5 Smartphone Kamera Paling Canggih untuk Foto dan Video

Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa kemampuan kamera smartphone flagship saat ini sudah sangat bersaing dengan kamera saku. Bahkan beberapa seri mungkin sudah mendekati kamera jenis mirrorless dan DSLR.

Berkat teknologi kamera ganda, kini smartphone dapat mengambil foto portrait dengan efek bokeh sungguhan, kemampuan zoom optik lebih baik, dan banyak lagi. Berikut ini adalah lima smartphone kamera paling canggih untuk menjepret foto dan merekam video versi DxOMark.

1. Google Pixel 2 – Skor Dxomark 98 Poin

smartphone-kamera-google-pixel-xl

  • Sensor 1/2,6 inci 12MP
  • Aperture f/1.8
  • Dual-pixel autofocus
  • Optical Image Stabilization
  • HDR+
  • Portrait Mode berbasis software

Meski masih mengandalkan single kamera, tapi Google Pixel 2 dan Pixel 2 XL merupakan smartphone kamera paling canggih dengan skor DxOMark 98 poin. Hal ini dikarenakan Google membekalinya dengan software yang canggih, seperti fitur dual-pixel autofocus berikut penstabil goyangan mekanik (OIS) dan elektronik (EIS). Kamera Pixel 2 punya resolusi 12MP, dengan sensor berukuran 1/2,6 inci, dan bukaan lensa f/1.8.

Namun karena masih mengandalkan satu kamera, kemampuan zoom-nya agak ‘tertinggal’ dari para kompetitornya yang mengandalkan kamera ganda dengan lensa telefoto. Untuk perekaman videonya sendiri, Google Pixel 2 mampu merekam video format 4K pada 30fps, 1080p pada 30/60/120fps, dan slow-motion 720p pada 240fps.

dxomark-google-pixel-2

2. Apple iPhone X – Skor DxOMark 97 Poin

smartphone-kamera-apple-iphone-x

  • Kamera wide-angle 12MP dengan lensa f/1.8 OIS
  • Kamera telephoto 12MP dengan lensa f/2.4 OIS
  • Phase-detection autofocus
  • Quad LED True-tone flash dengan mode slow sync
  • Portrait Mode dan Portrait Lighting
  • 4K video @ 60fps
  • Kamera depan 7MP dengan lensa f/2.2, face detection dan portrait mode

Smartphone paling canggih dari Apple ini dibekali kamera ganda 12MP. Satu untuk telefoto dengan bukaan f/2.4 dan focal length 52mm, serta satu lagi dengan lensa wide angle bukaan f/1.8 dan focal length 52mm, sehingga memungkinkan Anda melakukan zoom optik, serta zoom digital hingga 10x untuk foto dan 6x untuk video.

Kedua kamera belakang iPhone X juga sudah memiliki penstabilan gambar optik OIS (Optical Image Stabilization). Tapi, yang lebih mengagumkan adalah kemampuan perekaman videonya. iPhone X bisa merekam video 4K pada 60fps dan video slow-motion pada resolusi 1080p pada 240fps.

dxomark-apple-iphone-x

3. Huawei Mate 10 Pro – Skor DxOMark 97 Poin

smartphone-kamera-huawei-mate-10-pro

  • Kamera ganda dengan sensor RGB 12MP dan monokrom 20MP
  • Lensa ganda f/1.6 dengan optik Leica
  • 2x lossless zoom
  • Phase-detection dan laser autofocus
  • Dual-tone LED flash
  • 4K @ 30 fps / 1080p @ 30/60fps video

Huawei Mate 10 Pro punya dua lensa Leica, satu sensor monokrom 20MP dan satu lagi RGB 12MP dengan kemampuan zoom 2x. Huawei turut menyertakan teknologi Dual ISP baru, dan berpadu dengan AI pada chipset Kirin 970, mampu memproses pengenalan gambar hingga 2.000 gambar per menit.

