Tripal Rilis Aplikasi, Jaring Pemandu Lokal dari Seluruh Indonesia

Layanan marketplace penghubung pelancong dengan pemandu wisata lokal Tripal meresmikan aplikasi mobile untuk permudah pengguna terhubung dengan layanan. Aplikasi Tripal sementara baru tersedia di platform Android, sementara untuk iOS bakal menyusul dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam aplikasi Tripal, pengguna dapat mencari destinasi tujuan dengan desain UI/UX yang lebih ramah. Kemudian mencari desinasi berdasarkan kategori trip, kalender yang sudah diperbarui, sistem verifikasi lewat rating/review dua arah, dan metode pembayaran dengan memanfaatkan DOKU.

“Dari web ada kendala, apalagi saat transaksi banyak keterbatasan. Akhirnya konsumen banyak beri masukan kepada kami. Untuk itu dalam aplikasi ini, kami kembali ke fokus Tripal yakni pada PAL (pemandu lokal) secara spesifik, sehingga pengguna semakin dipermudah untuk cari informasinya,” ucap Founder dan CEO Tripal Kevin Wu, Kamis (5/4).

Kehadiran aplikasi menurut Kevin bisa mendongkrak lebih banyak pengguna, baik dari sisi pelancong maupun pemandu lokal itu sendiri. Hanya saja, demi antisipasi tindakan yang tidak diinginkan terjadi, perusahaan menerapkan proses verifikasi secara berlapis, baik secara online maupun offline.

Untuk verifikasi online, calon pemandu diharuskan mengunggah data pribadi mulai dari KTP, Kartu Keluarga, dan nomor rekening. Bahkan perusahaan berencana untuk mewajibkan pengumpulan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) demi memastikan keamanan.

Sementara untuk verifikasi offline, Tripal bakal memanfaatkan bantuan dari komunitas yang telah bermitra dengan perusahaan, seperti Komunitas Fotografi Indonesia dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk bertemu tatap muka dengan para calon pemandu.

“Karena tujuannya kami ingin serius, maka untuk menjadi PAL tidak bisa sembarangan. Bahkan kami berencana untuk kerja sama dengan Kemenpar agar dibuatkan sertifikat resmi, seluruh PAL yang tergabung di kami bisa didaftarkan agar lebih terjamin.”

Rencana bisnis Tripal

Kevin melanjutkan sepanjang tahun ini pihaknya menargetkan dapat menjaring 1000 PAL (pemandu wisata) dari seluruh Indonesia. Adapun pada tahun lalu perusahaan sudah menjaring 300 PAL tersebar di 19 provinsi, dengan total pengguna lebih dari 5900 orang. Pengguna Tripal tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, NTB, Lampung, Sulawesi, hingga Kalimantan Barat.

Untuk monetisasi, perusahaan tidak memotong biaya sama sekali bagi para pemandu wisata. Minimal penghasilan yang bisa diterima pemandu dalam seharinya adalah Rp100 ribu dengan maksimal nilai yang tidak ditentukan.

Sehingga tarif pemandu yang tertera di aplikasi adalah uang murni yang benar-benar bakal diterima mereka setelah selesai menemani pelancong. Perusahaan memberikan sejumlah biaya layanan kepada konsumen. Biaya tambahan tersebut yang akan masuk ke kantong perusahaan.

“Dari awal kami sudah komitmen bahwa biaya untuk para PAL tidak akan kami potong. Untuk daftarnya gratis, mereka dapat tambahan penghasilan tanpa ada potongan. Makanya biaya lebih kami tekankan ke konsumen untuk monetisasi kami.”

Perusahaan juga akan terus memperbaiki kualitas bisnis, dengan berpartisipasi sebagai peserta di Indigo Creative Nation Batch 2. Dalam program inkubator dan akselerator ini perusahaan akan mendapat fasilitas berupa pembinaan, mentor, dan sejumlah dana untuk pengembangan bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Jasa Fotografer Servolia Jalin Kolaborasi Pemasaran dengan Tripal

Marketplace jasa fotografer Servolia mengumumkan kolaborasi bisnis dengan Tripal.co, sebuah marketplace yang menghubungkan pelancong dengan orang lokal untuk jadi pemandu. Kemitraan ini akan dilakukan selama setahun dan ke depannya Servolia akan menggandeng kemitraan serupa dengan perusahaan lainnya.

“Ide kolaborasi ini tercetus karena ada beberapa pertanyaan dari pengguna yang memesan jasa di kami, apakah ada orang juga yang bisa menemaninya hunting spot bagus di lokasi tersebut sekaligus transportasinya. Di situ ide kolaborasi dengan Tripal muncul,” terang CEO & Co-Founder Servolia Rade Tampubolon kepada DailySocial.

