Epic Games Akuisisi Cubic Motion, Perusahaan Ahli Teknologi Animasi Wajah

Seberapa penting animasi wajah dalam sebuah video game? Kalau Anda pernah memainkan Hellblade: Senua’s Sacrifice, Anda pasti akan menjawab sangat penting. Tanpa facial animation yang baik, game setenar Mass Effect: Andromeda pun bisa terasa kurang menyenangkan.

Satu pemain besar di industri video game yang sadar betul akan pentingnya facial animation adalah Epic Games. Baru-baru ini, Epic mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan bernama Cubic Motion. Didirikan pada tahun 2009, Cubic Motion punya spesialisasi dalam bidang facial animation.

God of War

Teknologi facial animation yang mereka ciptakan sudah digunakan di sejumlah game blockbuster macam God of War dan Marvel’s Spider-Man. Tim Cubic Motion juga berjasa atas demonstrasi real-time yang dipersembahkan tim Unreal Engine dan Ninja Theory (developer Hellblade) pada event GDC 2016 lalu.

Dalam demonstrasi tersebut, kita bisa melihat bagaimana teknologi rancangan Cubic Motion memungkinkan gerakan wajah seorang aktris untuk diterjemahkan secara langsung menjadi animasi dalam game. Di tahun 2018, Epic juga sempat memamerkan teknologi live motion capture yang ditawarkan Unreal Engine, dan itu juga tak akan bisa terwujud tanpa keterlibatan Cubic Motion.

Teknologi bikinan Cubic Motion juga digunakan di game Horizon Zero Dawn / Cubic Motion
Teknologi bikinan Cubic Motion juga digunakan di game Horizon Zero Dawn / Cubic Motion

Di samping Cubic Motion, pihak lain yang tak kalah besar kontribusinya dalam demonstrasi tersebut adalah 3Lateral, yang meminjamkan teknologi facial rigging besutannya. Menariknya, 3Lateral sudah diakuisisi Epic pada awal tahun lalu, dan sekarang giliran Cubic Motion yang menyusul bergabung ke tim Unreal Engine.

Ahli facial rigging dan ahli facial animation bertemu, ini berarti Unreal Engine bakal semakin superior dalam menyajikan manusia digital yang amat realistis. Lalu apa artinya bagi kita sebagai konsumen umum? Well, bersiaplah menemui karakter yang lebih mengenang lagi dalam gamegame yang dikembangkan menggunakan Unreal Engine ke depannya.

Sumber: GamesIndustry.biz dan Epic Games.

Hellblade Bawa Pulang Lebih Banyak Penghargaan dari Nintendo di BAFTA Games Awards 2018

British Academy Games Awards telah jadi bagian dari perhelatan BAFTA sejak tahun 2004. Acara ini digelar untuk menghargai pencapaian-pencapaian kreatif penting di industri gaming, biasanya dilaksanakan setelah ajang utama British Academy of Film and Television Arts usai. Dan di tanggal 12 April kemarin, ‘BAFTA Games Awards 2018’ baru saja dilangsungkan di London.

Seperti DICE Awards ataupun Golden Joystick Awards, di sana penyelenggara mengumumkan para pemenang setelah sebelumnya mereka menyingkap judul-judul yang jadi finalis. Walaupun kategori kemenangannya berbeda dari ajang pemberi penghargaan lain, satu aspek tetap sama: pasti ada pengungkapan permainan terbaik. Daftar lengkap BAFTA Games Awards 2018 bisa Anda simak di bawah:

 

Artistic Achievement: Hellblade: Senua’s Sacrifice (Ninja Theory)

Nominasi: Cuphead, Gorogoa, Horizon Zero Dawn, The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Uncharted: The Lost Legacy

 

Audio Achievement: Hellblade: Senua’s Sacrifice (Ninja Theory)

Nominasi: Call of Duty: WWII, Destiny 2, Horizon Zero Dawn, Star Wars Battlefront II, Uncharted: The Lost Legacy

 

Best Game: What Remains of Edith Finch (Giant Sparrow)