Adanya fitur motion capture menjanjikan hasil foto yang terfokus sempurna dan fitur noise reduction yang membuat spektrum foto lebih jelas meski dalam kondisi low light. Sedangkan, perekaman videonya mampu mengabadikan gambar bergerak 4K pada 30fps dan 1080p pada 30/60fps.

dxomark-huawei-mate-10-pro

4. Apple iPhone 8 Plus – Skor DxOMark 94 Poin

 

smartphone-kamera-iphone-8-plus

  • Kamera wide-angle 12MP dengan lensa f/1.8 OIS
  • Kamera telephoto 12MP dengan lensa f/2.8 (tanpa OIS)
  • Portrait Mode dan Portrait Lighting
  • Quad LED True-tone flash dengan mode slow sync
  • Autofocus dengan focus pixels
  • Wide-gamut color capture
  • Body dan face detection
  • Auto HDR

Selain iPhone X, iPhone 8 Plus juga memiliki kamera ganda 12MP yang canggih. Satu dengan lensa wide-angle 28mm dan bukaan f/1.8, serta satu lagi lensa telefoto 57mm bukaan f/2.8 untuk optical zoom, digital zoom, dan mode portrait. Dengan filter warna baru, piksel yang lebih dalam, dan penstabilan gambar optik untuk foto dan video.

Portrait Mode di iPhone 8 Plus memungkinkan Anda mengambil foto dengan latar depan yang lebih tajam dan latar belakang dengan efek buram alami. Kamera ganda dan teknologi pemetaan wajah baru juga menciptakan efek pencahayaan studio yang dramatis dalam mode Portrait Lighting.

dxomark-apple-iphone-8

5. Samsung Galaxy Note 8 – Skor DxOMark 94 Poin

smartphone-kamera-samsung-galaxy-note-8

  • Kamera wide-angle 26mm dengan sensor 1/2,55 inci 12MP (ukuran piksel 1,4 µm dan lensa f/1.7 OIS
  • Kamera telephoto 52mm dengan sensor 1/3,6 inci 12MP (ukuran piksel 1.0 µm) dan lensa f/2.4 OIS
  • Phase-detection autofocus
  • Dual-LED (dual tone) flash
  • 4K video @ 30fps

Phablet Samsung Galaxy Note 8 juga memiliki dua lensa 12MP, yakni lensa wide 26mm dan bukaan f/1.7, serta lensa telefoto 52mm dan bukaan f/2.4. Selain itu, Samsung juga memasukkan dual optical image stabilizer (OIS). Soal perekaman video, smartphone ini mampu merekam video 4K pada 30fps, 1080p pada 60fps, dan video slow-motion 720p pada 240fps.

dxomark-samsung-galaxy-note-8



 

Itulah lima smartphone kamera terbaik untuk foto dan video versi DxOMark. DxOMark sendiri dipercaya dalam mengukur dan menilai kualitas sensor gambar, kamera, serta lensa sejak 2008. Bukan hanya kamera profesional yang dinilai oleh DxOMark, tapi juga kamera smartphone.

Sumber: DPReview dan DxOMark.

Casio Luncurkan Action Cam Tahan Banting dengan Desain Mirip Arloji G-Shock

Dengan kemampuan merekam video 4K 60 fps atau 1080p 240 fps, tidak berlebihan apabila GoPro Hero6 Black disebut sebagai rajanya action cam saat ini. Pabrikan lain yang ingin bersaing di ranah ini tentunya harus menawarkan sesuatu yang unik yang absen dari GoPro, dan Casio rupanya sudah menemukan celah yang tepat.

Action cam terbaru mereka, Casio G’z Eye GZE-1, bukan sembarang GoPro-wannabe. Spesifikasinya memang bukan yang terbaik dan masih kalah jauh jika dibandingkan Hero6: perekaman video maksimum dalam resolusi 1080p 30 fps, foto 6 megapixel, lensa f/2.8 dengan sudut pandang seluas 170,4° (190,8° untuk foto).

Casio G'z Eye GZE-1

Yang ingin Casio jual justru adalah ketangguhannya. Seperti yang bisa Anda lihat sendiri, desainnya banyak terinspirasi oleh lini jam tangan G-Shock yang legendaris, bahkan lengkap sampai ke label “Shock Resist”. Label ini pun tidak berbohong, sebab Casio memastikan GZE-1 dapat tetap beroperasi meski Anda jatuhkan dari ketinggian empat meter.

Di saat GoPro tahan air sampai kedalaman 10 meter, GZE-1 siap Anda ajak menyelam hingga 50 meter di bawah air tanpa bantuan casing sama sekali. Melengkapi itu semua adalah ketahanan debu dengan sertifikasi IP6X, dan kemampuan beroperasi di suhu dingin hingga -10° Celsius.

