Apa Itu Google Chrome dan Sepenggal Sejarahnya

Google Chrome adalah sebuah aplikasi peramban yang digunakan untuk menjelajah dunia maya seperti halnya Firefox, Opera ataupun Microsoft Edge. Jika Firefox dikembangkan oleh Mozilla, Google Chrome dibuat dan dirancang oleh Google, perusahaan internet terbesar di dunia yang juga empunya Android.

Proyek open source yang digunakan oleh Google disebut Chromium, menggunakan mesin rendering Webkit sampai dengan versi 27 dan dirancang untuk bekerja dengan kecepatan di atas rata-rata namun tetap ringan dijalankan di perangkat desktop dan mobile.

Google_Chrome_icon_(2011).svg

Sejarah Google Chrome

Versi beta pertama Google Chrome lahir pada 2 September 2008, empat setelah berita pertama soal pengembangan aplikasi browser oleh Google merebak. Di versi awal ini Google masih menggunakan mesin rendering Webkit dan baru tersedia untuk perangkat Windows XP. Beberapa bulan mengembara di fase beta, pada 11 Desember 2008 Google resmi merilis Chrome ke publik.

Tak butuh waktu lama bagi Chrome untuk menarik perhatian publik, dan di awal-awal peluncurannya, ia mengklaim 1% pangsa pengguna peramban global, namun jatuh di angka 0,69% pada bulan Oktober 2008. Tapi setelah versi stabilnya dirilis ke publik, tepat di bulan Desember 2008 persentase pengguna Chrome kembali melampuai angka 1%.

Sukses di Windows, Google langsung mengembangkan versi OSX yang dimulai pada awal tahun 2009 dan versi preview pengembangnya dirilis pada 4 Juni di tahun yang sama. Baru di akhir tahun 2009 Google membawa Chrome versi OS X keluar dari fase preview ke versi beta, termasuk untuk versi Linux. Setahun kemudian, pada 25 Mei 2010 Google akhirnya merilis versi stabil yang mendukung semua platform desktop.

Debut dan performa sempurna menjadikan Chrome begitu disukai, bahkan pada Desember 2015 StatCounter memperkirakan aplikasi peramban tersebut sudah diadopsi oleh 58% pengguna desktop. Tak cuma di platform desktop, di ranah mobile Chrome juga mempunyai banyak penggemar. Bila digabungkan antara semua platform yang didukung, Chrome mengantongi 45% pangsa pasar global. Saking populernya, Google bahkan berhasil memperlebar jangkauan Chrome ke ranah lainya dalam wujud Chromecast dan Chrome OS.

Chrome hadir di platform mobile Android pada 7 Februari 2012, kemudian disusul oleh iOS pada 26 Juni di tahun yang sama. Di bulan Juni itu pula Google memboyong Chrome ke Windows 8.

Fitur Utama Google Chrome

Google Chrome membawa sejumlah fitur-fitur unggulan, selain dari fitur standar yang ditemukan di kebanyakan aplikasi peramban ternama. Chrome mendukung di antaranya, Javascript, HTML 5, CSS 2.1, dan sejumlah fitur antara lain private mode, multi tab, berbagai pilihan tema dan ekstensi dan tambahan plugin pihak ketiga, pilihan bahasa, dan beberapa fitur unggulan lain, yang akan dibahas berikutnya.

Keamanan

Demi menjaga keamanan penggunanya, Chrome secara rutin mengunduh berkas terbaru yang berisi daftar phishing dan malware. Bermodalkan fitur tersebut, Chrome akan memberikan peringatan ketika pengguna mengakses salah satunya atau situs yang menyimpan potensi berbahaya.

Masih demi keamanan, Chrome juga dipersenjatai fitur kata sandi utama yang difungsikan untuk melindungi kata sandi yang tersimpan di dalam aplikasi. Misalnya kata sandi internet banking, akun jejaring sosial, email dan layanan berbasis online lainnya.

