Siasat aCommerce, Blanja, dan Pinjam Menjaga Retensi Karyawan

Karyawan itu adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, menjaga karyawan untuk tetap betah bekerja adalah suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan. Tidak perlu menyediakan fasilitas yang “wah” bila pembagian kerja dengan tim tidak jelas. Bukan juga memberikan fleksibilitas kerja, yang tanpa mempertimbangkan fasilitas tunjangan lainnya.

Sebenarnya, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan founder startup untuk menjaga karyawannya agar tetap betah? DailySocial merangkum hasil wawancara singkat dengan tiga founder startup dari aCommerce, Pinjam, dan Blanja. Berikut hasilnya:

Buat program pengembangan talenta terstruktur

Menurut CEO aCommerce Hadi Kuncoro, solusi yang dilakukan perusahaan untuk menjaga retensi karyawannya dengan fokus pada membangun budaya organisasi korporat dengan semangat “hybrid startup”. Ini diimplementasikan dalam program pengembangan talenta terstruktur untuk seluruh lapisan pekerjaan.

Agar karyawan tetap puas bekerja di aCommerce, pihaknya rutin mengadakan kegiatan mentoring dan konseling, serta melatih talenta jiwa kepemimpinan untuk seluruh divisi. Tujuannya agar tingkat kepuasan bekerja tetap tinggi.

Dari sisi penilaian kinerja, sambung Hadi, perusahaan menerapkan standar manajemen kinerja yang tepat. Untuk karyawan dengan kinerja terbaik, terbuka kesempatan baginya melanjutkan ke jenjang berikutnya.

“Dalam berkomunikasi, kami juga menerapkan sesi one-on-one untuk seluruh lapisan kerja. Ini penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dengan atasannya,” terangnya.

Lakukan komunikasi terbuka

CEO Blanja Aulia E Marinto menjelaskan dirinya melakukan komunikasi terbuka dan konstruktif dengan tim. Aulia menyediakan waktunya untuk diakses oleh seluruh karyawannya, kapanpun mereka butuhkan.

Juga, ruang untuk melakukan “error” demi mendapatkan solusi dan keputusan bisnis terbaik dan pendekatan dari bawah ke atas terkait inovasi dan implementasi suatu ide.

“Ini adalah beberapa langkah konkret yang kami lakukan untuk membuat para talent terbaik ini betah, nyaman, dan selalu memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap Blanja,” ucap Aulia.

Hal lainnya yang dilakukan adalah memberikan remunerasi yang kompetitif, ruang kerja yang nyaman, dan memfasilitasi berbagai macam kegiatan internal seperti olahraga dan kesenian. Tujuannya ingin membangun tim kerja yang solid, sekaligus memberikan “life balancing”.

Adapun tindakan yang menurut Aulia sebaiknya harus dihindari founder saat menjaga rentesi karyawan, adalah membuat keputusan yang jelas terhadap arah dan strategi perusahaan. Ini dikhawatirkan akan menggiring karyawan jadi tidak nyaman.

Beri tantangan dan tunjukkan apresiasi

Sedangkan menurut CEO dan Co-Founder Pinjam Teguh B Ariwibowo, karyawan terbaik itu sangat menyukai dengan hal baru sebagai peluang mereka untuk belajar dan mendapatkan apresiasi. Menurutnya, untuk menjaga kenyamanan karyawan, sebaiknya founder beri mereka tantangan dengan jabatan dan tanggung jawab.

Hal di atas dilakukan Pinjam Misalnya ada beberapa proyek yang diberikan langsung kepada mereka yang menjadi best performer. Ketika mereka berhasil melampaui dari tantangan yang diberikan, berilah suatu apresiasi secara personal.

“Kebiasaan di Pinjam, kami ambil dua sampai tiga orang dari divisi bisnis dan teknologi yang memang outstanding performer. Saya siapkan kadonya sendiri untuk mereka. Bentuk apresiasi lainnya, kami umumkan kinerja mereka di townhall meeting,” kata Teguh.

Sementara itu, untuk hal-hal yang sebaiknya tidak lakukan adalah founder terhadap karyawannya adalah sikap yang tidak profesional, terlalu cepat merespon terkait perubahan organisasi. Padahal, itu memerlukan pertimbangan yang matang karena berhubungan dengan organisasi, struktur, atau man power.

Miskonsepsi tentang Omnichannel

Dalam diskusi panel yang diadakan pada hari kedua Internet Retailing Expo (IRX) Indonesia 2017 beberapa hari yang lalu, ada pernyataan yang menarik yang disampaikan oleh CEO aCommerce Hadi Kuncoro dalam diskusi bertemakan kesiapan Indonesia dalam menyambut omnichannel di masa depan.

Hadi mengungkapkan industri e-commerce di Indonesia masih jauh dari layanan omnichannel, meski sudah ada beberapa pemain e-commerce yang menyatakan bahwa mereka fokus ke model bisnis omnichannel.

Menurut dia, model bisnis yang mereka jalani justru termasuk ke dalam pengertian multichannel. Menurut pemahaman Hadi, omnichannel memiliki basis utama kepuasan konsumen sebagai tolak ukurnya.

Dia menitikberatkan perbedaan kepuasan pelanggan saat belanja online tetapi harus mengambil barang secara offline dengan mendatangi toko ritel dari e-commerce bersangkutan. Kemudian membandingkan lagi dengan konsumen yang masuk ke toko ritel untuk berbelanja secara konvensional, setelah transaksi selesai konsumen keluar dari toko dengan menenteng barang belanjaan.