Casio G'z Eye GZE-1

Mengikuti standar 2017, tentu saja action cam tahan banting ini dapat dikontrol dari jauh menggunakan aplikasi ponsel. Di samping itu, Casio turut menyediakan dua jenis remote control yang salah satunya dilengkapi LCD, yang dijual secara terpisah. Bonus: bagi para pemilik Casio WSD-F20, mereka juga dapat memanfaatkan smartwatch tersebut sebagai remote control sekaligus jendela bidik.

Kamera ini sekarang baru dipasarkan di Jepang saja seharga 46.000 yen, atau sekitar 5,6 juta rupiah, dan Casio masih belum mengumumkan jadwal perilisan globalnya. Casio turut menawarkan sederet aksesori yang dijual secara terpisah, yang mencakup chest harness, carabiner strap maupun gimbal.

Sumber: The Verge dan Casio.

Nikon Pilih Jakarta Sebagai Lokasi Nikon Experience Hub Pertama di Asia

Nikon ialah nama familier bagi para pecinta fotografi di nusantara. Di bulan Juli kemarin, produsen perangkat optik asal Shinagawa ini baru merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Meski meledak-nya kepopularitasan smartphone berkamera turut memengaruhi bisnis mereka, brand ini tetap merepresentasikan kualitas serta pengalaman, dan tetap jadi pilihan favorit fotografer veteran.

Sudah setahun berlalu setelah Nikon melakukan restrukturisasi perusahaan, dan mereka masih terus berjuang untuk bangkit kembali. Dan di penghujung 2017 ini, Nikon menyingkap kejutan tak terduga. Nikon memutuskan buat memilih ibukota Jakarta sebagai lokasi dibukanya Nikon Experience Hub. Dan menariknya lagi, ‘hub‘ Nikon ini kabarnya merupakan yang pertama di kawasan Asia.

Nikon Experience Hub 7

Nikon Experience Hub 17

Showroom dan gerai penjualan Nikon memang sudah tersebar cukup luas di Indonesia, tapi yang membedakan Nikon Experience Hub adalah tempat ini memberikan pengunjung kesempatan untuk mencoba beragam koleksi produk Nikon, dari mulai kelas point-and-shoot, mirrorless, DSLR, hingga lensa-lensa Nikkor premium. Beragam pilihan yang disediakan di Experience Hub boleh jadi akan membuat Anda kewalahan.

Nikon Experience Hub 22

Nikon Experience Hub 21

Tentu saja selain menjajal langsung, Anda bisa mengajukan berbagai pertanyaan teknis terkait produk Nikon atau fotografi secara umum kepada para staf terlatih. Sukimin Thio selaku general manager Imaging Division Nikon Indonesia berjanji bahwa gerai ini tak hanya disiapkan untuk melayani fotografer profesional. Para staf juga akan dengan senang hati membantu konsumen yang sedang mencari kamera pertamanya.

Nikon Experience Hub 18

Nikon Experience Hub 12

Selain tempat untuk melangsungkan penjualan secara tradisional, Nikon Experience Hub juga berfungsi sebagai Service Collection Point (titik pengantaran dan penjemputan perangkat yang diservis) sekaligus lokasi diadakannya kegiatan Nikon College. Nikon College adalah program pelatihan dan edukasi, mempersilakan Anda mempelajari teknik dan pengetahuan dasar serta mendalami beragam disiplin ilmu fotografi berbeda.

Nikon Experience Hub 3

Nikon Experience Hub 4

Alasan Nikon membuka Experience Hub di Jakarta adalah karena perusahaan itu melihat tingginya perkembangan serta besarnya potensi di pasar Indonesia yang ‘menanti untuk digarap’. Nikon Experience Hub ditempatkan di Mall Grand Indonesia , dipilih karena dianggap sebagai tempat paling strategis serta mudah dijangkau oleh para pelanggan mereka.

