Pasangkan Insta360 Nano, iPhone Otomatis Jadi Kamera 360 Derajat

Semakin banyaknya jumlah video 360 derajat atau VR di YouTube bukan berarti Anda harus diam-diam dan menjadi penikmat begitu saja. Anda sendiri bisa membuat video 360 derajat dengan bermodalkan iPhone dan aksesori unik bernama Insta360 Nano berikut ini.

Insta360 Nano pada dasarnya merupakan sebuah perangkat yang menancap di port Lightning milik iPhone. Ia dibekali sepasang lensa fisheye dengan sudut pandang masing-masing 210 derajat di kedua sisinya, sanggup merekam video 360 derajat dalam resolusi 3K (3040 x 1520 pixel) 30 fps, serta tentu saja memotret foto panorama 360 derajat.

Saat ia disambungkan ke iPhone, aplikasi pendampingnya akan dibuka secara otomatis. Aplikasi inilah yang bertugas menyambungkan gambar dari kedua lensa Insta360 Nano menjadi satu gambar 360 derajat. Proses ini dilakukan secara real-time, yang berarti Anda juga bisa melakukan live broadcast.

Insta360 Nano juga bisa digunakan tanpa perlu menancap pada iPhone, menjadi sebuah action cam 360 derajat / Insta360
Insta360 Nano juga bisa digunakan tanpa perlu menancap pada iPhone, menjadi sebuah action cam 360 derajat / Insta360

Karena menancap ke port Lightning, berarti posisi iPhone akan terbalik saat Anda menggunakannya. Ya mungkin sedikit aneh di mata orang-orang sekitar, tapi yang penting Anda bisa menghasilkan video 360 derajat dari sebuah iPhone.

Pengguna juga tidak perlu khawatir aksesori ini bakal menyedot baterai milik iPhone mengingat ia telah dibekali dengan baterainya sendiri yang berkapasitas 800 mAh. Sebuah slot microSD juga tersedia sehingga pengguna tak perlu khawatir storage milik iPhone-nya kritis akibat koleksi video 360 derajat yang diambil.

Insta360 Nano saat ini telah dipasarkan seharga $199. Model iPhone yang kompatibel adalah iPhone 6, 6 Plus, 6S dan 6S Plus. Ia pun juga bisa digunakan secara langsung tanpa harus ditancapkan ke iPhone terlebih dahulu, dan kotak kemasannya bisa dijadikan sebagai VR Cardboard.

Sumber: TechRadar.

Lebih Kecil dari Bola Ping Pong, NeoEye Siap Rekam Video 360 Derajat

Meski trennya sedang mencuat tinggi, virtual reality (VR) masih belum bisa dibilang benar-benar matang. Penghambat utamanya adalah soal konten yang masih tergolong terbatas. Namun coba bayangkan seandainya semua smartphone dibekali kamera 360 derajat, pastinya jumlah konten yang bisa dinikmati menggunakan VR headset akan meningkat pesat.

Well, itulah premis yang ditawarkan oleh perangkat mungil bernama NeoEye ini. Diameternya tidak sampai 3 cm, lebih kecil daripada bola ping pong. Pun begitu, ia siap mengubah hampir semua smartphone Android menjadi kamera 360 derajat.

Menurut pengembangnya, Etron Technology, NeoEye adalah kamera 360 derajat termungil sejauh ini. Cara penggunaannya sangatlah sederhana: cukup tancapkan ia ke port micro USB milik smartphone, buka aplikasi pendampingnya, dan video 360 derajat dengan efek stereoscopic pun siap direkam.

Selesai merekam, Anda pun bisa langsung menyimak hasilnya menggunakan Google Cardboard maupun VR headset lainnya. Atau kalau ingin pamer ke publik, pengguna tinggal mengunggahnya ke YouTube atau Facebook.