Model kolaborasinya masih sebatas pada mempromosikan bisnis satu sama lain. Jadi Tripal mempromosikan tentang Servolia ke para pelancong. Servolia juga mempromosikan Tripal ke para penggunanya. Tidak ada pembagian komisi untuk saat ini, baru sebatas saling promosi untuk mendapatkan keuntungan bersama dari sisi awareness.

Servolia itu sendiri, sambung Rade, merupakan bisnis sangat baru di Indonesia, lantaran baru diluncurkan pada Januari 2018 kemarin. Akan tetapi sejauh ini animonya sudah cukup baik, sudah merangkul sekitar 500 fotografer di seluruh Indonesia dan melayani 200 pemesan jasa foto.

Selain mengandalkan situs sendiri, Servolia juga telah terintegrasi di Lazada Seller Center untuk membantu para pengguna mendapatkan fotografer di mana pun mereka berada.

“Ke depannya kita akan terus kolaborasi dengan startup lainnya yang relevan, agar kita bisa berikan added value ke para pengguna, maupun untuk dongkrak pertumbuhan bisnis.”

Secara terpisah, dalam keterangan resminya, CEO & Founder Tripal Kevin Wu menuturkan kolaborasi antar bisnis semakin penting di era sekarang. Ini bukan hanya bermanfaat bagi pemasaran dan pertumbuhan bisnis, namun yang paling penting adalah nilai tambah dan manfaat yang dapat diberikan ke pengguna dan pelanggan.

Dengan adanya kerja sama pemasaran ini, kedua perusahaan berharap bisa membantu lebih banyak masyarakat untuk mendapatkan jasa yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat. Juga memberdayakan fotografer dan orang lokal untuk lebih meningkatkan penghasilan mereka.

Dalam wawancara bersama DailySocial sebelumnya, Kevin mengungkapkan saat ini Tripal telah memiliki 5700 pengguna dengan pemandu wisata terdaftar mencapai 300 orang tersebar di 19 provinsi di seluruh Indonesia.

“Sebagai ‘Pal’ Anda tidak perlu sebagai professional tour guide untuk bisa bergabung di Tripal. Siapa saja bisa mendaftar yang penting sudah berusia 18 tahun ke atas, bisa mahasiswa, pekerja freelance, fotografer, pecinta alam, pekerja seni, guru, dan lainnya,” kata Kevin.

Secara model bisnis, pemain serupa Servolia sebelumnya telah hadir bernama Frame A Trip yang diinisiasikan oleh Dian Sastrowardoyo, Michael Tampi dan rekan-rekannya.

Tripal Pertemukan Wisatawan dan Aktivitas Wisata Lokal

Berangkat dari hobi dan pengalaman pribadi pendirinya, layanan peer-to-peer marketplace yang menghubungkan traveler dengan orang lokal Tripal diluncurkan. Masih kurangnya promosi aktivitas hingga tempat-tempat wisata yang diklaim Founder dan CEO Tripal Kevin Wu sebagai “anti mainstream” di Indonesia, merupakan salah satu alasan mengapa layanan yang bisa digunakan wisatawan lokal hingga asing tersebut didirikan.

Kepada DailySocial, Kevin Wu mengungkapkan, saat ini belum banyak startup hingga perusahaan yang menawarkan kegiatan wisata seperti itu. Kebanyakan OTA dan perusahaan terkait lainnya hanya menjual tiket pesawat, hotel dan aktivitas wisata yang sudah umum saja.

“Sebagai seorang traveler saya selalu mencari lokasi otentik termasuk wisata kuliner lokal, di sisi lain masih banyak pelaku usaha lokal yang terancam punah karena belum tersentuh teknologi dalam mempromosikan usahanya tersebut.”

Kevin menambahkan, konsep platform-nya diharapkan menawarkan sebuah pengalaman perjalanan yang personal, fleksibel, dan otentik.

Berencana meluncurkan aplikasi Tripal

Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial
Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial

Hingga saat ini Tripal telah memiliki sekitar 5700 pengguna, sementara “Pal” atau pemandu wisata lokal yang sudah terdaftar dari 19 provinsi di Indonesia sudah berjumlah 300 orang.

“Sebagai ‘Pal’ Anda tidak perlu sebagai professional tour guide untuk bisa bergabung di Tripal. Siapa saja bisa mendaftar yang penting sudah berusia 18 tahun ke atas, bisa mahasiswa, pekerja freelance, fotografer, pecinta alam, pekerja seni, guru, dan lainnya,” kata Kevin.