Nikon Experience Hub 9

Nikon Experience Hub 10

Menurut Sukimin Thio, Mall Grand Indonesia merupakan salah satu pusat perbelanjaan papan atas di Jakarta, dan sangat sesuai dengan citra brand Nikon. Diresmikannya Nikon Experience Hub sepertinya juga menjadi cara bagi perusahaan untuk menunjukkan kesiapannya berduel melawan sejumlah kompetitor utamanya di ranah fotografi. Tempat ini betul-betul bersebelahan dengan gerai milik Sony dan di seberangnya, ada store Fujifilm.

Nikon Experience Hub 20

Nikon Experience Hub 21

Terlepas dari banyaknya koleksi kamera dan lensa yang Nikon pamerkan di Experience Hub, seorang staf memberi tahu saya bahwa tak semua produk di sana bisa Anda beli. Beberapa hanya baru dapat dicoba. Di rak kaca yang lebar, Nikon memajang beragam lensa Nikkor serta tak lupa membubuhkan informasi terkait spesifikasi, sedikit penjelasan soal spesialisasi lensa, serta sampel hasil jepretan. Satu hal yang absen di sana adalah info harga.

Nikon Experience Hub 13

Nikon Experience Hub 14

Dan tak cuma rangkaian kamera DSLR, Anda juga diperkenan menjajal kamera mirrorless berlensa interchangeable sampai varian point-and-shoot Coolpix yang anti-air hingga kedalaman 30 meter.

Nikon Experience Hub 23

Nikon Experience Hub 5

Nikon Experience Hub telah dibuka untuk umum. Anda bisa mengunjungi gerai ini setiap hari, berlokasi di ‘East’ Mall Grand Indonesia lantai tiga, jalan M.H. Thamrin No. 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Nikon Experience Hub 19

Nikon Experience Hub 2

Nikon Experience Hub 6

Nikon Experience Hub 24

Leica CL Adalah Reinkarnasi Modern Kamera Rangefinder Analog Tahun 70-an

Dedengkot kamera asal Jerman, Leica, kembali merilis kamera mirrorless baru. Dijuluki Leica CL, kamera ini merupakan reinkarnasi modern dari kamera rangefinder analog bernama sama yang diluncurkan di tahun 1973, yang berarti jeroannya sudah diperbarui mengikuti standar terkini.

Yang masih dipertahankan adalah aura retro penampilannya. Antik di luar, canggih di dalam, filosofi inilah yang sejatinya membuat Leica masih dipandang hingga kini, sekaligus yang menjadikan nama Fujifilm melejit di ranah mirrorless.

Leica CL

Jantung CL dihuni oleh sensor APS-C 24 megapixel, yang juga sanggup merekam video 4K 30 fps. Tingkat ISO-nya bebas diatur dari 100 sampai 50000, setara dengan kamera-kamera mirrorless terbaru yang ada di pasaran saat ini.

Sepintas spesifikasinya terdengar identik seperti Leica TL2 yang diumumkan pada bulan Juli lalu, lengkap sampai ke sistem autofocus 49 titik dan kemampuan memotret tanpa henti secepat 10 fps menggunakan shutter mekanis. Keduanya memang sangat mirip, hanya saja CL menawarkan kontrol yang lebih konvensional ketimbang hanya mengandalkan layar sentuh saja pada TL2.

Jadi selain sepasang kenop exposure di atas, CL juga mengemas tombol empat arah di sebelah layarnya. Layar 3 inci beresolusi 1,04 juta dot ini rupanya juga dilengkapi panel sentuh, sehingga pengoperasiannya terkesan lebih fleksibel daripada TL2. Satu komponen yang absen di TL2 adalah jendela bidik elektronik beresolusi 2,36 juta dot.

Leica CL

Di saat yang sama, Leica turut memperkenalkan lensa baru untuk menemani CL yang bertubuh ringkas ini. Lensa tersebut adalah Elmarit-TL 18 mm f/2.8 ASPH, yang tebalnya tidak lebih dari 20,5 mm. Leica mengklaimnya sebagai lensa wide-angle terkecil untuk kamera APS-C saat ini.

Leica bakal memasarkan CL mulai akhir November ini seharga $2.795 untuk bodinya saja. Bundel bersama lensa 18 mm baru tadi dibanderol $3.795 – lensanya saja dihargai $1.295 kalau dibeli secara terpisah – lalu tersedia pula bundel bersama lensa Vario-Elmar-TL 18-56 mm f/3.5-5.6 seharga $3.995.