NeoEye rencananya akan mulai dipasarkan sebelum libur Natal tahun ini. Harganya masih belum dipastikan, namun Etron bertekad untuk membanderolnya di bawah $200. Awal tahun depan, Etron berencana untuk merilis NeoEye versi perangkat iOS.

Sumber: Pocket-lint dan Business Wire.

Dilengkapi 8 Kamera, Vuze Siap Rekam Video 360 Derajat dalam Resolusi 4K

Kalau Anda merasa VR headset seperti Oculus Rift dan HTC Vive itu mahal, ketahuilah bahwa harga kamera VR bisa jauh lebih mahal lagi, apalagi kalau kita berbicara tentang kamera VR yang ditujukan buat kaum profesional seperti Nokia Ozo dan Lytro Immerge.

Untuk konsumen secara luas, di pasaran memang sudah ada sejumlah kamera VR atau kamera 360 derajat yang berharga terjangkau. Pun demikian, mayoritas memang belum bisa menyajikan kualitas gambar yang berkesan mengingat seringkali hanya ada sepasang sensor yang digunakan.

Ada harga ada rupa, namun apakah itu berarti opsi kita terbatas pada kamera VR dengan harga selangit saja? Tidak, karena ada alternatif lain bernama Vuze. Malahan, selain video 360 derajat, kamera ini juga sanggup menghasilkan efek tiga dimensi yang menarik.

Vuze datang bersama sebuah tripod yang juga bisa difungsikan sebagai tongsis / HumanEyes
Vuze datang bersama sebuah tripod yang juga bisa difungsikan sebagai tongsis / HumanEyes

Vuze dikembangkan oleh perusahaan asal Israel, HumanEyes. Wujudnya pipih, ringkas sekaligus minimalis, dengan dimensi 12 x 12 x 3 cm. Sepintas, ia tampak seperti icon aplikasi jika dilihat dari atas. Di tiap-tiap sisinya bernaung sepasang kamera, masing-masing dengan resolusi full-HD. Jadi ketika delapan kamera tersebut digabungkan, terciptalah video VR beresolusi 4K.

Permukaan atasnya hanya dihuni oleh dua tombol, yaitu tombol On/Off dan tombol Record, sehingga pengoperasiannya tidak jauh lebih sulit dari kamera saku. Selagi merekam, pengguna bisa melihat preview-nya lewat aplikasi smartphone.

Vuze datang bersama sebuah tripod unik yang juga dapat difungsikan sebagai tongsis. Pihak pengembangnya juga tidak lupa menyertakan software Vuze Studio yang bertugas untuk menyelesaikan proses stitching video menjadi sebuah video VR 3D yang menarik dan siap ditonton menggunakan VR headset apapun.

Pre-order Vuze saat ini telah dibuka di angka $799, sudah mencakup tripod dan software yang telah disebutkan tadi, plus sebuah VR headset untuk digunakan bersama smartphone pengguna.

Sumber: PR Newswire.

Disney Garap Konten VR Menggunakan Kamera Nokia Ozo

Tahun kemarin, kita sudah melihat kamera virtual reality buatan Nokia yang secara spesifik ditujukan untuk kebutuhan profesional. Ambisi tersebut rupanya telah terpenuhi. Baru-baru ini, Disney menandatangani kerja sama dengan Nokia guna memanfaatkan kamera bernama Ozo tersebut dalam memproduksi beragam konten VR.

Sebagai sosok ternama di dunia hiburan, tentunya Disney paham bagaimana tren VR sedang mencuat dengan pesat, dan mereka pun harus bergerak cepat kalau tidak mau kehilangan momentum. Ozo sepertinya merupakan pilihan yang tepat, mengingat salah satu keunggulan kamera ini adalah kemampuan me-render video 360 derajat secara real-time.

Apakah ini berarti Disney bakal memproduksi film VR? Mungkin tidak dalam waktu dekat. Untuk sekarang, Ozo akan dipakai Disney untuk menggarap konten pelengkap bagi film-film produksinya, contohnya adalah video red carpet dan wawancara pemeran dalam 360 derajat dari film The Jungle Book yang akan tayang dalam waktu dekat.

