Strategi dan Rencana Bisnis Muslim Pro untuk Pasar Indonesia

Sebagai aplikasi yang menghadirkan utilitas dan gaya hidup bagi umat muslim global, Muslim Pro ternyata memiliki perhatian khusus kepada Indonesia. Sebagai pasar yang memiliki jumlah pengguna 16 juta, Muslim Pro sudah menjadi aplikasi pilihan masyarakat masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya — khususnya dalam kaitannya dengan fitur dan konten Islami.

Kepada DailySocial.id, Fara Abdullah selaku Managing Director Bitsmedia, perusahaan publisher dari Muslim Pro, menyampaikan rencana bisnis dan fokus mereka kepada pasar di Indonesia.

Platform pilihan untuk komunitas muslim

Berawal dari sebuah utilitas Muslim Pro yang mengedepankan teknologi untuk menghadirkan fitur yang relevan kepada umat muslim secara global, kini mereka telah memiliki beberapa fitur yang kerap digunakan oleh umat muslim untuk kebutuhan lainnya. Mulai dari azan atau waktu salat, hingga Al-Qur’an yang bisa dinikmati langsung di aplikasi.

Kedua fitur unggulan tersebut sudah menjadi familiar bagi target pengguna mereka. Di Indonesia sendiri fitur yang paling banyak digunakan adalah Al-Qur’an. Memanfaatkan aplikasi Muslim Pro, kegiatan membaca kerap dilakukan oleh umat muslim di Indonesia secara personal hingga oleh berbagai komunitas.

Saat pandemi ketika semua kegiatan offline dibatasi, penggunaan Muslim Pro diklaim menjadi meningkat. Terutama bagi mereka yang ingin memanfaatkan waktu luang tersebut dengan meningkatkan keimanan mereka, memanfaatkan semua fitur di aplikasi.

“Kami selalu mendengarkan semua kebutuhan dari pengguna. Untuk itu ke depannya kami ingin melakukan lokalisasi untuk pasar Indonesia. Yang telah kami lakukan adalah menjalin kolaborasi dengan pihak terkait memanfaatkan fitur azan dengan ustaz Syamsuddin Nur Makka dan Teuku Wisnu,” kata Fara.

Jelang ramadan, Muslim Pro juga akan mempersiapkan fitur yang menarik dan tentunya bermanfaat bagi umat muslim. Salah satunya dengan mengelar kampanye atau kegiatan check-in setiap hari bagi pengguna yang mengakses aplikasi Muslim Pro.

Selain Mulsim Pro, sebenarnya sudah ada beberapa aplikasi sejenis dari pengembang di Indonesia. Misalnya Halal Local, Umma, Kesan, dan lain-lain.

Fitur konten terkurasi

Untuk menambah fitur yang ada, ke depannya Muslim Pro juga memiliki rencana untuk menambahkan fitur konten yang relevan untuk umat muslim secara global. Dengan demikian diharapkan Muslim Pro bisa menjadi acuan bagi mereka yang ingin mendapatkan informasi terkait dengan gaya hidup muslim di berbagai negara.

Disinggung apakah nantinya dalam bentuk agregator, Fara menegaskan masih belum bisa disimpulkan konten seperti apa yang nantinya akan mereka hadirkan. Namun demikian untuk memberikan konten berkualitas Muslim Pro akan menjalin kolaborasi dengan penulis konten.

“Ada peluang bagi kami untuk berkembang melayani umat muslim. Berawal sebagai utilitas dan kemudian berevolusi menjadi aplikasi gaya hidup dan masih berada dalam ruang teknologi. Konten bisa menjadi tools yang baik, apakah bentuknya long form atau short form content,” kata Fara.

Bitsmedia, perusahaan yang berbasis di Singapura berhasil membangun Muslim Pro. Ke depannya perusahaan ingin menjadikan aplikasi Muslim Pro untuk menjadi aplikasi global dengan lebih dari 120 juta pengguna di seluruh dunia.

