Warung Pintar Introduces Application for Wholesalers, Entering the Supply Chain Business

The new retail startup Warung Pintar recently launched its latest innovation. Named “Grosir Pintar”, the application seeks to provide wholesale entrepreneurs access to inventory management and reach a wider market.

Simply put, wholesale owners can immediately offer their merchandise to shop owners which registered with the Warung Pintar application. This new feature is also equipped with logistics services to support the delivery of goods.

“Warung Pintar directly cooperates with wholesale entrepreneurs who stand alone in each region. We do this to maintain the quality of goods and services to keep them optimal and encourage empowerment in the entire shop ecosystem,” Warung Pintar’s Co-Founder & COO Harya Putra said.

He further explained that shop owners have access to a wider variety of goods, including local specialty products, at competitive prices; and can receive orders within hours through the same-day delivery service.

“Delivery of goods, both for wholesalers and shop owners, is performed by the logistics system owned by Warung Pintar. Embracing local residents to join as couriers, is one of our efforts to revive the economy in the region as a whole by providing equal benefits,” Harya added.

The business model applied by Grosir Pintar is commission based. Although he did not explain the details, Harya explained that the calculations were in accordance with the agreement with the wholesalers and adjusted to the established standards.

“Starting from direct findings from wholesalers in the field, in the midst of this pandemic, there are physical limitations that lead to difficulties in reaching shop customers, the fulfillment of goods, and increased logistics costs. That’s why we embraced more than 60 of the best wholesalers in 14 cities,” Harya said.

Starting in Surabaya, until now, Grosir Pintar can be accessed in Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, and several other cities in Java.

Warung supply chain

Digital players are increasingly working on the supply chain business for warungs. With a unique approach, currently, there are several startups playing in this area. First, with the capital financing approach (invoice financing), startups like AwanTunai make it easier for shop owners to fill their merchandise shelves through productive credit. Connecting micro and small entrepreneurs with distribution partners who provide a variety of needs – including wholesalers.

Through the GoToko application, Decacorn Gojek also tries to offer the same service for stall or grocery store owners to fulfill sales goods and products. They also take advantage of various services in their ecosystem, such as logistics with GoSend, payments via GoPay, and business management through GoBiz.

It’s not the last, Chilibeli, previously known as social commerce, is targeting the C2C segment, in the middle of last year, introduced Chilimart. With a B2B concept, they target micro-entrepreneurs as their target market. In addition, previously there was also the Ula application, which was designed as a marketplace for the fulfillment of merchandise in a warung. Ula is also integrated with AwanTunai’s financing services.

Based on BPS data, 63 million micro-entrepreneurs are mostly engaged in retail or trade. The potential for a large economic unit gives digital players a special spirit to work on this market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Masuk ke Bisnis “Supply Chain”, Warung Pintar Luncurkan Aplikasi untuk Pengusaha Grosir

Startup new retail Warung Pintar belum lama ini meresmikan inovasi terbarunya. Bernama “Grosir Pintar”, aplikasi tersebut berusaha memberikan akses bagi pengusaha grosir untuk melakukan manajemen inventaris dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Sederhananya, pemilik grosir bisa langsung menawarkan barang dagangannya ke pemilik warung yang tergabung di aplikasi Warung Pintar. Fitur baru tersebut turut dilengkapi dengan layanan logistik untuk menunjang pengiriman barang.

“Warung Pintar menggandeng langsung pengusaha-pengusaha grosir yang berdiri sendiri di setiap wilayah. Hal ini kami lakukan untuk menjaga kualitas barang hingga pelayanan agar tetap optimal serta mendorong pemberdayaan di seluruh ekosistem warung,” ujar Co-Founder & COO Warung Pintar Harya Putra.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi pemilik warung mereka memperoleh akses untuk memenuhi barang yang lebih variatif, termasuk produk andalan lokal, dengan harga yang kompetitif; serta dapat menerima pesanan dalam hitungan jam melalui layanan same-day delivery.

“Pengiriman barang, baik bagi pengusaha grosir maupun pemilik warung, dilakukan oleh sistem logistik yang dimiliki oleh Warung Pintar. Merangkul warga setempat untuk bergabung sebagai kurir, hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk menghidupkan perekonomian di wilayah secara menyeluruh dengan memberikan keuntungan yang sama rata,” imbuh Harya.

