Canon EOS M5 Usung Electronic Viewfinder dan Teknologi Dual Pixel AF

Ingat DSLR, ingat Canon. Ingat mirrorless, belum tentu ingat Canon. Pasalnya, Canon selama ini terkesan kurang serius dalam menghadapi persaingan di pasar mirrorless. Di saat kamera mirrorless buatan Fujifilm dan Sony terus mengejar – bahkan menyalip – kemampuan DSLR, Canon hanya bisa menawarkan EOS M3 yang tergolong biasa-biasa saja.

Sampai akhirnya kita tiba pada tanggal 15 September kemarin, dimana Canon mengumumkan kamera mirrorless terbarunya, EOS M5. M5 membawa perubahan yang signifikan dibanding pendahulunya, menunjukkan keseriusan Canon dalam berinovasi di industri fotografi.

Canon EOS M5 ditenagai oleh sensor APS-C 24,2 megapixel dengan sensitivitas ISO 100 – 25600. Menemani sensor tersebut adalah prosesor DIGIC 7 dan teknologi Dual Pixel AF yang dipinjam dari DSLR kelas atasnya, memberikan performa autofocus yang cepat sekaligus akurat.

Canon EOS M5 dibekali teknologi Dual Pixel AF untuk memberikan kinerja tracking autofocus yang cepat sekaligus akurat / Canon
Canon EOS M5 dibekali teknologi Dual Pixel AF untuk memberikan kinerja tracking autofocus yang cepat sekaligus akurat / Canon

Kecepatannya memotret secara konstan berada di angka 7 fps, atau 9 fps dalam posisi AF Lock. Video bisa ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps – sayang masih belum 4K. Sebagai pelengkap, Canon turut menyematkan sistem image stabilization digital 5-axis.

Perdana untuk kamera mirrorless Canon adalah electronic viewfinder (EVF) beresolusi 2,36 juta dot. Tepat di bawahnya bernaung layar sentuh 3,2 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Uniknya, layar ini bisa dipakai untuk menentukan titik fokus meski pengguna sedang memakai EVF, dan ia juga bisa dimiringkan ke atas 85 derajat atau ke bawah 180 derajat untuk memudahkan selfie.

LCD milik Canon EOS M5 bisa dimiringkan ke bawah 180 derajat untuk memudahkan selfie / Canon
LCD milik Canon EOS M5 bisa dimiringkan ke bawah 180 derajat untuk memudahkan selfie / Canon

Wi-Fi dan NFC turut hadir menjembatani koneksi kamera dan smartphone, memberikan kemudahan untuk memindah foto dan gambar serta fitur remote control. Tidak kalah menarik adalah kehadiran Bluetooth LE sehingga kamera bisa terus tersambung ke smartphone tanpa menguras terlalu banyak daya.

Canon EOS M5 rencananya akan dipasarkan mulai bulan November mendatang seharga $980 body only. Bundel bersama lensa EF-M 15-45mm f/3.5-6.3 IS STM ditawarkan seharga $1.099, sedangkan bundel dengan lensa EF-M 18-150mm f/3.5-6.3 IS STM yang sama-sama gres seharga $1.479.

Sumber: DPReview.

Andalkan Fitur Selfie, Fujifilm X-A3 Dibekali Layar Sentuh dan Sensor 24 Megapixel

Di tahun 2016 ini, Fujifilm bisa dibilang sebagai salah satu pemain paling berpengaruh di kancah mirrorless. Lewat X-Pro2 dan X-T2, Fujifilm membuktikan bahwa kamera mirrorless sangat ideal digunakan dalam kegiatan fotografi profesional. Kendati demikian, mereka juga tidak lupa dengan segmen amatir lewat model terbarunya, X-A3.

Melanjutkan jejak pendahulunya sebagai lini terbawah dari deretan kamera mirrorless Fujifilm, X-A3 menawarkan keseimbangan antara fitur dan harga. Meski tidak dibekali sensor X-Trans seperti kakak-kakaknya yang lebih mahal, X-A3 masih mengusung sensor APS-C baru beresolusi 24 megapixel, dengan rentang ISO 100 – 25.600.

