EA Bakal Buat Battlefield untuk Mobile, Jeff Kaplan Mundur dari Blizzard

Bandai Namco memperkenalkan Tamagotchi Pix pada minggu lalu. Selain itu, EA juga mengungkap rencana mereka untuk mengembangkan versi mobile dari Battlefield. Kabar buruk datang dari Blizzard Entertainment. Director Overwatch, Jeff Kaplan, memutuskan untuk mengundurkan diri.

EA dan Industrial Toys Bakal Buat Battlefield untuk Mobile

Electronic Arts mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan game Battlefield untuk mobile pada 2022. Proses pengembangan game itu akan ditangani oleh studio DICE milik EA bersama dengan Industrial Toys, diakuisisi oleh EA pada 2018. Alasan EA tertarik untuk meluncurkan versi mobile dari Battlefield adalah karena mereka tergiur dengan kesuksesan yang diraih oleh Call of Duty: Mobile. Game buatan Activision itu telah diunduh sebanyak 300 juta kali, lapor VentureBeat.

Keputusan EA untuk membuat mobile game dari Battlefield menunjukkan bahwa platform mobile kini punya peran yang semakin besar bagi publisher game AAA. Sementara untuk EA, keputusan itu menunjukkan keseriusan mereka dalam membuat mobile game. Pada Februari 2021, EA telah membeli Glu Mobile seharga US$2,4 miliar. Beberapa mobile game buatan Glu Mobile adalah Kim Kardashian Hollywood, Dine Dash Adventures, dan Disney Sorcerer’s Arena.

Bandai Namco Perkenalkan Tamagotchi Pix

Minggu lalu, Bandai America meluncurkan Tamagotchi Pix. Pada dasarnya, Pix punya fungsi yang sama seperti Tamagotchi yang diluncurkan pada tahun 1990-an. Keduanya memungkinkan Anda untuk membesarkan dan mengurus binatang peliharaan virtual. Hanya saja, Pix sudah dilengkapi kamera, memungkinkan Anda untuk mengambil foto bersama binatang peliharaan Anda. Selain itu, Pix juga punya layar warna.

Tamagotchi Pix sudah dilengkapi dengan kamera.

Tamagotchi Pix juga dilengkapi dengan explore mode. Mode itu memungkinkan peliharaan dari teman-teman Anda muncul di Tamagotchi Anda. Anda bahkan bisa membuat jadwal temu dan menghubungkan Tamagotchi Anda dengan milik teman melalui Tama Code. Tamagotchi Pix akan mulai dijual pada Juli 2021 seharga US$60, menurut laporan CNN.

Director Overwatch, Jeff Kaplan, Keluar dari Blizzard Entertainment

Director Overwatch, Jeff Kaplan, mengumumkan bahwa dia akan meninggalkan Blizzard Entertainment. Posisi director untuk Overwatch 2 akan diisi oleh Aaron Keller. Sayangnya, Kaplan tidak memberikan penjelasan kenapa dia memutuskan untuk keluar dari Blizzard setelah bekerja di perusahaan itu selama 19 tahun. Dia juga tidak mengungkap rencananya di masa depan.

“Suatu kebanggaan bagi saya karena mendapatkan kesempatan untuk membuat dunia dan karakter bagi audiens dengan antusiasme tinggi,” kata Kaplan, seperti dikutip dari VentureBeat. “Saya ingin menunjukkan apresiasi saya pada semua orang di Blizzard yang telah mendukung game-game saya, tim pengembangan game, dan juga pada para pemain. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih pada developer game yang telah menemani saya dalam membuat game.”

Organisasi Esports Australia, ORDER Dapat Investasi Rp59,7 Miliar

Organisasi esports asal Australia, ORDER, baru saja mendapatkan investasi sebesar AU$5,3 juta (sekitar Rp59,7 miliar). Kucuran dana ini didapatkan dari Jason Peterson, Managing Director, CPS Capital dan Gemelli Group Chairman, Harry Karelis. Dengan investasi ini, Karelis juga akan mendapatkan kursi direktur di dewan direksi ORDER. Menurut rilis, investasi kali ini merupakan investasi privat terbesar untuk organisasi esports asal Australia dan Selandia Baru.

