Valve, HP dan Microsoft Sedang Mengembangkan Headset VR Next-Gen

Berbekal pengalaman serta pendekatan dari sisi software, upaya Valve melebarkan sayapnya ke ranah virtual reality terbilang sukses. Headset Index laris dan penjualannya melambung lebih tinggi lagi setelah diumumkannya Half-Life: Alyxgame yang hanya bisa dinikmati lewat VR. Begitu besarnya permintaan terhadap Index menyebabkan stoknya habis di mana-mana, dan kini Valve masih terus berupaya mengatasi masalah kelangkaan tersebut.

Ketika proyek Index telah mencapai ujungnya, Valve dikabarkan sudah memulai pekerjaan baru. Bersama dengan HP dan Microsoft, ketiga raksasa teknologi itu tengah mengembangkan head-mounted display virtual reality ‘generasi selanjutnya’. Produk sepertinya belum mempunyai nama resmi, hanya disebut Next Gen HP VR Headset baik di page Steam maupun di situs Hewlett-Packard.

Walaupun sudah muncul di dua situs, para produsen masih belum mengungkap detail mengenai perangkat ini. Mereka cuma menjelaskan bahwa headset dirancang untuk menyuguhkan konsen secara lebih immersive, lebih nyaman dikenakan, serta ditunjang aspek kompatibilitas yang lebih baik dibanding produk yang ada sebelumnya.

Produsen juga masih enggan memperlihatkan wujudnya. Foto headset di website sengaja digelapkan, namun secara garis besar penampilannya tak jauh berbeda dari HMD sejenis. Bagian visor tersambung ke strap vertikal dan horisontal, dan jika dugaan saya benar dan perangkat ini mempunyai poros di sisi samping yang memungkinkan layar dimiringkan ke atas (seperti PSVR), maka headset lebih mudah dikenakan sendiri tanpa bantuan.

Satu hal yang jelas ialah produk tampaknya akan mengusung branding HP. Microsoft kemungkinan akan mendukung dari sisi kompatibilitas ke platform dan ekosistem Windows, lalu Valve berpartipasi dari sisi teknologi. Sebagai contohnya, Index Controllers racikan Valve merupakan salah satu sistem input motion paling intuitif, memungkinkan kita melakukan aktivitas alami seperti lempar-tangkap, serta mampu mendeteksi gerakan dan arah jari.

Saat ini, satu-satunya cara untuk mendapatkan update info mengenai Next Gen HP VR Headset adalah dengan mendaftarkan email Anda. Belum diketahui spesifikasi dan fitur unik apa yang produsen bubuhkan di sana, begitu pula kapan perangkat akan dirilis serta berapa harganya.

Buat sekarang, membahas teknologi virtual reality dari Valve akan selalu dikaitkan dengan Half-Life: Alyx. Ia adalah game Half-Life pertama yang dirilis dalam periode 12 tahun, namun agar dapat menikmatinya, gamer mesti mempunyai headset VR. Meski awalnya banyak orang mengeluhkan keputusan itu, Alyx ternyata memang se-revolusioner janji Valve. Respons media terbukti sangat positif, dan Half-Life: Alyx merupakan salah satu game terbaik di tahun ini.

Via GameSpot.

HTC Perkenalkan 3 Varian Baru Headset VR Vive Cosmos

Dirilis di bulan Oktober 2019, Vive Cosmos merupakan pembaruan dari versi orisinal head-mounted display HTC. Perangkat ini menawarkan resolusi lebih tinggi dan menjanjikan efek screen-door yang minimal. Beberapa aspek di sana memang tidak berubah, misalnya pemanfaatan refresh rate 90Hz dan sudut pandang 110-derajat. Keunikan lain Cosmos dibanding Vive standar adalah, headset tak memerlukan base station agar bisa bekerja.

Minggu ini, HTC memperkenalkan tiga varian baru Vive Cosmos, terdiri dari Play, XR dan Elite. Pengembangan tiga model anyar ini merupakan upaya mengekspansi konsep Cosmos yang difokuskan pada fleksibilitas pemakaian. Mereka semua mengusung konsep modular, memungkinkan pengguna melepas bagian faceplate (pelat di sisi depan), membubuhkan adaptor wireless, serta membuka kesempatan untuk melakukan upgrade di masa depan.

