Rangkaian Acara dan Pemenang Amvesindo Demo Day 2017

Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) belum lama ini menyelenggarakan rangkaian acara bertajuk Demo Day 2017. Kegiatan ini diawali dengan Amvesindo Pitch Day 2017 sejak 27 Juli lalu di Mandiri Inkubator Bisnis, dengan jumlah peserta yang mengikuti presentasi sebanyak 100 kelompok hasil seleksi dari 5000 peserta yang mendaftar. Acara ini mewajibkan peserta terdaftar untuk memiliki MVP (Minimum Viable Product).

Dari rangkaian tersebut, selanjutnya terpilih delapan startup yang berhak mengikuti pitching pada 3 Agustus 2017 di Gedung Auditorium Indosat Jakarta Pusat. Delapan startup itu adalah EVA, ShipperIndonesia, MedisOnlineIndonesia, GoCampus, Rumah Sinau, ExcellenceAsia, Billie, dan HomeGood.

Setelah proses penjurian, akhirnya diputuskan tiga pemenang utama yakni EVA, Shipper dan Medis Online Indonesia. Juara ketiga diraih oleh Medis Online Indonesia, merupakan platform layanan pemesanan tenaga kesehatan (perawat/bidan) untuk kebutuhan di rumah dan rumah sakit. Juara kedua diraih oleh Shipper Indonesia, merupakan platform logistik dan rantai pasokan, yang akan segera diperkenalkan kepada publik dalam waktu tak lama lagi.

Juara pertama diraih oleh EVA (Electronic Virtual Assistant) merupakan perangkat lunak untuk membuat ChatBot yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan dan dapat berjalan dalam beberapa aplikasi chatting seperti Facebook Messenger, Telegram dan chat widget berbasis web.

Selain sesi pitching, diselenggarakan juga diskusi interaktif bersama Paul Santos (Founder & Managing Partner WaveMakerPartners Singapore), Peter Shearer (Co-Founder AR&Co) dan Natali Andrianto (Co-Founder & CTO Tiket). Mereka berbagi cerita bagaimana awalnya membangun startup hingga dapat membesarkannya bersama para partner pendiri lainnya. Ada pula sesi pelatihan bagi startup pemula, membahas berbagai permasalahan yang bakal dihadapi berdasarkan kisah kasus nyata yang telah ada.

“Amvesindo Demo Day 2017 merupakan wadah komunikasi bagi startup dengan semua stakelhoders seperti investor, inkubator, akademisi, asosiasi industri, media serta regulator. Penyelenggaraan Demo Day akan diupayakan dapat berkesinambungan dari tahun ke tahun. Amvesindo juga akan terus berkomitmen menjadi wadah teman-teman startup untuk terus dapat berinovasi dan berkontribusi positif bagi startup Indonesia,” sambut Ketua Umum Amvesindo Jeffri Sirait.

Startup digital tumbuh sangat signifikan, diproyeksikan oleh lembaga riset Center for Human Genetic Research (CHGR) akan mencapai jumlah 13 ribu startup pada tahun 2020 mendatang. Hingga tahun 2016 tercatat ada kurang lebih 2000 startup di Indonesia dan merupakan jumlah terbesar di Asia Tenggara. Amvesindo menyadari betapa perkembangan startup yang pesat merupakan hal potensial dalam meningkatkan perekonomian nasional.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Amvesindo Demo Day 2017

Memaknai Kemerdekaan, Refleksi Perjalanan Startup Indonesia

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di momen tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat kita atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Setelah merdeka, tugas kita tak lain untuk mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu membawa Indonesia pada tingkat kemakmuran yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa dilakukan, tak terkecuali berkarya melalui startup digital

Sekitar 8-9 tahun yang lalu tren startup digital mulai beranjak populer di Indonesia. Beberapa produk inovasi mulai hadir, bersama dengan internet yang kala itu merangkak jadi komoditas konsumsi publik. Mengenang awal pergerakan bisnis digital, kami berbincang dengan Nicko Widjaja dari MDI Ventures. Karier di bisnis venture capital telah ia jalani sejak tahun 2010 silam.

“Saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat ‘jalan’ exit, meskipun pasar modal di Indonesia (sampai sekarang pun) belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” ujar Nicko bercerita.

Trennya berkembang pesat, bahkan hingga saat ini beragam inovasi baru berbasis teknologi terus bermunculan, dibungkus dengan proses bisnis yang khas ala startup digital. Nicko juga menyampaikan, perkembangan cukup membawa dampak yang signifikan bagi kepercayaan pemodal untuk bertaruh –tidak hanya pemodal ventura tetapi pihak permodalan lain baik private equity maupun konglomerat holding pun ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

Kemajuan sektor bisnis digital tersebut juga diamini oleh Willson Cuaca dari East Ventures. Proposisi tren positif lebih mendominasi di kalangan startup. Menurutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung dapat menyaksikan dan terlibat dalam bisnis digital, mengawal pertumbuhan pengguna internet dari 22 juta pengguna hingga saat ini lebih dari 100 juta pengguna.