Gerard Murphy (kiri) dan Harry Karelis (kanan). | Sumber: Esports Insider

“Kami berhasil mendapatkan investasi senilai AU$5,3 juta. Investasi itu berasal dari para investor yang melihat kesempatan di sektor ini, seperti Jason dan Harry,” kata Gerard Murphy, Chairman, ORDER, menurut laporan Esports Insider. “Mereka tidak hanya menyediakan dana, tapi juga mau berbagi pengalaman tentang cara menumbuhkan bisnis yang masih muda. Dana ini memungkinkan kami untuk masuk ke industri konten dan lifestyle serta terus melanjutkan usaha kami untuk mencari talenta terbaik.”

Esports Fashion Week Bakal Digelar Pada Q3 2021

Esports Fashion Group, perusahaan yang didirikan oleh Warren Fish, Owen Fish, Ali Rezvan, dan Alex Bienert, mengumumkan bahwa mereka akan menggelar acara pertama mereka pada Q3 2021. Acara yang dinamai Esports Fashion Week itu dibuat sebagai wadah para pelaku esports untuk memamerkan koleksi pakaian terbaru mereka. Para pendiri Esports Fashion Group sendiri punya pengalaman di berbagai sektor dan pernah memegang berbagai jabatan di perusahaan-perusahaan besar, seperti Microsoft, Nintendo, dan Verizon.

“Ketika saya ditawarkan kesempatan besar ini, saya tidak bisa menolak,” kata Warren Fish, Co-founder dari Esports Fashion Group, seperti dikutip dari Esports Insider. “Visi grup ini jelas dan saya yakin, mereka akan sukses. Kami telah bekerja keras untuk mengembangkan Esports Fashion Group hingga saat ini. Saya percaya, konsep ini akan menjadi masa depan dari fashion esports.”

Hero Overwatch Ke-32, Echo, Dibekali Sederet Kemampuan Unik

Di tengah  penantian terhadap sekuel Overwatch, sebagian dari fans mungkin juga merasa cemas. Permainan anyar itu dari awal dirancang agar terintegrasi dengan Overwatch pertama sehingga progres tidak hilang dan gamer di kedua judul dapat bermain bersama di mode PvP. Tapi kita belum tahu akan seperti apa implementasinya serta seberapa efektif strategi ‘menyatukan’ dua permainan ini.

Selain fokus pada pengembangan Overwatch 2, kita tahu developer juga berjanji untuk terus memperkaya konten game yang sudah ada. Di bulan November 2018, Blizzard memublikasikan film animasi singkat berjudul Reunion. Di sana, mereka memperkenalkan dua karakter baru. Tak lama setelah itu, tokoh bernama Ashe bisa dimainkan, namun butuh waktu setahun lebih bagi Echo buat tersedia di game. Padahal, ia sempat muncul di trailer Overwatch 2.

Minggu ini, game director Jeff Kaplan mengabarkan bahwa Echo akhirnya bisa dimainkan. Echo merupakan salah satu hero Overwatch paling unik, dan itu alasannya Blizzard membutuhkan waktu lama buat menggodoknya. Echo sudah dapat dijajal di Public Test Region, tapi sepertinya developer tak ingin buru-buru menghadirkannya di server standar. Kaplan bilang timnya akan segera memodifikasi Echo jika menemukan sesuatu yang bisa merusak keseimbangan permainan.

Berbeda dari dugaan sebelumnya, Echo didesain sebagai hero damage. Namun ia juga menyimpan banyak kemampuan yang membuatnya sangat unik, salah satunya kapabilitas terbang/melayang seperti Pharah atau Mercy. Dan yang paling istimewa adalah skill ultimate bertajuk Replicate. Dengan mengaktifkannya, Echo bisa meniru hero musuh dan dapat mengakses segala kemampuannya (termasuk skill ultimate). Itu berarti Echo memberikan pemain kesempatan luas buat beradaptasi terhadap situasi.

Lewat video, Jeff Kaplan menceritan sedikit latar belakang karakter ini. Echo dibuat oleh seorang peneliti asal Singapura, Dr. Mina Liao, dengan kemampuan mengamati, belajar dan meniru. Liao ialah pakar robotik dan AI, bekerja untuk Omnica Corporation hingga pecahnya krisis Omnic. Ia segera direkrut Overwatch begitu insiden tersebut dimulai, tapi kehilangan nyawanya dalam sebuah serangan.

Sempat mempelajari karakteristik dan kebiasaan Liao, Echo terpaksa dikarantina karena Overwatch khawatir teknologinya dapat disalahgunakan dan seluruh proyek pengembangannya dihentikan. Echo akhirnya diaktifkan kembali oleh Jesse McCree, orang yang tadinya ditugaskan buat melindungi Liao, karena Overwatch butuh bantuan (dapat Anda saksikan di film animasi Reunion).