Sumber: DPReview.

4K Sudah Biasa? Sharp Luncurkan Camcorder 8K untuk Kalangan Profesional

Kemampuan merekam video 4K saat ini boleh dikatakan bukan lagi atribut yang layak dibanggakan oleh suatu kamera, terutama kamera sinema. Hal ini dikarenakan mayoritas smartphone sudah bisa merekam video 4K, bahkan beberapa dalam kecepatan 60 fps. Singkat cerita, pabrikan pun mulai mengejar kapabilitas di atas 4K.

RED adalah salah satunya, tapi mereka jelas tidak sendirian. Masih ada pabrikan lain seperti Sharp yang baru saja mengumumkan sebuah camcorder profesional dengan kemampuan merekam video 8K 60 fps, seperti terindikasi dari namanya, yaitu Sharp 8C-B60A.

Kamera ini mengemas sensor Super 35, dengan ukuran setara RED Helium 8K S35, tapi belum sebesar RED Monstro 8K VV. Codec HQX dipilih agar ukuran file yang dihasilkan tidak terlalu besar meski berformat 10-bit, dan Sharp juga telah membekali kamera ini dengan SSD berkapasitas 2 TB yang kira-kira sanggup menyimpan video 8K berdurasi total 40 menit.

Untuk lensa, Sharp memilih mount PL yang kompatibel dengan berbagai lensa, termasuk lensa premium besutan Leica maupun Zeiss. Sederet fitur lain yang ditujukan buat kalangan broadcaster tentunya juga tersedia, mengingat kamera ini dimaksudkan untuk mengantisipasi Olimpiade 2020 yang dihelat di Tokyo nanti.

Usai melihat spesifikasinya, jangan kaget melihat harganya. Sharp 8C-B60A bakal dipasarkan mulai bulan Desember 2017 seharga 8,8 juta yen, atau sekitar 1,05 miliar rupiah. Bukan salah ketik, tapi memang itu biaya yang harus ditebus untuk kamera sekelas ini, apalagi di saat televisi 8K masih hampir belum eksis sama sekali.

Sumber: DPReview dan Sharp.

Reflex 1 Meluncur di Kickstarter, Kamera SLR 35mm Untuk Pecinta Fotografi

Kemunculan kamera digital membuat popularitas kamera film lambat laun semakin menurun. Namun, bukan berarti ‘mati’.

Sebuah perusahaan bernama Reflex telah mengumumkan proyek kamera analog SLR jenis 35mm bernama Reflex 1 yang dirancang lebih dari 25 tahun. Idenya adalah mengawinkan kemudahan fotografi digital dengan film yang dibuat untuk fotografer modern.

Menjual Nostalgia
Reflex-1-Nostalgia

Perusahaan ini menghadirkan nuansa nostalgia untuk Anda pecinta kamera analog atau film 35mm. Mereka yang tetap memilih menggunakan kamera film dengan keterbatasannya. Sampai sekarang kamera SLR 35mm memang masih cukup diminati karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, ukuran tidak terlalu bsar, kompak, dan tidak mencolok. Pun demikian yang ditawarkan oleh Reflex 1.

Reflex 1 punya tampilan klasik, dengan lensa yang dapat dipertukarkan. Ya, Reflex punya sistem modular plate, sehingga Anda tetap dapat menggunakan lensa Nikon F, Olympus OM, Canon FD, dan lensa universal M42. Kamera ini mendukung eksposur manual dan pengaturan prioritas aperture, dan memiliki pengaturan ISO mulai 25-6400.

Harga dan Spesifikasi Reflex
Harga dan Spesifikasi Reflex

Reflex telah memulai kampanye di Kickstarter dengan ‘gol’ di angka £100.000 sampai 7 Desember 2017. Jika berhasil, rencananya barang akan mulai dikirim mulai pada bulan Agustus 2018.

Harga Reflex 1 body only dijual £ 350 atau Rp6,1 jutaan. Sementara, harga eceran normalnya adalah £ 399 atau Rp7 juta. Untuk starter kit yang meliputi kamera dan lensa prime, harganya £ 439 (Rp7,7 juta).
Paket penjualan Reflex 1
Kickstarter memang penuh proyek ambisius, inovatif, dan terkadang imajinatif yang akan menjadi kenyataan melalui dukungan langsung dari orang lain (pemberi dana). Jika Anda tertarik, sebaiknya memantau terlebih dahulu dan pastikan pendaan tersebut akan berhasil melampaui target.

