Laporan LD FEB UI: Tahun 2018 Mitra Gojek Berkontribusi 44 Triliun Rupiah untuk Perekonomian Indonesia

Berawal dari layanan ride-hailing, Gojek kini bertransformasi menjadi aplikasi untuk pembayaran, pengiriman barang hingga pemesanan berbagai kebutuhan. Bukan hanya mengajak lebih banyak masyarakat mengadopsi teknologi, Gojek juga sudah memudahkan pelaku UKM mempromosikan dan menjual produk secara cepat dan lebih mudah.

Untuk melihat peranan dan efek yang ditimbulkan oleh Gojek kepada mitra hingga pelaku UKM di Indonesia, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbarunya yang bertajuk “Dampak Gojek terhadap Perekonomian Indonesia pada Tahun 2018”. Hasil Riset LD FEB UI ini menemukan kontribusi mitra Gojek dari empat layanan, yaitu layanan Go-Ride, Go-Car, dan Go-Food kepada perekonomian Indonesia mencapai 44,2 triliun Rupiah.

“Secara langsung Gojek sudah memudahkan pelaku UKM secara khusus untuk meningkatkan penjualan memanfaatkan aplikasi. Mulai dari pemesanan hingga pembayaran non-tunai,” kata Wakil Kepala LD FEB UI Paksi Walandouw.

Meningkatkan taraf hidup mitra

Survei yang dilakukan oleh LD FEB UI mengacu kepada total sampel sebanyak 6 ribu lebih responden yang terdiri dari 3886 mitra Go-Ride, 1010 mitra Go-Car, 1000 mitra Go-Resto dan 836 gabungan dari mitra Go-Life dan Go-Clean. Wilayah survei yang dilakukan oleh LD FEB UI untuk semua mitra kecuali mitra Go-Life berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar dan Palembang.

Sebagai layanan yang menjadi pembuka jalan bagi layanan lainnya, Go-Ride telah memberikan kontribusi sebesar 16,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia pada 2018. Untuk mitra yang bergabung rata-rata sebelumnya memiliki penghasilan sekitar 1 juta Rupiah, setelah bergabung menjadi mitra Gojek mengalami peningkatan hingga 6 juta Rupiah. LD FEB UI mencatat penghasilan rata-rata mitra Go-Ride di Jabodetabek adalah 4,9 juta Rupiah. Sementara mereka yang tinggal di luar Jabodetabek 3,8 juta Rupiah.

Hal serupa juga terjadi dengan mitra Go-Car, yang kebanyakan memiliki latar belakang lebih tinggi dari mitra ride-hailing roda dua Gojek. Penghasilan mitra Go-Car berkontribusi 8,5 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018.

Secara demografi LD FEB UI mencatat, 66% mitra pengemudi berusia 21-40 tahun. Sebanyak 71% mitra pengemudi memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah, 43% mitra pengemudi sebelumnya pernah bekerja menjadi karyawan swasta dan 90% mitra pengemudi memiliki tanggungan. Setelah bergabung menjadi mitra Gojek, penghasilan rata-rata mereka meningkat menjadi 42%. Sementara pengeluaran rata-rata mitra pengemudi meningkat 32% setelah bergabung menjadi mitra Gojek.

Membantu mitra mengadopsi teknologi

Sementara itu untuk layanan yang saat ini makin digemari oleh pengguna dan terpisah dari aplikasi induk di Gojek yaitu Go-Life, sudah memberikan kontribusi sekitar 1,2 triliun Rupiah per tahun ke perekonomian Indonesia di tahun 2018. LD FEB UI juga mencatat meskipun masih terbatas di beberapa wilayah, Go-Life juga didominasi oleh mitra yang 95% berasal dari kalangan perempuan, sangat relevan dengan beberapa layanan yang ditawarkan oleh Go-Life.

