Polaroid Umumkan Now+, Kamera Instan dengan Mode Khusus yang Bisa Diakses Lewat Smartphone

Polaroid telah mengumumkan Polaroid Now+, kamera instan i-Type baru yang menawarkan serangkaian fitur unik melalui konektivitas Bluetooth. Ia mengemas banyak mode pemotretan baru yang dikendalikan dengan aplikasi Polaroid lewat smartphone berbasis Android dan iOS.

Dengan bantuan smartphone, pengguna Polaroid Now+ dapat mengakes beberapa mode khusus seperti aperture priority, double exposure, light painting, manual mode, dan tripod mode. Pada mode aperture priority, pengguna dapat mengontrol aperture secara manual. Mulai dari F11 yang memungkinkan lebih banyak pengaburan di latar belakang sehingga foto lebih berdimensi, hingga aperture F32.

Sementara, mode double exposure pada Polaroid Now+ memungkinkan Anda untuk mengambil dua exposure berbeda yang kemudian digabungkan menjadi satu bidikan film instan dengan menggunakan area double exposure khusus dari aplikasi. Fitur ini juga dapat diakses dari kamera itu sendiri dengan menekan dua kali tombol “plus” di bagian depan kamera.

Kemudian untuk mode light painting pada dasarnya merupakan mode bulb yang memungkinkan menggambar atau melukis dengan cahaya dengan membiarkan rana tetap terbuka untuk waktu yang lama. Mode tripod mirip dengan light painting, tetapi memberi kita kemampuan untuk mengambil foto dengan exposure selama 60 menit.

Akhirnya Polaroid menambahkan mode manual sepenuhnya ke Polaroid Now+ yang memungkinkan beberapa pengaturan disesuaikan secara manual di aplikasi seperti aperture, shutter speed, flash, dan kapan foto harus dikeluarkan. Fitur ini menggabungkan pengukur cahaya kamera dengan aplikasi untuk memungkinkan fotografer menyesuaikan pengaturan dan melihat respons langsung bagaimana exposure akan berubah.

Di bawah ini adalah galeri contoh gambar yang diambil dengan Polaroid Now+ yang disediakan oleh Polaroid:

Selain fitur internal baru, Polaroid Now+ juga dilengkapi dengan kit filter lensa yang mencakup lima filter untuk dipasang di bagian depan kamera: starburst, red vignette, orange, blue, dan yellow. Harga Polaroid Now+ dibanderol US$149,99 atau sekitar Rp2,1 jutaan dan tersedia dalam warna black, white, dan blue gray.

Sumber: DPreview

Canon Bidik Pasar Kamera Instan Lewat Zoemini S dan Zoemini C

Canon memulai debutnya di ranah printer portable berteknologi ZINK (Zero Ink) tahun lalu melalui perangkat bernama Zoemini. Untuk tahun ini, Canon bahkan semakin mengerahkan upayanya hingga menembus ranah kamera instan.

Adalah Zoemini S dan Zoemini C, dua kamera instan yang baru saja diluncurkan buat pasar Eropa, yang menjadi amunisi Canon untuk menghadang dominasi lini Fujifilm Instax. Masih seperti Zoemini orisinal, Zoemini S dan C dapat mencetak di atas kertas khusus, tapi yang berbeda, keduanya juga bisa menjepret gambar sendiri.

Canon Zoemini S

Zoemini S adalah model yang lebih superior, dengan sensor 8 megapixel dan konektivitas Bluetooth untuk menyambung ke aplikasi Canon Mini Print App di ponsel. Zoemini C di sisi lain hanya mengemas sensor 5 megapixel, dan ia juga tidak bisa mencetak gambar yang ditransfer dari ponsel.

Selebihnya, kedua kamera instan ini cukup mirip. Bagian depannya dilengkapi cermin kecil untuk memudahkan proses pengambilan selfie, sedangkan semua hasil jepretannya akan disimpan ke dalam kartu microSD.

Canon Zoemini C

Rencananya, kedua kamera ini akan mulai dijual pada akhir April mendatang. Zoemini S dibanderol seharga £150/$160, sedangkan Zoemini C seharga £110/$100. Di Amerika Serikat, Canon bakal memasarkannya dengan nama Ivy Cliq+ dan Cliq.

Sumber: DPReview.