Berikut Spesifikasi Reflex 1:
• Format: 135 film, 35mm/FF
• System: Reflex RM
• Lens Mount: Reflex I-Plate (in M42, Nikon F, Canon FD, Olympus OM, Pentax PK)
• Focus: Manual
• Film Loading: Reflex I-Back
• Film Advance/Rewind: Manual
• Exposure: Manual – Aperture Priority (+ 4 stops EV)
• DOF inverted preview
• Shutter Speeds: 1s – 1/4000th, Time and Bulb, Flash sync: 1/125th
• Metering: AV + Spot + 4 stops EV (LED readout)
• ISO: 25-6400
• Controller: Arduino based modular design
• Connectivity: Bluetooth (BLE) enabled
• Body: Magnesium Alloy
• Weight: 490g
• Dimensions: 134mm x 74.5mm x 34mm
• Electronic system: 5v Ion Lithium rechargeable via USB-C
• Resolution: Zero Megapixels

Sumber: Theverge, Kickstarter.

Fokus pada Fotografi, Panasonic Lumix G9 Janjikan Performa di Atas Rata-Rata

Tidak bisa dipungkiri, Panasonic Lumix GH5 merupakan salah satu kamera mirrorless terbaik yang bisa dibeli saat ini. Di atas kertas mungkin masih banyak kamera lain yang menawarkan spesifikasi lebih tinggi, akan tetapi hanya segelintir yang sanggup menandingi kemampuannya dalam merekam video.

Untuk kamera terbarunya, Panasonic memutuskan untuk berfokus pada fotografer profesional sebagai target pasarnya. Entah kebetulan atau tidak, kamera bernama Lumix G9 ini sangat mengedepankan kecepatan dibanding segalanya, sama seperti yang kita jumpai pada Sony A9.

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 20,3 megapixel yang sama seperti milik GH5, tapi yang telah dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas gambar JPEG yang dihasilkan. Panasonic tidak lupa menyematkan mode High Resolution di mana kamera dapat menggerakkan sensornya sebanyak delapan kali guna menciptakan satu gambar beresolusi 80 megapixel dalam format RAW.

Panasonic Lumix G9

Namun seperti yang saya bilang, kecepatan adalah kata kunci untuk menggambarkan kapabilitas G9. Ia dapat menjepret 50 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps dengan continuous autofocus dan electronic shutter (9 fps dengan mechanical shutter). Dengan single autofocus, angkanya malah meningkat drastis menjadi 60 fps (electronic) atau 12 fps (mechanical).

Sistem autofocus 225 titik bertajuk Depth from Defocus yang sudah menjadi andalan Panasonic selama beberapa tahun kian disempurnakan pada G9, dengan peningkatan kecepatan (dapat mengunci fokus dalam 0,04 detik saja) dan kinerja tracking subjek. Sistem image stabilization bawaannya diyakini dapat mengompensasi guncangan hingga 6,5 stop exposure.

Sebagai keluarga Lumix, video tetap menjadi salah satu nilai jualnya, meski bukan lagi prioritas utama di sini. Terlepas dari itu, G9 masih mampu merekam video 4K dalam kecepatan 60 fps, dengan bitrate maksimum 150 Mbps dan tanpa cropping sama sekali. Butuh adegan slow-motion? G9 siap merekam video full-HD dalam kecepatan 180 fps.

Panasonic Lumix G9

Secara fisik, G9 mempertahankan gaya desain yang diusung GH5, tapi dengan grip yang lebih besar lagi. Bodinya tidak cuma tahan cipratan air dan debu, tapi juga tahan dingin hingga -10° Celsius. Electronic viewfinder-nya tidak kalah dari Sony A9, sama-sama mengemas panel OLED beresolusi 3,68 juta dot, tapi dengan tingkat perbesaran yang lebih lagi, yakni 0,83x.

Di bawahnya, terdapat layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang bisa dimanipulasi posisinya sesuai kebutuhan, yang ditemani oleh joystick kecil untuk memudahkan pengaturan titik fokus. G9 mengusung dua slot SD card, dan keduanya sama-sama sudah mendukung tipe UHS-II yang berkecepatan tinggi.