IMG_20032020_132459_(1000_x_650_pixel)

Jeff Kaplan bilang bahwa ada kemungkinan Echo merupakan hero terakhir yang dirilis untuk Overwatch hingga sekuelnya dilepas. Kronologi peluncuran karakter game belakangan memang sedikit membingungkan: Ocho diperkenalkan bersama Ashe, namun setelah itu Blizzard merilis Baptiste dan Sigma, memposisikan Echo sebagai hero Overwatch ke-32.

Overwatch dan Overwatch 2 Adalah Game yang Sama, dengan Perbedaan Murni pada Aspek PvE

Sebagai pemain Overwatch, saya sempat girang sesaat mendengar pengumuman Overwatch 2 belum lama ini. Sesaat karena setelah mendengarkan penjelasannya, Overwatch 2 lebih terkesan sebagai expansion ketimbang sekuel.

Hal yang benar-benar baru dari Overwatch 2 adalah adanya mode story mission yang bisa dimainkan sendiri atau bersama tiga pemain lain (co-op). Selebihnya, Overwatch 2 juga menghadirkan engine baru, mode PvP baru dan sejumlah map beserta hero baru. Kecuali story mission, fitur lainnya ini rupanya juga bakal merambah Overwatch pertama.

Berdasarkan wawancara Kotaku dengan petinggi tim Overwatch, Jeff Kaplan, Blizzard memang punya rencana jangka panjang untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2. Mungkin tidak langsung pada saat Overwatch 2 diluncurkan, akan tetapi Jeff bilang bahwa nantinya game client Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal mereka gabungkan menjadi satu.

Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard
Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard

Tujuannya adalah menghindari risiko fragmentasi, memastikan bahwa tidak ada pemain yang diuntungkan karena bermain menggunakan client Overwatch 2 yang dibekali engine anyar. Sederhananya, Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal menjadi game yang sama persis untuk urusan PvP.

Beda kasusnya untuk urusan PvE. Kalau Anda hendak menjajal story mission dan menelusuri narasi dunia Overwatch secara lengkap, maka Anda wajib membeli Overwatch 2. Namun sebaliknya kalau yang dicari hanyalah saling membunuh sesama player, pemilik Overwatch 1 tidak perlu menyediakan dana tambahan lagi untuk membeli Overwatch 2.

Selain memberikan keadilan bagi pemain, keputusan untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2 ini juga bisa memudahkan tugas developer sendiri. Ketimbang harus merawat dua game yang berbeda, jelas lebih praktis mengurusi satu game saja, dengan perbedaan hanya pada konten PvE itu tadi.

Sumber: Kotaku via PC Gamer.

Sistem Anti-Cheat Baru Overwatch Akan Hentikan Pertandingan Ketika Mendeteksi Cheater

Single-player merupakan wadah penyajian aspek sinematik dan cerita utama dalam game, tapi multiplayer-lah yang memastikan permainan dinikmati hingga bertahun-tahun ke depan. Sejak tersedia untuk publik, bermain bersama memang tak bisa dipisahkan dari aktivitas gaming. Tingginya minat konsumen terhadap jenis mode tersebut mendorong digarapnya judul-judul eksklusif multiplayer.

Overwatch merupakan salah satu game multiplayer yang hingga kini terus dinikmati jutaan pemain tanpa perlu ikut-ikutan menyajikan battle royale. Namun seperti judul kompetitif lain, pertempuran melawan eksploitasi dan cara-cara curang ialah perjuangan tanpa akhir sejak permainan dirilis. Untuk menanggulangi masalah cheater, Blizzard telah mengambil langkah sangat tegas berupa pemblokiran permanen pada para pelaku.

Via video update developer bulan Juli 2019, director Jeff Kaplan mengungkapkan rencana pembaruan fungsi anti-cheat di Overwatch. Di waktu dekat, Blizzard akan mengimplementasikan sistem deteksi cheat yang lebih mutakhir. Developer tidak menjelaskan cara kerjanya secara detail, namun sistem ini dirancang buat mengentikan pertandingan ketika seseorang terdeteksi bermain curang.

Meski belum diketahui kapan sistem anyar ini diterapkan di server umum, Blizzard sudah mulai mengujinya di Public Test Server. Begitu mengetahui adanya aktivitas cheating, permaian segera disetop. Menariknya, hal ini tidak banyak memengaruhi mereka yang bertanding secara jujur (baik yang jadi lawan ataupun rekan satu tim si cheater) dan skill rating (SR) para gamer sama sekali tidak terpengaruh – tak sama seperti saat mereka kabur dari match.