Setelah bergabung menjadi mitra Go-Life LD FEB UI mencatat, penghasilan rata-rata meningkat menjadi 72%. Sementara pengeluaran mitra meningkat 19% setelah bergabung menjadi mitra Go-Life. Omzet mitra UKM Go-Food berkontribusi 18 triliun RUpiah per tahun. Para mitra yang bergabung bisa mendapatkan keuntungan sekitar 15 juta Rupiah.

Yang menjadi fokus utama dari LD FEB UI adalah bagaimana Gojek sudah membantu pelaku UKM khususnya industri kuliner untuk memasarkan, mempromosikan hingga melakukan transaksi secara online. Bukan hanya menambah jumlah pelanggan lebih luas lagi jangkauannya, Gojek juga sudah mengajarkan pelaku UKM dan pengguna untuk melakukan transaksi secara non-tunai.

Sebanyak 75% responden UKM juga telah menerapkan pembayaran non-tunai setelah menjadi mitra dari Go-Food. Sementara itu 93% mitra UKM langsung go online dengan alasan menjadi mitra dari Go-Food. LD FEB UI juga mencatat, 72% mitra UKM klasifikasi “usaha mikro” dengan omzet 300 juta Rupiah per tahun.

Teknologi dinilai telah membantu pelaku UKM membuka jaringan dan menambah jumlah pelanggan. LD FEB UI mencatat 90% mitra bergabung dengan Go-Food untuk meningkatkan pemasaran, 78,5% mitra bergabung untuk mengadopsi perkembangan teknologi.

Application Information Will Show Up Here

Riset FEB UI: Go-Jek Sumbang Rp9,9 Triliun untuk Ekonomi Indonesia

Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan Go-Jek telah berkontribusi sebesar Rp9,9 triliun per tahun untuk perekenomian Indonesia. Angka ini bila dijabarkan berasal dari kontribusi penghasilan mitra pengemudi Go-Jek sebesar Rp8,2 triliun dan mitra UMKM untuk Go-Food sebesar Rp1,7 triliun.

Secara bulanan diperkirakan mitra pengemudi memberikan tambahan Rp682,6 miliar sejak mereka bergabung dengan Go-Jek. Bagi mitra pengemudi, penambahan tersebut selaras dengan peningkatan pendapatan sebesar 44% yang dirasakan mitra.

Dipaparkan lebih jauh, pendapatan rata-rata mitra pengemudi mencapai Rp3,31 juta dalam sebulannya. Sedangkan untuk mitra pengemudi penuh waktu sebesar Rp3,48 juta atau 1,25 kali lebih besar dari rata-rata upah minimum kota di 9 wilayah survei sebesar Rp2,8 juta.

“Mitra pengemudi merasa bahwa kualitas hidupnya lebih baik (80%) dan jauh lebih baik (10%) setelah bergabung dengan Go-Jek,” terang Peneliti LD FEB UI Paksi C.K Walandaow, Kamis (22/3).

Paksi melanjutkan dari penghasilan yang diperoleh mitra, mereka merasa puas (70%) dan sangat puas (16%). Mereka juga merasa puas (74%) dan sangat puas (23%) dengan fleksibilitas yang didapat. Berkat hubungan kemitraan dengan Go-Jek, mitra juga merasa diuntungkan (47%) dan sangat diuntungkan (5%).

Bila dilihat dari dampak sosial lainnya seperti penekanan jumlah pengangguran, disebutkan bahwa sebanyak 15% mitra pengemudi yang bergabung sebelumnya tidak memiliki pekerjaan.

Dari demografi lainnya, mitra pengemudi yang berasal dari lulusan SMA (75%), perguruan tinggi (15%), usia produktif 20-39 tahun (77%). Lalu, berstatus kerja penuh waktu (65%) dan memiliki tanggungan dua orang atau lebih (78%).

“Dengan fleksibilitas waktu yang ditawarkan Go-Jek, mereka bisa berkumpul dengan keluarga dan memanfaatkan waktu lainnya untuk melakukan hal lainnya.”