Kamera Instan Fujifilm Instax Square SQ20 Juga Mampu Merekam Video Singkat

Tema fotografi high-end di ajang Photokina 2018 yang dimeriahkan oleh varian full-frame mirrorless hingga prototype bersensor monster tampaknya juga menular ke kelas ‘fotografi retro‘. Di ranah tersebut, Fujifilm Instax merupakan salah satu pilihan favorit konsumen. Dan inkarnasi terkini dari kamera instan Fuji tersebut memiliki fitur yang tidak ada di generasi sebelumnya.

Setelah memperkenalkan kamera analog bertema nostalgia Instax Square SQ6 di bulan Mei kemarin, Fujifilm kali ini menyingkap penerus dari kamera instan hybrid Instax Square SQ10. SQ10 sempat mencuri perhatian konsumen dengan kemampuannya menyimpan file gambar sebelum dicetak di kertas film, dan kali ini, adiknya yang bernama Instax Square SQ20 mampu merekam video.

Instax Square SQ20 memperkenankan pengguna merekam video berdurasi 15 detik. Bagi pengguna gadget modern, waktu sesingkat itu memang tak terlihat mengesankan. Tapi kapabilitas menarik dari SQ20 adalah, ia mampu menggunakan klip video tersebut untuk menciptakan efek foto baru. Selanjutnya, Anda bisa mengeditnya lebih jauh dan mencetak foto langsung dari kamera.

Produsen juga membubuhkan fitur baru bernama Motion Mode. Dengannya, Anda dipersilakan mencari momen terbaik dalam video buat dicetak. Mode tersebut didukung fungsi Sequence untuk menciptakan efek berbayang/bergerak, dan sebagai alternatifnya, Anda dapat menambahkan bingkai ala film strip atau menerapkan efek retro ala film-film tua.

Fujifilm Instax Square SQ20 1

Untuk fungsi foto still, Anda dapat menemukan opsi familier semisal mode standar, Bulb, Double Exposure, Split, Collage (memunculkan beberapa gambar di satu frame), serta Time Shift Collage (menampilkan empat foto objek yang sama di waktu berbeda). Fujifilm juga menyediakan tidak kurang dari sepuluh jenis filter, serta memberikan kita keleluasaan buat meng-highlight warna tertentu, mengatur tingkat kecerahan, hingga mengaplikasikan efek vignette.

Dibanding Square SQ10, spesifikasi SQ20 mengalami upgrade sekaligus downgrade. Kamera intan hybrid anyar ini mengusung sensor yang lebih kecil dari kakaknya, yakni berukuran 1/5-inci (SQ10 dibekali sensor 1/4-inci). Bagian lensanya kurang lebih sama, mempunyai aperture f/2.4, namun ukuran sensor 1./4-inci berdampak pada berkurangnya field of view. Sebagai kompensasinya, SQ20 mempunyai kemampuan zoom digital sebesar empat kali. Fitur ini pertama kali ada di kamera Instax.

Fujifilm berencana untuk mulai memasarkan Instax Square SQ20 di tanggal 20 Oktober nanti. Namun saat artikel ini ditulis, mereka belum menginformasikan harganya. Sebagai acuan, di Indonesia Square SQ10 dibanderol di kisaran Rp 4 juta.

Sumber: Fujifilm.

Fujifilm Instax Square SQ6 Adalah Kamera Instan Analog Berwujud Logo Lama Instagram

Setahun yang lalu, Fujifilm meluncurkan sebuah kamera instan yang sangat unik. Kamera bernama Instax Square SQ10 itu unik bukan semata karena menghasilkan potret dalam format kotak, tapi juga karena sistem hybrid (digital dan analog) yang diadopsinya.

Sekarang, Fujifilm memutuskan untuk melakukan hal yang berbeda dengan merilis Instax Square SQ6. Berbeda karena SQ6 murni merupakan kamera instan analog, yang dapat menghasilkan potret berukuran 62 x 62 mm di atas kertas 86 x 72 mm.

Desainnya sepintas kelihatan mirip seperti SQ10, namun dengan sudut-sudut yang lebih kaku sehingga membuatnya makin mirip dengan logo lama Instagram. Di samping lensa 32 mm-nya, terdapat cermin kecil yang berfungsi untuk membantu pengguna mengambil selfie. Dalam mode selfie ini, kamera akan mengatur tingkat kecerahan dan fokusnya secara otomatis.