“Tidak ada negara lain di dunia yang mungkin akan mengalami hal ini selain Tiongkok, Amerika Serikat atau India. Indonesia sedang menuju ke era keemasan digital. Tidak ada yang terlambat untuk berbenah untuk menjadi lebih baik, kita berkembang terus dan mencoba untuk selalu relevan terhadap pangsa pasar,” ujar Willson.

Jeffri Sirait dari Amvesindo turut memberikan tanggapan tentang kondisi lanskap startup digital Indonesia saat ini. Baginya, ini adalah fase terbaik dalam transformasi digital yang telah melakukan terobosan di berbagai sektor industri, bahkan mengubah gaya hidup yang membuat berbagai hal menjadi lebih mudah dan efisien. Perubahan digital bukan saja sudah dekat, melainkan tengah terjadi, dan proses ini menjadi bagian penting. Berbagai komponen telah berperan, termasuk para pemain dan regulator.

Startup Indonesia sebagai masa depan generasi muda

Optimisme menjadi salah satu bahan bakar untuk memajukan bangsa. Termasuk untuk industri startup digital yang tengah berkembang saat ini. Namun menurut CEO Kibar Yansen Kamto, optimis saja tidak cukup, Indonesia butuh lebih banyak pihak yang bersama-sama berkontribusi membangun fondasi ekosistem yang lebih kuat.  Komunitas, universitas, media, korporasi, dan pemerintah adalah pilar-pilar yang berperan penting untuk terus bersama-sama mendorong lebih banyak future startup founders. Ia percaya kolaborasi yang kuat akan melahirkan startup yang makin tangguh dan bermanfaat.

Dari kaca mata Ery Punta, Managing Director Indigo Creative Nation, saat ini ekosistem startup digital walaupun banyak yang mengatakan masih tahapan pematangan namun perkembangannya sangat signifikan. Dari pengamatannya, pertumbuhan startup yang berkualitas juga terus berlangsung, ditandai dengan diterimanya kehadiran aplikasi dan solusi dari startup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Industri, pemerintah dan berbagai pihak lainnya juga kian semangat bahu-membahu untuk turut serta dalam penumbuhan kewirausahaan digital di negeri ini.

Mengenai masa depan startup digital, Jeffri Sirait berpendapat, “Perubahan digitalisasi bukan sudah dekat, tapi sudah terjadi dan menjadi bagian penting. Regulator sudah berperan lebih baik dan perlu adanya insentif yang diberikan kepada para pelaku, baik untuk startup, investor, inkubator dan komponen lain. Ekosistemnya sendiri juga perlu diperkuat dan dibukakan akses. Di sisi pelaku kreatif dan startup juga harus selalu mau untuk meningkatkan kapabilitas untuk menang dalam kecepatan dan kompetisi. Sinergi sangat dibutuhkan untuk akselerasi sektor startup digital, supaya jangan sampai kehilangan momentum.”

Ada hal yang perlu dibenahi dalam proses pertumbuhan ini

Sebelumnya di awal sudah disinggung tentang kepercayaan pemodal yang sudah mulai meningkat terhadap startup lokal. Nicko Widjaja juga memotret bahwa masih ada hal yang mestinya bisa diperbaiki kulturnya. Ia melihat sesuatu yang disayangkan, saat ini para pemodal banyak yang tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya untuk startup Indonesia. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan ‘dividen’.

“Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’, di mana startup yang ‘laku’ saat seed, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya.  Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Ini disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin ‘menggoreng’ valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak institusi modal ventura yang siap Series A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang ‘valid’ dengan valuasi yang diinginkan,” jelas Nicko.

Nicko menambahkan, “Jika Anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar yang sama. Bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat.”

Terkait dengan tren pertumbuhan startup yang sempat dikatakan menurun beberapa waktu terakhir oleh beberapa pihak, menurut Ery Punta hal tersebut terjadi lantaran adanya potensi diserapnya para calon founder oleh para startup yang telah menjadi unicorn, namun sebagai penggerak inkubator startup, ia tetap optimis mengingat market Indonesia yang sangat unik dapat menjadikan peluang untuk tumbuhnya startup lokal yang memiliki kelebihan dalam memahami kearifan lokal dan secara demografi penduduk Indonesia. Sangat penting untuk terus melakukan pembinaan digital talent, penyiapan infrastruktur digital dan keberpihakan lokal yang terbuka dengan kolaborasi global.