Fokus ingin menjadi aplikasi gaya hidup untuk umat muslim secara global, Muslim Pro tidak memiliki rencana untuk menambahkan fitur baru seperti commerce hingga layanan terkait lainnya yang menyasar pasar halal. Untuk strategi monetisasi Muslim Pro masih bisa digunakan secara gratis. Namun bagi pengguna yang ingin menikmati layanan dan fitur lebih mendalam bisa memanfaatkan layanan premium dari mereka.

“Sebagai faith base app kami cukup bangga menjadi platform pertama yang menghadirkan semua fitur yang relevan untuk umat muslim. Ke depannya kami memiliki banyak rencana untuk memberikan konten berkualitas dan fitur lainnya untuk komunitas,” kata Fara.

Application Information Will Show Up Here

Platform SCF Bizhare Luncurkan Layanan Syariah, Incar Potensi Bisnis Halal

Platform securities crowdfunding (SCF) Bizhare merilis layanan syariah “Bizhare Syariah” untuk menggarap potensi bisnis halal yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Mereka mengklaim jadi perusahaan pertama di industri SCF yang memiliki unit bisnis syariah.

Dalam keterangan resmi, Co-CEO Bizhare Syariah Gatot Adhi Wibowo menjelaskan saat ini pangsa pasar syariah masih di angka 9,03%. Kesempatan tersebut mendorong perusahaan untuk menghadirkan ekosistem investasi syariah yang lebih terintegrasi bagi masyarakat luas.

Tak hanya menjadi platform pembiayaan, Bizhare telah memiliki jaringan edukasi, pelatihan, ekosistem UMKM industri halal, supplier management system, dan pustaka aplikasi digital halal.

“Bizhare Syariah bersama berbagai macam UKM, lembaga pendidikan, dan komunitas muslim di Indonesia akan membangun ekosistem bisnis syariah yang menguntungkan dan bermanfaat bagi para investor,” terangnya.

Bizhare menjalankan bisnis syariahnya dengan membentuk unit bisnis khusus yang dipimpin langsung oleh Gatot. Serta, memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sendiri yang dikepalai oleh Awang Muda Satria. Di ALUDI, Gatot juga menjabat sebagai Ketua Eksekutif Bidang Syariah.

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Founder & CEO Bizhare Heinrich Vincent menjelaskan perbedaan konsep equity crowdfunding (ECF) syariah dengan konvensional terletak di sisi bisnis penerbit yang harus menerapkan syariat Islam dalam menjalankan bisnisnya. Penerbit tersebut sebelumnya sudah melakukan penelaahan kesyariahan oleh DPS yang sudah direkomendasikan oleh Majelis Ulama Indonesia.

Kemudian memakai empat jenis akad untuk pembagian hasilnya. Akad yang dimaksud ialah Akad Ijarah (sewa menyewa barang/jasa), Akad Mudhorobah (pengelola tidak setor modal uang), Akad Musyarakah (pengelola juga setor modal), dan Akad Murabahah (jual beli barang).

Lalu dari sisi due dilligence juga lebih mendalam karena tidak hanya dari sisi legal, finansial, dan proyeksi bisnis saja, tapi juga menambah unsur syariah di dalamnya. “Proses pengajuan bisnis syariahnya sendiri, prosedurnya kurang lebih sama, tetap akan dilakukan due dilligence mendalam dari sisi legal dan finansial. Namun akan ditambah dengan penelaahan kesyariahannya oleh DPS,” kata Heinrich.

Gatot turut menambahkan, saat ini cakupan layanan syariah mereka baru di ranah ECF, ke depannya Bizhare Syariah akan diperluas hingga ke SCF, mengingat Bizhare sendiri saat ini sudah meng-upgrade lisensinya di OJK. Perusahaan menargetkan pada 2025 mendatang dapat membuka lebih dari 2 ribu bisnis syariah.

Saat ini, Bizhare Syariah membuka dua penawaran saham bisnis syariah, yakni Tihama Klinik Hemodialisa untuk kategori bisnis di bidang kesehatan yang berlokasi di Cirebon dan SALSA untuk kategori bisnis grosir dan ritel di Banyumas.

Selain Bizhare Syariah, sebelumnya perusahaan juga telah merilis layanan Pasar Sekunder pada Februari kemarin. Layanan ini menjadi strategi untuk meningkatkan likuiditas dari saham penerbit yang diterbitkan, serta salah satu exit strategy untuk para investor.

