Startup Agritech “Glife” Perkuat Pasar di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan 45 Miliar Rupiah

Startup agritech asal Singapura, Glife Technologies, siap memperkuat pasarnya di Indonesia usai mendapat pendanaan seri A1 sebesar $3 juta atau setara 45 miliar Rupiah dari Tin Men Capital. Pendanaan ini juga akan digunakan untuk berinvestasi pada infrastruktur teknologi untuk supply chain.

Ini merupakan putaran lanjutan dari pendanaan seri A sebesar $4,96 juta yang diperoleh Glife pada November 2021, serta pendanaan setelahnya sebesar $2,9 juta oleh investor terdahulu di Mei 2022. Dengan tambahan ini, Glife telah mengumpulkan total pendanaan sebesar $13 juta untuk mendukung operasional di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Adapun, Tin Men Capital bergabung dengan investor terdahulu Glife, yakni Heliconia Capital yang merupakan anak usaha investasi milik Temasek Holdings, serta Hibiscus Fund, dana kelolaan milik RHL Ventures (Malaysia) dan KB Investments (Korea Selatan).

Dalam keterangan resminya, Co-founder & Deputy CEO Glife Technologies Caleb Wu mengungkap, pendanaan ini telah menandai keyakinan investor terhadap model bisnis Glife dalam memenuhi pasokan pangan dengan memberdayakan petani dan teknologi di kawasan Asia Tenggara.

“Kami ingin terus meningkatkan efisiensi dan transparansi pada rantai pasokan pangan, serta mengembangkan solusi yang dapat memajukan petani-petani kecil di kawasan ini. Pendanaan ini akan memperkuat solusi dan mengakselerasi visi kami dalam membangun masa depan pangan,” tutur Wu.

Sementara Co-founder Tin Men Capital Murli Ravi menambahkan, “Pandemi telah berdampak terhadap rantai pasokan  hingga ke konsumen, dan pemodal ventura harus mendukung upaya pelaku industri untuk merangkul inovasi dan mengintegrasikan tujuan ini. Rekam jejak Glife sejalan dengan misi Tin Men untuk membawa teknologi pada industri yang belum terdigitaliasi dan dampak positif bagi masyarakat dalam jangka panjang,” jelasnya.

Pasar Indonesia

Berdiri di 2018, Glife menawarkan solusi B2B yang terintegrasi secara vertikal bagi ekosistem pangan di Asia Tenggara. Dalam empat tahun terakhir sejak berdiri, mereka mengaku mengantongi pertumbuhan hingga 30x lipat. Glife kini melayani 2.500 klien di industri HORECA dan 1000 petani di Asia Tenggara.

Dengan berkembangnya digitalisasi pada rantai pasokan makanan di kawasan ini, Glife berencana untuk meluncurkan marketplace bagi merchant dan supplier F&B di kuartal IV 2022. Caleb menyebutkan bahwa pihaknya membidik pertumbuhan pangsa besar di pasar Indonesia.

Adapun, marketplace untuk B2B ini akan mengagregat permintaan kebutuhan pasokan makanan dari restoran dan menyocokannya dengan ketersediaan supplier. Dengan demikian, pemilik restoran punya akses dan harga lebih baik terhadap berbagai variasi produk. Selain itu, pihaknya juga akan memperkuat infrastruktur teknologi sebagai fondasi dari solusi digital supply chain secara end-to-end yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan bagi ekosistem F&B.

Agrikultur dan pangan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi dan GDP di Asia Tenggara. Di Indonesia saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian menyumbang PDB sebesar Rp2,25 kuadraliun di sepanjang 2021 atau mewakili 13,28% dari total PDB nasional. Sektor ini mencakup pertanian, peternakan, kehutanan, hingga perikanan. 

Para pelaku startup agritech di tanah air berupaya untuk mengatasi sejumlah tantangan utama yang kerap dialami petani kecil, seperti gagal panen, tidak adanya modal usaha, atau keterbatasan akses untuk menjual hasil panennya. Mereka berupaya menawarkan solusi yang dapat membantu petani dari hulu ke hilir, seperti membantu mengolah, mendistribusikan hasil panen, hingga memfasilitasi pinjaman usaha. 

Startup Asal Singapura “Glife Technologies” Ekspansi ke Indonesia Lewat Akuisisi PanenID

Startup food tech  yang berkantor pusat di Singapura, Glife Technologies, mengumumkan telah mengakuisisi penuh PanenID (Indonesia) dan Yolek (Malaysia). Kedua akuisisi ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk masuk ke Indonesia dan Malaysia pasca mengantongi pendanaan seri A pada November 2021.

Putaran ini bernilai S$11 juta ($8 juta) yang dipimpin oleh Heliconia Capital, anak perusahaan investasi yang dimiliki sepenuhnya oleh Temasek. Hibiscus Fund dana VC yang dikelola oleh RHL Ventures Malaysia dan KB Investment juga berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Tidak disebutkan nominal transaksi dalam akuisisi ini. Namun bisa dipastikan, Glife menjadi pemegang saham tunggal terbesar di PanenID dan Yolek.

