Kitabisa Sampaikan Tren Prositif Layanan Crowdfunding di Indonesia

Platform crowdfunding Kitabisa mengumumkan sepanjang tahun ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana & kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Pencapaian yang drastis ini turut membuat pihak Kitabisa jadi semakin yakin untuk prospeknya di tahun depan. CMO Kitabisa Vikra Ijas mengatakan, tren crowdfunding di 2017 akan semakin cerah karena mulai dari meningkatnya awareness penggunaan platform crowdfunding itu sendiri.

Masyarakat akan makin memperbanyak kampanye crowdfunding sosial yang sifatnya mikro atau personal. Misalnya untuk membantu teman yang butuh bantuan biaya pengobatan atau terkena musibah.

Kemudian semakin banyak cara kreatif yang digunakan untuk melakukan crowdfunding, contohnya menggunakan momentum ulang tahun, melakukan tantangan pribadi seperti lari marathon, cukur rambut, dan menawarkan hadiah unik untuk donatur.

“Ditambah lagi, tren ke depannya akan semakin banyak tokoh publik yang menggunakan influence dari mereka untuk membantu sesama seperti yang dilakukan Ridwan Kamil untuk korban banjir Garut dan Sumedang pada beberapa waktu lalu,” ucapnya kepada DailySocial, Kamis (29/12).

Sementara dari sisi donatur, sambung Vikra, tren kategori crowdfunding seperti biaya media, religi dan bencana alam atau kemanusiaan masih akan menjadi terpopuler ke depannya. Kemudian disusul dengan kategori pendidikan dan menolong hewan, kedua kategori ini diprediksi juga bakal tumbuh pesat.

Kitabisa juga berkomitmen untuk terus meningkatkan performa dan fungsionalitas platform agar makin mudah diakses oleh semua orang. Pihaknya juga akan terus melanjutkan fokus berinovasi di sektor zakat.

Fitur barunya ini, sudah diluncurkan sejak Juni 2016 yang lalu dengan menggandeng tiga badan pengelola zakat, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa, dan Rumah Zakat.

“Dengan potensi zakat mencapai Rp217 triliun per tahun, kami percaya optimalisasi zakat dapat menjadi jembatan menuju kesejahteraan sosial yang merata bagi rakyat Indonesia,” pungkas Vikra.

Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa
Infografis laporan penggalangan dana online Kitabisa di Indonesia selama 2016 / Kitabisa

 

Bekraf Tetapkan 11 Startup untuk Mengikuti Ajang Startup Istanbul 2016

Setelah melewati proses seleksi selama dua bulan, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menetapkan 11 startup yang akan menjadi delegasi Indonesia untuk ajang kompetisi dan konferensi Startup Istanbul di Turki pada 6-10 Oktober 2016 mendatang. Dari total delegasi, enam startup di antaranya akan mengikuti kompetisi dengan 489 startup lainnya dari Eropa dan Asia untuk memperebutkan hadiah berupa uang tunai, peluang bisnis dan investasi global.

Adapun keenam startup tersebut adalah Kostoom, KlikTukang, Kitabisa, Cubeacon, Hangout.Deals dan Urbanhire. Sementara lima startup lainnya akan mengikuti konferensi Startup Istanbul adalah AppSKEP, Ur-Farm, Pictalogi, TARRAsmart, dan BlumbangReksa.

Fadjar Hutomo selaku Deputi Akses Permodalan Bekraf mengatakan acara ini adalah salah satu acara yang bergengsi di dunia startup. Sekaligus menjadi salah satu bentuk komitmen yang nyata dari Bekraf dengan menciptakan platform yang mempertemukan startup dengan investor.

Pasalnya salah satu kendala yang masih dihadapi oleh startup lokal adalah terbatasnya sumber pendanaan. Mayoritas penyaluran pinjaman berasal dari industri perbankan. Hal ini menyebabkan terjadinya mismatch dengan startup. Sementara itu startup tergolong industri kreatif, jaminannya adalah kekayaan intelektual sehingga tidak berbentuk fisik.