CEO HTC Yves Maître menjelaskan bahwa mereka sengaja menyediakan pilihan-pilihan ini untuk memenuhi kebutuhan konsumen berbeda – dari mulai pengguna awam yang mulai tertarik dengan VR hingga user kelas bisnis. Apapun versi yang dipilih, tidak ada kompromi terhadap kemampuan headset dalam menyajikan konten, kenyamanan, serta build quality. Menariknya lagi, Vive Cosmos baru tak hanya difokuskan pada VR, tetapi juga cross reality (XR) secara umum.

Cosmos 1

Play ialah model entry-level, opsi paling terjangkau di antara empat tipe Vive Cosmos. Headset dilengkapi empat kamera untuk menunjang sistem pelacakan inside-out (Cosmos standar punya enam kamera), kembali mengusung desain flip-up (jadi mudah dikenakan sendiri), dan memanfaatkan panel LCD jenis baru dengan pixel yang lebih padat serta menyuguhkan resolusi total 2880x1700p. Setup layar ini diterapkan ke seluruh versi Cosmos.

Cosmos XR

Elite ialah headset Cosmos paling high-end – tampaknya disiapkan buat menyaingi Valve Index. Varian ini dibundel secara lengkap: ditunjang External Tracking Faceplate, dua unit SteamVR base station dan sepasang Vive controller. Ia juga mendukung Vive Tracker serta Wireless Adapter sehingga pengalaman menikmati konten VR tak lagi terikat di satu tempat. HTC menyampaikan, Cosmos Elite dirancang untuk menangani game-game yang menuntut keakuratan seperti Pistol Whip dan Superhot.

Sedikit berbeda dari saudara-saudaranya, perancangan Cosmos XR lebih diarahkan ke segmen mixed reality, ala Microsoft HoloLens. Berbekal dua kamera pass-through, XR bisa berperan jadi perangkat VR dengan field-of-view 100-derajat serta mampu mengintegrasikan konten virtual dan dunia nyata (via Vive Sync). XR rencananya akan mulai didistribusikan di kuartal dua 2020 sebagai developer kit. HTC berjanji buat menyingkap detail lebih jauh mengenai XR di ajang GDC tahun ini.

Di antara tiga headset baru tersebut, Cosmos Elite dijadwalkan buat meluncur lebih dulu di triwulan pertama 2020, dijajakan seharga US$ 900. External Tracking Faceplate akan dijual secara terpisah mulai kuartal kedua nanti, dibanderol US$ 200. Aksesori ini kompatibel dengan Vive Cosmos (US$ 700) serta Cosmos Play.

Via Eurogamer.

Half-Life: Alyx Bantu Dongkrak Penjualan Headset VR Valve Index

Sempat berkolaborasi dengan HTC dalam penggarapan Vive serta mengukuhkan pijakannya di ranah virtual reality lewat pengembangan SteamVR, Valve kian percaya diri untuk meramu headset VR-nya sendiri. Index diumumkan di bulan April 2018 lalu mulai dipasarkan tak lama setelahnya. Selain spesifikasi yang lebih canggih dibanding perangkat sekelas, Index menjanjikan sistem kendali intuitif lewat Knuckles Controllers.

Melengkapi upaya Valve berkiprah di segmen VR, sang pemilik Steam itu akhirnya mengumumkan kelanjutan dari seri Half-Life sesudah keheningan selama 12 tahun. Meski demikian, Half-Life: Alyx bukanlah game biasa. Untuk bisa menikmatinya, kita diharuskan mempunyai headset virtual reality. Ada cukup banyak gamer yang kecewa dengan arahan ini, namun langkah tersebut terbukti tepat. Menyusul dibukanya gerbang pre-order Alyx, penjualan Index juga terdongkrak naik.

Berdasarkan data terkini dari firma analis SuperData, permintaan terhadap Index melonjak dua kali lipat lebih di kuartal keempat 2019 dibanding triwulan sebelumnya. Valve berhasil menjual 103 ribu unit Index di antara bulan Oktober sampai Desember, dan kini total penjualan headset di 2019 mencapai 149 ribu. Hal ini sangat menarik karena Index bisa dibilang merupakan produk premium – satu setnya dibanderol US$ 1.000.

