Bank Syariah: Pengertian, Keunggulan, dan Kekurangannya

Perbankan syariah telah mendapatkan banyak popularitas sebagai cara bagi umat Islam untuk menginvestasikan uang mereka.

Perbankan syariah mengikuti aturan dan prinsip hukum islam untuk memastikan bahwa transaksi keuangannya sesuai dengan syariah. Bank syariah harus mematuhi prinsip-prinsip Islam seperti melarang pembayaran bunga.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut terkait Bank Syariah.

Pengertian Bank Syariah

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi di bawah prinsip hukum Islam, karena itulah disebut syariah.

Prinsip inti dari perbankan syariah termasuk tidak mengenakan bunga untuk meminjam uang, tidak membayar bunga pada rekening tabungan, dan tidak berinvestasi dalam bisnis yang dilarang oleh hukum Islam, seperti perjudian, pornografi, tembakau atau alkohol.

Selain itu, bank syariah sering menggunakan pengaturan bagi hasil, dimana keuntungan dibagi antara bank dan nasabahnya, bukan membayar atau membebankan bunga.

Tujuan perbankan syariah adalah menyediakan produk dan layanan keuangan yang beretika dan bertanggung jawab secara sosial, sekaligus mendukung perkembangan ekonomi komunitas Muslim.

Contoh bank syariah adalah Bank Syariah Indonesia, Bank Muamalat, Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah.

Keunggulan Bank Syariah

Ada beberapa keunggulan perbankan syariah, antara lain:

Perbankan Etis dan Bertanggung Jawab

Perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip hukum Islam, yang melarang investasi dalam bisnis yang berbahaya bagi masyarakat atau lingkungan. Artinya, bank syariah hanya berinvestasi dalam usaha yang etis dan bertanggung jawab secara sosial, yang dapat membantu mempromosikan pembangunan berkelanjutan.

Tanpa Bunga

Perbankan syariah tidak membebankan atau membayar bunga, yang dianggap tidak adil menurut hukum Islam. Sebaliknya, bank syariah menggunakan pengaturan bagi hasil, yang dapat memberikan pengembalian yang lebih adil baik kepada bank maupun nasabahnya.

Pembagian Risiko

Dalam perbankan syariah, keuntungan dan kerugian dibagi antara bank dan nasabahnya, yang berarti bahwa nasabah tidak bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian apa pun. Hal ini dapat memberikan sistem perbankan yang lebih transparan dan adil.

Inklusi Keuangan

Perbankan syariah menyediakan produk dan layanan keuangan yang dapat diakses oleh Muslim dan non-Muslim, yang mempromosikan inklusi keuangan dan membantu mengurangi kemiskinan.

Stabilitas

Perbankan syariah beroperasi berdasarkan peraturan dan prinsip yang ketat, yang dapat membantu meningkatkan stabilitas keuangan dan mengurangi risiko krisis keuangan.

Secara keseluruhan, perbankan syariah memberikan alternatif yang bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap perbankan tradisional, yang dapat bermanfaat baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

Kekurangan Bank Syariah

Walaupun perbankan Syariah memiliki banyak keuntungan, ini mungkin bukan pilihan terbaik untuk semua orang, tergantung pada kebutuhan dan preferensi keuangan masing-masing.

Beberapa potensi kekurangannya, antara lain:

Penawaran Produk Terbatas

Perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip dan peraturan ketat yang dapat membatasi jenis produk dan layanan yang dapat ditawarkannya. Misalnya, perbankan syariah mungkin tidak menawarkan pinjaman atau hipotek konvensional, yang dapat merugikan sebagian nasabah.

Jangkauan Global yang Terbatas

Perbankan syariah terutama terkonsentrasi di negara-negara mayoritas Muslim, yang berarti mungkin tidak tersedia secara luas di belahan dunia lain. Ini bisa menjadi kerugian bagi mereka yang bepergian atau melakukan bisnis internasional.

Biaya Lebih Tinggi

Karena bank syariah tidak membebankan bunga, mereka mungkin membebankan biaya yang lebih tinggi untuk layanan mereka untuk menutupi biaya operasional mereka. Ini bisa menjadi kerugian bagi pelanggan yang mencari opsi perbankan berbiaya rendah.

Kurangnya Jaminan Simpanan

Beberapa bank syariah tidak menawarkan jaminan simpanan, yang berarti bahwa nasabah mungkin tidak terlindungi jika terjadi kegagalan bank. Ini bisa menjadi kerugian bagi pelanggan yang khawatir tentang keselamatan dan keamanan simpanan mereka.

Demikianlah penjelasan selengkapnya mengenai bank syariah, semoga bermanfaat.

Alexander Rusli Uraikan Potensi Fintech dan Rencana Ekspansi Digiasia

Co-Founder dan Co-CEO Digiasia Alexander Rusli bicara tentang perkembangan pasar fintech, aksi melantai di bursa saham AS, hingga peran gandanya sebagai angle investor.

Berbincang dengan DailySocial.id, pria yang karib disapa Alex ini melihat potensi pasar Fintech-as-a-Service (FaaS) masih sangat besar seiring dengan semakin matangnya (maturity) pemahaman industri terhadap layanan fintech. Berbeda dengan tiga tahun lalu, saat industri belum memahami bagaimana fintech bisa relevan bagi bisnis B2B. Meningkatnya pemahaman ini juga membuat penjajakan sinergi/kolaborasi menjadi lebih mudah.

Sepanjang 2022, ujarnya, pertumbuhan bisnis Digiasia banyak dimotori oleh sektor fintech, terutama P2P lending. Menurutnya, kebutuhan pelaku fintech mulai meningkat agar mereka bisa lebih fokus mengelola bisnis inti, dan tidak perlu repot untuk mengajukan lisensi baru.

Selain perusahaan fintech, pihaknya juga mulai banyak masuk ke lembaga keuangan konvensional, seperti bank daerah. Ia berujar ke depannya persaingan tidak hanya terjadi pada pemain independen, tetapi juga bank-bank besar yang sudah masuk ke produk Banking-as-a-Service (BaaS).