Fujifilm Instax Square SQ6

Pada kenyataannya, SQ6 memang dibekali sensor untuk mendeteksi kondisi pencahayaan di sekitarnya, lalu mengatur shutter speed dengan sendirinya. Pengguna hanya perlu menjepret tanpa memusingkan parameternya meskipun kamera ini termasuk jenis analog.

Mode pemotretan lainnya mencakup mode makro, dengan jarak paling dekat 30 cm, mode landscape, serta mode double exposure yang memungkinkan pengguna untuk menggabungkan dua gambar di dalam satu kertas film. Juga tidak kalah unik adalah kehadiran tiga filter warna (oranye, ungu dan hijau) yang ‘disemburkan’ melalui flash bawaannya.

Nuansa nostalgia tentunya menjadi nilai jual utama Fujifilm Instax Square SQ6. Di samping itu, kamera ini juga merupakan alternatif yang lebih terjangkau untuk SQ10 berkat banderol harganya yang cuma $130. Di AS, kamera ini akan dipasarkan mulai 25 Mei mendatang.

Sumber: DPReview.

Rolleiflex Instant Kamera Adalah Reinkarnasi Modern Kamera dari Zaman Perang Dunia

Melihat begitu banyaknya smartphone berkamera ganda belakangan ini, sebagian dari kita mungkin lupa kalau sebelum kamera SLR dan DSLR mendominasi industri fotografi, sempat populer juga kamera jenis TLR (twin lens reflex). Salah satu model yang sangat legendaris di kategori ini adalah Rolleiflex, yang diproduksi sejak 1927 sampai di tahun 60-an.

Lalu sekitar dua tahun yang lalu, sebuah pabrikan asal Hong Kong bernama MiNT mencoba menghidupkan kembali Rolleiflex lewat sebuah kamera instan berdesain serupa. Produk tersebut tampaknya menarik perhatian Rollei, hingga akhirnya kedua perusahaan memutuskan untuk berkolaborasi dan melahirkan evolusinya, Rolleiflex Instant Kamera.

Rolleiflex Instant Kamera

Desainnya sengaja dibuat sangat mirip seperti Rolleiflex orisinil, hanya saja dimensinya telah disusutkan sampai cuma menyisakan bobot sekitar 525 gram, dan tentu saja secara keseluruhan tampak lebih modern. Sepasang lensanya tentu bakal menjadi pusat perhatian, dan ini bisa dimanfaatkan untuk memotret dengan pilihan aperture f/5.6 – f/22, serta jarak fokus minimum 48 cm.

Rolleiflex Instant Kamera

Bagian atasnya yang bisa dibuka merupakan rumah dari viewfinder. Lapisan anti-glare membantu pengguna mengatur komposisi dan melihat live view secara lebih jelas tanpa harus mendekatkan viewfinder ke mata. Andai sedang mengatur fokus secara manual, perangkat dilengkapi kaca pembesar terintegrasi untuk membantu mengamati bagian-bagian detailnya.

Built-in flash, kontrol exposure compensation dan sejumlah fitur modern lainnya turut tersedia dalam bodi berpenampilan kuno ini. Suplai energinya berasal dari tiga baterai AA, dan filmnya sendiri menggunakan format Instax Mini besutan Fujifilm yang sangat populer.

Hasil foto Rolleiflex Instant Kamera / Rollei
Hasil foto Rolleiflex Instant Kamera / Rollei

Setiap selesai menjepret, pengguna hanya perlu menekan tombol film eject di samping kiri bodi, maka hasil fotonya akan langsung keluar dari area viewfinder. Singkat cerita, menggunakan kamera ini ibarat memakai seri Fujifilm Instax Mini, hanya saja dengan tampilan dan cara mengoperasikan yang lebih analog.

Bagi yang tertarik atau yang ingin membelikan kado unik bagi orang tuanya, Rolleiflex Instant Kamera sudah bisa dipesan melalui Kickstarter dengan harga paling murah HK$ 3.399, atau kurang lebih sekitar Rp 6,05 juta.

Sumber: PetaPixel.

Kodak Mini Shot Padukan Kesederhanaan Kamera Saku Dengan Teknologi Film Instan

Melejitnya teknologi kamera di ponsel memang memengaruhi banyak aspek di industri fotografi. Namun meski kita mengira hal tersebut akan menyingkirkan tipe point-and-shoot dari pasar, produsen seperti Sony dan Panasonic masih tetap menawarkannya, masing-masing dibekali fitur andalan sendiri. Tapi Kodak punya konsep berbeda dalam menyediakan kamera jenis ini.