Angka penjualan sebetulnya berpotensi melambung lebih tinggi lagi seandainya tidak ada kendala pada persediaan unit. Info Road to VR mengungkapkan bahwa produk tersebut terjual habis di mana-mana per tanggal 15 Januari 2020. Saat ini laman Index di Steam masih menunjukkan status ‘kehabisan stok’. Anda yang benar-benar menginginkannya diminta memasukkan email agar Valve bisa mengabarkan langsung jika unit telah kembali tersedia.

Selain Index, SuperData juga menyingkap penjualan HMD virtual reality lain di periode kuartal empat 2019. PlayStation VR terlihat masih memimpin di depan, tentu saja berkat ketiadaan ‘daftar kebutuhan hardware‘. Headset bisa langsung bekerja begitu disambungkan ke PlayStation 4. Posisi kedua ditempati oleh HMD virtual reality standalone Oculus Quest. Uniknya lagi, penjualan Index lebih tinggi dari Rift S, lalu Vive sendiri tidak muncul di daftar lima besar.

Top VR headsets.

Kabar gembiranya, Half-Life: Alyx bukanlah game yang dieksklusifkan untuk Valve Index. Pemilik HTC Vive, Oculus Rift dan Quest, serta headset Windows Mixed Reality juga dipersilakan menikmatinya. Tapi khusus buat pengguna Index, Alyx bisa diperoleh secara gratis. Di Indonesia, game dijual seharga Rp 225 ribu dan dijadwalkan meluncur di bulan Maret 2020 besok.

Masih ada satu hal yang membuat saya penasaran. Ketika Half-Life: Alyx baru disingkap, Valve bilang bahwa salah satu alasan mengapa game disajikan via virtual reality adalah karena pemanfaatan sistem kendali berbasis motion dalam pertempuran, eksplorasi serta menyelesaikan puzzle. Apakah itu artinya gamer wajib memiliki aksesori Knuckles atau sejenisnya, atau adakah solusi lainnya?

Via Eurogamer.

Half-Life: Alyx Bahkan Belum Bisa Meyakinkan Tim Xbox Buat Berkecimpung di VR

Beberapa tahun setelah tersedianya head-mounted display virtual reality kelas konsumen, bermunculan-lah banyak game berkualitas. Mereka bukan lagi tech demo yang dirancang buat memperkenalkan VR, namun menyajikan konten eksklusif virtual reality yang tak kalah dari permainan-permainan blockbuster. Judul-judul seperti Lone Echo dan Asgard’s Wrath ialah beberapa contohnya.

Dan Anda mungkin sudah tahu, Valve Corporation saat ini tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan satu permainan VR raksasa, yaitu Half-Life: Alyx. Alyx merupakan game khusus virtual reality yang menjanjikan durasi bermain setara Half-Life 2, dengan konten dan dunia berskala besar demi mendorong pemain buat berjelajah. Lewat virtual reality, Valve bermaksud memperkenalkan formula gameplay baru berbasis controller motion Index.

Pengembangan Half-Life: Alyx sudah berlangsung cukup lama, dan para tester wajib menjaga kerahasiaan eksistensinya. Seorang tester bahkan telah terlibat proses pengujian selama 4,5 tahun. Beberapa individu seperti bos Xbox Phil Spencer juga diberikan kesempatan untuk mencicipinya lebih dulu sebelum game dirilis di bulan Maret nanti. Namun dengan premis yang begitu menarik, Spencer masih belum yakin game virtual reality seperti Half-Life: Alyx betul-betul diinginkan gamer.

Pernyataan tersebut diungkap sang bos Xbox pada wawancara bersama Stevivor terkait mengapa Xbox belum mengintegrasikan VR ke layanannya. Spencer bilang bahwa beberapa aspek di virtual reality terasa masih mengganjal. Menurutnya, VR mengisolasi pengguna padahal seharusnya permainan video bersifat komunal dan dapat dinikmati bersama-sama. Meski begitu, ia mengaku sangat menghargai upaya para pionir teknologi, dari mulai ahli AI, fisik, 3D, ray tracing, termasuk augmented dan virtual reality.