Pada Mei kemarin, Bizhare baru mengumumkan pendanaan pra-Seri A senilai $520 ribu yang dipimpin oleh AngelCentral. Diikuti oleh investor sebelumnya, seperti GK Plug and Play, GDILab, dan Billy Boen. Dana segar ini salah satunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan aplikasi mobile.

Evermos Ingin Perkuat Inovasi di Industri Ekonomi Halal

Pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan, fesyen, dan berbagai produk lainnya. Sebagai platform yang fokus pada penjualan produk muslim, halal, dan sesuai dengan syariah, pandemi juga memberikan impact kepada bisnis Evermos.

Kepada DailySocial, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, sebelum pandemi fesyen selalu menjadi kategori yang paling laris. Namun ketika pandemi, permintaan cukup dinamis. Produk home & living, health & herbal, dan prayer equipment pernah menjadi kategori dominan.

“Secara umum, Evermos membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Apa yang kami amati dari pandemi ini konsumen yang digarap oleh para resellers Evermos masih memiliki daya beli, namun terdapat pergeseran terhadap demand produk yang dibeli oleh para konsumen.”

Langkah strategis yang dilancarkan oleh Evermos selama pandemi salah satunya adalah mengintensifkan online training, baik itu di aplikasi (dengan fitur Zona Reseller Sukses) dan juga di luar aplikasi seperti pelatihan melalui Google Meet atau Zoom. Evermos juga memiliki tim training khusus dan berpengalaman yang setiap hari melakukan berbagai macam pelatihan sesuai dengan kebutuhan reseller.

Sebagai platform yang fokus kepada produk halal, Evermos memiliki misi untuk mewujudkan ekonomi inklusif melalui penciptaan platform dan ekosistem
pemberdayaan ekonomi sehingga lebih banyak orang dan organisasi di Indonesia. Evermos all-out dalam menggalakkan inovasi di ekonomi halal dan memposisikan diri di segmen muslim. Antara lain dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual halal atau muslim-friendly.

Wajib halal ketika memang untuk kategori tersebut bisa mendapatkan lisensi halal (makanan, minuman, obat). Sedangkan untuk kategori-kategori lain seperti fesyen serta home & living yang tidak membutuhkan lisensi halal, harus muslim-friendly. Misalnya dari product presentation, marketing kit yang disiapkan untuk resellers.

“Karena hampir 90% orang Indonesia beragama Islam, kami percaya bahwa untuk menciptakan ekonomi yang inklusif secara efektif sampai ke kawasan pedesaan di Indonesia, memasuki dan menggalakkan inovasi di industri ekonomi halal adalah sebuah konsekuensi logis,” kata Ghufron.

Inovasi produk dan layanan Evermos

Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 brand owners (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen. Perusahaan juga telah merilis platform ZISWAF bernama Beramaljariyah.org dan sudah menggalang dana kumulatif sebesar Rp27 miliar.

“Sebagai contoh dari dana yang telah terkumpul tersebut, kami dapat menyantuni lebih dari 46 ribu anak yatim, menyalurkan 55 unit Al-Qur’an, membantu rumah sakit/puskesmas dengan lebih dari 71 ribu APD,” kata Ghufron.

Sementara untuk halal travel, perusahaan sempat meluncurkan Paket Umroh. Namun karena pandemi dan tidak ada pemberangkatan umrah, layanan tersebut kemudian ditunda. Evermos sekitar 3 bulan yang lalu juga telah merilis produk baru, bekerja sama dengan salah satu pihak yakni program tabungan haji yang bisa dijual oleh para resellers. Dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat mendaftarkan haji di Kementerian Agama dan mengamankan porsi antrean.

“Di Indonesia, antrean haji bisa lebih dari 30 tahun untuk beberapa provinsi. Dengan adanya produk ini, orang tidak perlu menabung sampai Rp25 juta dulu baru daftar haji yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Karena siapa saja yang sudah punya Rp1 juta sudah bisa daftar dan dapat porsi antrean dari Kemenag,” kata Ghufron.