Dengan adanya kerja sama ini, posisi VR sebagai format baru dalam konteks hiburan pun semakin mantap, apalagi kalau kita bicara nama sebesar Disney, yang notabene merupakan pemilik franchise Star Wars. Bicara soal Star Wars, jangan kaget kalau ke depannya bakal beredar video-video – mungkin trailer, interview atau konten eksklusif lainnya – dalam virtual reality.

Sumber: Nokia via Engadget.

Orah 4i Siap Merekam Video 360 Derajat dan Menyiarkannya Secara Langsung

Sampai sejauh ini, proses menciptakan video VR masih sama: rekam menggunakan kamera 360 derajat, tunggu software-nya menyelesaikan tahap stitching, baru video siap dibagikan. Apapun kamera yang dipakai, bisa Ricoh Theta atau Samsung Gear 360 yang berukuran compact, atau malah yang dirancang untuk golongan profesional seperti GoPro Odyssey, Nokia Ozo dan Lytro Immerge; ketiga langkah di atas masih merupakan bagian dari prosesnya.

Namun sekarang perusahaan bernama VideoStitch ingin menawarkan sesuatu yang tergolong baru, yakni livestreaming video VR. Untuk mewujudkan misi tersebut, mereka memperkenalkan Orah 4i, didapuk sebagai kamera 360 derajat pertama di dunia yang sanggup menyiarkan hasil rekamannya secara langsung.

Fisik Orah terbilang kecil, dengan bobot hanya sekitar setengah kilogram. Rangka aluminium membungkus empat lensa fisheye f/2.0 beserta empat sensor Sony Exmor. Hadir pula empat buah mikrofon untuk menciptakan audio ambisonic, yang berarti suara yang terdengar adalah yang berasal dari sudut Anda menonton video jadinya.

Orah 4i

Video 360 derajat yang dihasilkan punya resolusi 4K. Namun untuk bisa menyiarkan hasilnya secara langsung, Orah harus dihubungkan ke unit tambahan bernama Stitch Box menggunakan kabel Ethernet.

Stitch Box pada dasarnya merupakan unit komputer yang dibekali prosesor Intel, kartu grafis Nvidia dan SSD berkapasitas 120 GB. Tugasnya apalagi kalau bukan menyelesaikan proses stitching video 360 derajat dengan cepat, sehingga akhirnya bisa disiarkan hanya dalam jarak 30 detik setelah perekaman berlangsung.

Stitch Box ini membutuhkan pasokan daya sendiri. Hal ini tentu saja membuat solusi yang ditawarkan VideoStitch ini jadi kurang portable. Pun demikian, pengguna juga bisa menyambungkan Stitch Box ke sebuah battery pack supaya mudah dibawa-bawa berpergian.

Orah 4i

Terlepas dari itu, Orah 4i dan Stitch Box ini benar-benar akan memudahkan proses membuat dan berbagi video VR. Pengguna hanya perlu menyambungkan smartphone yang telah dilengkapi aplikasi pendamping, lalu memakainya untuk menyiarkan hasil rekaman ke berbagai media sosial.

Harga jual Orah 4i sendiri tidak murah, karena pada dasarnya konsumen akan mendapatkan sebuah kamera 360 derajat beserta unit komputer terpisah. VideoStitch mematoknya di angka $3.595, namun selama masa pre-order, pemesan bisa mendapat potongan 50 persen.

Sumber: TheNextWeb dan Engadget.

LucidCam Fleksibel Seperti Action Cam, Tapi Menyimpan Potensi Kamera VR

Menikmati konten VR sekarang sudah terbilang mudah, apalagi dengan semakin dekatnya jadwal rilis perangkat macam Oculus Rift dan HTC Vive. Namun menciptakan konten VR yang berkualitas sampai saat ini masih tergolong sulit, membutuhkan sederet perangkat yang rumit dan biasanya berharga cukup mahal.