Lalu buat para pemain curang, Kaplan menyampaikan bahwa ‘hukuman berat telah menanti mereka’. Sekali lagi, Blizzard tidak memaparkannya secara spesifik, tapi melihat reputasi sang developer, mereka sama sekali tak segan menjatuhkan ban. Jika pengembangannya berjalan lancar, pemblokiran ini akan menyebabkan cheater sama sekali tidak bisa menyelesaikan pertandingan.

Mungkin Anda sudah tahu, pemblokiran bukanlah satu-satunya strategi yang diambil Blizzard untuk membuat ekosistem permainan jadi lebih sehat. Sistem Looking For Group dan Endorsement, diluncurkan tepat tahun lalu, juga terbukti efektif mendorong gamer berinteraksi secara positif.

Masih berkaitan dengan developer update Overwatch, Jeff Kaplan sempat mambahas agenda peluncuran hero baru. Fans pasti tahu, pengenalan karakter anyar kali ini sedikit lebih terlambat dibanding sebelum-sebelumnya. Blizzard paham kondisi tersebut , dan meminta kita untuk bersabar menunggu sedikit lebih lama.

Hero [Overwatch] ke-31 akan mengagumkan. Dia akan segera tiba, jangan cemas. Kami membutuhkan sedikit lebih banyak waktu demi membuatnya lebih keren,” tutur Kaplan. Dalam pernyataannya, sang game director menggunakan kata ganti ‘he‘ saat menyebut si karakter.

Via DigitalTrends.

Berkenalan Dengan Hero Overwatch ke-30, Sang Combat Medic Baptiste

Berkat tangan dingin Blizzard, Overwatch mampu bertahan dengan tradisi ‘hero shooter‘ di tengah-tengah gempuran battle royale tanpa turut terbawa arus. Meski kini tak terlalu populer di Indonesia, game berhasil menghimpun 40 juta pemain dalam periode dua tahun. Hal tersebut dipicu oleh eksistensinya sebagai salah satu judul esports serta pengenalan karakter-karakter baru beserta kisahnya yang beragam.

Blizzard Entertainment sudah mengintroduksi delapan hero tambahan sejak Overwatch dilepas dengan frekuensi tiga tokoh per tahun. Arahan ini tampaknya tak akan banyak berubah dan terus dilakukan di 2019. Tak lama setelah memberikan tease mengenai seseorang bernama Jean-Baptiste Augustin dalam ‘catatan misi’ in-universe, Blizzard memperkenalkannya secara lebih resmi via website dan video.

Baptiste, Overwatch 2

Baptiste disiapkan untuk memperkuat formasi hero support, menyusul Ana, Moira dan Brigitte. Ia merupakan satu dari 30 juta anak yatim piatu asal Tortuga korban perang Omnic. Demi bertahan hidup, Baptiste bergabung bersama Caribbean Coalition dan di sana ia mengasah kemampuannya sebagai tenaga medis. Ketika pemberontakan robot bisa diredam, sang prajurit mendaftarkan diri ke Talon tanpa menyadari bahwa organisasi tentara bayaran ini mau melakukan apa saja demi meraup profit. Karena tidak sesuai dengan hati nuraninya, Baptiste mengundurkan diri.

Sebagai hero support, Baptiste dibekali kemampuan jarak pendek dan menengah, serta mobilitas yang cukup tinggi. Dalam menghadapi lawan, karakter ini mengandalkan senapan Biotic Launcher dengan mode tembakan burst dan fitur sekunder mengeluarkan proyektil penyembuh. Baptiste juga punya tiga kapabilitas aktif lain: Regenerative Burst, Exo Boots dan Immortality Field.

Regenerative Burst berguna untuk mengobati diri dan anggota tim lain di jarak dekat. Exo Boots sendiri adalah kemampuan melompat tinggi berbekal sepatu bot yang Baptiste kenakan. Untuk menggunakannya, ia perlu menunduk dan meng-charge. Semakin lama durasinya, kian tinggi pula Baptiste bisa melompat. Exo Boots berguna untuk mencapai lokasi-lokasi tinggi atau membantu pemain menentukan posisi kawan sebelum menembakkan proyektil penyembuh.