PanenID merupakan startup farm-to-table berbasis di Bali yang secara langsung menghubungkan hotel dan restoran dengan petani. Didirikan pada tahun 2017, PanenID mengkhususkan diri dalam manajemen rantai pasokan untuk pertanian berkelanjutan. Perusahaan mempelopori perdagangan yang adil untuk lebih dari 120 petani kecil di wilayah ini, yang secara langsung menghubungkan mereka dengan pelanggan akhir, restoran, dan hotel di Jakarta dan Bali.

Sementara Yolek adalah distributor B2B untuk produk kering, bebas daging beku dan produk nabati yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam industri distribusi makanan grosir, Yolek Vege Mart melayani lebih dari 600 pedagang di seluruh industri F&B yang mencakup pengecer makanan vegetarian dan organik, grosir dan bisnis HORECA di Klang Valley.

Sejumlah startup lokal juga tengah mengupayakan solusi supply chain produk pertanian ke segmen bisnis, di antaranya Tanihub, Agriaku, Eratani dan lain-lain. Bahkan karena besarnya potensi di B2B ini, Tanihub tahun lalu memilih untuk fokus ke segmen ini dan menutup model B2C yang sebelumnya turut dijalankan.

Ingin merevolusi rantai pangan pertanian

Co-founder & Deputy CEO Glife Caleb Wu menuturkan, misi utama perusahaan adalah merevolusi rantai pangan pertanian dengan meningkatkan efisiensi dalam prosesnya melalui adopsi teknologi yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara petani, pemasok, dan penjual. Menurutnya, baik Indonesia dan Malaysia adalah komunitas yang dinamis dalam bidang pangan dan pertanian. Perusahaan menyadari potensi besar untuk memanfaatkan pasar pertanian yang besar.

“Kemitraan strategis akan memungkinkan kami menghadirkan solusi teknologi terbaik Glife di luar batas Singapura dan kami sangat bersemangat untuk terhubung dengan lebih banyak petani dan restoran di kawasan ini. PanenID dan Yolek adalah mitra berharga dalam perjalanan kami, memanfaatkan pengetahuan lokal mereka untuk menjembatani kesenjangan dalam rantai nilai makanan dan memperkuat jaringan regional kami.”

Didirikan sejak 2018, Glife mendedikasikan diri untuk mengangkat petani, pemasok, dan pedagang di industri makanan dan pertanian karena bercita-cita untuk memberi makan Asia Tenggara secara berkelanjutan. Sebagai penyedia solusi layanan makanan yang terintegrasi secara vertikal, Glife memperluas layanannya pada 2021 dengan menyediakan berbagai teknologi digital restoran untuk merchant di industri HORECA.

Menurut Wu, kemitraan dengan kedua perusahaan ini nantinya akan mengimplementasikan GlifeWare, solusi Enterprise Resource Planning (ERP) yang dikembangkan internal di PanenID dan Yolek. Solusi ERP ini secara khusus bertujuan untuk meningkatkan layanan ujung ke ujung di seluruh rantai pasokan makanan termasuk Manajemen & Proses Pesanan, Sistem Manajemen Gudang, dan Sistem Manajemen Transportasi.

Keberhasilan implementasi GlifeWare di PanenID dan Yolek diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional sebesar 30% – 50%, diukur dari operasionalnya kapasitas dan tingkat pemenuhan. Terhitung, Glife telah melayani lebih dari 1000 petani dan lebih dari 900 pedagang di Singapura.

CEO PanenID Johannes Dwi Cahyo mengatakan, pihaknya menyambut dengan antusias atas bergabungnya perusahaan di Glife. Menurutnya, Glife memahami kebutuhan industri rantai pasokan makanan dan memiliki bertujuan untuk menjembatani kesenjangan di atasnya. “Dengan platform teknologi yang kuat dari Glife, kami sangat senang melihat bagaimana hal itu akan meningkatkan operasional secara signifikan dan efisiensi bagi PanenID untuk memenuhi kebutuhan produk dan bahan makanan hotel dan restoran,” kata Johannes.

Direktur Yolek Desmond Tan turut menambahkan, “Perangkat lunak inovatif  Glife dikombinasikan dengan pengalaman dan pengetahuan lokal kami sebagai distributor HORECA lebih dari 30 tahun di bidang distribusi makanan nabati dan ritel, telah menciptakan landasan yang kokoh untuk menumbuhkan kemitraan ini. Kami sangat senang dengan peluang pertumbuhan Yolek yang akan muncul dari adopsi solusi digital dalam industri yang konvensional ini.”

Untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan ke depannya, Glife akan melanjutkan rencana ekspansi di kawasan Asia Tenggara dan secara bersamaan bergerak menuju putaran penggalangan dana Seri B yang dijadwalkan berlangsung pada paruh kedua tahun 2022.