“Misal orang mau beli sepatu di toko, tapi tidak ada stoknya. Lalu, ketika dicek di toko online ada. Ngapain dia ke toko? Ini kan jadinya toko online sebagai alternatif. Baru bisa disebut omnichannel kalau konsumen datang ke toko dan online dapat experience yang sama. Ada miskonsepsi di sini yang harus diperbaiki” terang Hadi.

Hadi melanjutkan, seharusnya omnichannel itu bila diibaratkan ketika konsumen berbelanja di berbagai platform, tingkat kepuasannya harus sama. Baik dari sisi diskon, pengalaman, pembayaran, hingga pengiriman. Menurut dia, perjalanan menuju omnichannel itu berawal dari multichannel.

Pun demikian, Hadi juga tidak bisa memprediksi kapan Indonesia sudah siap memasuki omnichannel. Pasalnya, konsep multichannel saja baru-baru ini masuk Indonesia.

“Menurut saya belum ada [pemain e-commerce yang benar-benar implementasi omnichannel dengan baik di Indonesia]. Secara ekosistemnya saja masih jauh, Indonesia baru masuk tahap multichannel. Tapi apakah dari tahap ini bisa mengarah ke omnichannel? Bisa, tetapi setelah kepuasan pelanggan puas di manapun belanjanya.”

Hadi lebih menyukai untuk menyebut konsep yang saat ini dibilang omnichannel sebagai multichannel. aCommerce pun menyesuaikan diri dengan beberapa perusahaan e-commerce yang menyatakan diri sebagai pemain omnichannel, di mana kebetulan adalah klien perusahaan.

Program loyalitas adalah contoh omnichannel

Menurut pandangan Hadi, saat ini di Indonesia yang baru bisa disebut sebagai omnichannel adalah barang tak beraset. Salah satu contoh terdekatnya adalah program loyalitas.

Konsepnya konsumen belanja dari platform manapun, baik itu online dan offline, mereka akan tetap mendapat keuntungan yang sama saat menukarkan poinnya dalam bentuk online atau offline.

“Non aset itu bisa jadi lebih duluan disebut omnichannel karena kan yang aset itu ada inventory, jadinya lebih susah. Program loyalitas itu tools-nya sama, experience-nya sama, sehingga bisa disebut sebagai omnichannel. Tapi kan yang namanya omnichannel itu experience-nya dalam cakupan yang luas.”

Menelaah omnichannel vs multichannel

Menurut pandangan saya, apa yang dikatakan Hadi mungkin ada benarnya tapi juga mungkin ada tidaknya. Mengacu pada pengertian omnichannel yang disebut TechTarget, adalah pendekatan multichannel yang berusaha menyediakan berbagai layanan kepada pelanggan dengan mengutamakan kepuasan berbelanja, entah mereka berbelanja lewat desktop, perangkat mobile, telepon, atau datang ke toko offline.

Yang membedakan antara kepuasan konsumen omnichannel dengan multichannel adalah ada integrasi yang nyata dari front end sampai back end demi menciptakan kepuasan yang sama.

(Sumber: Kana)
(Sumber: Kana)

Apa yang dituliskan TechTarget, senada dengan pernyataan yang saya temukan dari HubSpot. Mereka bilang, pada intinya omnichannel itu adalah defisini dari pendekatan penjualan multichannel yang menyediakan pengalaman belanja yang terintegrasi.

Konsumen dapat berbelanja online dari desktop, perangkat mobile, telepon, atau toko dengan proses yang mulus. Menurut HubSpot, yang membedakan antara pengalaman omnichannel dengan multichannel terletak di kedalaman integrasi.

Semua pengalaman omnichannel akan menggunakan multiple channel, tapi tidak semua multichannel tergolong omnichannel. Jika Anda memiliki strategi pemasaran mobile yang baik, terlibat kampanye media sosial, dan situs web yang dirancang dengan baik. Namun tidak dapat bekerja sama satu sama lainnya, itu bukan omnichannel.

HubSpot menyampaikan, banyak perusahaan yang sangat terfokus pada peningkatan pengalaman multichannel dengan berinvestasi di situs, blog, atau media sosial. Mereka menggunakan platform tersebut untuk berhubungan dengan pelanggan. Tapi banyak kasus menunjukkan bahwa konsumen masih mengalami pengalaman yang kurang seamless dan konsisten.

Padahal, pendekatan secara omnichannel ini menjadi jalan untuk berinteraksi antara perusahaan dengan konsumen. Semangat yang ingin disampaikan dari omnichannel adalah memberikan pengalaman yang terintegrasi.

Menurut HubSpot, ada beberapa perusahaan yang menghadirkan konsep omnichannel dengan tepat. Misalnya Disney, Virgin Atlantic, Bank of America, Oasis, REI, Starbucks, dan Chipotle.

Dalam praktiknya, Starbucks memberikan kartu reward gratis setiap kali konsumen berbelanja di sana. Bedanya dengan program loyalitas konvensional lainnya, Starbucks memberikan akses kepada konsumen untuk mengakses kartu reward tersebut via handphone, situs, toko, dan dalam aplikasi.