Spencer menyampaikan, dalam menghadirkan produk, Microsoft selalu berusaha merespons keinginan pelanggan dan sejauh ini gamer Xbox belum meminta produk VR. Mayoritas konsumen tahu jika mereka menginginkan konten virtual reality, ada platform lain yang lebih baik buat menyuguhkannya: PC. Kemudian dilihat dari sisi komersial, belum ada satu produsen perangkat VR pun yang mampu menjual produknya dalam hitungan jutaan unit.

Xbox dan VR sejauh ini punya hubungan yang tidak biasa. Dahulu sebelum Xbox One X resmi diumumkan, Microsoft sempat bilang bahwa performa hardware Project Scorpio (codename-nya saat itu) tidak kesulitan buat menopang headset virtual reality layaknya PC. Namun ketika dirilis, Xbox One X malah tidak dibekali dukungan ke HMD VR.

Dan dengan pernyataan Phil Spencer tersebut, ada dugaan kuat kompatibilitas ke VR kembali absen di unit Xbox next-gen. Kita tahu, Microsoft tengah mencurahkan perhatiannya untuk mengekspansi pengalaman bermain melalui pengembangan layanan cloud gaming. Sementara itu, Sony sebagai rival utamanya memilih buat tetap mempertahankan kapabilitas VR di PlayStation 5. PSVR ‘generasi pertama’ akan kompatibel dengan console anyar mereka.

Headset StarVR Baru Turut Ditunjang Teknologi Pelacak Gerakan Mata Tobii

Produk racikan Oculus dan HTC mungkin akan selalu jadi standar penyajian konten virtual reality, tapi Acer juga sudah cukup lama mendalami ranah ini jauh sebelum mereka mulai memasarkan headset  Windows Mixed Reality. Lewat kolaborasi bersama studio pencipta The Chronicles of Riddick: Escape from Butcher Bay, perusahaan Taiwan itu menggarap StarVR.

Berbeda dari Vive dan Rift, StarVR dari awal dispesialisasikan untuk ranah sinematik. Device menyuguhkan tingkat resolusi di atas rata-rata, yakni 2560x1440p, namun perangkat tidak dijual bebas ke publik – melainkan ke perusahaan-perusahaan hiburan. Dan dalam acara SIGGRAPH 2018 yang dilangsungkan di Vancouver, Acer menyingkap versi baru StarVR. Produsen menamainya StarVR One.

Sejauh ini Acer belum menyingkap detail spesifik dari StarVR One, tapi pastinya, head-mounted display anyar itu mengusung fitur dan teknologi yang lebih canggih dari varian sebelumnya. Produsen menyampaikan bahwa StarVR One didesain untuk meningkatkan sensasi keberadaan Anda di dalam dunia virtual, ditunjang oleh arsitektur ‘terobosan baru’ yang memungkinkan field of view mencapai 100 persen ketika mata melihat ke depan.

StarVR One 5

StarVR One menyajikan FoV horisontal 210 derajat dan vertikal di 130 derajat. Dalam demo game simulasi balap Project CARS 2 yang ditampilkan melalui perspektif orang pertama, headset ini mempersilakan kita melihat jelas pintu mobil di sebelah supir hingga bagian ujung dashboard. Di HMD lain, sudut pandang kita mungkin hanya terbatas pada area di depan mata.

StarVR One 2

Lalu demi memastikan kualitas visual konten tersaji detail dan jernih dengan kemampuan reproduksi warna optimal, Acer dan StarBreeze Studios memanfaatkan jenis layar AMOLED RGB, kabarnya menyuguhkan 16 juta sub-pixel di refresh rate 90 gambar per detik. Panel tersebut dipasangkan bersama lensa Fresnel, gunanya ialah agar ketajaman gambar tetap terjaga di seluruh ruang pandang Anda.

StarVR One 4

Satu aspek lagi yang membuat StarVR One istimewa adalah dukungan sistem pelacak gerakan mata racikan Tobii Technology yang sempat diusung oleh sejumlah perangkat konsumen seperti laptop gaming dan SteelSeries Sentry. Dengannya, produsen bisa menerapkan fitur foveated rendering dinamis. Sistem mampu membaca fokus mata, kemudian me-render objek di kualitas tinggi pada area tempat mata melihat sembari mengurangi detail di zona lain sehingga kerja hardware lebih efisien.