Evermos mencatat saat ini terdapat sekitar 335 resellers Evermos yang aktif menjual produk tersebut. Untuk fintech syariah, saat ini Evermos masih fokus untuk menggarap kerja sama yang lebih dalam dengan beberapa platform fintech syariah.

Target perusahaan dan rencana penggalangan dana

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Evermos, di antaranya adalah menambah kuantitas dan kualitas resellers. Meningkatkan jaringan reseller, tidak hanya melalui iklan digital, tetapi juga kerja sama dengan berbagai institusi misalnya pesantren, pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten/kota.

Melalui Evermos, masyarakat juga dapat kesempatan berbisnis online tanpa butuh modal untuk beli inventory (stok barang), kurasi brand dan produk, menyiapkan materi promosi sendiri. Perusahaan juga ingin memajukan lebih banyak UMKM atau local brands Indonesia untuk naik kelas.

Yang terakhir perusahaan ingin lebih intens untuk mulai mewujudkan shared consciousness, bahwa memajukan ekonomi Indonesia harus melalui upaya kolektif semua pihak. Harapannya ketika masyarakat secara kolektif memiliki keberpihakan untuk membeli produk UMKM, akan semakin maju sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Disinggung apakah Evermos memiliki rencana penggalangan dana tahun ini, disebutkan pihaknya tengah dalam proses penjajakan penggalangan dana. Tidak disebutkan lebih lanjut kapan finalisasi proses penggalangan dana tersebut. Sebelumnya Evermos telah mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $8,25 juta (Rp 115 miliar) dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Evermos tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena kami dibantu oleh pasukan resellers untuk memasarkan produk-produk di Evermos ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Produk Halal Malaysia Aladdin Street Segera Hadir di Indonesia

Tingginya minat akan produk halal, dari berbagai negara, merupakan alasan utama Aladdin Street, marketplace Malaysia untuk mengembangkan bisnisnya secara global. Perusahaan yang berada dalam naungan Aladdin Group secara resmi telah membuka kantornya di Tiongkok, meski layanannya belum beroperasi secara publik, dan Indonesia akan menjadi negara berikutnya. Mereka menyebutkan akan membuka kantor di Indonesia minggu depan. Aladdin Street menjual ragam produk seperti makanan halal, pakaian, kosmetik, elektronik, hingga paket wisata.

“Saat ini produk halal bukan hanya untuk umat Muslim namun sudah menjadi bagian dari gaya hidup semua orang. Kebersihan yang ditawarkan produk halal menjadi alasan utama mengapa akhirnya masyarakat non-muslim pun menyukai produk halal,” kata Pendiri Aladdin Street Dr Sheikh Muszaphar kepada Straits Times.

Aladdin Street sendiri baru saja membuka layanannya di Singapura dan menargetkan bergabungnya 100 merchant dalam 12 bulan ke depan. Nantinya Aladdin Street akan melakukan kurasi kepada merchant yang ingin bergabung menjadi mitra. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan standar Aladdin Street yang mengedepankan kualitas dan produk halal yang terbaik.

Sebelumnya pada bulan April, Aladdin Street telah meluncur di Malaysia dengan  70-80 merchant dan telah menjual lebih dari 10 ribu produk.

Setelah Tiongkok dan Indonesia, Aladdin Street berharap bisa melebarkan usahanya dengan mendirikan kantor perwakilan di berbagai negara maju.

Kompetitor baru pemain lokal

Kehadiran Aladdin Street nantinya secara langsung akan berkompetisi dengan pemain lokal dengan sentimen yang sama yang sudah hadir sejak tahun 2015, Muslimarket. Marketplace yang menyasar merchant dari kalangan UMKM di seluruh Indonesia ini tak hanya menjual ragam produk dan busana muslim, tetapi juga menjual produk khas Indonesia. seperti batik hingga buku lokal.

Dalam acara Pop Up Market yang digelar bulan Juni lalu, Muslimarket yang sebelumnya merupakan layanan e-commerce telah resmi bertransformasi menjadi marketplace terbuka dan telah memiliki lebih dari 17 ribu SKU. Menarik diikuti bagaimana “label halal” menjadi diferensiasi baru layanan marketplace di Indonesia.