Di bulan September kemarin, perusahaan perangkat imaging Amerika itu menyingkap sebuah produk unik. Mereka menamainya Printomatic, yaitu kamera instan bertubuh mungil ala point-and-shoot. Sejarah produk ini cukup menarik karena ternyata Printomatic digarap oleh perusahaan C+A Global yang juga memproduksi Polaroid Snap dua tahun lalu. Dan di ujung 2017, Kodak mengekspansi lineup kamera instan saku melalui pengenalan Mini Shot.

Kodak Mini Shot 3

Mini Shot mempunyai arahan desain serupa Printomatic. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dari luas kartu identitas/debit Anda. Di bagian luarnya, user disuguhkan layout familier; dengan modul lensa, LED flash dan tombol shutter di atas. Mini Shot turut dilengkapi layar LCD viewfinder seluas 1,7-inci serta tombol buat mengakses fungsi serta navigasi menu.

Kodak Mini Shot 1

Kamera poket instan ini menyimpan unit cetak film di dalam, dikeluarkan dari sisi kanan (jika dilihat dari depan). Mini Shot siap mendukung dua varian film 4Pass Photo Paper, yakni 2,1×3,4-inci atau 2,1×2,1-inci. Uniknya lagi, kamera tak hanya bisa mencetak hasil jepretan, tapi juga file yang dikirim dari perangkat Android atau iOS lewat Bluetooth via app companion.

Kodak Mini Shot 2

Melalui aplikasi mobile tersebut, Anda bisa melakukan sedikit proses penyuntingan sebelum gambar dicetak, contohnya membubuhkan filter, stiker atau memilih template kartu. Tanpa smartphone, Mini Shot memanfaatkan sensor digital 10-megapixel buat mengabadikan gambar. Kamera ini juga ditunjang fitur-fitur penting semisal auto-focus, pengaturan exposure, white balance serta gamma, dan Anda dapat melihat tampilan pratinjaunya di layar.

Kodak Mini Shot 4

CEO Kodak Jeff Clarke menjelaskan alasan yang mendorong mereka menyajikan Mini Shot, “Kebangkitan tengah terjadi di segmen fotografi ‘instan print‘, dan saat ini permintaan terhadap produk yang tahan lama dan terjangkau sangat tinggi. Pelepasan Kodak Mini Shot dan Printomatic merupakan wujud dari komitmen berkelanjutan kami pada ranah pencetakan instan serta merepresentasikan awal dari agenda Kodak menghadirkan Print Solutions ke pasar.”

Kodak Mini Shot sudah dapat dipesan saat ini juga di Amazon. Di situs eCommerce raksasa itu, produk dijajakan seharga US$ 100 saja.

Sumber: DPreview.

Polaroid dan Fujifilm Bersengketa Akibat Format Film Kamera Instan Instax Square

Polaroid memang merupakan nama yang mempopulerkan pemakaian kamera instan, namun saat brand ini berpindah-pindah pemilik, Fujifilm berjasa menjaga tradisi tersebut tetap hidup lewat keluarga kamera Instax. Selain perangkat fotografi, Fujifilm turut menyediakan film dengan berbagai desain frame unik, serta printer portable untuk mencetak foto dari smartphone.

Brand dan kekayaan intelektual Polaroid sendiri kini sudah menjadi milik pemegang saham terbesar Impossible Project, yang sejak tahun 2008 berkecimpung di ranah penyediaan film instan. Di bulan September kemarin, Impossible Project berubah nama jadi Polaroid Originals, dan untuk merayakan ‘kembalinya’ brand tersebut, mereka memperkenalkan produk bernama OneStep 2.

Kembalinya Polaroid ke ranah ini sepertinya memperuncing kompetisi dengan Fujifilm, dan bertransformasi jadi sengketa setelah Polaroid beberapa kali mengirimkan surat peringatan penghentian produksi pada Fujifilm terkait produk baru mereka. Perusahaan fotografi asal Jepang itu menanggapinya dengan meminta bantuan Pengadilan AS. Akar masalah perseteruan ini sebenarnya cukup sepele, yaitu terkait format film instan.