StarVR One 1

StarVR One mempunyai penampilan menajam seperti pendahulunya dengan bobot kurang lebih 450g. Di sisi depannya, kita bisa melihat cekungan-cekungan sensor yang siap mendukung tracker SteamVR 2.0, lalu ia tersambung ke PC via kabel. Belum diketahui kapan StarVR One akan tersedia dan berapa harganya.

Via VentureBeat.

Dokumen FCC Singkap Info Mengenai Headset VR Standalone Lenovo, Mirage Solo

Perjalanan mencari perangkat penyaji konten virtual reality yang ideal terus berlangsung dan kini, headset standalone jadi fokus para produsen elektronik. Tak lama selepas penyingkapan resmi HTC Vive Focus di Vive Developer Conference di Beijing, kali ini giliran Lenovo yang ketahuan sedang menggarap HMD pendukung platform Google Daydream.

Upaya pengembangan headset immersive reality Lenovo mulai menarik perhatian saat mereka mengumumkan kolaborasi bersama Disney buat menyajikan konten hiburan interaktif bertajuk Star Wars: Jedi Challenges. Lalu di ajang IFA Berling 2017 September kemarin, sang raksasa teknologi asal Tiongkok itu akhirnya memamerkan head-mounted display AR bernama Mirage tersebut.

Mengacu pada informasi dari Google di acara I/O 2017 bulan Mei silam, proyek pengerjaan HMD AR/VR standalone Lenovo tentu tidak berhenti sampai di sana, meski sejauh ini produsen belum memberikan update secara resmi. Dan belum lama, kabar ini kembali dipertegas oleh kemunculan dokumen FCC yang menyebutkan perangkat bernama ‘Lenovo Mirage Solo’ dengan nomor model VR-1541F dan Google Daydream.

Dokumen FCC

Namun berbeda dari headset Daydream View, Lenovo Mirage Solo dapat bekerja mandiri tanpa memerlukan smartphone. Berdasarkan dokumen FCC, HMD tersebut dilengkapi baterai Li-Ion 4.000mAh dan konektivitas Bluetooth 5.0. Dokumen tidak menyebutkan jenis chip yang jadi otaknya, tapi kita boleh berasumsi bahwa komponen ini disediakan oleh Qualcomm. Sebagai acuan, Vive Focus memanfaatkan Snapdragon 835.

Buat menunjang penggunaan, Mirage Solo turut dibekali unit kendali motion, dinamai ‘Lenovo Daydream controller’ (dengan nomor model DG1CA), komponen earphone wired, serta kabel USB sepanjang 1-meter – kemungkinan berfungsi untuk mengisi ulang baterai. Menakar penyajiannya itu, Lenovo sepertinya bermaksud buat memberikan pengguna satu solusi lengkap.

Dengan disetujuinya Lenovo Mirage Solo oleh Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC), kita boleh berasumsi agenda pengungkapannya dilakukan dalam waktu dekat. Ada cukup besar kemungkinan Lenovo akan mengumumkan Mirage Solo di acara CES 2018, digelar pada tanggal 9 sampai 12 Januari 2018 di Las Vegas.

Mirage sendiri bisa jadi merupakan keluarga produk penunjang konten immersive reality, bukan hanya terdiri dari HMD saja. Bulan lalu, situs LetsGoDigital sempat menemukan device bernama VR180 Mirage Camera dalam database Eurasian Customs Union, yaitu kamera 180 derajat yang dioptimalkan untuk menciptakan video YouTube.

Dokumen mengenai Lenovo Mirage Solo bisa Anda baca lebih lengkap melalui tautan ini.

Via Android Central. Sumber: LetsGoDigital. Header: 9to5Google.

Headset VR Oculus Rift Memperoleh Pemangkasan Harga Besar-Besaran Secara Permanen

Di awal ketersediaannya, aspek utama yang menghambat pemasaran headset VR adalah tingginya harga dan kebutuhan hardware. Pelan-pelan hal itu berubah. Kini makin banyak tersedia sistem VR ready, baik dalam wujud desktop maupun laptop. Dan ada kabar gembira saat fokus produsen mulai beralih pada penyediaan unit standalone: harga HMD VR generasi pertama mulai menurun.