Mode Film Simulation yang sangat dicintai oleh kalangan pengguna Fujifilm turut hadir, begitu pula dengan fitur Panorama dan Time Lapse. Fujifilm tidak lupa menyematkan kemampuan memotret dalam format RAW, sementara video bisa direkam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps.

Performanya tergolong lumayan, dengan shutter speed 1/4000 detik dan continuous shooting 6 fps. Sistem autofocus-nya hanya mengandalkan contrast-detection saja, dengan total 49 titik dalam mode Single AF atau 77 titik dalam mode lainnya.

Fujifilm X-A3 mempertahankan desain retro yang sudah sangat dikenal dari lini X-Series / Fujifilm
Fujifilm X-A3 mempertahankan desain retro yang sudah sangat dikenal dari lini X-Series / Fujifilm

Sama seperti pendahulunya, X-A3 juga mengedepankan fitur selfie. LCD 3 inci di belakangnya bisa diputar hingga menghadap ke depan, dan dalam posisi ini, fitur Eye Detection akan otomatis aktif. Layar ini juga bisa dioperasikan dengan sentuhan, membantu pengguna menentukan titik fokus dengan lebih cepat ketimbang harus memakai tombol di panel belakang.

Perihal desain, aura retro masih terasa sangat kental. Pelat depan, pelat atas dan sejumlah kenopnya terbuat dari aluminium, sedangkan lapisan kulit pada grip-nya mempunyai tekstur yang lebih baik untuk memantapkan genggaman. X-A3 turut dibekali Wi-Fi, memungkinkan pengguna untuk memindah foto dengan mudah maupun mengontrol kamera memakai smartphone.

Fujifilm X-A3 rencananya bakal dilepas mulai bulan Oktober bersama lensa kit XC 16-50mm f/3.5-5.6 OIS II seharga $600. Pilihan warna yang tersedia adalah silver, coklat dan pink.

Sumber: DPReview.

Fujifilm X-T2 Resmi Diperkenalkan, Untuk Pertama Kalinya Mengusung Perekaman Video 4K

Tahun 2016 rupanya menjadi tahun sekuel bagi Fujifilm. Setelah merilis Fujifilm X-Pro2 di bulan Januari kemarin, produsen kamera yang berdiri sejak 82 tahun silam tersebut kini memperkenalkan Fujifilm X-T2, yang tidak lain merupakan suksesor dari Fujifilm X-T1.

Apa saja yang baru dari X-T2? Well, dilihat dari luar, sepertinya tidak ada banyak perubahan. Kendati demikian, Fujifilm telah menerapkan sejumlah revisi kecil yang membuat X-T2 semakin matang dibanding pendahulunya.

Pembaruan yang paling utama adalah pemakaian sensor anyar X-Trans CMOS III dengan resolusi 24,3 megapixel. Sensor berukuran APS-C ini sama seperti yang bernaung di dalam bodi X-Pro2, dan ketika disandingkan dengan chip pengolah gambar yang baru pula, hasil fotonya di kondisi low-light dipastikan sangat baik dan minim noise.

Sensitivitasnya terhadap cahaya turut membaik, kini mendukung hingga tingkat ISO 12800. Namun yang lebih mencengangkan lagi, X-T2 menjadi kamera mirrorless pertama Fujifilm yang mengusung opsi perekaman video 4K 30 fps. Yup, sepertinya ini merupakan langkah awal Fuji untuk memperbaiki reputasinya di bidang video.

Tombol pada kenop shutter speed dan ISO milik X-T2 kini cukup diklik satu kali untuk membuka kuncinya, tidak perlu ditahan seperti di X-T1 / Fujifilm
Tombol pada kenop shutter speed dan ISO milik X-T2 kini cukup diklik satu kali untuk membuka kuncinya, tidak perlu ditahan seperti di X-T1 / Fujifilm

Kualitas gambar dan video yang oke didukung oleh performa X-T2 yang kian gegas. Shutter speed maksimumnya kini berada di angka 1/8.000 detik, sedangkan kinerja autofocus-nya dijamin meningkat pesat dibanding pendahulunya, dengan pilihan 325 titik fokus – 91 titik di antaranya merupakan titik fokus phase detection untuk pemotretan objek bergerak.

Kinerja tracking autofocus yang semakin sempurna ini dibarengi oleh electronic viewfinder (EVF) baru yang mempunyai refresh rate 100 fps dalam mode Boost. Resolusi dan tingkat perbersarannya masih sama, yakni 2,36 juta dot dan 0,77x, namun Fujifilm memastikan objek bergerak bisa tersaji di EVF tanpa terhambat sedikitpun, bahkan di kondisi minim cahaya. Melengkapi semua itu adalah tingkat kecerahan maksimum yang meningkat dua kali lipat.

LCD milik X-T2 bisa dimiringkan ke samping kanan, berguna saat hendak mengambil gambar dalam posisi berdiri / Fujifilm
LCD milik X-T2 bisa dimiringkan ke samping kanan, berguna saat hendak mengambil gambar dalam posisi berdiri / Fujifilm

Meski desainnya sepintas terlihat identik seperti X-T1, X-T2 yang sama-sama tahan terhadap cuaca ekstrem ini telah dirancang supaya bisa lebih nyaman di genggaman pengguna. Tidak hanya dengan grip baru yang lebih besar, tetapi juga perbaikan rancangan kenop putar di panel atas serta penambahan joystick di belakang untuk memudahkan pengaturan titik fokus.

LCD 3 incinya pun kini bisa dimiringkan, tidak cuma ke atas atau bawah, tapi juga ke samping kanan – ideal ketika pengguna hendak memotret dalam orientasi portrait. Tepat di sisi kanan, tertanam sepasang slot SD card yang keduanya mendukung model UHS-2 yang berkecepatan tinggi.

Kapan Anda bisa meminang Fujifilm X-T2? Mulai bulan September besok, dengan harga $1.600 untuk bodinya saja, atau $1.900 bersama lensa XF 18-55mm f/2.8-4.

Sumber: Fujifilm.

Hasselblad X1D, Kamera Mirrorless Medium Format Pertama di Dunia

Tidak banyak orang mengenal kamera medium format. Kamera jenis ini biasanya punya bodi amat bongsor, performa lamban dan harga selangit. Hal ini pun menyebabkan tidak semua fotografer profesional merasa perlu memilikinya. Mereka yang memilih kamera medium format biasanya hanya terpaku pada satu aspek, yaitu kualitas gambar.

Ukuran sensor medium format sangat masif, bahkan jauh lebih besar ketimbang sensor full-frame yang kerap kita jumpai pada DSLR kelas atas. Umumnya dibarengi oleh resolusi yang sangat tinggi, sensor medium format sanggup menangkap gambar dengan detail yang sangat tajam dan dynamic range yang amat luas.

Di ranah medium format, Hasselblad merupakan nama yang paling dikenal. Brand asal Swedia ini sudah tiga perempat abad memproduksi kamera medium format, dan di pertengahan tahun 2016 ini mereka memutuskan untuk melakukan inovasi besar-besaran. Buah pemikirannya? Kamera mirrorless medium format pertama di dunia.

Hasselblad X1D mengemas sensor medium format beresolusi 50 megapixel / Hasselblad
Hasselblad X1D mengemas sensor medium format beresolusi 50 megapixel / Hasselblad

Dijuluki Hasselblad X1D, ia merupakan satu-satunya kamera mirrorless yang mengemas sensor medium format sejauh ini. Sensor ekstra besar tersebut dibungkus dalam kemasan yang lebih kecil dari DSLR, dengan bobot hanya separuh kamera medium format pada umumnya (725 gram).

Elegan dan premium adalah dua kata sifat yang tepat untuk menggambarkan fisik X1D. Hasselblad bahkan tak segan membubuhkan label “Handmade in Sweden” pada bodi X1D yang tahan terhadap cuaca ekstrem tersebut. Kontrolnya pun termasuk lengkap, dengan kenop putar di atas hand grip dan satu lagi di panel belakang.

Sisi belakangnya sendiri didominasi oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 920 ribu dot, didampingi oleh electronic viewfinder (EVF) beresolusi 2,36 juta dot. Tepat di atas EVF tersebut, tertanam hotshoe yang kompatibel dengan beragam aksesori untuk kamera besutan Nikon. Di bagian samping, pengguna akan menjumpai slot SD card ganda, port mini HDMI serta port USB-C.

Pengoperasian bisa dilakukan via layar sentuh dan tampilan yang simpel / Hasselblad
Pengoperasian bisa dilakukan via layar sentuh dan tampilan yang simpel / Hasselblad

Namun tentu saja hal terpenting yang patut disorot dari X1D adalah kinerjanya dalam menciptakan gambar berkualitas. Sensor medium format miliknya punya resolusi 50 megapixel, dengan rentang ISO 100 – 25600 dan dynamic range mencapai 14 stop. Gampangnya, hasil jepretan X1D tak kalah dibanding Hasselblad H6D yang berukuran jauh lebih besar dan berharga tiga kali lipat.

Agar hasil fotonya optimal dan tajam dari ujung ke ujung, Hasselblad telah merancang dua lensa anyar, yakni 45 mm f/3.5 dan 90 mm f/4.5. Keduanya memakai mount yang berbeda dari lini lensa H System bikinan Hasselblad, akan tetapi pengguna tetap bisa memakai lensa-lensa tersebut dengan bantuan adapter.

Hasselblad X1D datang bersama dua lensa baru guna memastikan hasil fotonya optimal / Hasselblad
Hasselblad X1D datang bersama dua lensa baru guna memastikan hasil fotonya optimal / Hasselblad

Tujuan Hasselblad menciptakan X1D bukan sekadar untuk pamer semata, tetapi mereka memang merasa tergerak untuk membawa keunggulan kamera medium format ke kalangan konsumen yang lebih luas. Membuat versi mirrorless merupakan langkah yang tepat, namun mereka masih harus menekan harganya semaksimal mungkin.

Untuk itulah mereka berencana memasarkan Hasselblad X1D seharga $8.995 body only, $11.290 bersama lensa 45 mm f/3.5, atau $13.985 dengan kedua lensa barunya sekaligus. Sebagai perbandingan, Sony A7R II yang mengusung sensor full-frame dijajakan seharga $3.200 body only.

Sumber: PetaPixel dan Hasselblad.

Daftar Penawaran Diskon Kamera Mirrorless Sony Minggu Ini

Tak terbantahkan bahwa Sony menduduki salah satu posisi di daftar pabrikan kamera terbaik yang ada di jagat raya ini. Pengalaman berpuluh tahun Sony dalam meracik perangkat pengabadi momen ini membuktikan predikat tersebut. Mematangkan kualitas dan kepiawaiannya tak hanya di ranah perangkat kamera tapi juga di platform mobile. Jika pilihan kamera Mirrorless Anda jatuh pada Sony, maka itu adalah keputusan yang sangat tepat.

Hanya saja sekarang ini ada banyak pilihan yang ditawarkan olehnya. Memilih kamera Mirrorless Sony  yang paling tepat untuk Anda juga bukan perkara mudah. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan harga sebagai patokan. Paling tidak dengan begitu, Anda bisa lebih menghemat pengeluaran.

Sony Alpha A6000

Kamera mirrorless, Sony alpha A6000
Kamera mirrorless, Sony alpha A6000

Lazada
Harga diskon: Rp 9.999.000 (OFF 23%)
Harga normal: Rp 12.999.000

Sony ILCE Alpha A7s MII BO

Kamera mirrorless Sony ILCE alpha A7s
Kamera mirrorless Sony ILCE alpha A7s

Lazada
Harga diskon: Rp 44.900.000 (OFF 1%)
Harga normal: Rp 45.000.000

Sony Alpha A7 II ILCE-7M2 Body Only

Harga spesial kamera Sony Alpha A7 II
Harga spesial kamera Sony Alpha A7 II

Lazada
Harga diskon: Rp 20.900.000 (OFF 5%)
Harga normal: Rp 22.000.000

Sony Alpha A5000 16-60mm

Kamera Sony Alpha A5000 ditawarkan dengan harga diskon hingga 49%
Kamera Sony Alpha A5000 ditawarkan dengan harga diskon hingga 49%

Lazada
Harga diskon: Rp 8.422.000 (OFF 49%)
Harga normal: Rp 16.392.000

Sony Alpha 7 Hitam Kamera Mirrorless

sony_sony-alpha-7-hitam-kamera-mirrorless--body-only-_full05

Blibli
Harga diskon: Rp 12.999.000 (OFF 14%)
Harga normal: Rp 14.999.000

Sony Alpha a6300 Kit 16-50mm Kamera Mirrorles

Penawaran diskon Sony Alpha A6300 dari Blibli

Blibli
Harga diskon: Rp 16.300.000 (OFF 4%)
Harga normal: Rp 16.900.000

Sony Alpha 500L 16-50mm

Harga murah kamera Sony Alha 5100
Harga murah kamera Sony Alha 5100

Blibli
Harga diskon: Rp 8.499.000 (OFF 4%)
Harga normal: Rp 8.799.000

 

 

Apa Itu Kamera Mirrorless dan Apa Saja Kelebihannya

Dalam beberapa tahun terakhir, industri kamera ‘dihantui’ oleh istilah mirrorless. Tidak sedikit fotografer profesional yang memutuskan untuk memensiunkan kamera DSLR-nya dan beralih ke mirrorless. Sejumlah pabrikan, termasuk Fujifilm yang populer di era kamera analog, kini juga ikut menekuni bidang mirrorless dan meraih sukses.

Namun sebelum kita membahas mengenai kelebihan-kelebihannya, ada baiknya kita memahami lebih dulu apa itu kamera mirrorless. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab rasa ingin tahu Anda terhadap kamera mirrorless.

Apa itu kamera mirrorless

Salah satu kamera mirrorless besutan Olympus dalam posisi lensa dilepas / Wikipedia
Salah satu kamera mirrorless besutan Olympus dalam posisi lensa dilepas / Wikipedia

Secara harfiah, kamera mirrorless berarti kamera tanpa cermin. Namun kalau mengacu pada makna ini, berarti semua kamera non-SLR atau non-DSLR adalah kamera mirrorless, termasuk kamera saku maupun kamera prosumer.

Istilah mirrorless lebih tepatnya mengacu pada mirrorless interchangeable lens camera (MILC), yaitu kamera yang lensanya bisa dilepas-pasang atau diganti, tetapi tidak dilengkapi cermin seperti DSLR. Absennya cermin ini secara langsung berdampak pada ukuran kamera mirrorless yang umumnya jauh lebih ringkas ketimbang DSLR.

Pemahaman ini pun berujung pada istilah lain dari kamera mirrorless, yaitu compact system camera (CSC), yang menggambarkan kelebihan kamera mirrorless: bodi ringkas, tapi merupakan sebuah sistem karena lensanya bisa digonta-ganti.

Karena tidak memiliki cermin, kamera mirrorless pun otomatis tidak mempunyai optical viewfinder seperti DSLR – terkecuali sejumlah model seperti Fujifilm X-Pro2. Komponen ini digantikan oleh electronic viewfinder (EVF) yang semakin tahun semakin matang teknologinya; sanggup menampilkan gambar tanpa lag dan dalam resolusi tinggi.

Kemunculan kategori mirrorless sendiri diawali oleh Epson R-D1 di tahun 2004. Namun sebelum Panasonic Lumix DMC-G1 diperkenalkan di tahun 2008, kategori mirrorless masih belum terlalu populer. Sesudahnya, kita pun sampai ke titik dimana kamera mirrorless bisa dibilang lebih populer ketimbang DSLR seperti sekarang ini.

Kelebihan-kelebihan kamera mirrorless

Sony A6300 merupakan salah satu kamera mirrorless dengan performa autofocus tercepat saat ini / Sony
Sony A6300 merupakan salah satu kamera mirrorless dengan performa autofocus tercepat saat ini / Sony

Seperti yang telah disebutkan, kelebihan utama kamera mirrorless adalah ukurannya ringkas dan bobotnya jauh lebih ringan, akan tetapi lensanya bisa diganti sesuai kebutuhan layaknya DSLR. Lebih lanjut, kualitas gambarnya pun tidak kalah karena umumnya mengemas sensor berukuran cukup besar; sejumlah model, seperti Sony A7R II, bahkan mengusung sensor full-frame yang biasanya hanya bisa kita jumpai pada DSLR seharga puluhan juta.

Performa kamera mirrorless terkini pun sudah sangat mendekati kamera DSLR. Demikian pula dengan kontrol manual yang lengkap. Satu-satunya aspek yang masih bisa dibilang lebih lemah daripada DSLR adalah continuous autofocus. Itulah mengapa fotografer olahraga biasanya masih lebih memilih DSLR dibanding mirrorless.

Secara keseluruhan, kamera mirrorless tidak bisa lagi dipandang enteng dalam industri fotografi dan videografi. Kematangan teknologi beserta kelengkapan ekosistem lensa yang ditawarkan oleh sejumlah merek pada akhirnya mampu merebut hati pengguna, baik kalangan profesional maupun konsumen secara umum.

Gambar header: Fujifilm X-M1 via Pexels.

Cuma $800, Panasonic Lumix GX80 Sajikan Image Stabilization 5-Axis dan Perekaman Video 4K

Setelah merilis Lumix GF8 yang berfokus pada fitur selfie, Panasonic kembali ke ranah yang lebih ‘serius’ dengan meluncurkan Lumix GX80. Kamera mirrorless anyar ini diposisikan sebagai adik dari Lumix GX8 dengan harga yang lebih terjangkau. Pun begitu, bukan berarti fitur-fiturnya murahan dan membosankan.

Lumix GX80 masih memakai sensor Micro Four Thirds 16 megapixel yang sudah dijadikan andalan Panasonic selama beberapa tahun. Namun kali ini tidak ada komponen low-pass filter yang terpasang, sehingga hasil jepretannya diklaim bisa sedikit lebih detail ketimbang kamera Panasonic lain yang memakai sensor yang sama.

Sensor ini punya sensitivitas ISO 100 – 25600. Buat penggemar video, Lumix GX80 sanggup merekam dalam resolusi 3840 x 2160, alias 4K 30 fps. Keunikan lain dari GX80 adalah komponen shutter-nya yang mengadopsi sistem elektromagnet untuk mengurangi blur yang diakibatkan oleh pergerakan shutter saat menjepret gambar.

Panasonic Lumix GX80

Lumix GX80 sekaligus menjadi kamera mirrorless pertama Panasonic yang mengusung sistem image stabilization 5-axis. Sama seperti milik kakaknya, sistem ini juga bisa diaktifkan secara bersamaan dengan stabilizer bawaan lensa untuk lebih memastikan bahwa gambar tidak akan blur meski pengguna tidak memakai tripod.

Sistem autofocus 49 titiknya menganut teknologi Depth from Defocus (DFD) yang sama seperti kakak-kakaknya (Lumix GH4, Lumix GX8), memastikan penguncian fokus yang begitu cepat, akurat, dan bisa diandalkan setiap saat. Lebih lanjut, GX80 turut dibekali fitur Post Focus agar pengguna bisa mengganti titik fokus pasca pemotretan.

Panasonic Lumix GX80

Desainnya banyak terinspirasi oleh Lumix GX8, namun dengan hand grip yang lebih kecil sekaligus dimensi keseluruhan yang lebih ringkas. Meski demikian, ia masih dibekali sepasang kenop putar yang bisa dikustomisasi. Contoh: kenop depan untuk mengatur ISO, kenop belakang untuk mengatur shutter speed.

Di belakang, pengguna akan menjumpai electronic viewfinder beresolusi 2,7 juta dot serta layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot. Layar ini bisa dimiringkan ke atas hingga 80 derajat, atau ke bawah hingga 45 derajat. Bukan, kamera ini bukan ditujukan untuk ber-selfie ria.

Panasonic Lumix GX80 rencananya bakal dipasarkan mulai bulan Mei mendatang seharga $800, sudah termasuk lensa kit 12 – 32 mm, f/3.5 – 5.6.

Sumber: DPReview.

Sony RX10 III Punya Lensa dengan Jangkauan Zoom 3x Lebih Jauh dari Pendahulunya

Belum sampai setahun merilis RX10 II, Sony sudah siap dengan penerusnya yang lebih jagoan. Kamera bernama Sony RX10 III ini membawa sejumlah peningkatan yang signifikan dibanding pendahulunya, utamanya pada bagian lensanya, yang memang sudah menjadi nilai jual utama lini RX10 sejak model pertamanya diperkenalkan di tahun 2013.

RX10 III mengusung lensa Zeiss Vario-Sonnar T* 24 – 600 mm f/2.4 – 4.0. Kalau dibandingkan, lensa ini punya aperture yang lebih besar ketimbang milik pendahulunya sekaligus jangkauan zoom yang lebih jauh. Prestasi semacam ini biasanya hanya bisa dijumpai pada lensa-lensa DSLR dengan harga selangit.

Lebih lanjut, lensa ini juga mengemas sembilan bilah aperture yang akan memastikan biasan cahaya tampak bulat sempurna pada rentang f/2.4 – 11. Aspek ini krusial bagi yang gemar menciptakan potret dengan efek blur pada latar serta fokus yang tajam pada subjek.

Sony RX10 III

Jeroan RX10 III tidak banyak berubah dari pendahulunya. Ia masih mengandalkan sensor Exmor RS 1 inci dengan resolusi 20,1 megapixel dan chip DRAM terintegrasi. Dipadukan dengan prosesor BIONZ X, kinerja sensor ini sangatlah cepat, sanggup merekam video dalam kecepatan 960 fps (40x slow motion), serta mengunci fokus dalam hitungan 0,09 detik.

Jangkauan zoom yang jauh beserta kemampuan merekam video 4K menjadikannya senjata yang ideal bagi para videografer. Di samping itu, shutter speed-nya bisa mencapai angka 1/32.000 detik untuk membekukan aksi super-cepat tanpa distorsi, apalagi mengingat ia bisa menjepret foto secara konstan dengan kecepatan 14 fps.

Sony RX10 III

Selain perubahan signifikan pada komponen lensa, Sony turut merevisi sedikit dari desain RX10 III. Grip-nya kini lebih dioptimalkan untuk lensa barunya, memastikan genggaman pengguna tetap stabil dalam berbagai kondisi. Kontrol yang presisi dapat dilakukan lewat tiga lens ring yang berfungsi untuk mengatur fokus, zoom dan aperture, plus sebuah tombol untuk menahan fokus selagi pengguna melakukan framing ulang.

Jendela bidiknya masih mengandalkan panel OLED beresolusi 2,35 juta dot, dan ia turut mengemas konektivitas Wi-Fi, NFC, beserta kompatibilitas dengan deretan aplikasi PlayMemories.

Sony mematok harga $1.500 untuk RX10 III, lebih mahal $200 dibanding pendahulunya. Kamera superzoom ini rencananya bakal dipasarkan mulai bulan Mei mendatang.

Sumber: PR Newswire.

Sony Luncurkan Kamera Pengawas dengan Kemampuan Merekam Video 4K dalam Kegelapan

Video yang direkam kamera pengawas atau CCTV biasanya beresolusi rendah. Tapi tidak masalah karena fungsi utamanya adalah mengawasi keadaan suatu lokasi, terutama di malam hari dimana jumlah yang menjaga biasanya tidak sebanyak pada saat jam kerja.

Namun anggapan kita terhadap kamera pengawas seperti di atas bakal berubah berkat produk terbaru Sony, yaitu Sony SNC-VB770. Kamera pengawas ini istimewa karena kemampuannya merekam dalam resolusi 4K 30 fps serta dapat ‘melihat’ di kegelapan. Tidak seperti CCTV inframerah yang hanya bisa merekam dalam satu warna di tempat gelap, SNC-VB770 akan mengabadikan semuanya secara berwarna.