Perkara ini dimulai tak lama selepas Photokina 2016. Di acara itu, Fujifilm memperkenalkan film Instax Square berformat persegi 62×62-milimeter, meluncurkannya di awal 2017, berbarengan dengan kamera Instax Square SQ10. Namun tak lama, Polaroid memperingatkan Fujifilm bahwa merek dagang film ini dimiliki oleh Polaroid. Karena Fujifilm tidak segera merespons, Polaroid mengancam buat ‘mengambil tindakan tegas’.

Meski Polaroid yang pertama mengajukan keluhan, Fujifilm-lah yang mengubahnya jadi kasus hukum melalui pengajuan laporan ke Pengadilan Distrik Selatan kota New York minggu lalu. Dalam surat keluhan ketiga di bulan Juni 2017, Polaroid menuntut agar Fujifilm membayar royalti/lisensi penggunaan film instan dengan format persegi.

Dokumen pengadilan dari Fujifilm menyatakan: ‘karena tidak sanggup memperoleh keuntungan lewat penjualan produk’, Polaroid kini ‘mencoba menciptakan pemasukan melalui sisa-sisa portofolio kekayaan intelektual Polaroid’. Menurut Fujifilm, Instax Square tidak melanggar trademark Polaroid.

Mengulik lebih dalam lagi, format bingkai persegi tak sekedar dipilih agar foto tampil unik. Di frame itulah produsen menempatkan zat-zat kimia penting buat memunculkan hasil jepretan di film.

Perlu diketahui bahwa saat Fujifilm merilis film persegi, Polaroid belum memproduksi film berformat serupa setelah mereka menghentikan proses pembuatannya di tahun 2008. Dan hingga kini, dua perusahaan itu belum menampakkan diri di pengadilan.

Via Digital Trends & The Photo Blographer.

Fujifilm Perkenalkan Printer Portable Generasi Ketiga, Instax Share SP-3

Fotografi mobile berkembang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi pencitraan yang dihadirkan oleh pabrikan smartphone. Hampir semua smartphone flagship telah dibekali kamera dengan kemampuan yang tak kalah wah dibandingkan kamera yang memang dirancang untuk fotografi. Lahirnya ceruk baru ini dimaknai sebagai peluang pasar baru oleh Fujifilm.

Perusahaan fotografi dan pencitraan multinasional asal Jepang tersebut baru saja mengumumkan peluncuran Instax Share SP-3, sebuah printer film instan portabel yang ditawarkan seharga USD 199. Jika sesuai dengan rencana, printer portabel ini bakal mulai dijual pada bulan November mendatang.

Instax Share SP-3__@

Edisi ketiga dari seri Instax Share yang diluncurkan pada tahun 2014, SP-3 menjadi yang pertama menggunakan film Instax Square yang baru, selain memfasilitasi pencetakan film Instax Mini, mirip dengan SP-2. Hadir pula opsi beberapa template seperti kolase, SNS, Split, Real Time yang memudahkan pengguna memilih desain yang tepat. Ada juga fitur yang memungkinkan pengguna menambahkan teks, dan sejumlah opsi baru yang memungkinkan kustomisasi foto yang lebih luas.

Aplikasi SHARE juga telah diperbarui, sehingga kini kompatibel dengan Instagram, Facebook, Dropbox, Google Photo dan Flickr baik untuk perangkat iOS ataupun Android. Fitur baru “Hashtag Print” memungkinkan pengguna mengakses Instagram secara langsung melalui aplikasi dan bahkan mencetak gambar yang disimpan di bawah hashtag terpilih, misalnya kumpulan foto tunangan, pernikahan atau peresmian bisnis baru.

Instax Share SP-3__1

Menurut klaim Fujifilm, printernya mampu mencetak foto dengan titik piksel 800 x 800 dan 318 dpi dengan durasi cetakan sekitar 13 detik. Lebih lambat dari seri SP-2 namun dengan kualitas cetakan yang diklaim lebih baik. Baterai yang tersemat di dalam perangkat mampu menopang proses cetakan sampai dengan 160 foto dalam sekali isi ulang. Jumlah yang lebih dari cukup jika Anda hanya ingin mencetak sambil bepergian yang biasanya hanya menghabiskan beberapa lembar film.

Instax Share SP-3  hadir dalam dua varian warna, hitam dan putih, dan mulai dijual pada pertengahan November mendatang sebagaimana dikutip dari TheVerge.

Sumber berita Fujifilm.