Di awal bulan Oktober, HTC mengabarkan pemotongan harga head-mounted display Vive ke US$ 600 dan membundelnya dengan game  Fallout 4 VR. Facebook tampaknya tak mau ketinggalan. Setelah resmi menyingkap Oculus Go, produsen juga mengumumkan pemangkasan harga Rift secara besar-besaran. Headset virtual reality yang dahulu dibanderol US$ 600 itu kini hanya dijajakan seharga US$ 400.

Lewat blog resmi, tim Oculus menjelaskan bahwa alasan mereka mengurangi harga Rift ialah karena ingin agar konten VR dapat bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. US$ 400 adalah harga paket all-in-one, sudah termasuk unit controller Oculus Touch serta sensor. Oculus belum mengabarkan apakah diskon berlaku buat headset yang dijual tanpa Touch.

Dan soal bonus konten, Facebook tak mau kalah dari penawaran HTC dengan Fallout 4 VR. Rift turut dibundel bersama tak kurang dari enam aplikasi gratis – di antaranya ada Robo Recall, dua tool garapan Oculus, yaitu Medium dan Quill, game shooter ARKTIKA.1, serta permainan Lone Echo dan Echo Arena.

Mereka menyampaikan, “Rift tetap akan ada dan siap menghidangkan pengalaman virtual reality luar biasa hingga bertahun-tahun ke depan. Kami tidak sabar untuk menyingkap kejutan-kejutan yang telah disiapkan, dari mulai beragam fitur menarik di software baru, konten-konten seru, serta IP-IP kelas blockbuster.”

Sebelumnya, produsen sempat mengurangi harga Oculus Rift di bulan Juli silam, lalu memperpanjang program diskon ke bulan Agustus karena tingginya permintaan. Menurut informasi dari Oculus, konsumen mereka lebih memilih bundel all-in-one ketimbang membeli unit headset-nya saja. Promo tersebut dijadwalkan untuk berakhir pada tanggal 21 Agustus, namun kini Oculus malah menerapkannya secara permanen.

Berkat pemotongan harga di periode summer sale kemarin, penjualan Rift meningkat cukup drastis – sebesar delapan persen – membuatnya jadi pilihan lebih populer dari HTC Vive. Persentase market share sementara antara Oculus Rift dan HTC Vive yang diperoleh PCGamesN di bulan September ialah 43,81% versus 52,31% – menempatkan headset VR HTC itu di depan Rift.

Sumber: Oculus.

Samsung Gear VR Baru Beserta Controller-nya Siap Dirilis Bulan Depan

Keseriusan Google menggarap headset virtual reality mobile kelas high-end tampaknya memicu sang pionir di ranah itu untuk ikut meramu pesaingnya. Di ajang Mobile World Congress 2017, Oculus VR dan Samsung memperkenalkan versi baru dari perangkat Gear VR, kali ini juga disertai unit controller motion sebagai metode berinteraksi dengan lingkungan virtual.

Dan dalam acara Unpacked Galaxy S8 dan the S8+ yang dilangsungkan di kota New York semalam, sang raksasa elektronik asal Korea Selatan itu turut mengumumkan informasi mengenai harga, waktu ketersediaan, hardware, serta detail lebih jauh tentang kompatibilitas controller Gear VR. Melalui langkah ini, S8 serta S8 Plus bukan lagi disajikan sebagai sekadar smartphone flagship, namun juga jantung dari platform VR Samsung.

Gear VR 2

Selain warna (kini mengusung penampilan yang lebih gelap), Gear VR baru masih mengusung komposisi hardware serupa pendahulunya. Galaxy S8 dan S8 Plus berfungsi sebagai komponen pengolah konten, disematkan di bagian depan visor. Walaupun dioptimalkan untuk handset Samsung high-end terbaru, Gear VR anyar tetap mendukung varian lama seperti S7, S6 serta Galaxy Note 5.

Gear VR 3

Controller Gear VR memiliki penampilan seperti versi mini dari HTC Vive Controller ketimbang Oculus Touch, tanpa lingkaran sensor. Periferal ini menyajikan touchpad melingkar, tombol back, home dan volume di atas, serta trigger button di bawah. Penyajian tombol trigger memungkinkan kita menggunakannya sebagai pistol dalam game atau pointer. Lalu ketika tidak digunakan, ia dapat disematkan di strap headset.

