dasarnya memungkinkan gamegame PC biasa untuk dimainkan menggunakan VR headset yang kompatibel dengan platform SteamVR – sejauh ini baru HTC Vive dan Oculus Rift. Jadi ketimbang melihat tampilan game di monitor, pengguna bisa langsung ‘menjelajahi’ dunia virtual tersebut.

SteamVR Desktop Theater Mode sebenarnya sudah dicanangkan oleh Valve jauh sebelum ada desas-desus soal HTC Vive. Kini teknologinya sepertinya sudah siap untuk didemonstrasikan di hadapan pengunjung acara Game Developers Conference 2016 pekan depan.

Saat nanti fitur ini sudah dirilis, pengguna Oculus Rift maupun HTC Vive bisa memainkan seluruh game yang terdapat pada library Steam-nya masing-masing dalam mode VR. Saya pun langsung membayangkan betapa asyiknya mengeksplorasi Commonwealth di game Fallout 4 menggunakan Oculus Rift.

Sumber berita dan gambar: Road to VR.

Panitia GDC 2015 Umumkan Nominasi Game Terbaik 2014, Siapakah Pemenangnya?

Dimulai sejak 1998, Game Developers Conference ialah ajang pertemuan developer terbesar di Bumi serta tempat menilik evolusi industri gaming. Tahun ini, GDC akan kembali dilangsungkan di bulan Maret, tanggal 2 sampai 6. Dan demi mengapresiasi rekan-rekan sejawatnya, panitia mempunyai daftar permainan terbaik di 2014 berdasarkan penilaian mereka sendiri. Continue reading Panitia GDC 2015 Umumkan Nominasi Game Terbaik 2014, Siapakah Pemenangnya?

Setelah Perjalanan Panjang, Valve Merampungkan Desain Akhir Steam Controller

Melalui trinitas SteamOS, Steam Machines dan Steam Controller, setidaknya Valve mempunyai tiga impian: membawa PC gaming ke ruang keluarga, menciptakan sistem operasi terbuka, serta membuat sistem kendali alternatif keyboard dan mouse. Tapi bagian terakhir itu ternyata cukup rumit, dan beberapa kali Valve mencoba desain berbeda demi mencari yang terbaik. Continue reading Setelah Perjalanan Panjang, Valve Merampungkan Desain Akhir Steam Controller