Kamera ini dibekali oleh sensor full-frame 12,2 megapixel – sepertinya sama persis dengan yang tertanam di Sony A7S II. Sensor ini sangat sensitif terhadap cahaya. Begitu sensitifnya, ia bisa ‘melihat’ meski tingkat kecerahan hanya sebatas 0,004 lux. Sebagai pembanding, 0,002 lux adalah tingkat kecerahan saat bulan sedang ‘malu-malu’ bersinar di langit.

Fitur crop 4x pada Sony SNC-VB770

Resolusi 4K juga memungkinkan pengguna kamera ini untuk meng-crop empat bagian spesifik dalam video, lalu menampilkannya sebagai empat video terpisah dalam resolusi VGA (640 x 480 pixel) guna memudahkan pengawasan. Kamera ini dapat dikendalikan menggunakan smartphone via sambungan Wi-Fi, sedangkan foto maupun video yang diambilnya bisa dikirim lewat koneksi LAN.

SNC-VB770 menganut sistem mirrorless dimana lensanya bisa dilepas-pasang. Ia kompatibel dengan seluruh lensa yang termasuk dalam lini E-mount buatan Sony maupun pabrikan lain macam Carl-Zeiss.

Soal harga, sepertinya ini merupakan salah satu kamera pengawas termahal yang pernah ada. Sony mematoknya seharga 850 ribu yen, atau sekitar Rp 98 juta, tanpa lensa. Belum ada informasi apakah Sony bakal memasarkannya di luar Jepang.

Sumber: Engadget.

Sigma Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H

Nama Sigma selama ini dikenal oleh para fotografer sebagai salah satu produsen lensa terlengkap untuk berbagai merek. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Sigma juga terus bereksperimen dengan kamera buatannya sendiri, utamanya adalah lini Sigma DP Quattro, kamera compact dengan wujud dan jenis sensor tidak umum.

Kini Sigma terus menggenjot inovasi mereka di bidang fotografi lewat duo kamera mirrorless perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H. Keduanya sama-sama memakai sensor Foveon yang cukup unik. Unik karena sensor ini pada dasarnya terdiri dari sejumlah lapisan, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar dengan warna yang lebih kaya dan resolusi lebih tinggi dibanding teknologi sensor gambar pada umumnya.

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H punya fisik yang sama persis. Letak perbedaannya hanya pada ukuran sensor yang dipakai: sd Quattro mengemas sensor berukuran APS-C, sedangkan sd Quattro H punya sensor APS-H yang ukurannya sekitar 30 persen lebih besar.

Sensor milik sd Quattro punya resolusi 19,6 megapixel, sedangkan sd Quattro H 25,5 megapixel, masing-masing dengan sistem autofocus hybrid. Namun mengingat teknologi yang dipakai sensor Foveon ini berbeda, masing-masing sensor punya resolusi setara 39 megapixel dan 51 megapixel pada sensor bertipe Bayer yang dipakai oleh hampir semua kamera digital saat ini.

Sigma sd Quattro

Selain penggunaan teknologi sensor yang tidak umum, desain duo sd Quattro ini juga bisa dibilang sedikit aneh. Hand grip-nya lebih pendek ketimbang bagian bodi yang mengemas sensor. Hal ini disebabkan Sigma sengaja merancang keduanya agar kompatibel dengan seluruh lini lensa yang mereka produksi, termasuk halnya lensa untuk kamera DSLR. Alhasil, ‘rumah’ lensanya pun harus dibuat lebih besar.

Di belakang, pengguna akan berjumpa dengan electronic viewfinder beresolusi 2,3 juta dot, dengan sudut pandang mendekati 100 persen, menurut klaim Sigma. Di bawahnya, ada LCD 3 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Uniknya, LCD ini sebenarnya terdiri dari dua layar; layar kecil yang ada di sebelah kanan akan menampilkan pengaturan kamera secara konstan. Semua ini dikemas dalam bodi berbahan magnesium yang tahan air dan debu.

Sigma sd Quattro

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya. Sigma sedang memamerkan keduanya di hadapan pengunjung event CP+ 2016 yang digelar di Yokohama, Jepang.

Sumber: DPReview.