Penjabaran untuk mitra UMKM dan konsumen

Go-Jek ingin merajai sektor on-demand di Asia Tenggara / Go-Jek
Go-Jek ingin merajai sektor on-demand di Asia Tenggara / Go-Jek

Bagi mitra UMKM, diperkirakan ada penambahan ekonomi nasional sebesar Rp138,6 miliar per bulannya. Sebanyak 76% mitra UMKM mengaku tidak melayani pengiriman pesan antar, dan 70% mitra UMKM terjun go online karena Go-Jek.

Dijabarkan produk Go-Jek yakni Go-Food membantu meningkatkan kesempatan usaha bagi mitra UMKM yang baru berdiri (57% baru memulai usaha di tahun 2016/2017). Dari segi peningkatan bisnis, 82% mitra UMKM mengaku dapat beroperasi lebih efisien dan mendapatkan pangsa pasar lebih besar dan 30% pengurangan biaya mitra UMKM. Sebanyak 43% mitra UMKM mengaku mengalami kenaikan omzet pasca bergabung dengan Go-Jek.

Mereka juga merasa setelah bergabung, 30% merasa diuntungkan dengan menjadi mitra dan 64% merasa diposisikan setara.

“Go-Jek membuka akses pasar, ini paling penting untuk UMKM. Sebab salah satu masalah UMKM adalah akses pasar.”

Di sisi lain bagi konsumen, sebanyak 89% konsumen menyatakan bahwa Go-Jek telah memberikan dampak yang agak baik s.d sangat baik bagi masyarakat secara umum. 78% konsumen merasa jika Go-Jek berhenti beroperasi akan membawa dampak agak buruk s.d sangat buruk bagi masyarakat.

Berdasarkan skala usia konsumen Go-Jek didominasi oleh masyarakat di usia produktif (77% usia 20-39 tahun), berpendidikan tingkat SMA ke atas (96%), dan berasal dari kelas menengah dan menengah ke bawah (rata-rata pengeluaran per bulan Rp2,55 juta), dan 68% konsumen adalah perempuan.

Metode riset

Kepala LD FEB UI Turro S. Wongkaren menuturkan Go-Jek menjadi pihak sponsor yang turut berpartisipasi dalam riset ini. Perusahaan tersebut bertindak sebagai sumber data responden yang bisa ditelusuri lebih dalam oleh tim LD FEB UI. Hanya saja, diklaim Go-Jek tetap netral terhadap hasil akhirnya, meski jika hasilnya negatif.

“Dalam menyelenggarakan riset apapun, kami butuh sumber data makanya harus bekerja sama. Kami sumbang tenaga, pikiran, dan sumber daya, sedangkan Go-Jek bertindak sebagai sumber data. Independensi tetap kami jaga, di awal kesepakatan sudah diterangkan apapun hasil akhirnya harus tetap diterima,” ujar Turro.

Dia menerangkan riset ini dilakukan sepanjang Oktober-Desember 2017 terhadap 3.315 mitra pengemudi yang bekerja selama 10 jam per harinya, 806 mitra UMKM, dan 3.465 konsumen. Lokasinya terbagi jadi 9 wilayah, yaitu Bandung, Bali, Balikpapan, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, dan Surabaya.

Di setiap wilayah hanya diambil sampel 330 mitra pengemudi, 80 mitra UMKM, 340 konsumen yang aktif dalam satu bulan terakhir. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan wawancara tatap muka yang menggunakan metode sampling pencuplikan acak murni dengan margin of error +/-5%.

“Kami sangat konservatif dalam mengambil sampel, makanya kami pakai rentang tengah tidak mengambil rentang atas ataupun bawah. Masih banyak sebenarnya yang bisa kita gali selain dampak ekonomi dan sosialnya, misalnya dampak negatif dari kehadiran Go-Jek bagi bisnis konvensional. Tapi terbentur karena tidak ada data yang valid untuk sumbernya,” pungkasnya.

GO-JEK Lanjutkan Ekspansi ke 25 Kota Baru

Belum lama ini GO-JEK mengumumkan ekspansi ke 25 lima kota baru di beberapa kawasan Indonesia. Ekspansi ini menjadikan GO-JEK menjadi layanan on-demand dengan jangkauan terluas di Indonesia, yakni telah merangkum 50 area kota.