Saat ini, Alex menyebut pihaknya tengah mengurus lisensi untuk produk payment gateway Syariah dan wallet Syariah. “Belum live, lagi diurus di BI. Kami selalu lihat pain point, kebutuhannya apa. Pada akhirnya, [kebutuhan] orang semakin disiplin, pasti akan ke sana [produk Syariah],” ujarnya kepada DailySocial.id.

Sebagai informasi, Digiasia didirikan pada 2017 oleh Alexander Rusli dan Prashant Gokarn. Saat ini, pihaknya menawarkan sejumlah solusi keuangan digital dengan lisensi wallet, lending channeling, remittance, hingga LKD.

Terbaru, Digiasia berencana go public melalui kesepakatan merger dengan perusahaan cangkang Stonebridge Acquisition Corporation. Dengan mekanisme ini, penilaian pra-ekuitas lewat transaksi penggabungan kedua perusahaan ini ditarget sebesar $500 juta. Mastercard dan Reliance Capital Management (RCM) sebagai pemegang saham Digiasia akan menggulirkan 100% dari ekuitasnya menjadi perusahaan gabungan sebagai bagian dari transaksi.

“Kami pilih IPO di AS karena [likuiditas] uang di sana banyak, di sini lagi [susah], makanya ada tech winter. SPAC sudah di-set up seperti itu. Target realisasi IPO di kuartal II 2023, tetapi itu tergantung SEC approval. Di sana peraturah lebih jelas. Semua lebih eksplisit,” tuturnya.

Alex menambahkan, modal ini akan dimanfaatkan untuk memuluskan rencana ekspansi Digiasia ke Asia Tenggara. Rencananya, perusahaan akan mencaplok perusahaan sejenis di negara terkait untuk mempermudah lisensi dan komersialisasi layanan. Lisensi yang dimiliki perusahaan mitra tidak harus sama dengan Digiasia.

Peran sebagai investor

Alex juga membeberkan pengalamannya sebagai angel investor yang dilakoni sejak beberapa tahun terakhir. Ia aktif berinvestasi ke berbagai startup tahap awal. Portofolionya sekarang ada 31, termasuk Digiasia yang ia dirikan bersama Prashant Gokarn, sesama eks petinggi Indosat.

Saat mencari peluang bisnis baru, ada sejumlah kriteria penting bagi Alex sebelum memutuskan berinvestasi. Pertama, ia butuh waktu panjang untuk mengenal karakter founder dan memahami bisnisnya, bisa enam bulan hingga lebih dari satu tahun.

“As an early [stage] investor, you have to trust the [founder] character karena produknya belum ada. Saya ingin lihat bagaimana founder mau fight for my money, apakah saya cocok dengan cara kerjanya. Makanya, saya jarang berinvestasi di startup yang founder-nya cuma satu karena risikonya tinggi,” ungkap Alex.

Ia meyakini perusahaan masih dapat tetap berjalan meski tidak bisa memperoleh pendanaan berikutnya. Menurutnya, perusahaan tidak akan mati, hanya saja pertumbuhannya flat. Maka itu, Alex mencari bisnis yang sekiranya 80% sudah berkelanjutan.

Menanggapi penurunan industri startup, Alex bilang bahwa situasi tersebut justru menjadi eye-opener agar ekspektasi para founder menjadi lebih realistis. Bahwasannya, metode valuasi yang ia katakan sejak awal tidak masuk akal, sekarang menjadi common understanding bagi pihak terkait.

Sejauh ini, situasi downturn tersebut tidak mengganggu upayanya dalam mencari peluang bisnis baru. Dengan posisinya sebagai investor tahap awal, Alex berkomitmen untuk berinvestasi dalam jangka panjang, yakni 5-6 tahun.

“Saya tidak berinvestasi di sesuatu yang lagi ramai. Tapi, saat ini sektor yang menarik adalah agriculture and food. Bisnis harus bisa jalan dengan atau tanpa teknologi. Small scale. Kalau mau scale up, baru pakai teknologi,” ujarnya.

Alex memprediksi tahun ini investor akan selektif dan lebih memilih berinvestasi di portofolio existing. “Old VCs belum bisa raise the money now, sedangkan VC yang sudah, akan lebih berhati-hati. Until, the fed rate go down significantly, orang akan berat untuk put their money keluar AS. For me, I’ll still continue what I do.”

Dari sisi startup, Alex memprediksi startup baru akan mulai bermunculan. Namun, mereka akan lebih berhati-hati dalam membuat model bisnis sekarang karena mimpi muluknya sudah habis.

Application Information Will Show Up Here

Serba-Serbi Reksa Dana Syariah yang Perlu Kamu Tahu

Kamu ingin investasi tapi ragu apakah investasi termasuk riba atau bukan? Kalau iya, kamu bisa mencoba alternatif satu ini, yaitu reksa dana syariah. Reksa dana syariah ini cocok bagi kamu yang mempertimbangkan unsur halal dan keberkahan.

Faktanya, reksa dana syariah ini memiliki rata-rata pertumbuhan market cap paling tinggi, loh! Lalu, apa pengertian reksa dana syariah dan apa bedanya dengan reksa dana konvensional? Baca terus artikel ini dan temukan jawabannya!

Apa Itu Reksa Dana Syariah?

Reksa dana syariah pertama kali diprakarsai oleh PT Danareksa Investment Management pada 1997. Reksa dana syariah kemudian mendapat sambutan hangat dari masyarakat hingga pada akhirnya, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang mengatur pelaksanaan reksa dana syariah.

Hampir mirip dengan definisi umum, reksa dana syariah adalah wadah untuk menghimpun dana yang dikelola manajer investasi, kemudian diinvestasikan ke surat berharga yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

Prinsip syariah sendiri ditekankan pada pemilihan efek oleh manajer investasi yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). DES sendiri diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara periodik yaitu efektif setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Contoh efek dalam reksa dana syariah adalah saham syariah, sukuk, dan efek syariah lainnya.