Kecepatan

Kecepatan menjadi modal paling penting bagi Chrome, faktor ini pulalah yang membuatnya berhasil merangsek menjadi peramban paling populer mengalahkan Firefox dan Internet Explorer yang notabene berkiprah lebih dulu. Chrome menggunakan mesin virtual yang disebut dengan V8 JavaScript, di mana ia terdiri dari generasi kode dinamis dan dua fitur utama lain yang menghasilkan performa di atas rata-rata.

Pengujian kemudian dilakukan oleh SunSpider JavaScript Benchmark pada tahun 2008 yang menemukan bahwa Google Chrome bekerja jauh lebih cepat ketimbang semua kompetitor terdekatnya. Tapi pada tahun 2010 pengujian independen lain menunjukkan Chrome berada satu tingkat di bawah mesin Presto miliki Opera.

Bookmark

Seperti Firefox, Safari dan Microsoft Edge, Chrome juga diperkaya fitur bookmark yang memudahkan pengguna menandai sebuah halaman untuk kemudian disimpan agar mudah ditemukan lagi di waktu mendatang.

Sinkronisasi

Dengan mendaftarkan akun di Chrome, pengguna dapat mengakses berkas bookmark, riwayat jelajah, kata sandi dan pengaturan dari perangkat apapun di manapun.

Chrome Web Store

Chrome Web Store ini berperan seperti layaknya Play Store ataupun App Store di iOS. Di sinilah pengguna peramban Chrome dapat menjumpai berbagai aplikasi pihak ketiga dan juga tema untuk dipasang di aplikasinya. Atau bagi pengembang, mereka dapat menawarkan plugin dan ekstensi buatannya kepada pengguna Chrome.

Terjemahan Otomatis

Integrasi menjadi salah satu keunggulan Google, di mana hampir semua layanan online miliknya terhubung dalam satu jendela. Untuk menambahkan kemampuan terjemahan ini, Google membenamkan kemampuan Google Translate ke Chrome yang diaktifkan secara default atau dimatikan jika dirasa tak memerlukannya.

Application Information Will Show Up Here

 

Referensi WikiPedia, StatCounter, Chrome.

Mari Bereksperimen dengan Musik di Browser Lewat Chrome Music Lab

Sejak diluncurkan di tahun 2009, Chrome Experiments telah menjadi showroom berbagai program interaktif dan artistik yang bisa dinikmati langsung dari sebuah browser. Saat ini sudah ada lebih dari 1.000 proyek yang ditampung Chrome Experiments, baik yang berasal dari tim pengembang Google sendiri maupun pengembang pihak ketiga.

Proyek terbaru Google adalah Chrome Music Lab. Pada dasarnya ini merupakan kumpulan eksperimen menarik yang bisa kita manfaatkan untuk mengeksplorasi dasar-dasar bermusik, dimana kita bisa bermain-main dengan suara, irama, melodi dan masih banyak lagi.

Dijelaskan bahwa semua eksperimen ini diciptakan menggunakan Web Audio API. Mengapa hal ini penting untuk disorot? Karena sifat Web Audio API yang terbuka memungkinkan Google untuk memprogram Chrome Music Lab secara open-source, sehingga pada akhirnya pihak developer luar pun bisa ikut bereksperimen dengannya.

Chrome Music Lab

Namun yang sangat menarik dari Chrome Music Lab adalah, Anda sama sekali tidak perlu menguasai tangga nada untuk bisa mengeksplorasi dasar-dasar bermusik. Salah satu eksperimennya memungkinkan Anda untuk membuat komposisi musik sederhana dengan menggambar sejumlah objek.

Tujuan akhir dari Chrome Music Lab adalah memberikan akses yang lebih mudah bagi pengguna untuk mempelajari dasar-dasar bermusik. Semua eksperimen ini bisa diakses langsung dari browser perangkat desktop ataupun mobile tanpa harus mengunduh extension tambahan terlebih dulu.

Kalau Anda punya waktu luang, silakan kunjungi situs Chrome Music Lab dan mulailah bermain-main dengan berbagai eksperimen yang ada di sana.

Sumber: Chrome Blog.