Setiap ada transaksi dengan kartu tersebut, Anda secara otomatis akan mendapat notifikasi secara real time dari berbagai channel.

Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) Aulia E Marinto menyampaikan pihaknya tidak dalam hal menyanggah apa yang disampaikan oleh Hadi. Sejatinya konsep omnichannel itu adalah hal yang baru di Indonesia sehingga tingkat kesuksesannya belum bisa dibuktikan.

Menurut dia, omnichannel itu adalah kombinasi dari praktik model bisnis online to offline (O2O). Dari yang ada sekarang, sambungnya, praktik omnichannel biasanya dilakukan oleh peritel offline yang sudah memiliki banyak gerai.

“Sah sah saja [berpendapat kontra] karena memang pada kenyataannya praktik omnichannel belum semasif channel biasa. Ini kan bagian dari inovasi yang akan terjadi di masa depan, bagaimana shopping journey bisa lebih seamless dengan menggabungkan pengalaman belanja online dan offline jadi satu, itu tantangannya. Karena muncul tantangan, jadinya timbul inovasi,” ucap Aulia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Internet Retailing Expo Indonesia 2017

aCommerce Indonesia Tunjuk COO dan CCO Baru

Perusahaan e-commerce enabler aCommerce Indonesia hari ini mengumumkan dua orang baru di jajaran manajemen, yaitu Chief Operating Officer (COO) Mustofa Kamal Hamka dan Chief Commercial Officer (CCO) Donny Wardhana. Bergabungnya dua pimpinan baru di organisasi aCommerce Indonesia diharapkan bisa mewujudkan rencana aCommerce sebagai end-to-end e-commerce enabler dan menjadi operating system untuk commerce di Asia Tenggara pada tahun 2020.

Memiliki pengalaman dan wawasan yang tepat untuk aCommerce

Dipilihnya Mustofa Kamal Hamka sebagai COO baru aCommerce Indonesia berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya yaitu bekerja di perusahaan ternama seperti, MAP, Metrox, LION, Lazada, dan terakhir menjabat sebagai CEO di etobee sebelum bergabung bersama aCommerce. Nantinya Kamal akan bertanggung jawab terhadap Operations, Distribusi, Cross-order dan layanan pelanggan.

“Saya melihat peluang yang besar bagi aCommerce untuk semakin mengembangkan bisnis dan posisinya di pasar, terlebih dengan komitmen yang diberikan oleh seluruh tim manajemen lokal dan regional untuk menjadi pemain terbaik di Asia Tenggara,” kata Kamal dalam siaran pers yang dikirimkan hari ini.

Saat ini aCommerce sedang memfokuskan kepada otomasi dan optimisasi menyeluruh untuk semakin mengurangi proses manual dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi cost. Disisi lain posisi Kamal nantinya juga dituntut untuk menciptakan komunikasi yang transparan antar tim dan people development.

Sementara itu direkrutnya Donny Wardhana sebagai CCO berdasarkan pengalaman terdahulu yang telah dimiliki yaitu bekerja di perusahaan logistik ternama seperti DHL, TNT, UPS, JNE, dan terakhir sebagai Direktur di Quantum Solutions Logistics Indonesia.

“Saat ini aCommerce merupakan pemimpin di industrinya, terutama di Indonesia, dan sangat memungkinkan bagi perusahaan ini untuk scale up lebih cepat mengingat besarnya potensi pasar e-commerce Indonesia yang masih belum kita kembangkan dengan maksimal. I want to be a part of the winning team,” ujar Donny.

Sebagai CCO, Donny memegang peranan kunci untuk mengembangkan bisnis dan portfolio aCommerce di Indonesia dengan memimpin tim Business Development dan memfokuskan Segmen B2B (Business to Business) dan B2E (Business to Employee).

CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro menyambut baik kehadiran dua jajaran manajemen baru yang nantinya bakal memperkuat rencana-rencana terdekat aCommerce dapat dieksekusi dan dikelola semakin maksimal.

“Dari Desember 2016 hingga Januari 2017 nanti kami akan meluncurkan beberapa brand e-commerce site dan akan ada produk/jasa baru yang hadir di kuartal pertama 2017,” kata Hadi.

aCommerce Indonesia Bangun Fulfillment Center Baru di Cawang

Rencana e-commerce enabler asal Thailand aCommerce untuk pasar Indonesia di tahun 2016 ini satu demi satu mulai direalisasikan. Setelah ekspansi ke Surabaya dan Bandung dengan membangun hub pada bulan Februari lalu, Jum’at (3/6) kemarin fulfillment center aCommerce Indonesia terbaru di Cawang, Jakarta Timur resmi selesai dibangun. Gudang seluas 7.000 meter persegi ini rencananya akan didedikasikan untuk produk mode dari e-commerce Indonesia.

Gudang aCommerce yang resmi beroperasi sejak Jum’at kemarin ini memiliki luas 7.000 meter persegi, memiliki storage mezzanine 4-level yang luasnya setara dengan 17.000 meter persegi pada level ground space, dan secara keseluruhan diklaim dapat meningkatkan total kapasitas storage aCommerce Indonesia hingga empat juta unit produk. Di samping itu, fulfillment center aCommerce ini juga dilengkapi dengan  conveyor belt yang diklaim dapat mengefisiensi waktu pick-packing per order.