Immortaility Field sendiri adalah skill paling unik miliknya. Baptise mampu mengeluarkan unit generator yang dapat mencegah kawan-kawannya tewas. Health mereka tetap bisa berkurang akibat serangan, tapi ada batasan tertentu yang tak dapat dilewati, mengharuskan lawan menghancurkan alat tersebut terlebih dulu. Immortality Field bisa sangat membantu untuk menanggulangi serangan berbahaya, misalnya Rip-Tire dari Junkrat.

Skill ultimate Baptiste sendiri malah tidak terlalu istimewa, tapi tetap krusial. Dinamai Amplification Matrix, ketika diaktifkan, Baptiste akan mengeluarkan medan/matrix yang mampu menggandakan tingkat damage atau keefektifan kapabilitas healing rekan-rekannya.

Baptiste, Overwatch 1

Baptiste sudah bisa Anda jajal di Public Test Region dan akan hadir di server  biasa dalam waktu dekat. Itu berarti untuk sekarang, Baptise hanya dapat dimainkan oleh gamer PC.

Dua Fitur Sosial di Overwatch Sukses Mengurangi Perilaku Negatif Gamer

Selain konsisten dalam menyajikan update, mengimplementasikan perbaikan, serta menghalangi para cheater melakukan aksinya, aspek penting lain yang harus diperhatikan developer demi memastikan pemain tetap betah menikmati game mereka dalam waktu lama adalah menjaga komunitasnya tetap sehat. Dan Blizzard cukup andal dalam melakukannya.

Blizzard Entertainmen telah menerapkan banyak cara untuk mempromosikan sportivitas di Overwatch. Developer mengerti, gamer punya kecenderungan menyombongkan kemampuannya saat mereka menang. Cara paling sederhananya ialah dengan menuliskan ‘gg ez‘ (good game, easy) untuk menunjukkan bagaimana pertandingan itu dapat diselesaikan secara mudah. Namun saat Anda menuliskannya di chat box, sistem akan segera mengubahnya jadi kalimat “Well played. I salute you all.” hingga “It’s past my bedtime. Please don’t tell my mommy.

Selain itu, developer juga telah mengimplementasikan dua fitur ‘proaktif’. Pertama adalah mempersilakan pemain menentukan kriteria rekan-rekannya saat mereka mencari grup (Looking For Group); lalu yang kedua ialah memberikan kita kemampuan mempromosikan gamer berkelakuan baik via Endorsements. Dan dengan gembira, game director Jeff Kaplan mengabarkan bahwa cara-cara ini sangat efektif memperbaiki perilaku pemain Overwatch.

Berkat Looking For Group dan Endorsements, Blizzard berhasil menekan obrolan kasar baik di jenis pertandingan kompetitf maupun match casual, khususnya di kawasan Amerika dan Korea. Kedua fitur ini ampuh mengurangi chat ofensif hingga 26,4 (Amerika) dan 16,4 persen (Korea) di Competitive Play; serta 28,8 (Amerika) dan 21,6 persen (Korea) dalam Quick Play.

“Kami sangat gembira melihat upaya komunitas dalam membuat Overwatch jadi tempat yang lebih baik. Terima kasih semuanya!” tutur Kaplan di forum Blizzard. “Dan kami akan terus mengembangkan fitur-fitur ini agar lebih efektif sembari mengeksplorasi cara-cara lain demi meningkatkan kualitas lingkungan bermain.”

Mungkin Anda sudah bisa membayangkan (atau telah menggunakan) Looking For Group, tapi buat saya, Endorsements ialah fitur yang paling menarik di antara keduanya. Jika pemain mendapatkan apresiasi dari kawan-kawannya – bisa jadi karena perilakunya sangat membantu ataupun kelakuan positif selama bermain – mereka akan mendapatkan penghargaan. Blizzard belum menyampaikan detailnya, namun salah satu hadiahnya ialah lebih cepat menemukan match.

Ada satu komentar di forum Blizzard yang membuat saya tertawa geli. Beberapa gamer penasaran mengapa Blizzard baru menunjukkan dampak positif LFG dan Endorsements di kawasan Amerika serta Korea saja. Seorang pemain berkata santai, “Wilayah Eropa sudah terlalu toxic sehingga developer tidak menunjukkan hasilnya…”

Via HeroesNeverDie.com.

Game Director Jeff Kaplan Tertarik Untuk Menghadirkan Fitur Cross-Platform di Overwatch

Cross-platform play ialah istilah yang mendeskripsikan kemampuan game merangkul pemain dari platform berbeda buat bermain bersama. Premisnya terdengar menyenangkan, tapi implementasinya tidak mudah. Sony menolak ajakan Microsoft untuk mengusung cross-platform karena alasan bisnis. Lalu ada kendala pada perbedaan sistem kendali: di sejumlah permainan, keyboard dan mouse masih lebih superior dibanding gamepad.