Cara Install Ekstensi Google Chrome di Opera Browser

Opera Browser dan Google Chrome merupakan dua produk peramban yang dihasilkan oleh dua perusahaan berbeda nama dan haluan. Walau begitu, dua produk peramban ini punya kesamaan, yakni sama-sama menggunakan Blink engine sehingga meski beda rupa keduanya punya hubungan darah, sehingga Opera dapat menjalankan ekstensi yang diperuntukkan bagi Google Chrome.

Namun bukan berarti pengguna Opera Browser bisa serta merta memasang ekstensi Google Chrome tanpa perlakukan khusus terlebih dahulu. Nah, berikut adalah tutorial bagaimana caranya meng-install ekstensi Google Chrome di peramban Opera Browser.

  • Dari peramban Opera, silahkan buka Opera add ons Store.
  • Kemudian temukan ekstensi, Download Chrome Extension dan klik Add to Opera.

cara instal ekstensi Google chrome di Opera Browser

  • Setelah terpasang, sekarang kunjungi Chrome Web store dan cari ekstensi yang ingin Anda pasang. Lalu klik Add to Opera.

cara instal ekstensi Google chrome di Opera Browser

  • Karena langkah di atas baru mengunduh ekstensi, biasanya Anda akan diminta menuju ke Extensions Manager untuk meng-install secara manual. Di panel extension manager, temukan ekstensi yang baru saja diunduh lalu klik Install.

cara instal ekstensi Google chrome di Opera Browser

  • Berikutnya Anda akan mendapati sebuah peringatan seperti ini, jika ingin melanjutkan klik sekali lagi tombol Install.

cara instal ekstensi Google chrome di Opera Browser

  • Selesai, ekstensi Chrome sudah ter-install di Opera Browser Anda.

cara instal ekstensi Google chrome di Opera Browser

Sumber gambar header Siliconangle.

Google Chrome Versi Desktop Bakal Dirombak Tampilannya Mengikuti Konsep Material Design

Hampir dua tahun sejak Google memperkenalkan konsep Material Design lewat Android Lollipop. Akan tetapi hingga kini masih ada salah satu produk populer Google yang belum kebagian jatah dandanan cantik tersebut: Google Chrome.

Pada kenyataannya, Google sebenarnya sudah cukup lama merencanakan pengaplikasian Material Design pada browser Chrome. Namun belakangan ini mereka sepertinya sudah semakin siap untuk merilis Chrome versi desktop yang bercita rasa Material Design.

Chrome Material Design

Apa saja perubahan tampilan yang dibawa konsep Material Design ke Chrome? Banyak. Yang paling mencolok adalah tampilan UI yang lebih menyiku. Tombol ‘hamburger’ di sisi kanan juga berubah menjadi tiga titik vertikal, senada dengan yang ada pada Android.

Material Design juga menitikberatkan pada animasi yang menarik. Maka dari itu, setiap tombol yang diklik pada Google Chrome akan memperlihatkan animasi-animasi tertentu.

Chrome Material Design

Sejumlah icon juga telah berubah desainnya, demikian pula dengan scrolling bar di sisi kanan. Kemudian saat pengguna mengaktifkan mode Incognito, tampilan UI akan berubah menjadi serba hitam.

Chrome Material Design

Untuk menu-menu yang biasanya akan dibuka di sebuah tab baru, seperti Downloads, Extension, Settings dan History, Material Design juga telah merombak tampilannya secara drastis. Kalau diperhatikan, tampilan menu Settings-nya jadi sangat mirip dengan di Android.

Berdasarkan laporan TheNextWeb, perubahan tampilan ke Material Design ini akan terlebih dulu mampir ke Chrome OS. Setelahnya, barulah Material Design akan merambah browser Chrome di Windows, Mac dan Linux lewat update versi 50.

Sumber: TheNextWeb.