HP Luncurkan Kamera Instan Bernama Sprocket 2-in-1

Tahun lalu, HP meluncurkan sebuah printer portable yang dapat mencetak tanpa tinta bernama Sprocket. Baru-baru ini, perangkat tersebut telah berevolusi menjadi kamera instan, dengan nama yang pas yaitu Sprocket 2-in-1.

Desain dan cara kerjanya sangat mirip seperti Polaroid Snap maupun Kodak Printomatic. Bidik lewat viewfinder, tekan tombol shutter, lalu hasilnya dapat langsung dicetak di atas kertas ZINK berukuran 2 x 3 cm. Bedanya, Sprocket 2-in-1 masih bisa berfungsi sebagai printer biasa.

HP Sprocket 2-in-1

Hal ini berarti pengguna masih bisa menyambungkan ponselnya via Bluetooth, mengedit foto yang diinginkan, lalu mencetaknya menggunakan perangkat ini. Yang cukup menarik, HP tidak lupa menambahkan bumbu AR pada aplikasi pendamping Sprocket di Android maupun iOS.

Fitur tersebut memungkinkan pengguna untuk menyelipkan foto dan video tersembunyi pada gambar yang dicetak. Jadi ketika gambar tersebut dilihat menggunakan kamera smartphone, akan muncul sejumlah foto dan video yang diharapkan bisa membantu pengguna ‘menghidupi’ kembali momen berkenang yang ada pada gambar.

Dari kiri ke kanan: Sprocket standar, Sprocket Plus, dan Sprocket 2-in-1 / HP
Dari kiri ke kanan: Sprocket standar, Sprocket Plus, dan Sprocket 2-in-1 / HP

Bersamaan dengan itu, HP juga mengumumkan Sprocket Plus. Model ini pada dasarnya sama seperti Sprocket standar yang diluncurkan tahun lalu, hanya saja hasil cetakannya 30% lebih besar sehingga akan terasa lebih ideal untuk foto grup.

HP Sprocket 2-in-1 saat ini sudah dipasarkan seharga $160, sedangkan Sprocket Plus sedikit lebih murah di angka $150. Keduanya hadir dalam tiga pilihan warna: putih, hitam atau merah.

Sumber: The Verge.

Bocoran Gambar Moto Mod Kamera Instan dan Smart Speaker Beredar

Lini Moto Z bisa dibilang merupakan eksekusi konsep smartphone modular yang cukup menarik. Meski tidak sepenuhnya modular seperti Project Ara, hal ini justru menumbuhkan sifat opsional yang berarti konsumen bebas memilih untuk membeli aksesori pendukung (Moto Mod) yang dibutuhkannya saja.

Sebagian mungkin menginginkan Moto Mod yang dapat menambah kemampuan zoom kamera ponselnya secara signifikan, sebagian lain mungkin hanya mengincar Mod berupa baterai ekstra. Di tempat lain, mungkin ada juga pengguna Moto Z yang bermimpi bisa mengubah ponselnya menjadi kamera instan.

Baru-baru ini, beredar bocoran gambar di Twitter yang menampilkan sepasang Moto Mod baru seperti yang bisa Anda lihat di atas. Tampak jelas branding “Polaroid” pada Mod yang sebelah kanan, diikuti oleh slot horizontal di bawah lubang kamera yang bisa dipastikan merupakan tempat keluarnya hasil cetakan.

Sejauh ini memang belum ada keterangan resmi, namun saya duga Mod ini memiliki cara kerja seperti kamera instan Polaroid Snap, yang memanfaatkan kertas khusus bernama ZINK agar foto dapat dicetak tanpa memerlukan tinta. Indikasi bahwa ini merupakan Mod kamera instan makin diperkuat oleh kehadiran sebuah tombol di sisi kiri bawah, yang hampir bisa dipastikan merupakan tombol shutter.

Lain ceritanya dengan Mod di sebelah kiri, yang sejatinya sempat disinggung oleh Lenovo di ajang Mobile World Congress pada bulan Februari lalu. Label “Amazon Alexa” yang tertera mengindikasikan integrasi asisten virtual pada Mod tersebut, dan saat terpasang Mod ini bakal mengubah peran ponsel menjadi smart speaker mini ala Amazon Echo Dot.

Informasi jadwal perilisan dan banderol harganya masih belum tersedia. Namun cukup masuk akal apabila Lenovo berencana memasarkan keduanya memasuki musim liburan akhir tahun ini.

Sumber: The Verge.