Perbedaan Cara Kerja Reksa Dana Syariah dan Konvensional

Penerapan Prinsip Syariah

Perbedaan ini sudah pasti sangat kentara di mana reksa dana mengadopsi prinsip syariah dalam pelaksanaan investasi. Prinsip syariah tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

  1. Pemilihan efek berdasarkan DES terbaru yang telah efektif dan menghindari efek non-halal seperti rokok, minuman alkohol, makanan non-halal, jual beli yang berpotensi pada perjudian, dll.
  2. Terdapat proses penyerahan kuasa wakalah bin ujrah dari investor kepada manajer investasi dan bank kustodian untuk mengelola investasi. Manajer investasi dan bank kustodian akan mendapat imbalan atau ujrah dari jasa pengelolaan investasi tersebut.
  3. Terdapat proses cleansing oleh manajer investasi. Menurut OJK, cleansing artinya pembersihan kekayaan dari pendapatan non-halal atau hal-hal yang dapat menggangu kehalalan uang selama melakukan investasi.
  4. Terdapat banyak pilihan produk dan berbasis efek syariah luar negeri pertama di Indonesia.
  5. Seluruh unit yang bertugas mengelola dan mengawasi investasi menganut prinsip syariah.

Diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Seluruh pelaksanaan reksa dana syariah harus diawasi oleh DPS tempat investor menaruh investasi. Penunjukkan DPS sendiri harus melalui beberapa persyaratan yang ditentukan DSN-MUI, misalnya dengan memiliki surat rekomendasi dari MUI setempat dan lolos kompetensi sebagai pengawas syariah.

Tugas DPS adalah untuk menjamin produk investasi menjalankan prinsip syariah. DPS juga bisa turun langsung untuk memberikan rekomendasi produk investasi halal kepada manajer investasi.

Manfaat Reksa Dana Syariah

Risiko Lebih Rendah

Menurut aturan OJK, perusahaan yang masuk dalam DES hanyalah mereka yang memiliki utang berbasis bunga kurang dari 45 persen dari total aset keseluruhan.

Ini artinya, perusahaan-perusahaan yang masuk dianggap memiliki keuangan yang sehat. Hal ini juga menandakan bahwa peluang return saham cukup tinggi dan risiko utang tak dibayar menjadi kecil.

Dapat Menjadi Sarana Amal

Sebelumnya telah disebutkan bahwa dalam reksa dana syariah terdapat proses cleansing atau pembersihan kekayaan dari unsur non-halal. Umumnya, proses cleansing ini dilakukan untuk memisahkan bunga dari dana yang mengendap dan kenaikan harga saham efek.

Hasil pemisahan tersebut kemudian akan disalurkan pada kegiatan yang bersifat amal. Secara tidak langsung, menggunakan reksa dana syariah juga berpotensi sebagai sarana investor berbuat amal kepada masyarakat. Sangat menarik bukan?

Rekomendasi Reksa Dana Syariah Terbaik

Setelah belajar keunggulan reksa dana, sekarang waktunya kamu berinvestasi. Untuk memulainya, jangan lupa juga untuk memahami cara investasi dengan reksa dana, ya! Selain itu, kamu juga harus bisa menentukan produk reksa dana terbaik.

Saat ini, sudah banyak produk reksa dana syariah yang bisa kamu gunakan, misalnya reksa dana syariah yang dikeluarkan bank nasional seperti Bank Mandiri, Bank BSI, dll. Namun, kamu tentunya ingin memilih produk terbaik, bukan?

Simak daftar 5 reksa dana terbaik menurut Qoala selama 2020-2021 di bawah ini.

  1. Reksa Dana Syariah Mandiri
  2. Reksa Dana Syariah BNI
  3. Reksa Dana CIMB Niaga
  4. MNC Dana Syariah
  5. Simas Syariah Unggulan

 

Demikian pembahasan singkat tentang reksa dana syariah. Bagaimana menurutmu informasi ini? Kami berharap artikel ini bisa membantu menggugah hatimu untuk berinvestasi secara syariah. Sampai jumpa di bahasan lainnya!

Sumber gambar header: Unsplash

***

Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Mengenal Reksa Dana, Investasi Minim Risiko bagi Pemula

Pernah dengar istilah reksa dana? Atau, setidaknya pernah sekilas baca tentang reksa dana tapi belum paham apa itu, bagaimana cara kerja dan juga keuntungannya?

Instrumen investasi reksa dana ini bisa dibilang yang paling murah, minim risiko, dan sangat cocok bagi pemula. Melalui artikel ini, kamu dapat memahami apa itu reksa dana, apa keuntungan dan risikonya, jenis-jenis reksa dana, hingga cara investasinya.

Simak terus informasinya ya!

Apa itu Reksa Dana?

Reksa dana dalam Bahasa Inggris disebut sebagai mutual funds. Jika diartikan, mutual funds artinya urun dana bersama. Tak jauh beda, pengertian reksa dana dalam Bahasa Indonesia juga diartikan sebagai penghimpunan dana menurut Undang-Undang Pasar Modal Tahun 1995, pasal 1 ayat 27.

Secara lengkap, definisi reksa dana menurut Undang-Undang adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi. Sederhananya, dengan reksa dana, kamu bisa membeli surat berharga tertentu tanpa mengeluarkan modal besar.

Reksa dana adalah pilihan terbaik bagi orang-orang yang ragu melakukan investasi karena kurangnya modal dan pengetahuan. Namun, dengan skema yang mudah, reksa dana memungkinkan siapapun bisa berinvestasi tanpa kekhawatiran dan keraguan.

Reksa dana sendiri berbentuk hukum sebagai Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang ditandatangani oleh manajer investasi dan bank kustodian. Manajer investasi sebagai pihak yang mengelola portfolio investasi, sedangkan bank kustodian sebagai pihak yang menyediakan penitipan dana kolektif.

Keuntungan dan Risiko Reksa Dana

Skema reksa dana ini cocok buat kamu yang ingin investasi tapi hanya memiliki modal, waktu, dan pengetahuan investasi yang pas-pasan. Mulai dari Rp 10.000 saja, kamu sudah bisa mulai investasi dan tak perlu memantau progressnya karena peran tersebut sudah dipercayakan kepada manajer investasi.

Selengkapnya, berikut keuntungan menggunakan reksa dana.

