Integrasi Belum Rampung, Produk E-Money Himbara Diprediksi Tersedia di LinkAja Akhir Maret

Kemarin, Minggu (3/3), Menteri BUMN Rini Soemarno mengumumkan LinkAja sudah dapat digunakan sebagai alat pembayaran berbasis digital. Dalam keterangan resminya, LinkAja ke depannya dapat digunakan untuk beragam jenis transaksi, termasuk pembayaran bahan bakar di SPBU milik Pertamina, pembelian tiket kereta api dan Damri, serta asuransi Jiwasraya.

Untuk saat ini, LinkAja baru bisa digunakan pengguna Tcash yang sudah melebur pada akhir Februari lalu. Integrasi aplikasi pembayaran digital milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ke LinkAja, seperti E-cash (Bank Mandiri), T-Bank (BRI), UnikQu dan Yap! (BNI), akan dilakukan secara bertahap. Realisasi ini mundur dibanding target semula awal Maret.

Dalam pesan singkatnya kepada DailySocial, General Manager Divisi E-Banking BNI Anang Fauzi menyebutkan bahwa pengguna UnikQu dan Yap! saat ini memang belum bisa menggunakan LinkAja.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI, Indra Utoyo juga memastikan pihaknya belum melakukan integrasi pelanggan T-Bank ke LinkAja karena aspek keamanan. Integrasi ini baru akan dilakukan pertengahan Maret ini.

“Masih ada pengujian yang harus dilalui, termasuk aspek keamanan. Dari tahap migrasi TCash ke LinkAja, ada beberapa masukan untuk perbaikan. Ditambah pengujian sistem dan keamanan untuk memastikan kesiapan sebelum migrasi nasabah uang elektronik bank Himbara,” ujarnya dalam pesan singkat.

Ia menegaskan, migrasi nasabah layanan bank tetap mematuhi ketentuan, yakni migrasi data dan dana telah mendapat persetujuan nasabah. Para nasabah diharapkan sudah memberikan respons atas pemberitahuan bank sejak 1 Februari lalu

Indra menargetkan T-Bank sudah bisa melebur ke LinkAja dan dapat dinikmati pengguna pada akhir Maret ini.

“Sejauh ini kesepakatan dengan bank-bank Himbara sama. Secara tahap migrasi, [saya rasa] bisa diprediksi demikian,” ujarnya.

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Asuransi Jiwasraya, dan Pertamina.

Sebelumnya, TCash sudah lebih dulu melebur ke dalam aplikasi LinkAja pada 22 Februari lalu yang sempat diwarnai sejumlah gangguan teknis di aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Produk E-Money Bank BUMN Berbasis Server Segera Dilebur Jadi LinkAja

Perusahaan fintech BUMN LinkAja (PT Finarya) bakal diresmikan pada 1 Maret 2019. Empat bank yang tergabung dalam Himbara (Perhimpunan Bank Negara) secara paralel akan melakukan migrasi produk e-money berbasis server milik mereka menjadi LinkAja.

BNI jadi bank pertama yang mengumumkan informasi peleburan ini kepada publik pada pekan lalu, bersamaan dengan T-Cash.

General Manager Divisi E-Banking (EBK) BNI Anang Fauzi menjelaskan, penyebaran informasi ini merupakan langkah bank dalam melakukan sosialisasi yang menurut aturan harus dilakukan setidaknya sebulan sebelumnya.

BNI menyebar informasi berbentuk pesan singkat ke konsumen tentang penggabungan produk Yap! dan UnikQu ke dalam LinkAja ini.

Di situsnya, BNI menjelaskan LinkAja adalah produk fintech sinergi milik BUMN (Himbara, Telkomsel, Pertamina, dan Jiwasraya) yang menghadirkan layanan untuk kemudahan dan kenyamanan bertransaksi untuk kebutuhan masyarakat.

LinkAja akan jadi produk fintech milik BUMN yang fokus menjalankan bisnis e-money berbasis server. LinkAja menghadirkan layanan holistik dengan beragam fitur pembayaran, seperti pembayaran tagihan (listrik, PDAM, BPJS, internet), transaksi di merchant, pembayaran moda transportasi, hingga pembelian online.

Anang melanjutkan, saat ini secara paralel pihaknya sedang menyiapkan proses migrasi dengan baik agar pengalaman pengguna tetap baik dan nyaman. Secara bertahap migrasi dimulai dari Maret 2019. Namun ia enggan menjelaskan lebih detail apakah BNI akan jadi bank pertama yang meleburkan sistemnya dengan LinkAja.

“Migrasi bertahap di bulan Maret. Apakah BNI pas tanggal tersebut? Belum tahu, lihat kesiapan teknis nanti karena masih koordinasi. Tanggal launching nanti akan ada press release tersendiri,” jelasnya kepada DailySocial.

UnikQu dirilis pada 2016, sementara Yap baru tahun lalu. Bila ditotal, keduanya telah memiliki sekitar 400 ribu pengguna. Adapun jumlah merchant-nya sebanyak 200 ribu tersebar di seluruh Indonesia.

Anang berharap ide menggabungkan seluruh platform uang elektronik berbasis server dan e-wallet Himbara dan BUMN menjadi hal yang positif. Pasalnya penerimaannya akan sangat luas karena melibatkan semua BUMN yang ada.