Nominasi: Assassin’s Creed Origins, Hellblade: Senua’s Sacrifice, Horizon Zero Dawn, The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Super Mario Odyssey

 

British Game: Hellblade: Senua’s Sacrifice (Ninja Theory)

Nominasi: Monument Valley 2, Reigns: Her Majesty, The Sexy Brutale, Sniper Elite 4, Total War: Warhammer II

 

Debut Game: Gorogoa (Buried Signal)

Nominasi: Cuphead, Hollow Knight, Night in the Woods, The Sexy Brutale, Slime Rancher

 

Evolving Games: Overwatch (Blizzard Entertainment)

Nominasi: Clash Royale, Final Fantasy XV, Fortnite, PlayerUnknown’s Battlegrounds, Tom Clancy’s Rainbow Six Siege

 

Family: Super Mario Odyssey (Nintendo EPD)

Nominasi: Just Dance 2018, Lego Worlds, Mario + Rabbids Kingdom Battle, Monument Valley 2, Snipperclips

 

Game Beyond Entertainment: Hellblade: Senua’s Sacrifice (Ninja Theory)

Nominasi: Bury Me, My Love, Last Day of June, Life Is Strange: Before the Storm, Night in the Woods, Sea Hero Quest VR

 

Game Design: Super Mario Odyssey (Nintendo EPD)

Nominasi: Assassin’s Creed Origins, Horizon Zero Dawn, The Legend of Zelda: Breath of the Wild, Nier: Automata, What Remains of Edith Finch

 

Game Innovation: The Legend of Zelda: Breath of the Wild (Nintendo EPD)

Nominasi: Gorogoa, Hellblade: Senua’s Sacrifice, Nier: Automata, Snipperclips, What Remains of Edith Finch

 

Mobile Game: Golf Clash (Playdemic)

Nominasi: Bury Me, My Lofe, Gorogoa, Kami 2, Monument Valley 2, Stranger Things: The Game

 

Multiplayer: Divinity: Original Sin II (Larian Studios)

Nominasi: Fortnite, Gang Beasts, PlayerUnkonwn’s Battlegrounds, Splatoon 2, Star Trek: Bridge Crew

 

Music: Cuphead (StudioMDHR)

Nominasi: Get Even, Hellblade: Senua’s Sacrifice, Horizon Zero Dawn, The Legend of Zelda: Breath of the Wild, What Remains of Edith Finch

 

Narrative: Night in the Woods (InfiniteFall)

Nominasi: Hellblade: Senua’s Sacrifice, Horizon Zero Dawn, Tacoma, What Remains of Edith Finch, Wolfenstein II: The New Colossus

 

Original Property: Horizon Zero Dawn (Guerrilla)

Nominasi: Cuphead, Gorogoa, Night in the Woods, PlayerUnknown’s Battlegrounds, What Remains of Edith Finch

 

Performer: Melina Juergens – sebagai Senua di Hellblade: Senua’s Sacrifice

Nominasi: Abubakar Salim (Bayek – Assassin’s Creed Origins), Ashly Burch (Aloy – Horizon Zero Dawn), Claudia Black (Chloe Frazer – Uncharted: The Lost Legacy), Laura Bailey (Nadine Ross – Uncharted: The Lost Legacy), Valerie Rose Lohman (Edith Finch – What Remains of Edith Finch)

Berdasarkan daftar di atas, Hellblade memenangkan lima penghargaan, lebih banyak dari penghargaan yang diterima oleh Super Mario Odyssey dan Breath of the Wild. Hal ini sangat menarik mengingat game indie garapan Ninja Theory itu hanya dikerjakan oleh tim berisi sekitar 20 developer. Jika Anda belum sempat memainkannya, Hellblade: Senua’s Sacrifice cuma dijajakan seharga Rp 200 ribu di Steam.

Sumber: BAFTA.

Pencipta Unreal Engine Pamerkan Teknologi Live Motion Capture

Dewasa ini, motion capture sudah menjadi teknik yang umum diterapkan di industri perfilman. Memanfaatkan teknik ini, aktor dapat berakting seperti biasa, namun pada hasil akhirnya, penampilannya bisa diubah sepenuhnya dengan CGI (computer-generated imagery).