Sangat Terjangkau

Dengan skema urun dana, reksa dana bisa dilakukan dengan modal yang tidak besar. Kamu bahkan bisa memulainya dengan angka kecil seperti Rp 10.000 sampai dengan Rp 100.000. Dengan modal yang kecil, kamu masih bisa membeli portfolio dalam efek yang biasanya butuh modal besar seperti obligasi atau saham.

Efisiensi Waktu, Minim Risiko, dan Transparan

Dana yang sudah diinvestasikan akan dikelola dan dipantau kinerjanya oleh manajer investasi. Dia jugalah yang akan menawarkan efek mana yang menguntungkan bagi masyarakat pemodal. Dengan ini, kamu tak perlu lagi menyediakan waktu untuk memantau pergerakan uangmu.

Selain itu, kamu juga bebas memilih diversifikasi investasi yang disediakan manajer investasi. Ini menunjukkan bahwa reksa dana cenderung minim risiko untuk dijalankan. Secara garis besar, tugas manajer investasi ada dua.

Pertama, ia akan menentukan efek apa yang menguntungkan bagi dana yang sudah terkumpul, misalnya saham, obligasi, deposito berjangka, dll. Kedua, manajer investasi juga bertugas memantau kinerja portfolio dan melaporkannya secara berkala kepada masyarakat pemodal.

Bisa Dilakukan Semua Orang

Menentukan efek atau surat berharga yang menguntungkan bukanlah pekerjaan mudah, melainkan butuh pengetahuan dan keahlian tersendiri. Kamu tidak bisa berspekulasi bebas tanpa memiliki ilmunya. Bisa-bisa kamu rugi dan uang yang sudah diinvestasikan hangus begitu saja.

Dengan reksa dana, kamu tak perlu khawatir jika belum memiliki pengetahuan mumpuni soal efek atau investasi secara keseluruhan. Inilah mengapa reksa dana sangat cocok bagi pemula karena menyortir efek dan memantau portfolio adalah tugas manajer investasi. Kamu hanya menyetor jumlah urun dana yang kamu inginkan, lalu tinggal menariknya dalam periode tertentu.

 

Meski memiliki banyak keuntungan, reksa dana juga memiliki beberapa risiko, di antaranya sebagai berikut.

Risiko Penurunan Nilai

Risiko pertama yaitu penurunan nilai. Nilai sebuah reksa dana dilihat dari harga reksadana yang diambil dari nilai aktiva bersih per unit penyertaan. (NAB/UP). Pergerakan NAB/UP memperlihatkan kinerja reksa dana.

NAB adalah total aset reksa dana setelah dikurangi seluruh kewajiban yang harus dipenuhi. Sementara UP adalah satuan yang menunjukkan bagian kepemilikan investor. Harga yang didapat dari NAB/UP tersebut dihitung setiap hari bursa dan akan terdampak market risk dari efek, sehingga nilainya bisa naik turun.

Kamu bisa meminimalisir risiko ini dengan berinvestasi reksa dana ke efek yang berisiko rendah seperti deposito atau obligasi karena jatuh temponya kurang dari setahun. Penurunan nilai akan lebih berisiko ke reksa dana efek berisiko tinggi seperti saham yang cenderung fluktuatif.

Risiko Likuiditas

Meminjam istilah Inggris liquid yang berarti cair, likuiditas berkaitan erat dengan pencairan dana dan manajer investasi. Ini terjadi ketika sebagian besar investor ingin menjual kembali UP yang dimiliki (redemption), tetapi manajer investasi kesulitan menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.

Kemudian, akan terjadi keterlambatan pencairan oleh manajer investasi. Dalam reksa dana sendiri, hasil penjualan UP harus sudah dikirim manajer investasi ke rekening investor selambat-lambatnya 7 hari bursa (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional tidak dihitung).

Risiko Wanprestasi

Risiko terakhir adalah wanprestasi, kegagalan mencapai kesepakatan atau dalam konteks reksa dana adalah gagal bayar. Ini terjadi ketika salah satu atau beberapa rekan usaha manajer investasi tidak bisa memenuhi kewajiban sesuai kesepakatan.

Rekan usaha tersebut seperti emiten, pialang, bank kustodian, agen penjuak efek reksa dana, dll. yang sebelumnya sudah ditunjuk manajer investasi. Sementara itu, kegagalan memenuhi kewajiban seperti tidak memberi kupon hasil pembelian obligasi, terlambat memberi ganti rugi atau membayar lebih rendah saat terjadi bencana alam, dsb.

Jenis-Jenis Reksa Dana

Saat ini, sudah banyak pihak-pihak yang menawarkan jasa untuk menitipkan reksa dana seperti Bank Mandiri, reksa dana Bank BCA, reksa dana Bank BRI, dan bank nasional lainnya. Selain bank, terdapat pula merek yang menyediakan jasa khusus reksa dana seperti Bareksa, Bibit, Danareksa, dll.

Kamu bebas memilih pihak mana yang paling terpercaya untuk mengelola uang investasimu. Jangan lupa untuk melakukan riset terhadap bentuk jasa yang ditawarkan, terutama untuk mengecek apakah pihak tersebut sudah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sejauh ini, terdapat 97 manajer investasi yang dapat izin resmi dari OJK. Selain memilih manajer investasi yang terpercaya, pastikan juga kamu memilih jenis reksa dana yang tepat. Pahami jenis-jenis reksa dana di bawah ini.

Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)

Reksa dana pasar uang menaruh investasi pada efek yang bersifat utang dan memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun. Alasan pendeknya jatuh tempo tersebut adalah untuk memperlancar likuiditas dan pemeliharaan modal.

Beberapa contoh efek yang bisa dipilih untuk reksa dana pasar uang adalah deposito berjangka, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dll. Reksa dana jenis ini dianggap paling minim risiko. Namun, karena jatuh tempo terlalu singkat, maka return yang didapat juga terhitung kecil.

Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Sama dengan reksa dana pasar uang, reksa dana jenis ini juga menaruh investasi dalam bentuk efek yang bersifat utang. Hanya saja, reksa dana pendapatan tetap memiliki risiko lebih besar dari reksa dana pasar uang, tetapi memiliki tujuan untuk mendapat pengembalian yang stabil.