Direktur IT BRI Indra Utoyo menambahkan, peleburan ke LinkAja ini hanya berlaku untuk produk e-money berbasis server. Sementara yang berbasis kartu masih dikelola sendiri oleh perbankan.

“Yang dialihkan bukan Brizzi tapi nasabah T-Bank yang berbasis server. Brizzi masih dikelola kami. Rencananya per bulan Maret 2019 sudah bisa beralih ke LinkAja,” katanya.

BRI merilis produk e-money berbasis server bernama T-Bank di 2013, yang kini disebutkan memiliki sekitar 520 ribu pengguna. Sementara kartu Brizzi sudah tersebar sebanyak 12,5 juta buah.

“Tentu kita berharap di era digital payment dengan kolaborasi LinkAja bisa lebih menguntungkan.”

Sementara itu, Bank Mandiri juga mengonfirmasi bahwa peresmian LinkAja akan dimulai pada 1 Maret.

“Ya. Rencana launch 1 Maret,” kata Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

Saat ini Bank Mandiri memiliki E-Money dan E-Cash yang bila ditotal jumlahnya mencapai 47 juta buah.

Rico tidak menjelaskan lebih detail bagaimana nasib Mandiri Pay setelah kehadiran LinkAja. Sebelumnya diinfokan Mandiri Pay akan jadi aplikasi pembayaran dengan pemindai QR yang terintegrasi dengan e-money, kartu debit, dan kredit. Modelnya seperti Yap yang diusung BNI.

Bank BUMN lain, BTN, juga turut mengisi berpartisipasi kepemilikan di LinkAja. Dibandingkan bank pelat merah lainnya, inovasi BTN tidak agresif. BTN baru merilis kartu e-money Blink hasil co-branding dengan Bank Mandiri E-Money.

Saat ini 99,99% saham di LinkAja (dengan entitas Finarya) dikuasai Telkomsel. Nantinya kepemilikan Telkomsel tersebut akan terdilusi seiring masuknya sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium. BNI, BRI, dan Bank Mandiri masing-masing akan menguasai 20%, Telkomsel (25%), BTN (7%), dan Jiwasraya (1%). Belum ada informasi lebih lanjut tentang Pertamina, yang disebut-sebut juga ikut di dalam konsorsium, dan jumlah kepemilikannya.

Himbara Targetkan Miliki Perusahaan Switching Kartu Debit dan Kredit Tahun Depan

Awal pekan ini, himpunan bank milik pemerintah (Himbara) yang terdiri dari BRI, Bank Mandiri, BTN, dan BNI menargetkan untuk mewujudkan National Payment Gateway (NPG) dengan memiliki perusahaan switching sendiri pada kuartal pertama tahun 2016. Dengan kehadiran layanan ini, proses settlement transaksi menggunakan kartu debit dan kartu kredit yang bernilai ratusan triliun Rupiah akan dilakukan di dalam negeri. Selama ini, perbankan bergantung pada Visa dan MasterCard.

Seperti diungkapkan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin, settlement atas transaksi pembayaraan lokal dari nasabah bank yang beroperasi di negara ini penting untuk dilakukan di Indonesia. Pasalnya ada potensi risiko geopolitik jika nantinya settlement atas transaksi tersebut dilakukan di luar negeri melalui perusahaan payment system, seperti Visa dan MasterCard.

Itu mengapa Himbara menargetkan untuk segera memiliki perusahaan switching. Perusahaan tersebut ke depannya berpotensi bertindak sebagai principal lokal dan juga menangani kliring dan settlement transaksi di ATM, EDC, dan mobile banking bank-bank jaringan Himbara.

Saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang memegang lisensi dan dapat menangani kliring antar bank, antara lain PT Rintis Sejahtera (Prima), PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto). Namun perusahaan tersebut tidak dapat melakukan settlement atas transaksi pembayaran.

“Yang dapat melakukan settlement adalah perusahaan seperti Visa dan MasterCard. Itu pun dilakukan di luar negeri. Ke depan, penting melakukan settlement transaksi pembayaran lokal di Indonesia, sedangkan kalau transaksi pembayaran luar negeri tidak apa-apa melalui Visa ataupun MasterCard yang memiliki jaringan internasional. Sebab, kliring bank yang ada di Indonesia juga nggak bisa ke luar negeri kan,” jelas Budi.

Budi menjelaskan saat ini memang lebih cepat merealisasikan NPG jika Himbara langsung mengakuisisi perusahaan yang ada. Namun ia menegaskan, Himbara tentu akan memperhatikan masalah harga.

Selain itu aturan atas prosedur settlement dan kartu (debit dan kredit) yang ada juga harus diubah. Pasalnya kartu yang diterbitkan bank yang ada sekarang belum sesuai karena masih menggunakan Visa dan Master Card. Menurut Budi, untuk mewujudkan NPG perlu dukungan dari semua bank, karena untuk melakukan kliring bank-bank perlu bergabung menjadi anggota.

Sebelumnya wacana NPG sudah bergulir sejak tahun 2013. Bank Indonesia saat itu sudah bercita-cita untuk mendorong kehadiran NPG. Pun tahun ini belum ada realisasi dari hal tersebut. Jika tahun depan Himbara berhasil mewujudkannya, payment gateway yang ada sekarang bisa memanfaatkannya untuk memudahkan penggunaan kartu debit untuk transaksi online.