Port lainnya mencakup HDMI, jack mikrofon dan headphone, serta micro USB. Konektivitas wireless-nya mengandalkan Wi-Fi AC dan Bluetooth 4.2 untuk terus terhubung ke perangkat secara konstan, sedangkan baterainya diklaim dapat bertahan hingga 400 jepretan.

Panasonic Lumix G9 rencananya bakal dipasarkan mulai Januari 2018 seharga $1.699 untuk bodinya saja. Panasonic juga bakal menawarkan battery grip seharga $349 yang dapat mendongkrak kapasitasnya hingga menjadi 800 jepretan.

Sumber: DPReview.

Pencipta Hyperlapse Kembangkan Kamera 360 Derajat dengan Sistem Stabilization Kelas Dewa

GoPro resmi merilis kamera 360 derajat perdananya pada akhir September kemarin. Baru satu bulan berselang, sudah muncul satu rivalnya yang sangat berpotensi. Berpotensi karena perangkat bernama Rylo ini bukan sembarang action cam yang mampu merekam video 360 derajat, melainkan yang dikembangkan oleh pencipta Hyperlapse.

Hyperlapse, bagi yang sudah lupa, adalah aplikasi keluaran Instagram yang dirancang untuk memudahkan pengguna mengambil video time lapse dengan tingkat stabilitas yang sangat baik. Begitu efektifnya sistem stabilization Hyperlapse, video yang dihasilkannya tampak seakan diambil menggunakan bantuan tripod.

Rylo

Kini kedua penciptanya, Alex Karpenko dan Chris Cunningham, memutuskan untuk memulai babak baru lewat Rylo. Sepintas Rylo tampak seperti kamera 360 derajat pada umumnya, dengan sepasang lensa fisheye di sisi depan dan belakangnya.

Masing-masing lensa memiliki sudut pandang seluas 208 derajat (setara lensa 7 mm pada kamera biasa) dan aperture f/2.8. Rylo sanggup merekam video 360 derajat dalam resolusi maksimum 4K 30 fps, atau kalau pengguna mau, foto panorama 360 derajat dalam resolusi 6K.

Kemiripan Rylo dan GoPro Fusion terletak pada kemampuannya mengekstrak video 1080p standar dari hasil rekamannya. Fitur ini sejatinya memungkinkan pengguna untuk menentukan ke mana ia harus membidikkan kamera setelah video selesai direkam.

Rylo

Namun tentu saja yang menjadi fitur andalan Rylo adalah Cinematic Stabilization, yang pada dasarnya merupakan evolusi dari teknologi Hyperlapse, yang kini diterapkan untuk video 360 derajat dan yang bukan dalam mode time lapse. Entah Anda sedang berlari, bersepeda atau malah melompat dari atas tebing, Rylo memastikan hasil rekamannya tetap stabil dan tampak sangat mulus.

Pengoperasiannya juga terkesan sangat mudah, sebab Rylo hanya mengandalkan satu tombol saja untuk menyala-matikan perangkat, serta memulai dan menyetop perekaman. Selesai merekam, pengguna dapat menyambungkannya ke ponsel Android atau iPhone via kabel, lalu mengedit atau membagikan hasilnya langsung dari aplikasi pendampingnya.

Rylo

Fisik Rylo tergolong ringkas, dengan wujud menyerupai kapsul dan dimensi 72,5 x 37 x 42,7 mm. Bobotnya hanya berkisar 108 gram berkat penggunaan material serba aluminium. Ia dibekali layar OLED kecil di salah satu sisinya, sedangkan penyimpanannya mengandalkan kartu microSD dengan dukungan kapasitas maksimum 256 GB. Baterainya dapat bertahan selama 60 menit perekaman dalam satu kali charge.

Rylo saat ini sudah bisa dibeli seharga $500, tapi sayang baru untuk pasar Amerika Serikat saja. Silakan tonton video di bawah untuk mendapatkan gambaran seajaib apa fitur Cinematic Stabilization yang ditawarkannya.

Sumber: PetaPixel.