Biasanya, jenis reksa dana pendapatan tetap akan menaruh investasi ke surat utang jangka panjang yang dikeluarkan pemerintah atau perusahaan swasta yang memiliki pergerakan stabil. Misalnya, Surat Utang Negara (SUN), sukuk, dan obligasi sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya.

Reksa Dana Saham (Equity Funds)

Seperti sifat saham, reksa dana jenis ini terkenal memiliki high risk high return atau risiko dan pengembalian lebih besar dari dua jenis reksa dana sebelumnya. Reksa dana saham sendiri akan menaruh investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari aktiva dalam bentuk efek bersifat ekuitas.

Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)

Sesuai namanya, reksa dana campuran akan menaruh investasi dalam bentuk efek yang bersifat utang dan ekuitas. Karena jenis reksa dana ini campuran, maka risiko investasi disandarkan pada aset utama yang dipilih.

Misalnya, aset utamanya adalah reksa dana bersifat ekuitas atau saham. Maka investasi yang dilakukan cenderung berisiko tinggi. Akan tetapi, jika aset utamanya bersifat utang, maka reksa dana tersebut lebih berisiko rendah.

Untuk lebih memahami perbedaan jenis-jenis reksa dana, perhatikan gambar berikut.

jenis-jenis reksa dana
Sumber: OVO

Cara Mudah Investasi Reksa Dana

Setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan reksa dana, sekarang waktunya kamu mengetahui cara berinvestasi dengan reksa dana. Sebelum itu, kamu harus perhatikan dulu sifat reksa dana yang akan kamu investasikan.

Sifat ini merujuk kepada reksa dana konvensional atau syariah. Bagi kamu yang muslim, biasanya akan mempertimbangkan reksa dana bersifat syariah tersebut. Intinya, pelaksanaan reksa dana syariah akan disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah dan terdapat mekanisme pembersihan kekayaan non-halal.

Selengkapnya, lihat perbedaan reksa dana konvensional dan syariah oleh Bareksa berikut ini.

perbedaan reksa dana konvensional dan syariah
Sumber: Bareksa

Di samping sifatnya yang memiliki beberapa perbedaan, secara umum, cara kerja investasi reksa dana adalah sebagai berikut.

  1. Masyarakat pemodal atau investor memilih produk reksa dana lalu membelinya dengan besaran tertentu (UP).
  2. Dana yang sudah terkumpul akan dialokasikan manajer investasi ke berbagai produk efek sesuai pilihan reksa dana masing-masing investor.
  3. Manajer investasi akan memantau kinerja dan melaporkan portfolio masing-masing reksa dana dalam periode tertentu berupa fund fact sheet (FFS).
  4. Investor dapat mencairkan dana kapan saja, kadang berlaku juga biaya penjualan. Secara aturan, investor bisa mendapatkan hasil penjualan maksimal 7 hari bursa.

Alur kerjanya sangat mudah bukan? Nah, sebelum terjun ke investasi reksa dana, kamu perlu mengetahui 5 tips untuk melakukan tahap di nomor 1 yaitu memilih produk reksa dana yang tepat.

  1. Pertama dan paling utama, pelajari dan pahami apa itu reksa dana beserta istilah-istilahnya.
  2. Tentukan tujuan, biaya, dan tenggat waktu investasi. Tujuanmu akan bergantung pada produk reksa dana yang akan kamu pilih.
  3. Lakukan riset terhadap produk reksa dana di berbagai platform atau aplikasi.
  4. Pilih aplikasi atau platform reksa dana terbaik berdasarkan risetmu.
  5. Sesuaikan produk yang akan kamu pilih dengan tujuanmu.

 

Sampai di sini bahasan kita untuk mengenal reksa dana. Pastikan kamu benar-benar mempelajarinya sebelum berinvestasi dengan reksa dana ya! Selain melakukan riset mandiri, kamu juga bisa bertanya kepada teman yang lebih paham atau bergabung dalam komunitas.

Semoga informasi ini bermanfaat!

Sumber gambar header: Unsplash

***

Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Platform SCF Bizhare Luncurkan Layanan Syariah, Incar Potensi Bisnis Halal

Platform securities crowdfunding (SCF) Bizhare merilis layanan syariah “Bizhare Syariah” untuk menggarap potensi bisnis halal yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Mereka mengklaim jadi perusahaan pertama di industri SCF yang memiliki unit bisnis syariah.

Dalam keterangan resmi, Co-CEO Bizhare Syariah Gatot Adhi Wibowo menjelaskan saat ini pangsa pasar syariah masih di angka 9,03%. Kesempatan tersebut mendorong perusahaan untuk menghadirkan ekosistem investasi syariah yang lebih terintegrasi bagi masyarakat luas.

Tak hanya menjadi platform pembiayaan, Bizhare telah memiliki jaringan edukasi, pelatihan, ekosistem UMKM industri halal, supplier management system, dan pustaka aplikasi digital halal.

“Bizhare Syariah bersama berbagai macam UKM, lembaga pendidikan, dan komunitas muslim di Indonesia akan membangun ekosistem bisnis syariah yang menguntungkan dan bermanfaat bagi para investor,” terangnya.

Bizhare menjalankan bisnis syariahnya dengan membentuk unit bisnis khusus yang dipimpin langsung oleh Gatot. Serta, memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sendiri yang dikepalai oleh Awang Muda Satria. Di ALUDI, Gatot juga menjabat sebagai Ketua Eksekutif Bidang Syariah.

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Founder & CEO Bizhare Heinrich Vincent menjelaskan perbedaan konsep equity crowdfunding (ECF) syariah dengan konvensional terletak di sisi bisnis penerbit yang harus menerapkan syariat Islam dalam menjalankan bisnisnya. Penerbit tersebut sebelumnya sudah melakukan penelaahan kesyariahan oleh DPS yang sudah direkomendasikan oleh Majelis Ulama Indonesia.

Kemudian memakai empat jenis akad untuk pembagian hasilnya. Akad yang dimaksud ialah Akad Ijarah (sewa menyewa barang/jasa), Akad Mudhorobah (pengelola tidak setor modal uang), Akad Musyarakah (pengelola juga setor modal), dan Akad Murabahah (jual beli barang).