Kendati demikian, sama halnya seperti VR headset yang sebelumnya hanya tersedia di pusat-pusat riset perusahaan teknologi, kamera VR tidak lama lagi juga akan merambah kalangan konsumen secara luas. Salah satunya adalah berkat produk bernama LucidCam berikut.

Berawal dari sebuah kampanye Indiegogo, LucidCam sejatinya merupakan sebuah kamera VR dengan ukuran yang ringkas – lebih tebal, tapi tidak lebih besar dari iPhone 6. Di bagian depannya tertanam sepasang sensor buatan Sony dan lensa, sanggup menangkap gambar dalam sudut pandang 180 derajat dan dalam resolusi 1080p 30 fps.

LucidCam

Namun 180 derajat bukan berarti VR kan? Benar. Maka dari itu, tim pengembangnya telah merancang agar tiga unit LucidCam dapat disatukan membentuk segitiga, lalu menangkap gambar dari segala sudut. Selanjutnya, software bertanggung jawab untuk menyatukan ketiga hasil rekaman tersebut menjadi sebuah video yang dapat dinikmati secara immersive menggunakan VR headset.

Sistem yang modular seperti ini pada dasarnya memungkinkan LucidCam untuk digunakan layaknya sebuah action camera. Semisal pengguna memang tidak berkeinginan menciptakan video 360 derajat, ia bisa menggunakan satu unit LucidCam saja untuk menangkap video dengan efek tiga dimensi. Kamera bisa dipegang seperti sebuah smartphone, bisa diikatkan ke kepala atau dada, bisa dipasangkan di atas setang sepeda, dan lain sebagainya.

LucidCam telah dibekali sistem image stabilization, memastikan agar video yang direkam tidak terguncang-guncang dan membuat mual ketika disaksikan melalui VR headset. Baterainya sendiri bisa bertahan sekitar 1 – 1,5 jam perekaman.

Meski kampanye crowdfunding-nya sudah usai dan mencapai target, tim LucidCam masih belum sepenuhnya siap memasarkan produknya sampai pada bulan November 2016 mendatang. Kendati demikian, konsumen yang tertarik sudah bisa melakukan pre-order pada situs LucidCam seharga $399, lebih murah $100 dari harga retail-nya nanti.

Kamera Ini Hanya Sebesar Bola Biliar, Tapi Bisa Merekam Video 360 Derajat

Kamera 360 derajat tidak selamanya ditujukan buat kaum profesional. Perangkat semacam ini memang bertanggung jawab atas ekosistem konten virtual reality (VR), akan tetapi konsumen umum seperti kita pun juga berhak memberikan kontribusi.

Maka dari itulah produk seperti Ricoh Theta dan Kodak PixPro SP360 lahir ke dunia. Keduanya merupakan kamera 360 derajat yang diciptakan buat publik, memiliki wujud yang ringkas dan cara pengoperasian yang begitu mudah. Dua aspek ini adalah kunci saat kita berbicara soal produk kelas konsumen.

Sebuah startup asal Taiwan bernama Memora tampaknya juga tak ingin ketinggalan kesempatan dalam memulai tren kamera 360 derajat ini. Lewat situs crowdfunding Indiegogo, mereka memperkenalkan Luna 360 Camera. Apa istimewanya? Well, ia diklaim sebagai kamera 360 derajat terkecil sejagat.

luna-360-camera-02

Luna benar-benar memenuhi aspek yang pertama yaitu portabilitas. Ia berwujud bola dengan diameter 6 cm dan bobot 170 gram, tidak lebih besar dari bola biliar. Melihat bentuknya, saya teringat dengan Polaroid Cube. Hanya saja kalau Cube merupakan action cam berwujud kubus, Luna merupakan kamera 360 derajat berwujud bola.