Beda konsepnya dengan aturan main di bank yang harus memiliki fixed asset untuk dijadikan jaminan. “Kami inginkan seluruh delegasi bisa memanfaatkan dengan baik dari ajang internasional ini sebagai lahan untuk belajar, menambah pengalaman, relasi bisnis, dan bertemu dengan calon investor yang potensial,” ujarnya, Jumat (30/9).

CEO KlikTukang Astrid Wibisono menambahkan, lewat kesempatan ini pihaknya semakin termotivasi untuk terus inovasi mengembangkan produk dan layanan KlikTukang. Sekaligus dalam menghadapi persaingan bisnis dengan kompetitor. “Dari ajang ini kami ingin banyak belajar menjaga service quality sebagai medium penghubung pengguna dengan pemberi jasa KlikTUkang.”

Senada dengan Astrid, CEO Urbanhire Benson Kawengian mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi dukungan Bekraf terhadap pengembangan ekosistem startup di Indonesia. Menurutnya, tim Urbanhire akan mendapatkan mentoring dan mengikuti kompetisi startup bertaraf internasional. “Kami percaya bahwa ekosistem startup di Indonesia akan terus berkembang dengan upaya dan dukungan seperti ini.”

Bekraf menjadi pihak sponsor dari Indonesia yang pertama kalinya memboyong pelaku startup ke Istanbul. Di tahun sebelumnya, startup pertanian asal Indonesia iGrow terpilih menjadi juara kedua dalam ajang ini. Lewat kesempatan itu, iGrow berhak mengikuti program akselerator dari 500 Startups di San Francisco.

Kitabisa Luncurkan Layanan Zakat Online

Situs penggalang dana Kitabisa bertepatan dengan momentum bulan Ramadan ini menghadirkan fitur zakat online. Fitur yang hadir berkat kerja sama dengan tiga Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat ini mencoba memudahkan masyarakat untuk menyalurkan zakat mereka.

Chief Executive Officer Kitabisa Alfatih Timur menuturkan bahwa kemitraan yang terjalin dengan tiga OPZ ini dilakukan sejalan dengan misi Kitabisa sebagai wadah gotong-royong digital untuk memudahkan pengguna Kitabisa menunaikan zakatnya.

Ada beberapa hal yang disematkan di fitur baru Kitabisa ini. Yang pertama, pengguna bisa memilih untuk menunaikan zakat instan yang langsung tersalurkan ke mitra OPZ atau memilik program zakat  spesifik sesi dengan keinginan. Misalnya pengguna ini membantu anak yatim, pengguna bisa langsung melihat katalog program zakat yang bertema anak yatim dan langsung memilih salah satu program di sana.

Kedua, pengguna akan mendapatkan laporan penggunaan dana dari mitra OPZ di website dan juga melalui email. Alfatih dalam rilisnya berharap dengan laporan ini pemberi zakat, atau disebut dengan muzakki semakin tertaut dan lebih semangat membantu program-program yang ada.

Sedangkan yang ketiga adalah pengguna tidak perlu melakukan konfirmasi zakat karena prosedur zakat di Kitabisa menggunakan sistem kode unik. Dengan kode unik tersebut zakat yang dibayarkan akan terdeteksi oleh sistem tanpa harus melakukan verifikasi.

Sebuah fitur yang mencoba memberikan pengalaman baru menunaikan zakat semudah transaksi belanja online. Selain memudahkan dari segi sistem fitur zakat online ini juga diharapkan bisa menggali lebih jauh potensi zakat Indonesia yang mencapai Rp 217 triliun tiap tahunnya.

Direktur Amil Zakat Nasional BAZNAS Arifin Purwakananta mengungkapkan bahwa layanan zakat digital di Kitabisa ini akan melayani muzakki secara lebih baik. Adapun zakat digital merupakan bagian terpadu dari layanan Zakat Payroll System (ZPS), sebuah layanan yang mengotomatisasi zakat di institusi atau perusahaan.