Tidak sedikit karakter film populer yang terlahir dari teknik motion capture. Salah satu yang paling tenar mungkin adalah Gollum di seri Lord of the Rings, yang diperankan oleh aktor ahli motion capture, Andy Serkis, yang juga merupakan pemeran Caesar di seri Planet of the Apes dan Supreme Leader Snoke di dua film terbaru Star Wars.

Motion capture melibatkan proses yang amat kompleks. Sederhananya, aktor akan berakting selagi mengenakan pakaian yang dipasangi sederet sensor. Yang direkam sejatinya adalah pergerakan sang aktor (lengkap sampai ke perubahan ekspresi wajahnya), sebelum akhirnya diganti dengan CGI dalam tahap pascaproduksi.

Bisa dibayangkan betapa banyak waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memroses suatu adegan yang diambil menggunakan teknik motion capture. Namun dalam beberapa tahun ke depan, kondisinya bakal berubah drastis, terutama berkat inovasi terbaru hasil kolaborasi antara beberapa nama besar di industri gaming: Epic Games, Tencent, Vicon, Cubic Motion dan 3Lateral.

Proyek yang mereka kerjakan diberi nama Siren. Dipamerkan di GDC 2018, Siren pada dasarnya merupakan suatu karakter virtual yang diciptakan dengan teknik motion capture, hanya saja prosesnya berlangsung secara instan, alias real-time. Setiap kali sang aktor menggerakkan tangan atau sebatas mengedipkan matanya, karakternya juga akan tampak melakukan hal yang sama persis.

Karakternya sendiri di-render menggunakan Unreal Engine 4 (buatan Epic Games) secara real-time dalam kecepatan 60 fps, sehingga semuanya tampak mulus, dengan jeda nyaris tak terlihat. Unreal Engine 4 juga memungkinkan tingkat detail yang menakjubkan pada karakter virtual-nya (coba lihat bulu matanya), yang dimodel berdasarkan aktris berdarah Tiongkok, Bingjie Jiang.

Teknologi di balik Siren sejatinya sudah dikembangkan sejak lama, dan sempat digunakan pada lakon utama game indie fenomenal Hellblade. Selain Unreal Engine 4, komponen yang membentuk Siren mencakup teknologi computer vision rancangan Cubic Motion, yang sanggup membaca lebih dari 200 bagian wajah dalam kecepatan 90 fps, lalu memetakan datanya ke sang karakter virtual secara otomatis dan real-time.

Melengkapi kontribusi Cubic Motion adalah teknologi facial rigging besutan 3Lateral, sedangkan pergerakan tubuh sang karakternya sendiri berasal dari sistem motion capture rancangan Vicon. Semua komponen ini bekerja bersama-sama menciptakan animasi yang begitu realistis, dan yang terpenting, tanpa melalui proses pascaproduksi yang kompleks.

Teknologi live motion capture ini nantinya bakal ditawarkan ke industri perfilman sekaligus gaming. Meski belum ada jadwal resmi yang diungkap, petinggi Cubic Motion, Andy Wood, sempat bilang bahwa teknologi ini bakal tersedia secara universal di tahun 2020 mendatang.

Potensi penerapan teknologi ini jelas amat luas, tapi di saat yang sama juga bisa disalahgunakan. Yang paling meresahkan, seperti yang dibayangkan Engadget, mungkin adalah ketika teknologi ini dipakai untuk menciptakan berita bohong (hoax), di mana beredar video sosok terkenal yang mengatakan hal yang tidak semestinya, meski padahal sosok tersebut merupakan rekreasi digital memanfaatkan teknologi ini.

Setidaknya dalam waktu dekat ini, membedakan orang asli dan karakter virtual-nya masih gampang, tapi coba bayangkan kalau nanti Unreal Engine 5 dirilis, dan hasil render-nya bahkan lebih mendekati lagi dengan aslinya. Bukan berarti kita harus bersikap pesimis terhadap inovasi seperti ini, tapi setidaknya kita harus siap mengantisipasi potensi penyalahgunaan yang ada di masa yang akan datang.