Lalu dari sisi due dilligence juga lebih mendalam karena tidak hanya dari sisi legal, finansial, dan proyeksi bisnis saja, tapi juga menambah unsur syariah di dalamnya. “Proses pengajuan bisnis syariahnya sendiri, prosedurnya kurang lebih sama, tetap akan dilakukan due dilligence mendalam dari sisi legal dan finansial. Namun akan ditambah dengan penelaahan kesyariahannya oleh DPS,” kata Heinrich.

Gatot turut menambahkan, saat ini cakupan layanan syariah mereka baru di ranah ECF, ke depannya Bizhare Syariah akan diperluas hingga ke SCF, mengingat Bizhare sendiri saat ini sudah meng-upgrade lisensinya di OJK. Perusahaan menargetkan pada 2025 mendatang dapat membuka lebih dari 2 ribu bisnis syariah.

Saat ini, Bizhare Syariah membuka dua penawaran saham bisnis syariah, yakni Tihama Klinik Hemodialisa untuk kategori bisnis di bidang kesehatan yang berlokasi di Cirebon dan SALSA untuk kategori bisnis grosir dan ritel di Banyumas.

Selain Bizhare Syariah, sebelumnya perusahaan juga telah merilis layanan Pasar Sekunder pada Februari kemarin. Layanan ini menjadi strategi untuk meningkatkan likuiditas dari saham penerbit yang diterbitkan, serta salah satu exit strategy untuk para investor.

Pada Mei kemarin, Bizhare baru mengumumkan pendanaan pra-Seri A senilai $520 ribu yang dipimpin oleh AngelCentral. Diikuti oleh investor sebelumnya, seperti GK Plug and Play, GDILab, dan Billy Boen. Dana segar ini salah satunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan aplikasi mobile.

Melihat Besarnya Potensi Industri Halal, Investree Syariah Incar Tambahan Lender Institusi

Masih besarnya potensi bisnis syariah yang belum tergarap, membuat Investree Syariah, unit usaha lending milik Investree, akan fokus memperluas produk pembiayaan dan segmen usaha yang bidik pada tahun ini. Mencari lender institusi juga menjadi rangkaian strategi perusahaan untuk mencapainya.

Berdasarkan data Investree, sepanjang tahun lalu Investree Syariah mencatatkan penyaluran sebesar Rp229,8 miliar dengan pertumbuhan 107% dari tahun sebelumnya. Pembiayaan tersebut untuk 163 peminjam dengan kontribusi 3.228 lender. Angka kontribusinya sebesar 7,2% dari total portofolio Investree, memiliki pangsa pasar sebesar 13% dari seluruh pemain fintech lending syariah di Indonesia.

VP Sharia Investree Arief Mediadianto mengatakan, sektor perdagangan diprediksi masih akan mendominasi portofolio pembiayaan syariah tahun ini. Namun, sektor lain seperti jasa IT berpotensi kembali tumbuh baik dipicu oleh kinerja tahun lalu.

“Target pembiayaan Investree Syariah di akhir tahun ini sebesar Rp320 miliar, naik 50% dari tahun lalu sekitar Rp220 miliar. Jadi sesuai dengan target kita, kontribusinya bisa lebih dari 7% dari portofolio pembiayaan Investree,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (6/5).

Adapun pada Q1 2021 ini Investree Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp10 miliar. Ditargetkan pada kuartal berikutnya dapat tembus ke angka Rp50 miliar. Menurut Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi, banyak potensi dan momentum dalam kuartal tersebut, seperti Lebaran dan Ramadan yang memungkinkan bisnis dapat lebih menggeliat.

Adrian melanjutkan, setidaknya ada empat fokus yang akan dijalankan perusahaan untuk menggenjot pembiayaan syariah di tahun ini. Pertama, memperbanyak sumber pendanaan dari lender institusi. Untuk itu, pihaknya sedang aktif membangun kolaborasi dengan bank umum syariah, BPR/BPD syariah. Komposisi antara lender institusi dengan ritel di Investree Syariah adalah 60:40.

Sebelumnya, BRI Syariah (kini menjadi Bank Syariah Indonesia) adalah salah satu lender institusi di Investree Syariah. Menurut Adrian, finalisasi kolaborasi dengan BSI sedang dalam penjajakan. “Sudah ada beberapa sedang diskusi dalam tahap advance, semoga Q2 ini sudah bisa direalisasikan,” kata dia.

Kedua, membangun kolaborasi yang lebih erat dengan industri halal, termasuk pariwisata dan kesehatan. Ketiga, membangun ekosistem kerja sama halal, seperti yang sudah dilakukan perusahaan dengan Dompet Dhuafa untuk pembiayaan hewan kurban. Terakhir, memperkaya produk syariah untuk rantai pasokan.

Saat ini, produk syariah yang tersedia di Investree Syariah, antara lain Invoice Financing, Pre-Invoice Financing Syariah, Working Capital Term Loan Syariah, dan Retail Seller Financing Syariah. Kontribusi terbesar datang dari Invoice Financing sebesar 89%, sisanya dari produk yang lain.

“Kami akan menambah variasi produk agar lebih kaya dan masyarakat bisa punya banyak opsi pembiayaan yang sesuai dengan bisnis modelnya,” pungkasnya.

Besarnya populasi muslim di Indonesia dinilai menjadi peluang besar bagi layanan berbasis syariah untuk bertumbuh. Di lanskap fintech lending, selain Investree, ada beberapa pemain yang juga fokus pada pembiayaan syariah, di antaranya Alami, Amanna, dan SyarQ. Platform fintech lainnya seperti LinkAja (pembayaran) dan Tamasia (investasi) juga mulai suguhkan opsi syariah kepada penggunanya.

Application Information Will Show Up Here

Rencana ALAMI Menambah Model Bisnis untuk Pembiayaan Syariah

Sebagai platform fintech yang mengedepankan pembiayaan syariah, ALAMI saat ini terus melakukan langkah strategis untuk mengembangkan bisnis. Hingga bulan Februari 2021, mereka telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp428 miliar serta mempertahankan TKB 90 di angka 100%.