Kamera Live Streaming Mevo Plus Dapat Mengedit Video dengan Sendirinya Secara Real-Time

Sebulan yang lalu, Vimeo mengakuisisi platform live streaming bernama, well, Livestream, sekaligus meluncurkan layanan berlangganan baru bernama Vimeo Live. Tanpa perlu menunggu lama, Vimeo langsung tancap gas meluncurkan suksesor kamera live streaming buatan Livestream, Mevo (dulunya bernama Movi).

Secara fisik Mevo Plus tampak mirip dan masih ringkas seperti pendahulunya, akan tetapi jeroannya sudah di-upgrade dengan komponen-komponen terkini. Utamanya adalah sistem konektivitas wireless baru yang menawarkan jangkauan hingga 30 meter (sekitar lima kali lebih jauh ketimbang pendahulunya), plus peningkatan kecepatan transmisi data dan stabilitas koneksi.

Mevo Plus

Kinerjanya ditopang oleh sensor 12,4 megapixel garapan Sony dan chip Ambarella A9SE, yang memungkinkan Mevo Plus untuk merekam video dalam resolusi 4K 30 fps, atau melangsungkan live streaming ke berbagai platform (tidak cuma Vimeo Live, tapi juga YouTube, Facebook Live, Twitter maupun Periscope) di resolusi 1080p 30 fps.

Mevo Plus dilengkapi lensa f/2.8 dengan sudut pandang seluas 150 derajat. Namun sama seperti pendahulunya, Mevo Plus juga dibekali fitur Live Editing, yang memanfaatkan teknologi pengenal wajah dan kecerdasan buatan untuk melakukan zooming dan panning secara otomatis, sehingga pada akhirnya menumbuhkan kesan bahwa penyiar sedang menggunakan setup multi-kamera.

Mevo Plus

Bagi yang menginginkan kontrol lebih, mereka dapat menggunakan aplikasi pendamping Mevo Plus untuk memilih perspektif siaran yang diinginkan. Perpaduan Mevo Plus dan aplikasinya ini ibarat mengendalikan sembilan kamera virtual sekaligus.

Mevo Plus memiliki daya tahan baterai sekitar satu jam. Perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga $500. Tersedia pula bundel yang meliputi sejumlah aksesori macam battery pack atau tripod seharga $800. Mevo generasi pertama sendiri masih akan dipasarkan seharga $300.

Sumber: Vimeo dan Engadget.

Ditujukan untuk Segmen Profesional, Detu F4 Plus Sanggup Merekam Video 360 Derajat Beresolusi 8K

Samsung baru-baru ini meluncurkan kamera 360 derajat untuk segmen profesional yang sanggup menciptakan konten VR dengan efek 3D. Namun bagi yang lebih mementingkan ketajaman gambar ketimbang efek pemanis seperti itu, mungkin penawaran dari pabrikan asal Tiongkok, Detu, berikut ini bakal terdengar lebih menarik.

Dijuluki F4 Plus, keunggulan utamanya adalah merekam video 360 derajat dalam resolusi 8K, atau tepatnya 7680 x 3840 pixel di kecepatan 30 fps. F4 Plus dibekali empat buah lensa fisheye f/2.2 bersudut pandang 200 derajat, yang dipadukan dengan sensor 1/2,3 inci Sony IMX117 beresolusi 12 megapixel.

Fungsi live streaming ke platform seperti YouTube atau facebook pun turut didukung. Selain melalui Wi-Fi, pengguna juga bisa menyambungkannya ke PC via kabel Ethernet. F4 Plus dapat dijejali 4 kartu microSD sekaligus, masing-masing dengan kapasitas maksimum 128 GB.

Detu F4 Plus

Fisik F4 Plus terbilang ringkas, dengan dimensi 185 x 105 x 105 mm dan bobot 1,17 kg. Sederet ventilasi udara pada bodi aluminiumnya serta sistem pendingin internal memastikan perangkat tidak kepanasan selagi beroperasi, termasuk ketika melakukan live streaming.

Soal daya tahan baterai, Detu membekali F4 Plus dengan baterai berkapasitas 4.800 mAh, yang diperkirakan bisa bertahan selama 2 jam nonstop saat perangkat dipakai merekam. Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar tiga jam.

Kreator profesional yang tertarik saat ini sudah bisa meminang Detu F4 Plus seharga $2.599.

Sumber: DPReview.