Meski begitu, mulai ada banyak game di era console generasi kedelapan ini yang mengadopsi kemampuan cross-platform play. Beberapa judul yang populer di antaranya adalah Rocket League, Street Figther V hingga Fortnite. Beberapa developer juga melangkah lebih jauh sehingga permainan dapat dinikati bersama oleh pemilik console dan perangkat bergerak. Dan ternyata, game director Overwatch Jeff Kaplan juga sangat tertarik pada kapabiltas ini.

Dalam majalah Games™ edisi ke-200, Kaplan mengomentari bagaimana fitur cross-platform di Fortnite dan PlayerUnknown’s Battlegrounds memberikan dampak besar bagi para pemain di PC, console dan mobile. Kemampuan tersebut dapat membuat pengalaman bermain jadi lebih seru, terutama pada game-game yang dibekali elemen sosial atau permainan dengan sistem progresi ‘persistent‘.

Sang game director Overwatch bilang, “Saya berharap akan ada lebih banyak penyedia platform membuka diri dan memahami bahwa konsumen menginginkan pengalaman gaming yang lebih luas. Saat ini, permintaannya ada dan teknologinya sudah memadai. Saya percaya membiarkan para gamer bermain bersama akan memberikan keuntungan buat semua orang. Tentu saja saya sangat mengharapkan terbukanya kesempatan untuk menerapkan fitur cross-platform di Overwatch.”

Penjelasan Jeff Kaplan ini sangat menarik karena kira-kira tak lama setelah Overwatch meluncur, Blizzard Entertainment pernah bilang mereka tidak punya rencana untuk membubuhkan cross-platform play di game. Saat itu, sang developer berargumen bahwa mencampur pemain PC yang dipersenjatai keyboard dan mouse dengan gamepad dapat menimbulkan masalah keseimbangan, terutama di level kompetitif.

Pertanyaannya kini ialah, apakah komentar Jeff Kaplan mengindikasikan perubahan strategi tim Overwatch dalam merespons naik daunnya judul-judul seperti PUBG dan Fortnite?

Dua tahun setelah perilisannya, Overwatch tetap menjadi permainan shooter berbasis tim populer. Demi menjaga minat pemain tetap tinggi, Blizzard tak henti-hentinya memberikan update serta melangsungkan event spesial. Belum ada indikasi juga developer akan mengimplementasikan mode battle royale seperti yang dilakukan oleh Epic Games di Fortnite.

Dalam memperingati ulang tahun kedua Overwatch, Blizzard baru saja memublikasikan video stop motion unik bertajuk Trace & Bake di YouTube. Silakan ditonton:

Via WCCFTech.

Akankah Overwatch Akhirnya Mendapatkan Mode Campaign?

Beberapa jam lalu, Blizzard resmi memulai event Retribution di Overwatch sebagai kelanjutan dari Uprising yang dilangsungkan tahun lalu. Seperti Uprising, Retribution fokus pada cerita latar belakang terciptanya tim Overwatch, mengisahkan petualangan sejumlah karakter sebelum permainan ini dimulai, disuguhkan melalui mode multiplayer kooperatif PvE.

Aspek paling istimewa dari event-event seperti ini adalah bagaimana developer menggarapnya dengan begitu apik. Retribution menyuguhkan intro sinematik, dibekali voice acting serta percakapan antar-karakter yang sangat natural. Mungkin hal ini membuat kita bertanya-tanya, mengapa Blizzard Entertainment tidak sekalian membubuhkan mode campaign di permainan shooter populer tersebut?

Pertanyaan yang sama juga diajukan oleh Eurogamer pada game director Jeff Kaplan. Sang otak di belakang suksesnya Overwatch itu menjelaskan bahwa memang dari awal permainan didesain untuk menyajikan pengalaman player versus player. Menurutnya, arahan tersebut terbukti tepat karena berkat formula ini, Overwatch berhasil menghimpun lebih dari 35 juta pemain di seluruh dunia.

Meski begitu, Kaplan mengakui bahwa timnya memang juga sangat menikmati mengerjakan mode PvE atau player versus environment. Melalui gameplay kooperatif, developer jadi lebih mudah menghidangkan elemen cerita. Blizzard sendiri sangat berpengalaman dalam menggarap PvE, sudah mereka implementasikan di bagian campaign permainan StarCraft serta dihidangkan sebagai raid dalam World of Warcraft.