“Model pengembangan startup Indonesia harus end-to-end, mulai dari nurturing talent, inkubasi, akselerasi sampai dengan bridging market access antara startup dengan perusahaan yang telah mapan, agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dan daya tahan serta kemampuan untuk melakukan scaling,” tambah Ery.

Memaknai kemerdekaan dengan terus berkarya

Setiap warga negara memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kepada DailySocial, CEO Kudo Albert Lucius memaparkan arti mengisi kemerdekaan Indonesia. Baginya mengisi kemerdekaan dengan semangat muda adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan jangan pernah putus asa. Karena dengan semangat ini kita bisa semakin produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. Kemerdekaan merupakan sebuah pilihan dan artinya adalah sebuah kebebasan. Bebas yang bertanggung jawab tentunya.

“Kita sebagai pemuda akan selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik  melalui kontribusi dari setiap apa yang kita lakukan. Indonesia tahun ini merayakan kemerdekaan yang ke-72, meskipun angka ini tidak muda, jiwa dan semangat kita selaku pemuda bangsa harus senantiasa ada,” ujar Albert.

Semangat sama ditunjukkan CEO Bukalapak Ahmad Zaky. Ia menyebutkan bahwa merdeka di era sekarang adalah tentang kemandirian bangsa. Mengisi kemerdekaan tidak bisa hanya bicara, atau beretorika, kita juga tidak hanya bisa berpikir, tidak pula cukup hanya bekerja. Semua jiwa, raga, dan tenaga harus dicurahkan untuk berkarya.

“Karena bidang saya teknologi. Mari kita lihat apa sudah mandiri alias merdeka. Artinya kita menggunakan karya bangsa kita sendiri. Mungkin masing-masing dari kita perlu menjawab pertanyaan ini dalam bidang masing-masing. Generasi muda harus berpikir, bagaimana di masa depan anak cucu kita menggunakan produk kita sendiri. Itu baru merdeka. Saya tidak bisa memberikan tips yang lebih baik selain: Buktikan! Tunjukkan!” ujar Zaky.

Bagi Zaky, bukti akan menginspirasi generasi selanjutnya. Bukti kekal abadi antar generasi. Kita butuh banyak orang yang bekerja dibalik layar dan membuktikan. Bukti lebih besar pengaruhnya daripada yang lain.

Hal ini turut ditegaskan Kevin Mintaraga, CEO Bridestory. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi muda yang berkarya, jangan selalu berpikir untuk melakukan suatu hal demi mengejar uang atau kesuksesan (pribadi) semata, lakukanlah sesuatu demi kesuksesan orang lain, maka uang dan kesuksesan yang akan balik mengejar.

Dare to be different and true to yourself, but remain accountable, tegas Kevin.

Tanggung jawab berat sekaligus kesempatan ada di tangan kita

Melalui kesempatan ini, DailySocial turut mengucapkan selamat hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Semoga momentum ini benar-benar membawa perubahan yang lebih baik di berbagai bidang. Startup digital mulai menunjukkan eksistensinya dalam membangun ekonomi bangsa, urun tangan inovasi pengembang dalam negeri sudah selayaknya menjadi tonggak kemakmuran bangsa ini.

“Lebih dari setengah populasi Indonesia adalah pemuda-pemudi di bawah 30 tahun, artinya dalam 10 tahun ke depan nasib Indonesia benar-benar ada di tangan pemuda-pemudi Indonesia. Hal ini bisa diartikan sebagai beban berat yang ada di pundak kita, namun juga bisa diartikan sebagai kekuatan kita untuk membentuk masa depan bangsa. Jadi, tanyakan kepada diri Anda masing-masing, apa kontribusimu untuk Indonesia?” sambut CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Dalam keyakinan kami, anak muda Indonesia adalah penggerak utama inovasi digital di Indonesia. Dengan pangsa pasar yang muda dan luar biasa besar, Indonesia punya aset yang tidak dimiliki negara-negara lain. Semua analis pasar global setuju bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin ekonomi terbesar di Indonesia, terutama di industri digital. Kembali lagi, kita punya kemampuan untuk membentuk pasar, diberikan kesempatan untuk berkontribusi ke pasar global.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Merdeka!

Tren Investasi Startup dan Prediksi Kepemimpinan Fintech di Tahun 2017

Beberapa catatan tentang iklim investasi tahun 2016 menunjukkan beberapa hal menarik. Startup di Indonesia kini telah memasuki tahap untuk mampu memberikan dampak secara signifikan kepada masyarakat, beberapa di antaranya bahkan menyita perhatian investor global. Telur “unicorn” pertama pun telah dipecahkan, tambahan investasi $500 juta membawa valuasi Go-Jek di atas $1,3 miliar.