[Baca juga: Mengintip Rencana aCommerce Indonesia Tahun Depan]

Tujuan utama proyek fulfillment center aCommerce ini adalah untuk membangun gudang yang berorientasi pada teknologi (tech-oriented warehouse) yang secara spesifik dipilih untuk memenuhi kebutuhan industri retail dan fashion. aCommerce menyelesaikan pembangunan fulfillment center di Cawang dalam waktu tiga bulan untuk mengantisipasi tingginya permintaan dan pesanan di bulan suci Ramadhan yang terhitung sebagai peak season.

“Membangun gudang dari nol sampai kemudian menjadi FC yang memiliki kapasitas dan teknologi operasional hanya dalam waktu tiga bulan merupakan suatu tantangan. […] Tapi pada akhirnya kami sangat senang berhasil mengatasinya dan menyelesaikan pembangunan FC ini tepat waktu. Pembangunan FC ini menjadi milestone baru bagi aCommerce sebagai leading end-to-end solutions provider untuk para pemain industri e-commerce di Asia Tenggara,” ujar CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro.

Fulfillment center baru aCommerce di Cawang memiliki kapasitas untuk menampung empat juta unit produk / DailySocial
Fulfillment center baru aCommerce di Cawang memiliki kapasitas untuk menampung empat juta unit produk / DailySocial

Untuk menjalankan kegiatan operasional di fulfillment center baru mereka, aCommerce juga telah merekrut 400 orang yang dibagi dalam tiga shift. Dengan penambahan tenaga kerja tersebut, artinya jumlah anggota tim aCommerce Indonesia sudah mencapai lebih dari 800 orang dan diproyeksikan akan mencapai 1.000 karyawan pada akhir tahun 2016 ini.

Hingga kini, aCommerce Indonesia mengklaim memiliki kapasitas total di level ground (total ground capacity) seluas 30.000 meter persegi dan menangani 10-12 ribu pengiriman outbound setiap harinya. Dengan penambahan fulfillment center Cawang, tim Operasional memproyeksikan outbound bisa meningkat tiga kali lipat hingga 35-36 ribu pengiriman dalam waktu operasional 24 jam/7 hari.

[Baca juga: aCommerce Melakukan Ekspansi ke Bandung dan Surabaya]

Fulfillment center aCommerce di Cawang ini akan didedikasikan untuk produk fashion sedangkan fulfillment center aCommerce di Halim akan digunakan untuk kategori serba guna (multi user).  aCommerce Indonesia juga kini tengah bersiap meresmikan ekspansi ke 15 kota lainnya pada bulan Juli 2016, terutama setelah sukses meluncurkan dua hub baruya di Bandung dan Surabaya pada Februari lalu.

Inisiatif Penelitian eCommerceIQ dari aCommerce Hadir di Indonesia

Inisiatif penelitian untuk industri e-commerce yang terbentuk dari aCommerce, eCommerceIQ (eIQ), kini hadir di Indonesia. Ini ditandai dengan digelarnya acara Masterclass pertama di Jakarta pada Kamis (26/5) silam. Melalui acara tersebut aCommerce Research Unit, pihak yang terlibat di eCommerceIQ, membawa para ahli performance marketing Asia Tenggara untuk membantu pemain online meningkatkan kemampuan pemasaran melalui data, riset, dan workshop.

Hadirnya eCommerceIQ di Indonesia sebenarnya sudah pernah disinggung oleh CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro. Dijelaskan Hadi, eCommerceIQ akan menjadi kanal untuk membantu klien atau para pemain industri e-commerce mengambil keputusan dan membuat strategi berdasarkan data yang tersedia. Tujuan utama dari eCommerceIQ sendiri adalah untuk mengedukasi dan mengakselarasi pasar e-commerce di Asia Tenggara melalui reports, content, dan event.

Salah satu alasan kehadiran eCommerceIQ adalah besarnya potensi pasar e-commerce Indonesia yang hingga kini masih belum digarap maksimal. Head of eCommerceIQ dan Director of Research aCommerce Felicia Moursalien menyebutkan bahwa total penjualan e-commerce di ASEAN saat ini baru menyumbang 1% dari total penjual retail. Indonesia sendiri masih tertinggal jauh (0,7%) bila dibandingkan dengan China (8%) dalam hal pertumbuhan e-commerce.

eCommerceIQ tentang pertumbuhan e-commerce di China dan kawasan ASEAN / eCommerceIQ
eCommerceIQ tentang pertumbuhan e-commerce di China dan kawasan ASEAN / eCommerceIQ

Felicia mengatakan, “Indonesia merupakan pasar online yang paling cepat bertumbuh di Asia Tenggara. Namun dengan total penjualan e-commerce yang hanya menyumbang 1% dari total penjualan retail, masih ada banyak kesempatan tersisa bagi brand hingga pemain ritel tradisional untuk meraih 99% dari porsi yang tersedia.”

“Kami menciptakan Masterclass sebagai satu cara untuk mengatasi langsung beberapa poin tersulit yang dihadapi ecommerce di wilayah ini dan untuk membantu bisnis melewatkan tahapan pembelajaran yang mahal,” lanjutnya.

Sementara itu Head of Marketing aCommerce Indoneia Aditya Jamaludin menyampaikan, “Yang dilakukan para retailer tradisional dengan benar adalah offline branding dan memberikan pengalaman produk. Namun di era digital ini dunia marketing telah bertransformasi sepenuhnya, mulai dari tipe KPI [Key Performance Indicators] yang diukur hingga profil orang yang direkrut oleh para perusahaan.”

Performance marketing menjadi topik pertama dari seri Masterclass yang diisi oleh para praktisi in-house aCommerce, wawasan dari Google, studi kasus dari MatahariMall, dan studi kasus interaktif dengan para analis ahli dari Thailand. Ini juga merupakan kolaborasi kedua antara ecommerceIQ dan Google yang sebelumnya telah sukses menggelar eCommerceIQ Summit di Thailand.

Layanan E-Commerce Indonesia Inisiasi Harboldan, Hari Belanja Online Ramadhan

Menjelang bulan Ramadhan, 32 pemain e-commerce Indonesia hari ini (24/5) mengumumkan inisasi Hari Belanja Online Ramadhan (Harboldan) yang akan dilaksanakan sebelum Ramadhan dan hari raya lebaran, yaitu pada 26 Mei 2016 dan 24 Juni 2016. Di tahun pertamanya ini, anak perusahaan PT Pos Indonesia, PT Pos Logistik Indonesia juga turut berpartisipasi untuk memfasilitasi layanan last mile delivery.

Hari Belanja Online Ramadhan atau Harboldan merupakan perayaan belanja online yang memiliki tujuan tak jauh berbeda dengan Harbolnas, yakni untuk mendorong dan mengedukasi masyarakat mengenai kemudahan berbelanja daring. Gelarannya sendiri akan dilaksanakan sebelum bulan Ramadhan tiba dan sebelum hari raya lebaran, yaitu pada 26 Mei 2016 dan 24 Juni 2016.

Pelaksanaan sebelum bulan Ramadhan dilatarbelakangi oleh antusiasme Ramadhan di Indonesia yang sudah dimulai sejak seminggu sebelum bulan Ramadhan itu sendiri tiba. Selain itu, menjelang hari lebaran biasanya masyarakat telah menerima Tunjangan Hari Raya (THR) dan upah bekerja.

[Baca juga: Google Indonesia Paparkan Hasil Riset Tren Bulan Ramadhan di Indonesia]

Koordinator Harboldan dari Muslimarket Rafi Gamal mengatakan, “Kalau lihat tren, Harbolnas itu bisa mengangkat minat belanja online konsumen. Penjualan bisa meningkat hingga 2-3 kali lipat saat Harbolnas. [Sekarang] Kami lagi encourage juga konsumen [melalui Harboldan] agar mau berbelanja online [saat Ramadhan]. […] Event kali ini mengajak rekan-rekan logistik dan e-commerce agar shipping berjalan lancar.”

Perayaan pertama Harboldan ini juga diramaikan oleh PT Pos Logistik Indonesia, anak perusahaan PT Pos Indonesia. Dalam kegiatan ini Pos Logistik Indonesia akan memfasilitasi layanan last mile delivery dengan special rate dan cakupan yang luas bagi masyarakat Indonesia.

Ada 32 pemain e-commerce Indonesia yang terlibat dalam Harboldan yang menjanjikan potongan harga mencapai 90 persen / DailySocial
Ada 32 pemain e-commerce Indonesia yang terlibat dalam Harboldan yang menjanjikan potongan harga mencapai 90 persen / DailySocial

Direktur Utama PT Pos Logistik Indonesia Yan Hendry Jauwena mengungkapkan bahwa pihaknya merupakan satu-satunya layanan pengiriman yang mendapatkan akses khusus untuk tetap beroperasi di H-7 hingga hari raya oleh pemerintah. Melalui Harboldan ini, ia berharap industri e-commerce juga bisa memanfaatkan fasilitas khusus tersebut secara maksimal yang sebelumnya hanya dimanfaatkan oleh industri FMCG saja.

CEO aCommerce Hadi Kuncoro mengatakan, “Niat utamanya [Harboldan] adalah untuk membangun ekositem [e-commerce] lebih baik, karena faktanya shopper online [di Indonesia] itu pertumbuhannya tidak secepat pertumbuhan platform-nya itu sendiri.”

[Baca juga: Lebih Dari Empat Puluh Layanan E-Commerce di Indonesia Berpartisipasi Dalam Kampanye Lebaran Belanja Online]

“Adanya hari belanja online ini sebenarnya sangat baik untuk industrinya [e-commerce dan industri lain yang bersangkutan]. […] Fokusnya [harus] pada konsumen [karena] tumbuhnya konsumen akan memberikan manfaat untuk para pelaku industrinya,” lanjut Hadi menambahkan.

Hadi juga menekankan bahwa event ini harus dijaga bersama-sama agar insiden fake discount yang terjadi saat Harbolnas tidak terulang lagi. Para pelaku e-commerce harus mampu memberikan quality control yang baik ketika event ini berlangsung.

Harboldan akan dilaksanakan sebelum Ramadhan dan menjelang hari raya lebaran, yaitu pada tanggal 26 Mei 2016 dan 24 Juni 2016 dengan potongan harga mencapai 90 persen. Ada lebih dari 30 layanan e-commerce yang berpartisipasi dalam Harboldan pertama ini, di antaranya adalah Blibli, MatahariMall, Lazada, Zalora, dan Elevenia.