Model bisnis yang diterapkan Grosir Pintar adalah bagi hasil (commision based). Kendati tidak menerangkan detail, Harya menjelaskan kalkulasinya sesuai kesepakatan dengan pengusaha grosir dan disesuaikan dengan standarisasi yang telah ditetapkan.

“Berangkat dari temuan langsung dari pengusaha grosir di lapangan, di tengah pandemi ini, terdapat batasan-batasan fisik yang berujung pada kesulitan dalam menjangkau pelanggan warung, pemenuhan barang, serta melonjaknya biaya logistik. Karena itulah, kami merangkul lebih dari 60 grosir terbaik di 14 kota,” kata Harya.

Diawali di Surabaya, hingga saat ini, Grosir Pintar dapat diakses di Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

Supply-chain warung

Bisnis penyedia rantai pasokan (supply chain) untuk warung makin ramai digarap oleh pemain digital. Dengan pendekatan unik, saat ini ada beberapa startup yang main di ranah tersebut. Pertama dengan pendekatan pembiayaan modal (invoice financing), startup seperti AwanTunai memudahkan pemilik warung untuk memenuhi rak dagangannya melalui kredit produktif. Menghubungkan pengusaha mikro-kecil dengan rekanan distribusi yang menyediakan berbagai kebutuhan – termasuk para pengusaha grosir.

Melalui aplikasi GoToko, decacorn Gojek juga mencoba tawarkan layanan yang sama untuk pemilik warung atau toko kelontong untuk memenuhi barang dan produk penjualan. Mereka turut memanfaatkan berbagai layanan di ekosistemnya, seperti logistik dengan GoSend, pembayaran via GoPay, dan pengelolan bisnis lewat GoBiz.

Tak berhenti di situ, Chilibeli yang sebelumnya dikenal sebagai social commerce menyasar segmen C2C, pertengahan tahun lalu kenalkan Chilimart. Berkonsep B2B, mereka menyasar pengusaha mikro sebagai target pasar mereka. Selain itu sebelumnya juga ada aplikasi Ula yang memang didesain sebagai marketplace untuk pemenuhan barang dagangan di warung. Ula juga terintegrasi dengan layanan pembiayaan milik AwanTunai.

Berdasarkan data BPS, 63 juta pengusaha mikro mayoritas bergerak di bidang ritel atau perdagangan. Potensi unit ekonomi yang besar memberikan semangat tersendiri bagi pemain digital untuk menggarap pasar tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Expands to Banyuwangi

Warung Pintar announces its expansion to Banyuwangi. It is due to a similar vision between Warung Pintar and Banyuwangi regency to maximize micro business and tourism sector using technology.

Warung Pintar had established since November 2017. Entering the second year, Warung Pintar initiated various strategies for business development, such as acquiring Limakilo and expansion to new area.

Due to Banyuwangi regency’s transparency and the will to have better economy, Warung Pintar has opened 101 kiosks a month before launch, equipped with its services. Banyuwangi regency shows its support by forming special regulation to give opportunity for the owners to open kiosk in the government-owned public facility.

“In 2020, we’re confident that Banyuwangi’s economy will grow at 5.5 – 5.7 percent, above the national prediction at 5.1 – 5.5 percent. This has proven that the government understand public’s capacity and make an effort to realize it. The regency also bite this opportunity, for the first time, partners with startup, Warung Pintar,” Banyuwangi’s Regent, Abdullah Azwar Anas said.

warung pintar

In order to achieve the economy growth , Warung Pintar and Banyuwangi regency are to apply the hyperlocal strategy as local SMEs empowerment, such as coffee, dried banana, cassava chips, and other products in Warung Pintar Banyuwangi,” Warung Pintar’s Co-Founder and COO , Harya Putra.

Along within this partnership, the regency has held some events with Warung Pintar, such as Festival Juragan Pintar and Hackathon Pintar competition last March.

Warung Pintar is currently has more than 1,200 kiosks in Jakarta. The arrival in Banyuwangi marks their step to expand its business and connect more kiosks.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Resmi Berekspansi ke Banyuwangi

Startup Warung Pintar mengumumkan kepastiannya berekspansi ke Banyuwangi. Ekspansi ini didorong oleh kesamaan visi antara Warung Pintar dan Pemkab Banyuwangi untuk memaksimalkan bisnis mikro dan sektor pariwisata dengan memanfaatkan teknologi.