Sumber: VentureBeat dan Engadget.

Developer Forza Horizon Gandeng Talenta di Belakang GTA V, Metal Gear dan Hellblade Buat Garap Game Open-World

Forza Motorsport ialah franchise yang Microsoft siapkan untuk berduel dengan seri Gran Turismo milik Sony Interactive Entertainment. Dan buat merangkul gamer pencinta balap secara lebih luas, sang publisher memperkenalkan Forza Horizon di tahun 2012 sebagai spin-off permainan ber-genre simulasi itu, mengandalkan gameplay yang lebih mudah dan pilihan kendaraan lebih banyak.

Tim Playground Games yang terdiri dari mantan staf Codemasters, Ubisoft, Criterion dan Slightly Mad Studios, dan Sony itu dipercaya Microsoft untuk menangani seri Horizon. Tapi meski mengemban tanggung jawab besar itu, Playground Games masih memegang status indepenen. Dan setelah menikmati kesuksesan Forza Horizon 3, mereka kabarnya siap menggarap permainan baru.

Di bulan Februari silam, Playground Games mengungkap rencana pembuatan studio kedua untuk mengembangkan game-game non-racing, dan akhirnya info terkait proyek tersebut pelan-pelan mulai terkuak. Via Games Industry, developer dilaporkan mulai menyewa para talenta berpengalaman yang pernah berpartisipasi dalam pengerjaan berbagai game blockbuster.

Individu pertama ada Will Kennedy, bergabung bersama Playground di bulan Juli 2017. Kennedy adalah chief designer di tim baru Playground Games, sudah pernah bekerja untuk Rockstar North selama delapan tahun. Ia memegang peranan penting dalam pengembangan Grand Theft Auto V sebagai game designer dan flow designer, sampai perancang misi di Grand Theft Auto Online.

Tak lama, Juan Fernandez di Simon menyusul. Pria ini ialah desainer senior di studio independen Ninja Theory, punya andil dalam terciptanya Hellblade: Senua’s Sacrifice. Sebelumnya, Simon menghabiskan tiga tahun bekerja untuk tim pembuat Rime, Tequila Works.

Anggota terbaru Playground Games adalah Sean Eyestone. Ia baru saja meninggalkan posisinya di EA DICE sebagai senior producer Star Wars Battlefront II. Dahulu, Eyestone juga sempat berkarier selama 10 tahun di Kojima Productions dan mengerjakan sejumlah permainan Metal Gear, termasuk Metal Gear Solid V: Ground Zeroes serta The Phantom Pain. Di Playground, ia terpilih jadi production director.

Studio kedua Playground Games akan didirikan di lahan seluas 1.600 meter persegi di St Albans House, Inggris. Tempat itu disiapkan untuk menjadi rumah bagi lebih dari 200 orang karyawan.

Belum ada detail lebih lanjut mengenai game yang akan digarap Playground, termasuk judul ataupun perkiraan waktu rilis. Studio hanya mendeskripsikannya sebagai permainan action role-playing berformula open-world.

Sumber: Games Industry.

[Game Playlist] Hellblade Ialah Game Paling Unik dan Paling Esensial di Tahun 2017

Tema psikosis – atau gangguan kejiwaan – sering diadopsi di permainan-permainan video bertema horor. Call of Cthulhu, Amnesia, Eternal Darkness merupakan beberapa judul yang memanfaat-kannya. Namun baru Ninja Theory yang mencoba menggali tema itu lebih jauh dan menjadikan-nya elemen penting dalam gameplay melalui permainan anyar mereka, Hellblade.

Hellblade 11

Hellblade 13

Dideskripsikan sebagai ‘game independen AAA’, pengembangan Hellblade: Senua’s Sacrifice dilakukan oleh tim pencipta Heavenly Sword dan DmC: Devil May Cry itu bersama dengan para ahli saraf dan penderita psikosis. Untuk pertama kalinya, fenomena schizophrenia diimplementasikan pada desain suara untuk membangun horor lewat audio. Hasilnya adalah pengalaman gaming yang tak ada duanya.