Jeff Kaplan bilang ia dan timnya sering sekali menerima pertanyaan seperti ini. Ternyata, developer berpikir bahwa kehadiran campaign di Overwatch ialah ide cemerlang, tapi upayanya boleh dibilang setara dengan mengembangkan permainan baru dari nol karena ada banyak hal yang harus dikerjakan. Walaupun Blizzard belum punya rencana untuk mengembangkannya, mereka tetap akan mempertimbangkannya.

Retribution merupakan bagian dari seri misi ‘Overwatch Archives’, berlangsung mulai tanggal 10 April kemarin dan akan berakhir pada 30 April nanti. Selama periode itu, Uprising juga bisa dimainkan kembali. Di mode ‘utama’ Retribution maupun Uprising, game hanya memberikan empat pilihan karakter, namun Blizzard juga menyediakan mode all-heroes yang mempersilakan gamer menggunakan tokoh apapun di sana.

Anda akan mendapatkan loot box edisi spesial begitu sukses mengerjakan misi-misi Overwatch Archives atau dengan menyelesaikan tantangan mingguan. Retribution bisa langsung diakses dari menu permainan, sedangkan Uprising menjadi bagian dari mode Arcade.

Dengan dilaksanakannya Retribution, ada kemungkinan besar Blizzard akan kembali menggelar event PvE ‘limited time‘ sejenis di tahun depan. Namun saya penasaran, mengapa developer tidak sekalian membiarkan kita menikmati Overwatch Archives setiap saat?

Blizzard Ungkap 10 Hero Overwatch Favorit Pemain di Competitive Play

Dengan dimulainya musim kompetitif kesembilan, ditambah lagi sejumlah agenda event in-game, belakangan saya terpanggil lagi untuk bermain Overwatch sembari memoles kembali refleks dan keakuratan yang mulai menumpul. Vakum selama setahun lebih, saya melihat ada banyak sekali perubahan dalam permainan, baik dari sisi teknis hingga gameplay.

Salah satu alterasi yang paling kentara adalah kemampuan sejumlah karakter, misalnya kemampuan ressurect Mercy yang tidak lagi jadi ultimate, lalu ada penambahan kapabilitas micro missile buat D.Va. Buat saya, sesi quick play terasa menantang, apalagi sistem matchmaking Overwatch hampir selalu menghadapkan saya pada lawan-lawan dengan frame potret perak atau emas, plus bintang-bintang.

Mungkin selain berlatih dari nol, hal lain yang bisa saya lakukan adalah mempelajari karakteristik para gamer Overwatch saat ini. Dan kabar baiknya, game director Jeff Kaplan baru saja mengungkap daftar 10 hero Overwatch favorit para pemain yang berpartisipasi dalam Competitive Play Season 9, dijabarkan berdasarkan tingkatan/tier kemampuan gamer. Ini dia:

 

Bronze

  1. D.Va
  2. Mercy
  3. Junkrat
  4. Moira
  5. Reinhardt
  6. Soldier: 76
  7. Lucio
  8. Genji
  9. Roadhog
  10. Ana

 

Silver

  1. D.Va
  2. Moira
  3. Mercy
  4. Junkrat
  5. Reinhardt
  6. Soldier: 76
  7. Lucio
  8. Genji
  9. Roadhog
  10. Ana

 

Gold

  1. D.Va
  2. Moira
  3. Mercy
  4. Reinhardt
  5. Soldier: 76
  6. Junkrat
  7. Genji
  8. Roadhog
  9. Lucio
  10. Ana

 

Platinum

  1. Moira
  2. D.Va
  3. Mercy
  4. Genji
  5. Reinhardt
  6. Roadhog
  7. Ana
  8. Zenyatta
  9. McCree
  10. Soldier: 76

 

Diamond

  1. Moira
  2. D.Va
  3. Genji
  4. Mercy
  5. Roadhog
  6. Zenyatta
  7. Ana
  8. McCree
  9. Tracer
  10. Reinhardt

 

Master

  1. D.Va
  2. Moira
  3. Mercy
  4. Genji
  5. Zenyatta
  6. Roadhog
  7. Tracer
  8. McCree
  9. Ana
  10. Winston

 

Grandmaster

  1. D.Va
  2. Tracer
  3. Zenyatta
  4. Moira
  5. Genji
  6. Roadhog
  7. Lucio
  8. Mercy
  9. Winston
  10. McCree

Fakta paling menarik dari pengungkapan ini adalah bagaimana D.Va hampir selalu menjadi hero idola gamer di hampir semua tier, kecuali Diamond dan Platinum – di mana posisinya disusul oleh Moira. Moira sendiri selalu masuk dalam golongan lima besar karakter favorit – lebih sering digunakan dibanding Mercy.