Hal senada juga disampaikan CEO Rumah Zakat Nur Efendi. Ia menitikberatkan pada inovasi dan kemudahan yang diberikan fitur zakat dari Kitabisa ini. Inovasi yang menurutnya sudah menjadi fokus para lembaga amil zakat agar pengumpulan zakat lebih maksimal.

Google Indonesia Hadirkan Program Google Ad Grants di Indonesia

Hari ini (31/5) Google Indonesia mengumumkan program Google Ad Grants telah resmi hadir di Indonesia. Program yang diberikan untuk membantu organisasi nirlaba (nonprofit) ini memberikan bantuan sebesar $10.000 per bulan dalam bentuk pengiklanan AdWords untuk mempromosikan misi dan inisiatif mereka di mesin pencarian Google. Di Indonesia, Google Ad Grants sudah membantu beberapa organisasi-organisasi nirlaba seperti IndoRelawan, Kitabisa, dan YCAB Foundation.

Pihak Google sendiri menerapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi organisasi bila ingin mengikuti program Google Ad Grants. Beberapa syarat tersebut di antaranya, memiliki status badan amal dan berlaku di Indonesia, mengakui dan menyetujui untuk sertifikasi aplikasi yang diperlukan mengenai non-diskriminasi dan penerimaan sumbangan dan penggunaan, memiliki situs web yang berfungsi dengan konten yang substansial, dan beberapa syarat lainnya.

Organisasi yang telah disetujui untuk bergabung dengan program Google Ad Grants, atau disebut dengan penerima (Grantee), akan mendapat bantuan iklan sebesar $10.000 per bulan. Para organisasi yang tergabung dimungkinkan untuk membangun dan mengatur akun AdWords mereka sendiri namun harus memenuhi beberapa ketentuan, seperti anggaran harian diatur ke $329, batas maksimal biaya-per-klik $2.00, dan hanya menjalankan kampanye bertarget dengan kata kunci dengan iklan teks yang muncul di Google.

[Baca juga: Google Indonesia Tawarkan Solusi Adwords Express untuk Bantu UKM Jangkau Konsumen Baru]

“Google Ad Grant membantu kami untuk meningkatkan eksistensi kami di dunia digital, sekaligus kesadaran masyarakat terhadap organisasi kami. Lebih dari itu kami ingin mengajak masyarakat lebih fokus pada permasalahan sosial yang terjadi di sekitar kita. Kami senang Google telah membantu kami menyebarkan kebaikan,” ujar Sekertaris Jendral YCAB Foundation M. Farhan

Hal senada juga diungkapkan oleh Digital Marketing Manager KisaBisa Fahri Amirullah. Fahri menyampaikan bahwa Google AdWords telah membantu Kitabisa mengajak lebih banyak netizen menciptakan perubahan dengan berdonasi pada berbagai aksi sosial dan kebaikan.

Google Ad Grants ini bukan program Google yang pertama yang dibawa ke Indonesia. Sebelumnya ada beberapa program Google yang lebih dahulu hadir di Indonesia, seperti Google Launchpad Accelerator  yang sekarang sudah masuk batch kedua, pelatihan untuk developer Indonesia, dan beberapa program lainnya.

 

Kitabisa Berhasil Galang Dana Masyarakat 7,2 Miliar Rupiah Sepanjang 2015

Sebagai salah satu portal penggalangan dana online (crowdfunding) di Indonesia, Kitabisa turut mendapatkan pencapaian tinggi di tengah bertumbuhnya netizen di Indonesia. Tercatat pada tahun 2015 terdapat 628 kampanye penggalangan dana yang berhasil dilaksanakan, melibatkan lebih dari 18 ribu donatur. Pencapaian tersebut berdampak langsung pada meningkatnya dana yang berhasil dikumpulkan. Dari semua Rp 1,4 miliar di tahun 2014 meningkat Rp 7,2 miliar di tahun 2015.