Pengguna yang ingin mendapatkan paket wisata unik dari Tripal bisa langsung mendaftarkan diri dan memilih paket yang sesuai. Nantinya pesanan Anda akan diteruskan kepada orang lokal terkait dengan bayaran yang telah ditetapkan. Usai wisata dilakukan, pengguna diminta untuk memberikan testimoni atau ulasan terkait dengan lokasi yang sudah dikunjungi, sebagai rekomendasi kepada pengguna berikutnya.

“Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebutuhan wisatawan ‘jaman now’ yang menginginkan perjalanan personal (sendiri atau dengan group kecil), fleksibel dalam menentukan jadwal, dan otentik bukan lagi tempat wisata mainstream  yang ada,” kata Kevin.

Saat ini Tripal hanya bisa diakses di situs atau mobile browser, namun akhir bulan Febuari mendatang Tripal berencana meluncurkan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS. Target lainnya yang ingin dicapai oleh Tripal adalah menambah jumlah lokasi layanan hingga 34 provinsi.

IoT dan AI Dinilai Akan Menjadi Landasan Kuat Inovasi Teknologi di Indonesia

IDX Incubator kembali mengadakan sesi diskusi teknologi dan startup untuk kali kedua. Di sesi ini, program inkubasi yang diusung PT Bursa Efek Indonesia tersebut mengusung tema “Technology vs Humanity”. Dalam diskusi ini dihadirkan dua narasumber, yakni Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia Kevin Wu dan Managing Director Samsung R&D Indonesia Alfred Boediman.

Diawali dengan pemaparan oleh Alfred yang menggaris bawahi bahwa kemunculan startup digital cukup memberikan warna baru untuk industri teknologi di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan inovasi produk. Yang saat ini mulai tercetus dan berkembang salah satunya Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Alfred meyakini bahwa kedua hal tersebut akan menjadi signifikan ke depannya, karena menjadi fondasi utama smart-things, seperti smart city, smart home, smart transportation dan bidang lainnya.

Memang, jika melihat perkembangan teknologi saat ini arahnya sudah ke sana. Sebut saja startup seperti Nodeflux, produknya yang menggabungkan kapabilitas IoT dengan AI kini mampu melengkapi perangkat CCTV yang dipasang di area perkotaan menjadi lebih “hidup” –dalam artian tidak sekedar merekam gambar, namun memberikan analisis secara real-time. Kemudian contoh juga ada Atnic, startup ini memfokuskan layanan IoT yang membantu peternak udang untuk meningkatkan produksinya melalui pendekatan teknologi.

Namun inovasi sendiri dinilai selalu bertahap, dari proses riset, pengembangan hingga implementasi secara masif. Yang jelas semua harus diawali dari penerimaan baik oleh pengguna. Di Indonesia dapat diindikasikan adanya penerimaan baik terhadap inovasi teknologi, Alfred mencontohkan dengan hadirnya berbagai layanan online yang ada saat ini.

“Banyak aktivitas masyarakat kini bergantung pada layanan online, seperti layanan on-demand atau e-commerce, yang terbukti mampu memberikan kemudahan dalam melakukan berbagai aktivitas masyarakat. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa teknologi bersifat mendukung, bukan mengubah total aktivitas yang sudah ada,” terang Alfred.

Kevin turut menambahkan, bahwa salah satu pangkal inovasi teknologi ada di tangan startup digital. Untuk itu menjadi salah satu urgensi berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan startup digital di Indonesia. Kevin juga menerangkan, melihat penetrasi yang ada saat ini ia meyakini bahwa startup akan terus bertumbuh. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memastikan startup tidak stagnan di fase awal –bisa scale up di level yang lebih tinggi—dapat melakukan 3C, yakni Connecting, Collaborating dan Contributing.

Produk AI juga menjadi salah satu tren yang ada saat ini di Indonesia. Teknologi ini digadang-gadang mampu menggantikan beberapa peran manusia dengan sistem yang lebih otomatis. Komputer mampu merespons kebutuhan pengguna layaknya ketika mereka dilayani oleh petugas manusia. Lantas apakah nantinya teknologi ini akan benar-benar menjadikan robot-robot yang sangat cerdas layaknya manusia? Menurut Kevin tidak, secanggih apa pun peran manusia tidak bisa digantikan secara penuh.

“Semakin canggihnya teknologi ke depan tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi manusia yang menciptakan data dan sistem teknologinya secara langsung,” ujar Kevin.

Dari sisi pemanfaatannya kedua pemateri meyakini bahwa AI akan memberikan banyak dampak baik. Kecerdasan untuk teknologi sangat penting, untuk memaksimalkan penggunaannya.

“Tren teknologi AI akan mengalami perubahan besar mendukung kegiatan manusia di sektor tertentu. Ke depannya juga akan banyak pertimbangan yang perlu dianalisis bisnis, ketika ingin menggantikan peran manusia menjadi sepenuhnya teknologi,” ujar Alfred.