Kabarnya sudah ada 20 game yang menunjang fungsi controller Gear VR dan dalam beberapa bulan ke depan, Samsung berencana buat menambah jumlahnya jadi 70 judul. Sejauh ini, sang produsen telah menyediakan kurang lebih 700 aplikasi Gear VR. Sayangnya, aksesori tersebut tidak dibekali baterai rechargeable khusus, ia membutuhkan sepasang baterai AAA agar bisa bekerja.

Gear VR 1

Selain aspek hardware, Oculus VR telah memperbaiki ekosistem Oculus Home, mengganti game engine Unity dengan kreasi mereka sendiri agar akses konten tiga kali lebih cepat. Kemudian, upgrade tersebut juga menghemat penggunaan baterai hingga 30 persen. Dipadu controller, proses navigasi jadi lebih intuitif, apalagi di sana ada Oculus Explore yang siap membantu Anda menemukan app-app baru.

Gear VR 4

Akan mulai didistribusikan pada tanggal 21 April 2017 besok, bundel headset Gear VR dan controller dijajakan seharga US$ 130. Controller dapat dibeli secara terpisah, dibanderol US$ 40, atau bisa diperoleh gratis dengan mem-pre-order Galaxy S8 dan S8+.

Via BGR, Wired, & Engadget.

Ditunda, Oculus Touch Tak Jadi Diluncurkan Bersama Oculus Rift

Berdasarkan kabar di bulan Juni lalu, versi retail Oculus Rift akan jadi sangat spesial. Sang produsen berencana menyajikan penawaran menarik, membundel head-mounted display VR itu dengan controller Xbox One gratis dan didampingi periferal Oculus Touch. Sayang sekali ada sedikit kabar buruk bagi mereka yang penasaran ingin menjajal periferal racikan tim Oculus VR tersebut.

Lewat blog resmi, Oculus VR menyampaikan bahwa mereka membutuhkan waktu lebih banyak buat menyempurnakan Oculus Touch. Hal ini menyebabkan waktu peluncurannya harus tertunda, tak bisa berbarengan dengan unit headset. Namun Anda tidak perlu cemas, karena jadwal perilisan Oculus Rift sendiri tidak berubah. Developer tetap memasang target di triwulan pertama 2016.

Oculus VR juga memberikan update pengembangan hardware Touch. Mereka telah menyempurnakan aspek ergonomis, membuatnya lebih nyaman, fleksibel, serta terasa natural dalam genggaman. Tim menerapkan sejumlah perubahan pada pose tangan. Penundaan ini turut dimanfaatkan produsen untuk menambah kapasitas pra-produksi, sehingga ada lebih banyak developer yang bisa mengujinya sebelum Touch sampai di tangan konsumen.

Sejauh ini, respons tester terhadap Oculus Touch sangat positif. Oculus VR yakin agenda baru tersebut memastikan periferal hadir lebih baik lagi serta ‘memasang standard baru dalam input virtual reality‘. Mereka tak lupa menjanjikan dukungan konten-konten menarik, akan diungkap lengkap di ajang Oculus Connect 2 di bulan September besok. Tapi tentu saja, Oculus Touch hanyalah pelengkap. Pengalaman VR sesungguhnya benar-benar bersandar pada kinerja Rift.

Sayangnya ada sedikit kekhawatiran terkait pengunduran Oculus Touch. Jika Touch tidak dibundel bersama Rift, itu artinya ia merupakan periferal opsional dan dari pengalaman, hal ini malah berpotensi menyakiti pengembangan konten.

Ambil contohnya Kinect buat Xbox One. Ketika Microsoft memutuskan untuk memisah paket console dengan device motion sensing itu demi memotong harga, developer malah tidak bisa lagi mengandalkan hardware supaya kreasi mereka dapat dinikmati gamer. Hasilnya bisa kita lihat sekarang. Meskipun Kinect versi baru sangat canggih, tidak banyak konten yang betul-betul memanfaatkan seluruh kemampuannya.

Untung saja ada sedikit ‘kompensasi’ dari penundaan periferal Oculus Touch. Menemani EVE Valkyrie, Oculus VR mengumumkan akan menyertakan permainan platformer 3D Lucky’s Tale dalam paket penjualan headset virtual reality mereka.

Via Tech Radar & Stuff.tv. Sumber: Oculus.