Seperti langkah ekspansi pada umumnya, layanan GO-JEK yang bisa dipesan di area baru tersebut meliputi GO-RIDE dan layanan yang bisa diakomodasi pengojek lainnya, termasuk GO-FOOD, GO-SEND, G0-MART, dan GO-SHOP. Tentu layanan GO-PAY juga tak luput langsung bisa digunakan ke seluruh area ekspansi terbaru GO-JEK.

Ekspansi kali ini meliputi area Banda Aceh, Banyuwangi, Belitung, Bukittinggi, Cilacap, Cirebon, Garut, Jember, Karawang, Kediri, Madiun, Madura, Magelang, Mojokerto, Pasuruan, Pekalongan, Pematang Siantar, Probolinggo, Purwakarta, Purwokerto, Salatiga, Serang, Sumedang, Tasikmalaya, dan Tegal.

Application Information Will Show Up Here

Taksi Blue Bird Kini Bisa Dipesan Melalui Aplikasi GO-JEK (Updated)

Setelah diumumkan sejak pertengahan tahun 2016 terkait kerja sama GO-JEK dan Blue Bird, hari ini wujud kemitraan tersebut mulai dirilis. Aplikasi GO-JEK (khususnya di platform iOS) resmi mendapatkan pembaruan, salah satunya untuk memungkinkan pengguna GO-JEK di dapat memesan taksi Blue Bird melalui layanan GO-RIDE, termasuk menggunakan GO-PAY untuk melakukan pembayaran.

Taksi Blue Bird masuk dalam pilihan transportasi di GO-RIDE
Taksi Blue Bird masuk dalam pilihan transportasi di GO-RIDE

“Kami percaya layanan ini akan semakin mempermudah akses masyarakat dalam mendapatkan layanan transportasi yang berkualitas melalui multi access channel dari Blue Bird. Pelanggan dapat memberhentikan taksi di jalan, melalui pangkalan, aplikasi My Blue Bird, Call Center dan saat ini kami membuka akses melalui aplikasi GO-JEK,” ungkap Andre Djokosoetono selaku Direktur PT Blue Bird.

Kedua belah pihak sebelumnya menyatakan, dalam kerja sama yang akan dilangsungkan ada tiga aspek yang akan digarap, yakni aspek teknologi, sistem pembayaran dan kanal promosi. Berlakunya kerja sama ini turut menjadi angin segar, setelah sebelumnya di awal kemunculan layanan ride-sharing, pemain seperti Blue Bird gencar melakukan penolakan.

“Kami percaya kolaborasi antara GO-JEK dan Blue Bird ini akan membuat masyarakat semakin mudah mendapatkan layanan transportasi roda empat yang aman dan nyaman.  Kolaborasi ini juga akan menambah armada GO-CAR yang ada di Jakarta,” ujar CEO GO-JEK Nadiem Makarim dalam rilisnya.

Blue Bird sendiri sebenarnya juga telah memiliki aplikasi pemesanan layanan, My Blue Bird. Beberapa waktu terakhir pihaknya juga gencar melakukan pembaruan dan improvisasi untuk dapat bersaing dengan layanan pemesan online lainnya.

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya Direktur Operasional Online BlueBird Sigit Djokosoetono, bahwa perluasan kanal pemesanan taksi memang menjadi strategi bisnis yang sedang digencarkan. Salah satunya melalui kerja sama yang dilakukan bersama GO-JEK.

Hal tersebut dilandasi oleh data yang terekam oleh Blue Bird, pada pertengahan tahun lalu pemesanan taksi melalui aplikasi sudah mencapai 30% dari total keseluruhan. Artinya dengan membuka kanal, potensi perluasan jangkauan konsumen sangat mungkin terjadi.

“Kolaborasi ini juga menunjukkan bahwa Blue Bird akan terus berinovasi mengikuti perkembangan teknologi untuk melayani pelanggan dengan lebih baik lagi,” ujar Andre.