Sementara jika berbicara investasi secara umum, sektor bisnis e-commerce masih mendominasi. Dimulai dari kabar akuisisi Lazada oleh Alibaba yang konon digunakan sebagai strategi masuknya e-commerce paling disorot sejagat dalam beberapa waktu terakhir tersebut. Disusul putaran pendanaan yang diperoleh MatahariMall, Jualo dan Tokopedia. Namun yang begitu menyita perhatian, sektor fintech pada tahun 2016 turut mengambil porsi besar, bahkan nyaris sama dengan e-commerce. Sementara layanan on-demand yang sebelumnya (2015) ramai diperbincangkan justru memiliki porsi yang tak begitu besar.

Dari laporan tahunan startup yang dirilis DailySocial, setidaknya jika ditotal ada 104 kegiatan investasi di lanskap startup Indonesia tahun 2016, baik yang dilakukan oleh investor lokal ataupun investor asing. Dan lanjut investasinya sendiri cukup meningkat antara kuartal pertama sampai kedua, setelah itu menurut cukup derastis, hingga akhir tahun 2016.

Sebaran investasi startup selama tahun 2016 / DailySocial
Sebaran investasi startup selama tahun 2016 / DailySocial

Laju investasi tahun 2017 dan kepemimpinan fintech dalam iklim investasi

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan fintech di periode 2016 menunjukkan hasil yang signifikan. Setidaknya sebesar 78 persen, atau setara dengan total bisnis di bidang teknologi finansial yang mencapai 140 unit. Saat ini dominasi pemain ada di sub-sektor digital payment, umumnya fokus mereka memanfaatkan tren pembayaran digital yang didorong oleh popularitas layanan e-commerce dan cashless-society yang sedang banyak diperbincangkan.

East Ventures tercatat sebagai investor yang begitu sigap menanggapi hype startup fintech. Menurut laporan tentang kondisi startup fintech dari DailySocial, sekurangnya mengalir Rp 486,3 miliar untuk investasi startup dintech di tahun 2016. Kendati regulasi masih terus digodok, karena fintech cenderung menjadi bisnis yang riskan jika tidak diatur dengan baik, namun kepercayaan diri para pemain dan investor menunjukkan bahwa sektor ini akan cemerlang untuk beberapa tahun ke depan, termasuk prakiraan akan menjadi klimaks di tahun 2017.

Tren investasi startup di tahun 2017 / DailySocial
Tren investasi startup di tahun 2017 / DailySocial

Prakiraan survei yang dirilis oleh DailySocial menyebutkan hal yang serupa, fintech terlihat akan sangat mendominasi di tahun 2017. Sedangkan sektor e-commerce justru mulai menurun dan mulai tersalip dengan layanan SaaS (Software as a Services) dalam berbagai bidang. Tahun 2016 beragam model layanan SaaS mulai diperkenalkan, salah satunya yang menanamkan kecerdasan buatan dan berbagai teknologi pintar di dalamnya, seperti Kata.ai hasil pivot dari YessBoss, Prism hasil gabungan OneBit dan Coral, dan beberapa layanan lain.

Taksiran kebutuhan investasi di tahun 2017

Hasil analisis AMVESINDO (Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia) mengatakan bahwa setidaknya dana sebesar Rp 20 triliun diperlukan untuk mengalir di berbagai sektor startup digital tahun ini.

Disampaikan Ketua AMVESINDO Jeffri Sirait, jumlah dana triliunan tersebut idealnya dapat dioptimalkan sumbernya dari dukungan sektor publik dan swasta, dalam artian pemerintah akan turut banyak berperan dalam putaran ini. Keterlibatan pemerintah diklaim sangat penting untuk mewujudkan misinya dalam menciptakan ratusan wirausaha digital yang telah dicanangkan.

Di luar dari pemaparan di atas, ada satu hal yang juga akan menjadi perhatian di khalayak startup lokal, yakni ekspansi beberapa pemain luar yang memanfaatkan funding yang didapatkan dari investor bernaung di Asia Tenggara. Beberapa startup sudah mengukuhkan niatnya, seperti Betaout penyedia layanan pintar untuk e-commerce, Postr penyedia layanan adtech untuk bisnis telco, hingga Helpster layanan pencari pekerja kasar. Hadirnya pemain asing ini turut mengencangkan persaingan, dan (mungkin) akan membawa tren baru di kalangan bisnis digital nasional.


Unduh versi lengkap dari laporan DailySocial di sini: