Tips Memilih Laptop untuk Editing Video dengan Budget Rp10-20 Juta

Memilih laptop untuk mengedit video bukan perkara yang enteng. Sebab kalau sampai salah beli, bisa mengganggu pekerjaan yang sedang berjalan. Lantas faktor apa saja yang perlu diperhatikan?

Satu hal yang pasti, karena aktivitas editing video tergolong tugas yang berat, tentunya kita membutuhkan spesifikasi yang cukup tinggi. Namun bagaimana bila budget-nya terbatas, misalnya pada skenario ini sekitar Rp10 juta sampai paling mentok Rp20 juta.

Langsung saja, berikut rekomendasi dan tips memilih laptop untuk mengedit video.

Laptop Gaming Vs. Mainstream

Belakangan ini, banyak sekali laptop mainstream premium atau ultra thin dengan bodi ringkas, tipis, dan ringan tetapi cukup powerful dikisaran harga Rp10-20 juta. Contohnya ASUS ZenBook 14 UM425IA, Lenovo Yoga Slim 7, HP Envy x360 13, Huawei MateBook D14, dan banyak lagi.

Meski begitu, saya harus menekankan bahwa laptop ultra thin kurang cocok untuk mengedit video. Maksud saya tetap bisa digunakan untuk edit video, tapi kurang nyaman dan tidak akan optimal. Kenapa?

Sebab prosesor yang digunakan versi hemat daya atau biasanya U series (ultra-low power). Sementara laptop gaming meski bodinya relatif besar dan tebal, tetapi menggunakan prosesor H series atau high performance. Selain itu, laptop gaming juga memiliki sistem pendingin yang lebih baik sehingga lebih tangguh saat diajak kerja berat.

Intel Vs. AMD

Selanjutnya pertanyaan yang sering terlontar saat hendak membeli laptop ialah lebih baik mana laptop dengan prosesor Intel atau AMD. Soal performa, bisa dibilang prosesor AMD bisa bersaing dengan Intel. Saat ini, prosesor Intel Core memang masih mendominasi, namun penggunaan prosesor AMD Ryzen juga meningkatkan pesat.

Nah yang lebih penting adalah pastikan Anda membeli laptop dengan prosesor terbaru, berarti antara 10th Gen Intel Core H-Series dan AMD Ryzen 4000 H-Series. Karena dibanding generasi sebelumnya, perbedaan performanya cukup signifikan.

Bila budget-nya benar-benar terbatas, Intel Core i5 dan AMD Ryzen 5 masih cukup baik menangani aktivitas editing video. Namun untuk kenyamanan dan efisiensi kerja jangka panjang, sebaiknya langsung hajar Intel Core i7 dan AMD Ryzen 7.

Adapun soal GPU, direntang harga Rp10-20 juta biasanya tidak jauh-jauh dari NVIDIA GeForce GTX 1650Ti. Lebih tinggi dari ini lebih bagus, tapi biasanya harganya juga lebih mahal. Pastikan juga penyimpanan yang digunakan berbasis SSD, serta untuk ukuran RAM saya menemukan peralihan standar dari 8GB menjadi 16GB dan agar maksimal pastikan konfigurasinya dual-channel.

Layar Vs. Monitor

Kebutuhan gamer dan video content creator berbeda, laptop gaming dirancang untuk bermain game dan lebih mengutamakan panel dengan refresh rate tinggi. Sementara, yang dibutuhkan oleh video content creator ialah akurasi warnanya yang tinggi.

Solusinya bila produksi konten video Anda cukup serius, maka bisa investasi dengan membeli monitor eksternal. Kriteria monitor yang ideal ialah ukurannya 27 inci, sudut pandang luas, kedalaman warna 10-bit, serta memiliki rasio kontras asli dan rasio kontras dinamis yang baik.

Rekomendasi Laptop

Persaingan laptop gaming tahun ini bisa dibilang sangat ketat, beberapa produsen laptop langsung merilis produk mereka dengan versi Intel dan juga AMD. Biasanya, laptop dengan prosesor AMD harganya relatif lebih terjangkau. Berikut daftar rekomendasinya:

  • ASUS ROG Strix G15
  • ASUS TUF Gaming A15 FX506UI
  • Lenovo Legion 5/5i
  • Lenovo IdeaPad Gaming 3/3i
  • HP Pavilion Gaming 15
  • Dan lain sebagainya

[Review] ASUS ROG Strix G15 G512L, Seri Laptop Gaming ROG Paling Terjangkau

Pada awal bulan Agustus lalu, ASUS menghadirkan laptop gaming ROG terbaru yang ditenagai prosesor 10th Gen Intel Core H-Series di Indonesia. Meliputi ROG Zephyrus Duo 15 dengan layar sekunder yang disebut ROG ScreenPad Plus dan ROG Zephyrus S17 dengan layar besar berukuran 17,3 inci. Serta ROG Zephyrus S15, ROG Zephyrus M15, ROG Strix SCAR 15/17, dan ROG Strix G15/17.

Jajaran laptop ROG tahun ini hadir dengan peningkatan di berbagai sisi dan rentang harganya mulai dari Rp16.299.000 untuk varian dasar ROG Strix G15 dan hingga Rp95.999.000 untuk varian tertinggi ROG Zephyrus Duo. Kali ini Dailysocial kedatangan ROG Strix G15 G512L, laptop gaming ROG terbaru dan paling terjangkau dari ASUS yang hadir tanpa mengorbankan fitur esensial yang ada di setiap laptop gaming ROG.

Saat ini, ROG Strix G15 tersedia dalam empat varian, detail harga dan spesifikasinya sebagai berikut:

Harga Prosesor GPU RAM Baterai
Rp16.299.000,00 Intel Core i5-10300H NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 8GB 48WHrs
Rp19.299.000,00 Intel Core i7-10750H NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 8GB 48WHrs
Rp22.999.000,00 Intel Core i7-10750H NVIDIA GeForce GTX 1660Ti 8GB 66WHrs
Rp26.999.000,00 Intel Core i7-10750H NVIDIA GeForce RTX 2060 8GB 48WHrs

Unit review ASUS ROG Strix G15 G512L yang saya tes merupakan versi paling top dengan prosesor 10th Gen Intel Core i7-10750H dan chip grafis NVIDIA GeForce RTX 2060. Kombinasi keduanya memastikan dapat menjalankan game-game eSport dengan frame rate tinggi berkat panel ber-refresh rate 144Hz. Berikut review ASUS ROG Strix G15 G512L selengkapnya dan ini spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z.

Desain BMW Designworks Group

review-asus-rog-strix-g15-g512l-2
Desain ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Dari aspek desain, ROG Strix G15 kembali hadir dengan desain khas yang merupakan adopsi dari hasil kerja sama antara tim ROG dengan BMW Designworks Group. Tampil sporty seperti pendahulunya, namun sebagai seri laptop gaming terjangkau, hampir seluruh bagian bodinya terbuat dari material plastik.

Meski begitu, menurut saya build quality ROG Strix G15 terbilang sangat solid dan tertolong karena rancangannya yang memang unik. Bagian depan terdapat logo ROG tanpa lampu RGB dan engsel layarnya terinspirasi dari pintu gullwing mobil sports yang  membuka ruang tambahan untuk ventilasi dan masuk ke dalam laptop saat layar ditutup. Lalu, pada bagian belakang engsel mengusung desain cut-out asimetris yang cukup tebal, berfungsi untuk bagian sistem pendingin dan mengemas sejumlah port.

review-asus-rog-strix-g15-g512l-3
Desain ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sayangnya desain ini membuatnya lebih panjang ke belakang, imbasnya ROG Strix G15 menjadi kurang portabel untuk dibawa bepergian. Dengan bobot 2,3 kg dan dimensi 36×27,5×2,1-2,58 cm, laptop ini tidak muat saat saya masukkan ke dalam kompartemen laptop pada backpack berukuran standar yang kompatibel dengan laptop 15 inci.

Untuk kelengkapan atribut I/O port-nya, di sebelah kanan kosong supaya tidak mengganggu penggunaan mouse. Tiga port USB 3.2 Gen 1 dan jack headphone ditempatkan di sisi kiri. Sisanya berada di belakang, ada port LAN, HDMI, USB 3.2 Gen 2 Type-C yang mendukung DisplayPort, dan pengisi daya. Sementara konektivitas nirkabelnya, dilengkapi dengan modul dual-band WiFi 6 (802.11ax) yang merupakan WiFi generasi terbaru.

ROG Strix G15 ini tersedia dalam tiga pilihan warna. Selain warna Original Black yang saya review, terdapat pula warna khusus Glacier Blue yang cocok untuk content creator atau gamer yang ingin tampil beda. Serta, Electro Punk yang menggabungkan tampilan metal dengan warna pink yang sejalur dengan tema yang diusungnya.

Layar dan Keyboard

review-asus-rog-strix-g15-g512l-7
Layar ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebagai laptop gaming, yang dikejar oleh ASUS ialah panel dengan refresh rate yang tinggi yakni 144Hz dengan response time 3ms dan bahkan juga ada varian layar 240Hz. Semakin tinggi refresh rate, tidak hanya membuat bermain game lebih nyaman tapi juga membuat Anda lebih responsif.

Ukuran layarnya 15,6 inci, cukup besar yang menawarkan kenyamanan untuk bermain game dan bekerja dengan multitasking yang lebih efisien. Berbekal panel IPS-level beresolusi Full HD dengan color space sRGB 65%. Kualitas gambar dan sudut pandangnya bagus, hanya saja akurasi warnanya memang kurang tinggi. Untuk aktivitas pengeditan foto atau video yang butuh akurasi tinggi, solusinya bisa menggunakan monitor eksternal.

Bezel layarnya cukup tipis sesuai standar laptop gaming 2020 dan ASUS tidak menyertainya dengan webcam. Semestinya laptop gaming, ROG Strix G15 dilengkapi dengan lampu RGB 4 zone pada keyboard dan 1 zone pada tiga sisinya, samping kanan dan kiri, serta depan laptop yang siap meramaikan meja gaming Anda.

review-asus-rog-strix-g15-g512l-8
Keyboard ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Mengetik pada chiclet keyboard ROG Strix G15 adalah pengalaman yang sangat menyenangkan, punya tactile–feedback yang baik dan sangat responsif terhadap tekanan jari. Terdapat keycap WASD yang berwarna transparan dan juga dilengkapi N-key rollover yang mana setiap tombol atau kombinasi tombol yang ditekan dikenali sistem laptop sebagai perintah tertentu. Di bagian atasnya terdapat hotkey untuk mengatur volume naik, volume turun, mute, dan akses pintas ke Armoury Crate.

Hardware

review-asus-rog-strix-g15-g512l-9
Hardware ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ASUS ROG Strix G15 G512L sudah ditenagai oleh prosesor 10th Gen Intel Core H-Series yang dirancang untuk menangani tugas-tugas berat, mulai dari bermain game terutama game eSports hingga produksi konten kreatif seperti kegiatan mengedit video. Unit review saya merupakan varian Intel Core i7-10750H dengan konfigurasi 6 core dan 12 thread, serta chip grafis NVIDIA GeForce RTX 2060 dengan 6GB GDDR6 VRAM.

Kapasitas RAM yang digunakan 16GB DDR4 3200MHz tapi masih menggunakan konfigurasi single channel. Agar bisa memaksimalkan spesifikasi yang ada, maka kita perlu upgrade RAM dengan menambah satu keping 16GB lagi sehingga menjadi 32GB dual channel. Sementara, untuk penyimpanannya mengandalkan M.2 NVMe PCIe SSD 512GB dan masih tersedia slot M.2 kosong yang bisa kita manfaatkan di masa depan lengkap dukungan mode RAID 0.

Untuk sistem pendinginannya menggunakan liquid metal sebagai pengganti thermal paste. Liquid metal ini mampu menghantarkan panas lebih baik sehingga sistem pendingin dapat bekerja lebih optimal. Ditambah dengan dukungan komponen pendingin khusus lainnya, ASUS menjanjikan performa pendinginan 10% lebih baik sekaligus memiliki tingkat kebisingan yang lebih rendah.

Berikut ini hasil pengujian sejumlah software benchmark ROG Strix G15 G512L:

No Pengujian Skor
1 3DMark Cloud Gate 35160
2 3DMark File Strike Ultra 4112
3 3DMark Sky Diver 37071
4 Cinebench R15 1385
5 Cinebench R20 3320
6 GeekBench 4 Single Core 5355
7 GeekBench 4 Multi Core 22893
8 PCMark 10 5195

Verdict

review-asus-rog-strix-g15-g512l-10
ASUS ROG Strix G15 G512L | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Laptop ROG terutama model terbaru telah naik kelas, ROG Strix G15 satu-satunya seri laptop ROG yang bisa didapat dengan harga di bawah Rp20 juta untuk beberapa varian. Bisa dibilang ASUS sengaja memberi kesempatan lini laptop TUF Gaming untuk bersinar direntang Rp10-20 jutaan.

Jadi, kalau punya budget maksimal Rp20 juta dan maksa mengincar laptop ROG terbaru maka ROG Strix G15 jawabannya. Meski tampil keren, tapi desain ini sudah diadopsi pada generasi sebelumnya dan karena hampir sebagian besar bodinya terbuat dari material plastik maka terasa kurang premium.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang saya uraikan di atas, ASUS dengan jelas mengatakan bahwa ROG Strix G15 G512L adalah laptop gaming yang dirancang untuk bermain game-game eSports. Berbekal panel dengan refresh rate 144Hz dan konfigurasi hardware yang mendekati kelas menengah untuk model paling topnya, juga tentunya dapat diandalkan oleh para content creator.

Sparks

  • Panel dengan refresh rate 144Hz
  • Prosesor 10th Gen Intel Core H-Series yang powerful
  • Desain unik Desain BMW Designworks Group dengan gemerlap lampu RGB

Slacks

  • Bodinya dari plastik sehingga terasa kurang premium
  • Tidak ada webcam

[Review] Lenovo Legion 5 AMD Ryzen 4000 H-Series, Kelas Menengah Untuk Gamer Esports dan Video Editor

Pada bulan Juni lalu, Lenovo meluncurkan laptop gaming Legion 5i di Indonesia, bersama dengan IdeaPad 3i. Tambahan ‘i’ menandakan bahwa perangkat tersebut ditenagai oleh prosesor Intel Core generasi ke-10. Namun, Lenovo juga menyediakan versi yang diotaki oleh AMD Ryzen 4000 series.

Sebelumnya saya telah mengulas Lenovo IdeaPad Gaming 3i dengan prosesor Intel Core i7-10750H, kali ini saya kedatangan Lenovo Legion 5 dengan AMD Ryzen 5 4600H. Bila Anda ingin tahu kemampuan Lenovo Legion 5 untuk bermain game, sudah dibahas cukup lengkap pada artikel review Lenovo Legion 5 di Hybrid.co.id. Di sini saya akan mengupas bukan dari perspektif seorang gamer, melainkan sebagai content creator.

Saya pikir bukan rahasia lagi, kalau laptop dengan titel ‘gaming‘ juga menjadi pilihan utama bagi para content creator sebagai mesin pembuat konten. Aktivitas kreatif seperti editing foto maupun video, desain grafis, dan lainnya, juga menuntunt kekuatan CPU dan GPU yang tinggi. Langsung saja, berikut review Lenovo Legion 5 selengkapnya.

Desain

review-lenovo-legion-5-5

Bila dibandingkan dengan IdeaPad Gaming 3i yang belum lama ini saya review, secara estetika desain Legion 5 terlihat lebih berkelas. Maklum posisi Legion 5 memang berada di kelas menengah, bukan entry-level. Unit yang saya tes berwarna hitam keabu-abuan dengan finishing matte. Lenovo menyebutnya Phantom Black dan memberikan kesan profesional.