Meski berfisik kecil, Luna sepertinya punya daya tahan yang cukup baik. Case-nya terbuat dari aluminium, dan ia siap Anda cemplungkan ke dalam air karena ia telah mengemas sertifikasi IP68. Sisi bawahnya merupakan magnet, sehingga ia bisa Anda tancapkan ke permukaan apapun yang berbahan logam – sekaligus pada dock-nya untuk keperluan charging dan transfer data.

Anda pun juga bisa memindah foto dan video melalui Wi-Fi. Pengguna juga dapat memanfaatkan smartphone atau tablet-nya (Android dan iOS) sebagai viewfinder dari Luna.

Jeroan Luna terdiri dari sepasang sensor 5 megapixel identik yang ditemani oleh lensa f/1.8, masing-masing dengan sudut pandang 190 derajat. Video yang ditangkap memiliki resolusi 1920 x 960 pixel, dan akan disimpan ke dalam storage berkapasitas 32 GB miliknya. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 40 menit penggunaan.

luna-360-camera-03

Terkait aspek kunci yang kedua, yaitu kemudahan pengoperasian, di sini Luna pun turut bersinar. Ia hanya memiliki satu tombol pada sisi atasnya. Tekan dan tahan tombol itu selama tiga detik untuk menyalakan kamera, tekan satu kali untuk mengambil foto 360 derajat, dan tekan dua kali untuk memulai perekaman video 360 derajat. Selama perekaman berlangsung, gyroscope milik Luna akan berusaha menstabilkan video semaksimal mungkin.

Untuk sekarang, Luna 360 Camera bisa dipesan lewat Indiegogo seharga $299. Pihak pengembangnya juga menawarkan paket aksesori yang bisa dibeli secara terpisah, yang mencakup monopod, gantungan kunci dan power dock.

Aplikasi Cardboard Camera Ubah Smartphone Anda Jadi Kamera VR

Virtual reality (VR) telah terbukti sanggup memberikan pengalaman baru dalam mengonsumsi konten multimedia. Hal itu juga didukung oleh keberadaan perangkat seperti Google Cardboard yang pada dasarnya bisa dinikmati semua orang karena harganya yang amat terjangkau.

Kendati demikian, kita tak bisa mengelakkan fakta bahwa VR masih dalam tahap awal, yang berarti ekosistem kontennya masih perlu diperluas. Untuk itu, Google punya ide yang cukup menarik, yaitu mempersilakan kita sebagai pengguna untuk menciptakan konten VR sendiri dengan mudah.

Ide tersebut disampaikan dalam bentuk aplikasi bernama Cardboard Camera. Aplikasi ini sejatinya dapat mengubah smartphone Android kita masing-masing menjadi sebuah kamera VR. Dengan demikian, semua momen-momen pribadi yang kita alami bisa dinikmati dalam wujud virtual reality.

Aplikasi ini pada dasarnya akan meminta Anda untuk mengambil foto selagi bergerak memutar. Hasilnya tentu saja adalah foto panorama 360 derajat, akan tetapi bukan sekedar foto biasa. Cardboard Camera menerapkan trik khusus yang membuat foto panorama tersebut punya efek tiga dimensi.

Google Cardboard Camera App

Jadi ketika smartphone kita selipkan ke dalam Google Cardboard, foto yang kita ambil tadi akan tampak agak berbeda di mata kiri dan kanan; efek kedalaman membuat objek yang dekat terlihat dekat, dan yang jauh tampak jauh.

Lebih lanjut, pengguna juga bisa merekam suara di sekitar selagi mengambil foto panorama 3D tadi. Hasilnya, Anda bisa ‘menjelajahi’ foto dari segala sudut selagi mendengarkan suara di sekitar yang terjadi pada saat itu juga.

Kalau Anda sudah punya Google Cardboard dan memakai smartphone Android, silakan unduh aplikasi Cardboard Camera langsung dari Google Play.

Sumber: Google Blog.