Kampanye penggalangan dana tahun ini didominasi oleh kegiatan tanggap bencana alam, darurat medis, masalah kesehatan, pendidikan dan lingkungan. Beberapa tokoh publik figur yang turut terlibat di dalamnya juga meningkatkan antusiasme masyarakat untuk terlibat sebagai donatur. Salah satu kegiatan yang cukup mendapatkan perhatian netizen adalah kapanye “Shave for Hope”, kampanye mencukur rambut untuk menggalang dana bagi anak-anak penderita kanker.

Kategori Terpopuler Kitabisa 2015

Ridwan Kamil dan pendukung PERSIB (Bobotoh) juga menjadi salah satu yang turut meramaikan penggalangan dana di Kitabisa untuk membantu korban asap di beberapa wilayah terdampak di Indonesia beberapa waktu lalu. Kekuatan komunitas menjadi salah satu kunci kesuksesan model kontribusi seperti ini. Kendati tidak terlibat dengan turun langsung ke lapangan, namun mereka tetap terlibat langsung dengan memberikan bantuan untuk merealisasikan berbagai kegiatan bantuan di lapangan.

Dituturkan Alfatih Timur, CEO Kitabisa, langkah penggalangan dana online menjadi cara baru bagi masyarakat untuk dengan mudah terlibat dalam gerakan sosial. Fatih mengatakan:

“Karena sifatnya yang online, ini menjadi cara baru netizen bisa berpartisipasi melakukan perubahan dengan menggalang dana untuk isu di sekitar mereka. Kami berharap platform Kitabisa dapat membantu membangun kembali rasa peduli dan gotong-royong masyarakat sebagai gaya hidup untuk menolong sesama dan membangun bangsa.”

Sebagai salah satu inisiator di penggalangan dana melalui platform Kitabisa, Pandji Pragiwaksono turut menyambut baik layanan ini. Ia mengatakan bahwa kini masyarakat sudah disediakan platform yang sangat mempermudah mereka untuk peduli, tidak ada lagi alasan atas kesulitas untuk terlibat langsung dalam sebuah gerakan sosial, yang kini dibutuhkan hanya diat dan kemauan. Pandji sendiri sempat melakukan kampanye penggalangan dana atas kasus pembakaran masjid di Tolikara, dalam 3 hari dana sebesar 300 juta berhasil dikumpulkan dari netizen.

Kampanye Terpopuler Kitabisa 2015

Kurang lebih dua bulan yang lalu, Kitabisa baru saja mendapatkan pendanaan dari ANGIN (jaringan investor besutan GEPI). Pendanaan tersebut menurut CMO Kitabisa Vikra Ijas difokuskan untuk menyempurnakan layanan, terutama dari sisi pembayaran dan kemudahan pengguna untuk berbagi. Ke depan Kitabisa masih akan terus mengembangkan layanan dan menjadi platform penggalangan dana online terbesar sekaligus teraktif di Indonesia.

Taralite dan KitaBisa Dapatkan Pendanaan Tahap Awal dari ANGIN

Di hari yang sama dengan digelarnya ajang “Raising Giant: Celebrating Indonesian Startups” oleh Ciputra GEPI Incubator kemarin (6/11), ANGIN mengumumkan telah memberikan pendanaan untuk Taralite dan KitaBIsa dalam jumlah yang tidak diungkapkan. Taralite sendiri merupakan satu dari enam startup yang telah lulus dari program inkubasi GEPI.

Kemarin, Ciputra GEPI Incubator (CGI) menggelar sebuah ajang dengan tajuk “Raising Giant: Celebrating Indonesian Startups”. Melalui ajang tersebut, CGI ingin membangkitkan semangat kewirausahaan anak muda di Indonesia.

