[Simply Business] Percayalah Pada Ide Bodoh Anda

Ada batas tipis antara ide brilian dengan ide bodoh. Beberapa ide mungkin tidak masuk akal pada masanya, tetapi bisa jadi akan lebih masuk akal di masa yang akan datang. Namun ada juga beberapa ide memang benar-benar bodoh. Anda mungkin bisa memisahkan antara keduanya secara langsung, tetapi sebetulnya bukan itu masalahnya.

Sebagai contoh, mari kita lihat Encarta dan Wikipedia. Keduanya adalan ensiklopedi dengan jumlah artikel sangat banyak yang meliput berbagai bidang dan bahasa. Yang satu dibuat oleh perusahaan besar yang ditulis oleh (mungkin) ribuan ahli terpilih dan yang satu lagi adalah ensiklopedi buatan organisasi nirlaba amal yang ditulis oleh sukarelawan anonim yang berkontribusi tanpa dibayar.

Sekarang, jika saya menanyakan mana yang akan menjadi pemenang berdasarkan pernyataan yang di atas, apakah jawaban yang akan Anda berikan?

Continue reading [Simply Business] Percayalah Pada Ide Bodoh Anda

[Simply Business] Jauhkan Diri Anda dari “Idea Guy”

Saya pikir kita telah melihat orang yang penuh dengan ide atau yang kita sebut “the idea guy”, mereka yang memiliki sejuta ide bagus dan tanpa keahlian, nilai atau keinginan yang mendukungnya. Saya mau memberikan julukan “the idea guy” atas apa sebenarnya mereka: orang yang penuh omong kosong. Anda bisa lihat, orang yang penuh ide akan memulai hal seperti ini:

“Hey, saya punya ide yang hebat, mari kita buat Facebook untuk sejumlah orang dan kita akan menjadi kaya! Kamu bikin programnya dan saya akan mendapatkan 80% saham karena itu ide saya”.

Jika orang ini tidak bisa menyediakan nilai lain hanya sebatas ide saja, JAUHKAN DIRI ANDA SEJAUH MUNGKIN dari orang seperti ini. Ide itu murah, ide tidak memiiki nilai apapun tanpa eksekusi lanjutan. Tentu saja akan menjadi kasus berbeda jika orang tersebut bisa menyediakan Anda dengan nilai tambahan, seperti modal, koneksi atau kemampuan teknis. Mari kita lihat berbagai nilai ini secara detail.

Continue reading [Simply Business] Jauhkan Diri Anda dari “Idea Guy”

Apa Masalah yang Ingin Dipecahkan oleh Startup Anda?

Pendiri Pownce, Convore dan Grove, Leah Culver, menceritakan kisahnya tentang penggunaan layanan cloud dan mengesampingkan rasa kepemilikan tradisional. Tentunya hal ini sangat mudah dilakukan jika menetap di Amerika Serikat, sedangkan bagi kita di Asia Tenggara, kita hanya bisa bermimpi.

Di sini kita tidak bisa memiliki perusahaan taksi seperti Uber, karena melanggar peraturan, setidaknya begitu di banyak negara (mungkin juga semua). Layanan seperti AirBNB juga tidak bisa beroperasi di sini karena layanan seperti ini membutuhkan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi dari kedua belah pihak (dan juga karena peraturan yang berlaku). Pengiriman belanja sehari-hari belum terlalu bisa diandalkan. Layanan seperti Dropbox membutuhkan koneksi 3G yang bisa diandalkan dan tersebar luas. Kita tidak bisa membeli buku lewat Kindle atau iBookstore, tidak ada layanan seperti Rdio, Spotify, bahkan tidak juga iTunes Store.

Hidup di negara dunia ketiga sangat menyebalkan, tetapi ini berarti masih banyak peluang untuk menemukan dan mencari tahu layanan dan produk apa yang bisa dibuat untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut. Itulah tantangan yang harus dihadapi ketika menetap di belahan bumi kita. Orang menjadi sibuk dengan hak-hak yang didapatkan oleh penghuni negara maju yang mengakibatkan kebutuhan dasar di daerah kita sendiri terlupakan. Disinilah para wirausahaan lokal harusnya muncul, mengidentifikasi masalah dan hadir menawarkan solusi terbaik.

Continue reading Apa Masalah yang Ingin Dipecahkan oleh Startup Anda?

Investor – Inkubator – Akselerator Harus Bantu Inovasi

Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel di majalah Businessweek Indonesia edisi 15-21 September 2011 tentang Steve Perlman dan inkubator bisnis Rearden.

Steve, pendiri Rearden sedang mengembangkan DIDO (distributed-input-distributed-output). Dijelaskan di majalah tersebut, DIDO sebuah teknologi nirkabel yang diharapkan menjadi solusi dari era kemacetan jaringan dan panggilan telepon yang terputus.

Artikel tersetut menarik bagi saya bukan hanya karena ‘kisah’ Steve dan DIDO, namun lebih pada mental dari Steve Perlman yang selalu mau mengusung inovasi atas apa yang ia kembangkan, bahkan ia mengkrtitik tentang mental di Silicon Valley yang sudah tidak ‘sekeren’ dulu dimana dulu lebih banyak orang yang berani mengambil resiko dan fokus pada terobosan-terobosan baru.

Continue reading Investor – Inkubator – Akselerator Harus Bantu Inovasi