Google Rilis Versi Baru Chrome untuk iOS yang Lebih Stabil dan Fitur Data Saver untuk Desktop

Meski di PC saya menggunakan Chrome sebagai browser utama, di iPhone saya masih setia dengan Safari. Mengapa? Sederhana saja, karena Chrome terlalu sering bermasalah. Utamanya adalah aplikasi akan crash tanpa alasan yang jelas.

Namun ini bukan sepenuhnya salah Google, sebab Apple membatasi browser pihak ketiga di iOS agar tidak menggunakan engine rancangannya masing-masing. Dengan kata lain, Chrome maupun browser lainnya di iOS harus memakai engine yang dibuat oleh Apple.

Beruntung sejak iOS 8 Apple telah menyediakan engine baru. Dan dalam versi terbaru Chrome untuk iOS (versi 48), tim pengembang Google telah memanfaatkan engine baru tersebut secara penuh. Hasilnya cukup signifikan; menurut Google, peluang terjadinya crash pada Chrome versi baru ini menurun hingga 70 persen.

Selain jadi lebih stabil, versi baru Chrome untuk iOS juga diyakini punya performa yang lebih cepat, terlebih pada situs-situs yang banyak memakai teknologi JavaScript.

Dalam kesempatan yang sama, Google juga memperkenalkan fitur Data Saver untuk Chrome versi desktop. Sebelumnya, fitur penghemat data cuma bisa dinikmati oleh pengguna perangkat Android maupun iOS.

Chrome Data Saver Extension

Fitur ini memanfaatkan teknologi kompresi yang sama seperti yang diterapkan di versi mobile-nya. Lalu apa keuntungannya buat pengguna? Well, kalau Anda sering men-tether koneksi internet dari smartphone ke laptop lalu dipakai untuk browsing, berkat fitur ini Anda bisa menghemat kuota paket internet yang dimiliki smartphone.

Fitur Data Saver untuk Chrome versi desktop ini sudah bisa dinikmati dengan mengunduh extension-nya melalui Chrome Web Store.

Sumber: Chrome Blog. Gambar header: Google Chrome app icon via Shutterstock.

Tak Lama Lagi, Google Chrome Bakal Lebih Ngebut

Bagi sobat pengguna setia Google Chrome, tak lama lagi sobat akan merasakan lonjakan performa yang jauh lebih cepat ketimbang sebelumnya. Pasalnya, algoritma kompresi terbaru Google bernama Brotli bakal segera diluncurkan bersamaan dengan update Chrome versi stabil dalam waktu dekat. Ilya Grigorik dari google Web performance mengonfirmasikan kabar itu melalui akun Google+ nya kemarin.

Google pertama kali memperkenalkan algoritma Brotli pada bulan September tahun lalu. Namun waktu itu Google tidak bersedia buka suara soal kapan algoritma itu akan digulirkan ke Chrome. Brotli sebagaimana diklaim oleh empunya mempunyai performa kompresi 20% hingga 25% lebih efisien ketimbang algoritma Zopfli yang sekarang dipergunakan. Itu artinya Chrome versi terbaru nanti bakal mampu menghantarkan halaman sekian kali lebih cepat ketimbang sebelumnya. Kelebihannya tak melulu soal kecepatan, bagi pengguna perangkat mobile, mereka juga akan memperoleh keuntungan lain yaitu efisiensi daya dan juga menyunat konsumsi data.

Menariknya, Google melepas Brotli sebagai aplikasi open source. Artinya, perusahaan teknologi lain yang berkeinginan mengadopsi algoritma ini juga dapat memberikan keunggulan yang sama bagi penggunanya. Bahkan Mozilla yang notabene merupakan “musuh bebuyutan” Chrome juga berencana membesut Brotli, namun belum diketahui kapan mereka akan membenamkannya ke Firefox.

Bagi Google sendiri tampaknya ini bukan soal persaingan semata, Zoltan Szabadka dari tim kompresi Google mengatakan, pihaknya berharap format baru ini akan mendukung sebagian besar peramban dalam waktu dekat. Mengindikasikan bahwa Google menginginkan agar siapapun terutama pengguna internet dapat mengakses halaman situs dengan kecepatan yang baik tak peduli platform peramban apa yang digunakan. Sebelum ini, Google juga sudah meluncurkan proyek bernama Accelerated Mobile Pages yang kurang lebih mempunyai misi serupa.