Melihat Peran Teknologi yang Menjadi Fondasi Layanan aCommerce

Tumbuh suburnya industri e-commerce di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, turut membuka berbagai peluang bisnis baru. Salah satu yang coba digali adalah peranan sebagai e-commerce enabler, seperti yang dilakoni oleh perusahaan asal Thailand, aCommerce. Basis utama dari layanan aCommerce sendiri ada di sisi teknologi sistem informasi.

Teknologi sebagai fondasi dari layanan aCommerce

aCommerce berdiri pada Juni 2013 di Thailand dan secara resmi mulai beroperasi di Indonesia pada bulan Desember di tahun yang sama. Sebagai perusahaan e-commerce enabler, solusi yang disediakan oleh aCommerce adalah layanan end-to-end yang mencakup marketing, channel management, call center, fulfillment center dan logistik dalam satu platform terintegrasi.

“aCommerce bukan perusahaan logistik, […] kami itu perusahaan teknologi. Visi perusahaan kami secara teknologi adalah kami menggunakan teknologi sebagai enabler [untuk] partner kami, baik itu dari perspektif klien maupun dari perspektif platform partner kami,” ujar CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro.

Hadi juga menekankan, “aCommerce itu tidak hanya mengintegrasikan pergerakan transaksi fisik [logistik], […] tetapi enabler-nya justru dari teknologi sistem informasi.”

Sederhananya, aCommerce memiliki platform yang disebut AMP (aCommerce Management Platform) yang berperan sebagai middleware. Di dalamnya terdapat sumber daya platform teknologi yang dapat menghubungkan front end platform miliki klien hingga ke layanan logistik dari aCommerce. Platform channel management Squid yang diluncurkan pada akhir Januari silam dan SmartShip adalah core platform dalam AMP.

Selain itu masih ada juga Magento 2.0 untuk pengembangan mobile app, situs e-commerce, marketplace, atau regular website yang terdapat dalam AMP. Ada juga layanan PopShop yang lebih difokuskan untuk penanganan flash sale atau sample produk dari klien.

Salah satu tujuan aCommerce untuk mengintegrasikan sistem teknologinya adalah untuk memetakan data perilaku konsumen dari hulu ke hilir. Dari mulai berselancar mencari produk, hingga penerimaan barang. Data tersebut nantinya akan dimanfaatkan secara general untuk bantu mengambil keputusan untuk strategi klien dan juga dalam bentuk riset yang akan menjadi bagian dari kanal e-Commerce IQ.

Pendekatan konsumen dan kultur kerja

Tim Teknologi aCommerce Indonesia / DailySocial

Sebagai enabler, aCommerce juga memberikan jasa konsultasi kepada kliennya. Ini merupakan langkah awal dari aCommerce untuk memahami bisnis dari kliennya. Menurut Head of Technology aCommerce Indonesia Ferdian Robianto, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh klien pada masa konsultasi ini adalah 2-6 bulan.

Ferdian mengatakan, “Kami memberikan jasa konsultasi dengan tujuan mengedukasi calon klien [terutama yang masih awam] akan kondisi dan tren industri e-commerce saat ini. Konsultasi ini tidak hanya bersifat pengetahuan general saja, tetapi juga dalam level yang lebih jauh seperti membangun model bisnis yang efektif dan menguntungkan, market study, sampai penghitungan return of investment [ROI]. […] Tentu saja konsultasi ini opsional, semua tergantung permintaan klien.”

Seperti kebanyakan startup teknologi, aCommerce juga menerapkan Scrum, Kanban, dan stand up meeting sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan kompleks dan adaptif namun di saat bersamaan dapat menghasilkan produk yang baik.

Sebagai informasi, baru-baru ini aCommerce juga telah melebarkan sayap operasional ke Bandung dan Surabaya untuk memaksimalkan dukungan terhadap metode transaksi Cash on Delivery (COD). Ke depannya, Hadi mengungkap bahwa aCommerce sedang dalam masa penjajakan untuk membangun omni-channel sebagai platform tambahan dalam AMP untuk mendukung adopsi Online-to-Offline.

aCommerce Melakukan Ekspansi ke Bandung dan Surabaya

Bersamaan dengan makin dibutuhkannya layanan logistik bagi para pemegang brand dan industri e-commerce di Indonesia, pada kuartal pertama tahun ini aCommerce Indonesia mencoba mendorong percepatan bisnis dengan melakukan ekspansi. Bandung dan Surabaya menjadi dua kota yang kini mulai dijajaki. Di dua kota tersebut aCommerce telah menyiapkan warehouse seluas 150 meter persegi. Warehouse aCommerce Bandung berlokasi di Ujung Berung, sedangkan di Surabaya berlokasi di Kabupaten Sidoarjo.

Kedua warehouse aCommerce tersebut akan berperan sebagai cross docking atau in-transit distribution hub. Dengan kapasitas hingga 1.500 meter persegi kehadiran dua ruang logistik ini akan memberikan dampak berarti bagi operasional aCommerce. Ke depan kedua hub ini akan dipersiapkan menjadi fulfillment center yang dapat mendukung kebutuhan transaksi e-commerce yang lebih efisien.

Sebagai salah satu landasan penentu, pembukaan hub di kedua kota dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan pengiriman terintegrasi aCommerce dengan metode pembayaran Cash on Delivery (COD). Metode ini saat ini dinilai efektif, di saat masyarakat secara umum baru beradaptasi dengan jual-beli online. CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro meyakini bahwa COD masih akan terus meluas pemanfaatannya dalam beberapa tahun mendatang.