Di hari yang sama, CGI juga menggelar Graduation Day bagi enam startup yang telah mengikuti masa inkubasi selama enam bulan di CGI. Enam startup tersebut adalah Jurnal.id, Taralite (yang memayungi Wedlite), Hexaday, SquLine, LiveOlive, dan Nusantara Development Initiative (NDI).  Di sini, diumumkan bahwa Taralite berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal dari ANGIN bersama dengan KitaBisa.

Pada dasarnya, Taralite adalah startup yang menyediakan layanan pinjaman online untuk berbagai kebutuhan. Melalui layanan Taralite, pengguna bisa memperoleh pinjaman untuk biaya pendidikan, pernikahan, persalinan, renovasi rumah, kredit usaha, hingga umrah. Taralite juga menjadi payung bagi Wedlite, startup yang menyediakan dana pinjaman untuk pernikahan.

Terkait pendanaan, Co-Founder Taralite dan Wedlite Abraham Viktor mengungkapkan bahwa dana segar yang baru diperoleh akan dimanfaatkan untuk upaya pemasaran dan merekrut talenta potensial. Sementara itu, KitaBisa akan lebih fokus untuk mengembangkan platform dan juga untuk ekspansi jangkauan wilayah layanan.

Co-founder dan CMO KitaBisa Vikra Ijas mengatakan, “Rencana utamanya, growing the platform. Dari segi produk masih banyak yang harus ditingkatkan seperti kemudahan pembayaran, kemudahan untuk orang bisa sharing kampanye mereka, dan yang lebih penting [adalah] bagaimana kita expand market di Indonesia dulu.”

“Kami sudah memfasilitasi kampanye, dari Aceh ada Papua pun ada. Tetapi, kebanyakan, mayoritas kampanye KitaBisa saat ini masih di Jakarta dan Jawa Barat. Dengan pendanaan ini, harapannya kami bisa lebih memperluas our reach ke kota-kota besar lain di Indonesia,” lanjut Vikra.

KitaBisa sendiri merupakan situs crowdfunding yang fokus pada proyek-proyek sosial. Sederhananya, situs ini adalah wadah kolaborasi sosial dalam berbagai bentuk mulai dari donasi hingga aksi sukarelawan.

Dengan investasi yang baru diberikan kepada KitaBisa dan Taralite, maka bertambah panjang pula portofolio investasi yang diberikan oleh ANGIN–jaringan angel investor besutan GEPI. Sebelumnya, ANGIN telah berinvestasi di Wangsa Jelita, BerryKitchen, Margurite Nougat, dan Kakoa Chocolate.

Saat ini ANGIN sendiri telah memiliki 26 angel investor yang tergabung sebagai anggota. Sebelas di antaranya adalah anggota baru, yang beberapa waktu lalu diumumkan oleh ANGIN.

Dua Finalis Kompetisi “Ideas for Indonesia” Miliki Fokus Pengembangan Aplikasi Mobile

Ideas For Indonesia / DailySocial

Ajang Ideafest tahun 2015 memiliki satu konsep baru yang menarik, yaitu ajang kompetisi yang bertajuk “Ideas for Indonesia” dengan tujuan untuk membangkitkan semangat social enterprise di kalangan anak muda di Indonesia. Melalui proses seleksi dari 528 pendaftar, kompetisi ini berhasil menjaring 14 finalis yang memiliki ide menarik dalam pemecahan masalah sosial di masyarakat. Menariknya, dua dari 14 finalis tersebut berada di segmen teknologi dengan ide sebuah aplikasi, yakni AyoGuide dan DuitJajan.

Continue reading Dua Finalis Kompetisi “Ideas for Indonesia” Miliki Fokus Pengembangan Aplikasi Mobile

Buat Proyek Sosial dan Ikut Berkolaborasi Dengan KitaBisa

Semua tentu setuju bahwa ekosistem online kini telah menjadi ruang publik terbaru yang memiliki pengaruh cukup besar di kehidupan masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat Indonesia. Dampaknya sangat beragam, dan tentu pasti banyak yang positif. Salah satu dampak positifnya yaitu ekosistem onlinekini bisa pula menciptakan suatu ruang kolaborasi sosial yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, seperti yang kini dihadirkan oleh KitaBisa. Situs ini menawarkan wadah kolaborasi sosial dalam berbagai bentuk mulai dari donasi hingga aksi sukarelawan.