Di sisi pesaing, Uber dan Express Group menjelang akhir tahun lalu juga mengumumkan penjajakan kolaborasi dengan mengumumkan pilot program integrasi ride sharing dan program pembiayaan di Jakarta. Melalui kerja sama ini, mitra pengemudi Taksi Express bisa menggunakan layanan UberX untuk menerima pesanan. Dalam kerja sama tersebut, pengemudi Uber juga memiliki opsi mencicil kendaraan dari Express Group, tanpa atribut taksi atau branding, yang termasuk dalam program Vehicle Solutions Uber.

Sama halnya Blue Bird, Express pun sebenarnya juga sudah memiliki MyTrip sebagai official apps untuk pemesanan layanannya. Menurut Chief Operating Officer Express Group Benny Setiawan, secara garis besar misi Express Group bermitra dengan Uber adalah untuk meningkatkan utilisasi armada Express Group yang saat ini memiliki 11 ribu unit taksi di seluruh Indonesia.

Menjadi sebuah babak baru dalam industri transportasi darat tanah air. Ketika jasa ojek (secara umum) sudah memberikan sinyal penerimaan yang lebih baik dengan layanan digital, kini jasa taksi mulai menjajaki kemitraan yang lebih serius dengan penyedia sistem on-demand. Kemitraan ini diharapkan mampu menelurkan inovasi yang lebih baik untuk memberikan pelayanan transportasi publik yang lebih nyaman bagi masyarakat.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Pesan Go-Ride Kini Bisa Melalui LINE

Layanan pesan ojek berbasis aplikasi Go-Jek baru saja mengumumkan jalinan kerja sama dengan salah satu pemain terbesar instant messaging di Asia, LINE. Kerja sama ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pemesanan jasa Go-Ride melalui aplikasi LINE. Sistem tersebut dinyatakan dapat berjalan di semua kota yang telah memiliki layanan Go-Jek, yaitu Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Semarang, Medan, and Balikpapan.

Selain bisa digunakan untuk memesan ojek, melalui aplikasi LINE tersebut pengguna juga dapat melakukan berbagai aktivitas lain layaknya menggunakan aplikasi Go-Jek, seperti melacak dan mengetahui profil pengemudi, memberikan rating, dan fitur-fitur lainnya.

Untuk dapat menggunakan LINE untuk melakukan pemesanan Go-Jek, terdapat beberapa langkah yang perlu diikuti:

  1. Tambahkan akun resmi @gojekindonesia di aplikasi LINE.
  2. Selanjutnya akan terdapat sebuah gambar bertuliskan “Tap To Register”, tekan gambar untuk masuk ke halaman registrasi.
  3. Setelah melakukan registrasi pengguna dapat memesan jasa Go-Jek dengan mengetikkan “Order” ke dalam kolom pesan.
  4. Ketika pesanan telah berhasil, maka pengguna dapat melihat informasi pengemudi yang akan menjemput.
  5. Dan semisal pengguna hendak melakukan pembatalan order, dapat mengetikkan “Cancel#nomor_order” ke dalam aplikasi.

Untuk komunikasi dengan pengemudi, pengguna juga akan diarahkan menggunakan fasilitas pesan dan telepon yang terdapat di LINE.

Sebagai backup saat proses penyempurnaan aplikasi

Kami belum mendapatkan pernyataan dari pihak Go-Jek maupun LINE terkait apa yang menjadi target masing-masing perusahaan atas kerja sama B2B ini.

Kerja sama seperti ini tidak benar-benar baru. Di Tiongkok, ada jutaan orang setiap tahunnya memesan Didi (pesaing Uber) melalui WeChat. Langkah kerja sama Go-Jek dan LINE memiliki dampak strategis yang serupa, apalagi saat ini aplikasi Go-Jek sedang didera polemik pasca pemberitahuan publik berbagai jenis bug yang belum juga diperbaiki.

Bagi layanan on-demand seperti Go-Jek, memberikan akses pengguna ke kanal yang lebih memasyarakat bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan traksi dan jumlah pengguna layanan.