“Sistem COD akan tetap menjadi pilihan metode pembayaran yang utama dalam beberapa tahun ke depan, selain terkait dengan penetrasi kartu kredit yang masih rendah, hal ini juga sebagai salah satu upaya mengeliminasi permasalahan kepercayaan konsumen di Indonesia. Alasan lain COD akan masih berkembang dan digunakan secara luas adalah dengan beralihnya target market yang akan lebih banyak ke c-class customer,” ujar Hadi.

Ebenezer Bonatua selaku Head of Transportation and Distribution aCommerce Indonesia menyampaikan bahwa kehadiran hub di dua kota besar ini diharapkan bisa sepenuhnya melakukan kontrol atas proses COD, sehingga meningkatkan load time delivery, service reability dan mempercepat proses rekonsiliasi.

Bandung dan Surabaya dikatakan akan menjadi batu loncatan pertama, karena ke depan secara bertahap aCommerce telah berkomitmen untuk mengembangkan jangkauan di beberapa kota tier-2 di antaranya Yogyakarta, Medan, Makassar, Semarang, Tangerang, Denpasar, Manado, Lampung dan Palembang. Di sisi lain peningkatan infrastruktur dan platform teknologi juga akan masih menjadi fokus aCommerce.

Mengintip Rencana aCommerce Indonesia Tahun Depan

Akhir tahun 2015 sudah semakin dekat dan banyak para pelaku bisnis di Indonesi mempersiapkan rencana untuk melangkah di tahun 2016 nanti. aCommerce Indonesia, perusahaan e-ommerce enabler asal Thailand, termasuk salah satunya. Setelah resmi memperkenalkan aDelivery, tahun depan aCommerce berencana memperluas jangkauan wilayah operasional dan mengembangkan sistem yang memudahkan brand dalam mengelola penjualan produknya di berbagai kanal marketplace online.

Pengembangan produk Tracking Management System aDelivery

IT & Product aCommerce Indonesia yang mengembangkan aDelivery / DailySocial

Belum lama ini, aCommerce resmi memperkenalkan Tracking Management System bernama aDelivery. Pada dasarnya, sistem yang dikembangkan secara in-house tersebut bertujuan untuk bantu meningkatkan produktivitas kerja armada yang dimiliki oleh aDelivery Indonesia. Sistem ini dapat berjalan di ponsel pintar Android yang digunakan oleh armada aCommerce Indonesia.

“aDelivery adalah bagian dari aCommerce untuk memberikan added value service pada kosumen atau klien kami sebagai perusahaan berbasisis teknologi yang salah satu fokusnya ada di logistik. Melalui aDelivery, kami bisa memonitor behavior dari para pengendara kami. […] Tujuannya untuk dapat memonitor, mengukur, dan pada akhirnya mengontrol produktivitas dari para riders yang melakukan proses pengiriman,” ujar Co-CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro ketika ditemui di kantornya di kawasan Halim, Jakarta.

IT and Product Manager aCommerce Indonesia Rano Santoso menjelaskan bahwa aDelivery dibuat dan digunakan sebagai problem solving terkait dengan backlog di pendistribusian dengan beberapa fitur yang diunggulkan seperti Status Delivery, Tracking Courier, Routing History, Rekonsiliasi Cash on Delivery, pemberitahuan melalui email dan SMS, hingga Dashboard Performance yang dapat bantu menentukan Key Performance Index [KPI] untuk setiap kurir aCommerce Indonesia.

Saat ini, aDelivery yang baru meluncur memang baru digunakan untuk aCommerce Indonesia dengan armada yang yang dimiliki berjumlah 60-100 kurir. Pun demikian, di tahun 2016 nanti rencananya aDelivery akan menjadi sistem standar operasional aCommerce di kawasan Asia Tenggara. Untuk kawasan Indonesia sendiri implementasinya akan diperluas hingga ke beberapa kota besar, seperti Bandung dan Surabaya.

“Sejauh ini untuk last mile delivery dalam kota [Jakarta], aDelivery sudah bisa mengakomodir kebutuhan pengiriman kami. Sedangkan untuk pengiriman luar kota, sistem sudah siap berjalan, […] tetapi kami masih menunggu dibukanya hub distribusi baru di Surabaya dan Bandung,” ungkap Rano.

Hadi menambahkan, “Sekarang kami fokus aDelivery ini dibangun untuk memperkuat product service aCommerce di Indonesia, kebetulan aDelivery ini diinisiasi oleh aCommerce Indonesia. Target berikutnya adalah regional lain, Filipina, Thailand, Singapura, tahun depan kami juga akan buka di Malaysia dan Vietnam. […] Prioritas berikutnya setelah internal adalah rekan-rekan kami dan third party logistics.”

“Kuartal pertama kami harapkan  sudah bisa hadir di lima kota lain. Bandung dan Surabaya adalah yang sudah berjalan, kota lain bisa jadi adalah Semarang, Jogjakarta, Denpasar, Medan, atau Makassar. Tapi ini masih digodok. Akhir tahun depan target kami adalah bisa ekpansi ke 22 kota,” lanjut Hadi.