Kinerja tersebut berusaha terus ditingkatkan sampai di kuartal pertama tahun ini melalui beberapa program guna menarik minat pendana baru.

“Saat ini Indonesia sedang berada pada kebangkitan industri keuangan syariah. ALAMI melihat tren keuangan syariah yang semakin meningkat. Artinya, sudah banyak masyarakat yang melek melakukan hijrah finansial, salah satunya bergabung ke fintech P2P berbasis syariah,” kata Founder & CEO Alami Dima Djani.

Baru-baru ini ALAMI dikabarkan telah mengakuisisi PT BPRS Cempaka Al Amin. Disinggung apa rencana ALAMI dengan mengakuisisi perusahaan tersebut, Dima enggan untuk menjelaskan lebih lanjut. Ditegaskan olehnya, tidak menutup kemungkinan ke depannya akan membuka model bisnis lain selain p2p lending. Namun, harus menakar kapabilitas perusahaan, pasar, dan infrastruktur lainnya sebelum melakukan ekspansi bisnis.

“ALAMI percaya bahwa keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi besar. Melalui pengembangan produk, kami selalu berupaya untuk mendukung pertumbuhan keuangan syariah,” kata Dima.

Awal tahun lalu ALAMI telah mengantongi pendanaan senilai $20 juta (lebih dari 283 miliar Rupiah) berbentuk ekuitas dan debt yang dipimpin AC Ventures dan Golden Gate Ventures. Quona Capital turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Baik AC Ventures dan Golden Gate Ventures, merupakan investor sebelumnya yang memimpin pendanaan tahap awal senilai $1,5 juta pada akhir 2019.

Berdasarkan publikasi terbaru OJK, per Januari 2021 di Indonesia ada 11 platform p2p lending syariah yang terdaftar. Sebanyak 3 di antaranya sudah mendapatkan status berizin, yakni Investree Syariah, ALAMI, dan Ammana.

Kolaborasi dengan Bukalapak

Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya dan CEO ALAMI Dima Djani / ALAMI
Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya dan CEO ALAMI Dima Djani / ALAMI

Berangkat dari komitmen yang serupa, yaitu untuk mendukung produktivitas UKM lokal, ALAMI menjalin kolaborasi strategis dengan Bukalapak melalui BukaPengadaan. Kontribusi ALAMI dalam hal ini adalah dari sisi penyaluran pembiayaan syariah. BukaPengadaan sendiri merupakan lini bisnis e-procurement, menyasar segmentasi pelanggan B2B.

“Bisnis pengadaan digital (e-procurement) menjadi salah satu pendorong bagi UKM (mitra penjual) untuk dapat meningkatkan eksposur usahanya ke skala B2B dan B2G. Untuk mencapai itu, pembiayaan juga perlu diberikan variasi opsi. Salah satunya ke pembiayaan syariah.”

Sebelumnya ALAMI juga telah menjalin kerja sama strategis dengan eFishery melalui program paylater syariah kepada petani yang masuk dalam komunitas eFishery. Melalui kolaborasi tersebut, ALAMI telah menjangkau sebanyak 504 UKM pembudidaya ikan dan udang yang tersebar di 20 kota di Indonesia.

“Hal ini menunjukkan gairah masyarakat dalam mencapai tujuan keuangannya dengan imbal hasil yang kompetitif dan sesuai keuangan syariah, serta sekaligus mendukung UKM di sektor ini agar terus berkembang,” kata Dima.

Ke depannya ALAMI berharap akan semakin banyak UKM yang dapat meningkatkan transaksi di sektor e-procurement melalui pembiayaan syariah. Hal tersebut nantinya bisa menghadirkan semakin banyak opsi pembiayaan, pada akhirnya membuat exposure ALAMI kepada pelaku usaha yang ingin eksplorasi peluang pembiayaan lebih lanjut yang tidak kalah dengan penyedia pembiayaan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Officially Launches Sharia Feature

After few months of trial, Linkaja officially launched the sharia feature to public. They target to reach one million users for this service.

LinkAja first introduced the sharia features in November last year. One of the most distinguishing features of this sharia is its conventional services as an institution for the deposit (floating funds) to top up balances using the services of Islamic banks.

“LinkAja Syariah targets one million users in the first year,” Acting Director of LinkAja Haryati Lawidjaja said on Tuesday (4/14).

In order to pursue the target, LinkAja has collaborated with 1000 mosques, 11 waqf institutions, 23 zakat institutions, and 67 donation institutions. LinkAja’s ecosystem has been fairly complete, especially since the Islamic economy in Indonesia and the global economy is getting hype in recent years.

Head of Syariah Group LinkAja Channel, Widjayanto Djaenudin said, there are currently several service features that can be used widely, such as qurban, infaq, top-up balance, and zakat. He promised that soon their services could also be used to pay boarding school bills.

“We want to make LinkAja Syariah not available at non-halal merchants. Once choosing to become LinkAja sharia service users, they should already aware of the fact,” Djaenudin said.

LinkAja currently has more than 40 million users with 500 thousand merchants. Their current status positioned LinkAja as the first Sharia electronic money platform in Indonesia. It creates optimism for the company to dominate the Islamic electronic money market in Indonesia.

One of LinkAja’s fast methods to become topnotch is to partner with the Directorate General of Hajj and Umrah Management of the Ministry of Religion. “We have discussed this. I think all shareholders are very supportive to get there,” LinkAja’s President Commissioner, Heri Supriadi said.

On this occasion, Supriadi said that it was possible for their team to compete in other Muslim-majority countries such as Pakistan or Bangladesh. Moreover, Heri highlighted LinkAja’s target to be Indonesia’s number one as the largest Muslim country before expanding into other countries.

Currently, all LinkAja users can access sharia features by updating the application version on Google PlayStore.

DSResearch report of the most popular digital wallet in Indonesia
DSResearch report of the most popular digital wallet in Indonesia

In Indonesia, LinkAja has direct competition with some other digital wallet providers. Based on the DSResearch’s survey published on Fintech Report 2019, LinkAja placed in the fourth position in terms of the most used digital wallet platforms after Gopay, Ovo, and Dana. The service’s feature and integration mark an important value to win the customer’s interest, and each player is on the track to get there — to be the most complete digital wallet.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

LinkAja Resmi Luncurkan Fitur Syariah

Setelah uji coba beberapa bulan, akhirnya LinkAja meluncurkan fitur syariah mereka ke publik luas. LinkAja langsung menargetkan layanan syariah ini dapat menjangkau satu juta pengguna.