Sumber berita Theverge dan gambar header Shutterstock.

Fitur Data Saver di Chrome Kini Bisa Menghemat Data Hingga 70 Persen

“Sudah lambat, kuotanya sedikit lagi,” keluh teman saya selagi menatapi sebuah situs di layar smartphone yang tak kunjung terbuka. Seperti yang kita tahu, kehabisan kuota data adalah salah satu musuh utama pengguna smartphone selain kehabisan baterai. Maka dari itu, Google pun sudah cukup lama menghadirkan fitur Data Saver pada browser Chrome.

Teman saya tadi tentu saja tidak sendirian. Saya yakin masih banyak pengguna smartphone yang kerap mengalami skenario serupa, dimana koneksi internetnya terasa lambat dan ia ‘dihantui’ oleh ancaman kehabisan kuota data. Beruntung, Google baru saja meng-update fitur Data Saver di Chrome agar kinerjanya lebih efisien lagi.

Sekarang, fitur ini diyakini bisa menghemat penggunaan data saat browsing hingga 70 persen. Jadi semisal sebuah situs sebelumnya memakan data 1 megabyte, dengan fitur Data Saver konsumsi datanya jadi cuma berkisar 300 kilobyte. Pencapaian ini dimungkinkan berkat kemampuan fitur Data Saver menyembunyikan sebagian besar gambar yang ada pada situs.

Chrome Data Saver

Fitur ini akan aktif ketika Chrome mendeteksi koneksi internet sedang lambat. Setelah situs selesai dimuat, jika memang berkenan pengguna bisa memunculkan semua gambar hanya dengan satu sentuhan – atau pengguna juga bisa memunculkan gambar satu per satu dengan menyentuh bingkainya satu per satu pada layar.

Penyempurnaan fitur Data Saver ini bakal bisa dinikmati lebih dulu oleh pengguna di India dan Indonesia. Harapannya, berkelana di web bisa lebih cepat dan terjangkau meski kecepatan koneksinya cukup terbatas.

Sumber: Chrome Blog. Gambar header: Google Chrome via Shutterstock.

Extension Ini Hadirkan Fitur Pop-Up Video ke Browser Chrome di Desktop

Saat berkunjung ke Facebook, TRL atau mayoritas situs lainnya yang ada di internet lewat PC desktop atau laptop, seringkali kita melihat ada ruang kosong di sisi kiri dan kanan browser. Gaya desain seperti itu sebenarnya ditujukan supaya Anda bisa berfokus pada konten di bagian tengah. Kendati demikian, ada kalanya kita tidak ingin menyia-nyiakan ruang kosong tersebut. Continue reading Extension Ini Hadirkan Fitur Pop-Up Video ke Browser Chrome di Desktop

Dengan Extension Chrome Ini, Anda Bisa Menonton Video YouTube Tanpa Meninggalkan Twitter

Seperti yang kita jumpai sehari-hari, jejaring sosial tak cuma dipenuhi oleh keluhan-keluhan seseorang, tetapi juga berbagai link menarik ke situs lain. Di Twitter misalnya, tidak jarang pengguna yang membagikan link menuju video YouTube yang bakal membuat kita tertawa terpingkal-pingkal. Continue reading Dengan Extension Chrome Ini, Anda Bisa Menonton Video YouTube Tanpa Meninggalkan Twitter

Google Chrome Mulai Blokir Konten Flash Player yang Kurang Penting

Saat pertama kali diluncurkan sekitar enam tahun yang lalu, salah satu keunggulan Google Chrome adalah hadirnya plug-in Adobe Flash Player secara default. Kalau Anda ingat, masa-masa itu adalah masa kejayaan Flash Player, dimana mayoritas situs menampilkan konten interaktifnya yang ditenagai oleh plug-in tersebut. Continue reading Google Chrome Mulai Blokir Konten Flash Player yang Kurang Penting