Empat Pilar aCommerce Indonesia untuk melangkah di 2016

COO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro / DailySocial

aDelivery memang memang merupakan produk teranyar aCommerce Indonesia dan akan menjadi salah satu fokus pengembangan di tahun depan. Namun berbicara mengenai aCommerce sebagai peruhsahaan, menurut Hadi, ada empat pilar yang akan menjadi pegangan aCommerce. Mulai dari basis teknologi untuk e-Commerce hingga pilar terbaru yakni, channel management system.

Hadi menekankan, “aCommerce adalah ­end-to-end enabler services company untuk industri e-Commerce. Artinya, siapapun yang ingin terjun ke e-commerce, kami bisa mendukung secara end-to-end. Kami punya empat produk [yang jadi pilar]. Teknologi, Digital Marketing, Logistik Solution, dan terakhir Channel Management.”

Dijelaskan oleh Hadi, di sisi teknologi sebagai pilar pertama, aCommerce dapat membantu memberikan dukungan sumber daya teknologi bagi siapa saja yang ingin terjun ke e-commerce. Contohnya, mulai dari pembuatan situs hingga sistem pembayaran. Sedangkan pada pilar kedua, yakni digital marketing, aCommerce dapat bantu untuk merencanakan strategi dari hulu ke hilir untuk pemasaran digital.

Di pilar ketiga, yang fokus pada solusi logistik, aDelivery dan pengembangan produknya merupakan salah satu bagiannya. Selain itu, Hadi juga mengungkapkan bahwa aCommerce akan menambah luas gudang yang dimilikinya menjadi total sekitar 50.000 meter persegi. Sementara ini aCommerce memiliki dua gudang [fulfillment center] di Indonesia, masing-masing di kawasan Halim dan Pondok Ungu. Selain itu, O2O juga menjadi salah satu perhatian aCommerce ke depannya.

Pilar terakhir adalah yang paling baru dari aCommerce, yakni Channel Management System. Hadi mengungkapkan bahwa saat ini aCommerce sedang mengembangkan sebuah sistem yang dapat membantu brand dalam mengelola produknya di berbagai kanal marketplace online. Selain itu, para pelaku e-commerce juga dapat memanfaatkan sistem ini untuk mencari brand yang ingin berjualan dalam platformnya.

Lebih jauh, sistem ini juga akan mengakomodir cross boarder channel antar negara bagi brand ataupun pemain e-commerce. Pun demikian, channel management system ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Bila sesuai jadwal, sistem ini akan diluncurkan pada akhir Januari tahun depan.

Hadi mengatakan, “Karena end-to-end ini [dan juga empat pilar utama aCommerce], maka kami sekarang menempatkan diri sebagai solution design consultant untuk industri e-commerce. Itu positioning kami sekarang. Jadi aCommerce itu bukan perusahaan logistik saja. Logistik hanyalah salah satu produk kami.”

aCommerce Indonesia Kembangkan Teknologi Manajemen Armada aDelivery

aCommerce Indonesia mengumumkan kehadiraan teknologi manajemen armada yang dikembangkan secara in-house bernama aDelivery melalui blog resminya. Teknologi tersebut pada dasarnya menggantikan sistem pelacakan yang sebelumnya diserahkan pada pihak ketiga. Tujuannya, untuk membantu meningkatkan produktivitas armada aCommerce.

COO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro mengatakan, “Dengan aDelivery, produktivitas pengendara Anda dapat dipantau dan diukur secara akurat. Dengan fitur-fitur […] seperti electronic signature, COD reconciliation, real time dan laporan rinci dari KPI dashboard, aplikasi ini mampu memberikan value added service dan kepuasan pelanggan dengan cara yang tepat dan transparan.”

Teknologi aDelivery sendiri dikembangkan dengan mengidentifikasi tantangan operasional umum yang dihadapi dalam logistik tradisional. Contohnya konfirmasi pembayaran Cash on Delivery, kesalahan pengelolaan waktu, dokumentasi manual, dan ketidakpuasan pelanggan.

Dashboard sistem aDelivery / aCommerce Blog

Selain menawarkan transparansi layanan pada klien dengan memungkinkan mereka melacak pengiriman secara real time, aDelivery juga mengintegrasikan aplikasi dengan email dan pemberitahuan SMS. Tujuannya untuk memberitahu status pengiriman terbaru, berhasil atau gagal.  Pelanggan akan selalu diberitahu ketika akan menerima produk sehingga memungkinkan mereka untuk mempersiapkan transaksi.

Mengacu pada situs resminya, ada empat kategori harga yang disediakan untuk menggunakan layanan aDelivery. Empat kategori layanan yang tersedia adalah Trial, Basic, Business, dan Enterprise.

Trial memungkinkan penggunaan layanan secara gratis, namun terbatas pada satu pengguna. Penggunaan Basic dikenakan biaya Rp 200.000 per bulan, sedangkan Business Rp 150.000 per bulan. Untuk penggunaan Enterprise, harga baru bisa diperoleh dengan menghubungi pihak terkait. Tersedia juga pilihan Enterprise Bundled dengan biaya Rp 230.000 per bulan.

aDelivery saat ini baru bisa digunakan untuk armada aCommerce saja. Aplikasi yang berjalan pada platform Android ini memungkinkan pelacakan rinci armada aCommerce dan membantu mereka mengatur rute untuk proses dan waktu pengiriman yang lebih efisien. Mimpi besarnya adalah untuk dapat membantu meningkatkan infrastruktur e-commerce di kawasan Asia Tenggara.