Lytro Immerge Didapuk Sebagai Kamera VR Pertama yang Andalkan Teknologi Light Field

Pernah mendengar nama Lytro? Kalau belum, ini merupakan perusahaan asal AS yang bergerak di bidang light field photography. Produk perdananya merupakan sebuah kamera berbentuk balok yang dirilis di tahun 2012. Keunggulannya? Anda bisa mengatur fokus pasca pemotretan.

Rahasianya terletak pada teknik light field photography itu sendiri. Sederhananya, sensor milik kamera Lytro tidak cuma menangkap intensitas cahaya yang masuk, tetapi juga ke arah mana masing-masing sorotan cahaya bergerak. Begitu fenomenalnya teknik ini, sang pencetus, Ren Ng, berhasil memenangkan gelar tesis terbaik di bidang ilmu komputer dari Stanford University.

Namun kiprah Lytro tidak berhenti sampai di situ saja. Tahun lalu, mereka meluncurkan Lytro Illum, yang pada dasarnya merupakan sebuah kamera light field namun dengan kelengkapan fitur ala DSLR. Usai merilis Illum, pamor Lytro terkesan hilang entah ke mana. Namun rupanya mereka tengah sibuk meramu formula terbaik untuk menyambut tren terbaru di dunia fotografi dan videografi, yakni virtual reality (VR).

Kini, Lytro siap memamerkan inovasinya di bidang VR. Mereka memperkenalkan Lytro Immerge, sebuah kamera VR pertama yang ditenagai oleh teknologi light field. Cara kerjanya sangat berbeda ketimbang kamera VR atau kamera 360 derajat tradisional, di sini Immerge akan menangkap gambar 360 derajat secara langsung, tanpa mengandalkan metode stitching sama sekali.

Lytro Immerge

Melihat wujudnya, Anda bisa melihat bahwa Lytro Immerge ini tersusun dari sejumlah ‘cincin’. Cincin-cincin tersebut diklaim mengemas hingga ratusan sensor gambar, membuat Immerge sanggup mengumpulkan data yang sangat melimpah. Begitu melimpahnya, kamera ini bahkan akan didampingi oleh sebuah portable server untuk menyimpan video berdurasi sekitar 1 jam – bayangkan betapa besarnya data yang dikumpulkan kalau satu server saja hanya mampu menyimpan video 1 jam.

Kelebihan Lytro Immerge adalah data akan dikumpulkan dari segala arah di lokasi manapun dan dalam volume yang diinginkan. Pada akhirnya, tampilan virtual bisa dihasilkan dari titik mana saja, menghadap ke mana saja dan dalam sudut pandang apa saja. Singkat cerita, kesan immersive yang diciptakan bisa setara dengan sebuah game VR.

Kalau Anda bingung dengan cara kerja Lytro Immerge, Anda tidak perlu khawatir, karena pada dasarnya akses terhadap kamera ini akan benar-benar eksklusif. Lytro berencana merilis prototipenya di kuartal pertama tahun depan, dan banderol harganya kemungkinan akan mencapai angka ratusan ribu dolar. Maka dari itu, akan lebih masuk akal kalau Lytro nantinya hanya akan menyewakan Lytro seharga beberapa ribu dolar per hari.

Kendati demikian, sebagai konsumen kita tetap bakal diuntungkan oleh kehadiran Lytro Immerge, dimana nantinya konten video VR yang bisa dinikmati akan semakin bertambah dan kualitasnya pun sangat bagus untuk membuat kita betah berlama-lama mengenakan Oculus Rift, HTC Vive dan lain sejenisnya.

Sumber: Lytro dan The Verge.

3 Kamera 360 Derajat Berukuran Compact

Belakangan ini, Anda mungkin sering mendengar istilah kamera 360 derajat. Apa sebenarnya maksud dari istilah itu? Gampangnya, kamera-kamera yang masuk dalam kategori itu dirancang supaya dapat mengambil gambar atau video secara 360 derajat, menjangkau semua yang ada di sekitarnya. Continue reading 3 Kamera 360 Derajat Berukuran Compact