LinkAja pertama kali memperkenalkan fitur syariah pada November tahun lalu. Satu yang paling membedakan dari fitur syariah ini dengan layanan konvensional mereka adalah institusi untuk penyimpanan dana (floating fund) untuk melakukan top up saldo memakai jasa bank syariah.

“Target pengguna LinkAja Syariah pada tahun pertama adalah satu juta pengguna,” ucap Plt Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja, Selasa (14/4).

Guna mengejar target tersebut, LinkAja sudah menggandeng mitra kerja seperti 1000 masjid, 11 lembaga wakaf, 23 lembaga zakat, dan 67 lembaga donasi. Ekosistem yang dijalin LinkAja ini sudah terbilang cukup lengkap, apalagi ekonomi syariah di Indonesia dan global sedang bergeliat beberapa tahun terakhir.

Head of Group Syariah Channel LinkAja Widjayanto Djaenudin mengatakan, saat ini sudah ada beberapa fitur layanan yang sudah dapat digunakan secara luas yakni pembayaran kurban, infaq, isi ulang saldo, dan zakat. Ia menjanjikan tak lama lagi layanan mereka juga bisa dipakai untuk membayar tagihan sekolah pesantren.

“Kami inginnya pengguna tidak bisa memakai LinkAja Syariah di merchant nonhalal. Ketika memilih jadi pengguna layanan syariah LinkAja kita berharap mereka sudah punya kesadaran itu,” imbuh Widjayanto.

LinkAja sendiri saat ini sudah memiliki lebih dari 40 juta pengguna dengan 500 ribu merchant. Status mereka saat ini menjadikan LinkAja sebagai platform uang elektronik syariah pertama di Indonesia. Hal ini menjadikan mereka optimis untuk menguasai pasar uang elektronik syariah di Indonesia.

Salah satu metode kilat LinkAja untuk menjadi nomor wahid itu adalah menggandeng Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama. “Ini sudah kami diskusikan. Saya rasa semua shareholder sangat mendukung untuk ke sana,” ujar Komisaris Utama LinkAja Heri Supriadi.

Bahkan dalam kesempatan tersebut, Heri sempat mengutarakan bukan mustahil pihaknya berkompetisi di negara berpenduduk mayoritas muslim lainnya seperti Pakistan atau Bangladesh. Kendati begitu Heri menggarisbawahi LinkAja ingin menjadi yang nomor satu di Indonesia sebagai negara muslim terbesar sebelum ekspansi ke negara lain.

Kini seluruh pengguna LinkAja sudah dapat mengakses fitur syariah dengan memperbarui versi aplikasi tersebut di Google PlayStore.

Laporan DSResearch tentang digital wallet paling banyak digunakan oleh responden
Laporan DSResearch tentang digital wallet paling banyak digunakan oleh responden

Di Indonesia, LinkAja bersaing langsung dengan beberapa penyedia digital wallet lainnya. Berdasarkan hasil survei DSResearch yang dipublikasikan dalam Fintech Report 2019, LinkAja berada dalam peringkat keempat dari sisi jumlah penggunaan, setelah Gopay, Ovo, dan Dana. Fitur dan integrasi layanan memang menjadi poin penting untuk memenangkan hati konsumen, dan kini masing-masing pemain terus berlomba ke arah sana — untuk menjadi digital wallet paling lengkap.

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech Syariah Alami Bukukan Pendanaan 20 Miliar Rupiah

PT Alami Teknologi Sharia Group (Alami) berhasil mengantongi pendanaan terbaru dalam putaran seed. Investasi dipimpin oleh Golden Gate Ventures dengan keterlibatan RHL Ventures, Agaeti Ventures, dan Aamir Rahim melalui Zelda Crown.

“Karena ini masih MoU kami belum bisa disclose jumlahnya, tapi nilainya di atas 20 miliar Rupiah,” ujar Founder & CEO Alami Dima Djani dalam acara 6th Indonesia Sharia Economic Festival.

Dima mengatakan, dana segar tersebut seluruhnya akan dipakai untuk pengembangan teknologi, optimasi operasional, dan pemasaran produk. Seperti yang diketahui, Alami menyediakan produk keuangan berbasis syariah.

Alami sendiri fokus sebagai platform p2p lending untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM) sebagai pasarnya. Namun dengan pendanaan baru ini, Alami membuka kemungkinan untuk merambah permodalan bagi pelaku usaha yang lebih kecil.

“Saat ini kita masih fokus di UKM tapi justru dengan pendanaan ini akan eksplorasi produk-produk baru salah satunya mungkin masuk ke pendanaan mikro,” imbuh Dima.

Langkah lain yang akan diambil oleh Alami adalah mengembangkan kembali layanan agregator mereka. Dalam riwayat Alami, layanan agregator diperkenalkan lebih dulu dengan tujuan memudahkan UKM mendapatkan pinjaman dari institusi keuangan syariah.

Selain itu Dima juga menuturkan, seluruh proses pendanaan dilakukan secara syariah, sehingga diklaim sebagai kesepakatan pendanaan berbasis syariah dengan modal ventura yang pertama di Asia Tenggara.

Dima melihat faktor keterbukaan masih luput sebagai pertimbangan para pelaku bisnis syariah di dalam negeri. Ia mencontohkan bagaimana bisnis syariah sulit berkembang karena begitu selektif dengan investor yang ingin bekerja sama.

“Karena pada akhirnya Islam itu kan untuk semuanya. Siapa saja yang mau, asalkan ikut struktur syariah kita OK,” tutur Dima.

Alami mengklaim sudah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp50 miliar di periode Mei-Oktober 2019. Jumlah pemberi dana yang bergabung dengan sekitar 1.500 orang. Dengan pendanaan baru ini, Alami berharap dapat mengembangkan layanannya untuk setahun ke depan.