Overwatch

Daftar di atas juga menunjukkan bahwa ada perbedaan karakteristik antara pemain dari tier rendah dengan tingkatan lebih tinggi.

Pertama, gamer Bronze sampai Platinum umumnya memilih Reinhardt sebagai tank. Tapi di skill lebih tinggi, pemain lebih memfavoritkan Roadhog. Lalu hero offense dengan formula gameplay simpel seperti Soldier: 76 cukup populer di tier Bronze hingga Platinum, namun tokoh-tokoh ‘yang sulit dimainkan’ semisal Genji dan Tracer marak dipakai oleh para pemain veteran.

Genji dan Tracer merupakan karakter menarik. Keduanya sangat mematikan, tapi butuh latihan intensif agar pemain dapat memaksimalkan seluruh kemampuan mereka. Karena biasanya hero support lebih dibutuhkan dalam quick match, maka cara terbaik untuk mengasah kemampuan sebagai Genji dan Tracer adalah dengan bermain bersama teman.

Dalam Developer Update Terbaru, Blizzard Singgung Hero Overwatch ke-27

Beberapa bulan lagi, Overwatch akan menginjak usia dua tahun. Dan dalam perjalanannya selama ini, permainan shooter multiplayer team-based garapan Blizzard itu telah memenangkan banyak sekali penghargaan, termasuk titel Game of the Year, hingga gelar permainan ‘on-going‘ terbaik berkat update yang disuguhkan oleh developer-nya secara konsisten.

Tak lama selepas dimulainya Competitive Play Season 8, game director Jeff Kaplan kembali mengunggah video Developer Update di YouTube. Setelah mengucapkan selamat tahun baru, di sana ia mengungkapkan agenda tim Overwatch di tahun 2018. Kaplan mengaku bahwa timnya sudah tak sabar untuk menyajikan konten-konten baru tersebut buat para gamer, dan kabarnya, beberapa di antaranya diimplementasikan dalam waktu dekat.

Pertama-tama, Kaplan membahas Overwatch League dan skin-skin khusus yang disiapkan untuk meramaikan ajang eSport tersebut. Selanjutnya, sang game director mengabarkan rencana implementasi peta Blizzard World yang sempat diumumkan di Blizzcon 2017 bulan November 2017 silam. Peta mengusung konsep taman rekreasi bertema seluruh permainan buatan Blizzard.

Kata Kaplan, map Hybrid ini didesain dengan cantik dan dipenuhi beragam ‘Easter egg’. Dalam pengembangannya, tim Overwatch telah melangsungkan sejumlah eksperimen pada aspek gameplay dan desain level demi memastikan  Blizzard World asik dimainkan serta menunjang elemen kompetitif.

Hal terbesar di Developer Update ini adalah pembahasan hero Overwatch ke-27. Kaplan menyampaikan bahwa proses penggarapannya sudah berjalan cukup jauh. Karakter baru ini dijanjikan akan mengagumkan serta ‘sangat dibutuhkan’ kawan-kawan satu timnya. Sang hero tengah diuji secara internal oleh tim dan progresnya berjalan mulus – bahkan Blizzard mengaku bersenang-senang dalam sesi tes tersebut.

Blizzard turut menjelaskan bahwa mereka akan terus memfokuskan perhatian  pada mode Competitive Play. Prosesnya terbagi dua: terus melangsungkan penyeimbangan dan perbaikan sebagai strategi jangka pendek, namun juga tak lupa mempersiapkan evolusi jangka panjang dari Competitive Play.

Saat ini, tim Overwatch juga tengah menyiapkan event Tahun Baru China bertajuk Year of the Dog. Penyajiannya kemungkinan besar akan menyerupai Year of the Rooster tahun lalu. Blizzard belum menginformasikan kapan tepatnya acara in-game itu dimulai, namun kita boleh berasumsi akan digelar sebentar lagi mengingat Tahun Baru China jatuh pada tanggal 16 Februari 2018.

Sesudah Year of the Dog rampung, Blizzard rencananya akan mengalihkan perhatian mereka ke event Uprising dan perayaan ulang tahun kedua Overwatch, akan dimeriahkan oleh banyak konten baru.