Hellblade 8

Hellblade 10

Keunikan Hellblade segera Anda rasakan begitu permainan dimulai. Seorang wanita menarasikan perjalanan sang karakter utama, Senua, dan menceritakan niatnya untuk menyusup ke neraka demi menghidupkan kembali orang yang ia sayangi. Tak butuh waktu lama bagi Anda buat mengetahui bahwa narator tersebut ialah satu dari banyak suara yang mengisi kepala Senua.

Hellblade 14

Hellblade 12

Audio dan voice acting merupakan bagian terbaik di Hellblade. Suara-suara tersebut mengiringi, mengomentari, bahkan menghakimi setiap tindakan Senua. Contohnya ketika Senua turun ke lokasi di mana ia tidak bisa kembali, satu suara akan menertawakannya. Di sisi lain, suara-suara itu juga dapat membantunya dalam pertempuran, akan memperingatkan sewaktu musuh mencoba menyerang dari belakang.

Hellblade 4

Hellblade 5

Hal kedua yang jadi andalan Ninja Theory adalah segi visual dan setting permainan. Developer memanfaatkan teknologi motion capture canggih demi menciptakan wajah digital dan merekam gerakan serealistis mungkin. Melina Juergens diberikan kepercayaan untuk memerankan Senua, meski ia sebetulnya merupakan seorang video editor di Ninja Theory. Developer memanfaatkan Unreal Engine 4, lalu menggarap visualnya sebaik mungkin demi memastikan grafis permainan ini tampil sangat cantik.

Hellblade 6

Hellblade 3

Hellblade mengangkat latar belakang mitologi Norse serta Celtic – Senua sendiri ialah anggota dari suku Pict. Di sana, Anda akan berhadapan dengan makhluk-makhluk mitos dan dewa seperti Valravn, Surt (Surtr) hingga Fenrir. Musuh-musuh ‘standar’ Anda bukanlah manusia. Mereka umumnya muncul tiba-tiba dan menyerang secara berkelompok. Senua cuma dibekali satu bilah pedang, dan kemahiran Anda dalam menyerang, menghindar serta menangkis sangat krusial untuk menjaga sang protagonis tetap hidup.

Hellblade 7

Hellblade 2

Kelemahan terbesar dari Hellblade adalah penggunaan formula pertempuran yang repetitif. Butuh beberapa kali pertemuan saja bagi saya untuk membaca gerakan lawan, dan menggunakan taktik serupa berkali-kali buat mengalahkan mereka. Untungnya, sesi pertarungan dengan boss jauh lebih unik.

Hellblade 16

Hellblade 15

Keputusan Ninja Theory dalam memanfaatkan audio untuk memberi petunjuk lagi-lagi patut diacungi jempol. Seperti ketika memperingatkan Senua buat menghindar serangan musuh, suara-suara di kepalanya terkadang memberi tahunya agar ‘fokus’. Saat bertarung melawan Valravn, saya kira peringatan ini hanya bersifat simbolis. Ternyata, saya harus menekan tombol fokus (‘E’ di PC) untuk mengembalikan Valravn ke dimensi manusia supaya bisa diserang.

Hellblade 9

Hellblade 17

Saya sangat merekomendasikan Hellblade: Senua’s Sacrifice bagi siapapun yang menyukai permainan-permainan action third-person. Alasannya bukan hanya karena menghidangkan gameplay yang unik. Untuk sebuah game baru dengan waktu bermain delapan jam lebih, Hellblade juga dibanderol di harga sangat terjangkau, cuma Rp 200 ribu di Steam.

Hellblade

Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.

Game dimainkan dari unit notebook MSI GT72VR 6RE Dominator Tobii, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070, RAM 16GB, penyimpanan berbasis SSD 256GB dan HDD 1TB, serta dilengkapi teknologi eye-tracking Tobii Technology.