Warung Pintar berdiri sejak November 2017 silam. Berjalan dua tahun, Warung Pintar mulai melancarkan berbagai macam strategi untuk pengembangan bisnis, salah satunya adalah akuisisi terhadap startup Limakilo dan ekspansi ke kota-kota baru.

Didukung keterbukaan Pemkab Banyuwangi dan semangat untuk memajukan perekominian, satu bulan sebelum peresmian Warung Pintar berhasil membuka 101 warung yang dilengkapi layanan-layanan dari Warung Pintar. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memberikan dukungan dengan membuat regulasi khusus yang memberi kesempatan kepada pemilik warung membuka di fasilitas umum milik pemerintah.

“Tahun 2020 kami optimis ekonomi daerah Banyuwangi akan tumbuh di kisaran 5,5 – 5,7 persen, di atas prediksi ekonomi nasional yag hanya sebesar 5,1 – 5,5 persen. Ini merupakan bukti bahwa pemerintah mengerti kondisi dan kemampuan masyarakat sehingga berupaya keras untuk mewujudkannya. Pemkab Banyuwangi pun menggunakan kesempatan ini untuk, pertama kalinya, bekerja sama dengan startup, yaitu Warung Pintar,” terang Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Warung Pintar di Banyuwangi

Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut Warung Pintar dan Pemkab Banyuwangi menerapkan strategi hyperlocal, berupa pemberdayaan UMKM setempat untuk berjualan di Warung Pintar dan menjadikan Warung Pintar sebagai pusat informasi pariwisata.

“Tak hanya berjualan produk kebutuhan sehari-hari, masyarakat dapat memperoleh produk UMKM setempat sepert kopi, sale pisang, keripik singkong dan produk olahan lainnya di Warung Pintar Banyuwangi,” terang Co-Founder dan COO Warung Pintar Harya Putra.

Masih dalam rangkaian kerja sama ini Pemkab Banyuwangi dan Warung Pintar telah menggelar beberapa acara, seperti Festival Juragan Pintar dan kompetisi Hackathon Pintar yang digelar akhir Maret silam.

Warung Pintar saat ini sudah memiliki lebih dari 1.200 warung di Jakarta. Kehadirannya di Banyuwangi ini menandai langkah Warung Pintar untuk memperluas binisnya dan menghubungkan lebih banyak warung.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Potensi Warung Tradisional Berinovasi Memanfaatkan Teknologi

Sesi #SelasaStartup kembali hadir dan kali ini mengupas peranan teknologi meningkatkan bisnis UKM di Indonesia dengan pemberdayaan pemilik warung tradisional. Warung Pintar, yang diinisiasi East Ventures, memiliki visi menaikkan kelas warung tradisional untuk mampu bersaing dengan gerai ritel modern.

Hadir sebagai pembicara COO Warung Pintar Harya Putra yang membahas lebih lanjut seperti apa kondisi kepemilikan warung tradisional saat ini dan bagaimana teknologi bisa membantu mereka menjalankan bisnis lebih baik lagi.

Kondisi warung tradisional

Sejak dulu, warung tradisional sudah hadir di berbagai kawasan, menawarkan produk makanan, minuman hingga kebutuhan rumah tangga untuk masyarakat umum. Konsepnya yang sederhana, mengandalkan relasi antar pemilik warung dan pembeli, menjadikan warung tradisional rutin dikunjungi pembeli.

Meskipun demikian, faktanya saat ini dari sekitar dua juta lebih warung tradisional yang tersedia di Indonesia, kebanyakan belum dilengkapi dengan jumlah produk secara konsisten, sistem inventori yang akurat, manajemen finansial yang efisien, hingga kegiatan pemasaran.

Beberapa kekurangan tersebut menjadikan warung tradisional menjadi kuno dan terlihat enggan berubah dan berinovasi. Warung Pintar kemudian mencoba menjembatani kebutuhan pemilik warung dengan supplier yang relevan hingga meningkatkan layanan.

“Kita melihat warung tidak akan pernah bisa bersaing dengan gerai ritel modern jika tidak adanya perubahan. Dengan alasan itulah kami mulai mengembangkan layanan,” kata Harya.

Peranan dan penerapan teknologi

Tidak bisa dipungkiri teknologi pada akhirnya menjadi sangat penting agar warung tradisional bisa bertransformasi menjadi lebih baik. Harya melihat minat besar masyarakat Indonesia yang ingin menjadi pemilik bisnis atau entrepreneur, bisa di-cater dengan penerapan teknologi. Warung tradisional pun bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan implementasi IoT dan data analytics. Warung Pintar ingin membantu pemilik warung menjadi lebih cerdas menjalankan usaha memanfaatkan teknologi.