Mengklaim sebagai wadah bagi siapa saja untuk berkolaborasi sosial, KitaBisa memiliki cukup banyak opsi untuk berpartisipasi dalam aksi sosial. Pengguna bisa memilih antara dua tipe, apakah ingin menjadi pihak pendukung proyek atau pihak yang didukung.

Sebagai pendukung proyek sosial, tentu yang dilakukan dalam platform KitaBisa adalah membuat apa saja yang membutuhkan dukungan dari banyak orang. Dalam membuat proyek, pengguna tentu tak bebas begitu saja. Sebelumnya dibutuhkan proses verifikasi dari pihak KitaBisa sebelum nantinya proyek yang dibuat bisa diumumkan.

Proses pembuatannya cukup mudah, setelah membuat akun, pengguna hanya tinggal mengisi formulir yang telah disediakan, untuk kemudian nantinya proposal kampanye akan melewati proses assesment dari pihak KitaBisa. Jika sesuai kriteria, maka tak lama kemudian kampanye yang dibuat akan ditampilkan dan pihak pendukung proyek sosial bisa menjalankan kampanyenya lebih lanjut.

Bagi pengguna yang memiliki niat mulia untuk membantu banyak proyek sosial yang ada di KitaBisa, pengguna juga tentu bisa menjadi pihak yang memberikan banyak bentuk dukungan. Pengguna bisa memilih berbagai bentuk dukungan yang akan diberikan seperti; dukungan donasi, berbagi ilmu, menjadi sukarelawan, hingga membantu membagikan dukungan lewat sosial media kepada banyak orang. Bantuan yang diberikan seluruhnya bisa dialokasikan ke berbagai macam ketegori proyek yang ada seperti misalnya program pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan lain sebagainya. Untuk lebih lengkapnya bisa mengunjungi penelusuran semua kategori proyek di sini.

Dengan adanya KitaBisa dan banyak pelaku startup lainnya yang bergerak dalam aksi dan wadah kolaborasi sosial, saya memandang melalui kacamata industri startup Indonesia, penggiat digital di Indonesia kini juga semakin yakin akan kekuatan publik Indonesia yang dapat digerakkan melalui sebuah teknologi informasi.

Rekan saya, Hesti Pratiwi, pernah membahas tentang aksi perubahan sosial melalui aktivisme digital. Disampaikan bahwa ranah digital saat ini tak hanya menjadi tempat yang cukup hijau bagi peluang bisnis yang menghasilkan jutaan dollar saja, namun melalui sifatnya yang masif dan kemampuannya untuk menyentuh seluruh kalangan dengan mudah, industri digital saat ini sangat bisa memberikan peluang bagi siapa saja yang memiliki kepedulian tinggi untuk kebaikan semua pihak.

Jika peluang sudah tersedia di depan mata, seharusnya kita dapat mengapresiasinya dengan mudah bukan?

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Avi Tejo Bhaskoro. 

Buat Proyek Sosial dan Ikut Berkolaborasi Dengan KitaBisa

Semua tentu setuju bahwa ekosistem online kini telah menjadi ruang publik terbaru yang memiliki pengaruh cukup besar di kehidupan masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat Indonesia. Dampaknya sangat beragam, dan tentu pasti banyak yang positif. Salah satu dampak positifnya yaitu ekosistem online kini bisa pula menciptakan suatu ruang kolaborasi sosial yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, seperti yang kini dihadirkan oleh KitaBisa. Situs ini menawarkan wadah kolaborasi sosial dalam berbagai bentuk mulai dari donasi hingga aksi sukarelawan. Continue reading Buat Proyek Sosial dan Ikut Berkolaborasi Dengan KitaBisa