Makin terbiasanya masyarakat Indonesia menggunakan smartphone dan peningkatan penetrasi internet dinilai membantu mempercepat proses inovasi warung tradisional mengadopsi teknologi.

“Konsep kita tentunya sederhana yaitu empowerment dan terus mendukung pemilik warung tradisional. Di sisi lain Warung Pintar juga masih terus belajar untuk memberikan layanan yang berguna,” kata Harya.

Ambisi Warung Pintar Menghidupi UMKM Warung Tradisional dengan Sokongan Teknologi

Warung Pintar, startup ritel yang memadukan warung tradisional dengan teknologi modern, bakal mengedepankan kolaborasi dari berbagai segmen dengan mitra teknologi agar inklusi teknologi masyarakat di kelas menengah ke bawah dapat meningkat.

Kolaborasi terbaru yang diumumkan Warung Pintar, yakni dengan Go-Pay untuk menghadirkan solusi pembayaran non tunai. Ini sifatnya tidak eksklusif, yang berarti Warung Pintar membuka peluang bersama perusahaan lainnya agar semakin banyak pilihan yang bisa dipilih pengguna saat bertransaksi di Warung Pintar.

Kini seluruh Warung Pintar telah memiliki kode QR yang dapat dipindai oleh pengguna Go-Pay setiap kali bertransaksi.

“Kami sedang dalam diskusi untuk kemitraan dengan beberapa bidang lain dan tentu saja kami menyambut baik kemitraan di bidang serupa [Go-Pay],” terang Business Development Associate Warung Pintar Dista Mirta Ayu kepada DailySocial.

Bagi pemilik kios dan pelanggan, transaksi non tunai dapat meningkatkan efisiensi karena mereka tidak perlu repot mencari atau menunggu uang kembalian saat bertransaksi online. Terlebih itu, mereka dapat melacak transaksi secara digital, cepat, dan aman, mengingat uang tunai telah lama menjadi target pencurian.

“Dari riset yang kami lakukan, 72% pemilik warung menginginkan layanan non tunai tersedia di warung dan kami sendiri pun melihat banyaknya manfaat sistem tersebut,” tambah COO Warung Pintar Harya Putra.

Berangkat dari kerja sama ini, perusahaan bakal terus melakukan inovasi, bagaimana teknologi yang digunakan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan di warung. Maka dari itu, menurut Dista, pihaknya akan terus mendengarkan kebutuhan mitra warung dan konsumen agar teknologi dapat diakses dengan mudah untuk semua kalangan masyarakat.

Beberapa implementasi teknologi yang sudah diterapkan Warung Pintar, di antaranya memanfaatkan mesin kasir yang dikembangkan sendiri oleh Warung Pintar, pencatatan keuangan dan keuangan dengan sistem Jurnal. Isi ulang pulsa dan tiket melalui Kudo, sert distribusi gudang dengan sistem Waresix.

Model bisnis Warung Pintar

Dista menjelaskan Warung Pintar menerapkan sistem kemitraan dengan siapapun dari kalangan menengah ke bawah yang ingin berbisnis unit Warung Pintar. Persyaratannya mereka hanya cukup melalui proses seleksi dan verifikasi data sebelum warung buka, salah satunya sudah memiliki lahan sendiri (bisa milik sendiri/sewa) untuk dijadikan warung.

Warung Pintar akan meminjamkan fasilitas yang berupa Wi-Fi, TV LCD, CCTV, bangunan warung, dispenser, kulkas mini, kompor, dan sistem digital sebagai modal awalnya, tanpa biaya bulanan. Perusahaan tidak menerapkan sistem bagi hasil dengan para pemilik warung dari setiap penjualan sebagai monetisasinya, justru melalui bisnis ritelnya itu sendiri.

“Kami tidak mengenakan biaya mulai pendaftaran hingga menjadi mitra. Warung Pintar hanya fokus bermitra dengan masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.”

Warung Pintar memiliki 313 warung dan dikelola lebih dari 500 micro-entrepreneur per Juli 2018, tersebar di kawasan Jabodetabek. Sayangnya Dista enggan mengungkapkan target pembukaan kios Warung Pintar sampai akhir tahun ini, dia hanya bilang ingin menambah beberapa ratus kios lagi.