Sebagian besar kontruksi tubuhnya terbuat dari material plastik dan build quality-nya cukup solid. Kerangka bentuknya minimalis dan terkesan low profile, tak seperti kebanyakan laptop gaming yang tampil garang dan mencolok dengan pernak-pernik lampu RGB.

review-lenovo-legion-5-4

Di bagian depan ditemukan tulisan Lenovo kecil yang dibingkai persegi panjang dengan motif silver di pojok kiri atas. Serta, tulisan Legion yang khas berukuran sedikit lebih besar di pojok kanan bawah dengan efek khusus saat terkena pantulan cahaya atau dilihat pada sudut-sudut tertentu.

Untuk atribut konektivitasnya, di sebelah kanan terdapat port USB Type-A 3.1 Gen 1, tombol Novo, dan led indikator daya. Sementara, di sisi kiri hanya terdapat port USB Type-A 3.1 Gen 1 yang alwasy on dan port headphone. Mereka diapit oleh lubang ventilasi udara di ujung kanan dan kirinya.

Sisanya Lenovo menempatkannya di bagian belakang. Meliputi port RJ45 ethernet, USB Type-C 3.1 yang mendukung display port, dua USB Type-A 3.1 Gen 1, HDMI, power input, dan slot Kensington lock. Lalu, untuk konektivitas nirkabelnya mendukung WiFi 6 802.11AX (2×2) dan Bluetooth 5.

Keyboard

review-lenovo-legion-5-9

Sebagai laptop gaming, keyboard memiliki peranan penting dalam menyuguhkan pengalaman gaming yang memuaskan. Lenovo pun membawa keyboard yang disebut Legion TrueStrike berukuran penuh dengan number pad dan punya tombol panah cukup besar yang letaknya agak menjorok ke bawah sehingga mudah digunakan.

Keyboard Legion TrueStrike ini memiliki desain soft landing dengan jarak antar tombol 1,5mm dan tiap tombolnya dilapisi anti-oil coating. Saat jemari menekannya, terasa mantap tapi tidak kaku dan punya sensasi taktil yang responsif terhadap tekanan jari.

Selain itu, keyboard juga telah mengemas fitur anti ghosting 100% dan N-Key Rollover (NKRO). Kedua fitur ini memastikan kontrol yang membutuhkan kombinasi beberapa tombol dapat berfungsi dengan baik sebagai input.

Bagi content creator, fitur tersebut juga dapat mendukung pekerjaan. Sebab kita dapat mempercepat waktu mengedit dengan memanfaatkan shortcut menggunakan kombinasi tombol tertentu. Berkat ukuran tiap tombol yang cukup besar, aktivitas mengetik cepat juga dapat dilakukan dengan nyaman.

Tak ketinggalan keyboard Legion 5 hanya dilengkapi dengan lampu backlight berwarna putih, meski tersedia juga opsi dengan RGB 4-zone. Di atas keyboard ditemukan tombol power dengan indikator LED yang berubah warna sesuai thermal mode yang dipilih.

Lenovo menyediakan Q-Control yang memungkinkan pengguna untuk beralih ke thermal mode, caranya dengan menekan kombinasi tombol Fn+Q. Mode performance berwarna merah, balance dengan warna putih, dan juga quiet warna biru. Lalu, touchpad-nya sudah didukung dengan Windows Precision Driver.

Layar

review-lenovo-legion-5-12

Lenovo Legion 5 mengusung layar yang cukup lapang yakni 15,6 inci ditopang resolusi Full HD (1920×1080 piksel). Ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil, sudah cukup ideal untuk bermain game dengan nyaman dan juga enak buat editing video.

Di sisi lain, kita harus sedikit kompromi dengan dimensi dan beratnya. Legion 5 masih sangat memungkinkan untuk dibawa bepergian, tapi sesekali. Engsel layarnya yang bisa dibuka hingga 180 derajat yang mungkin sewaktu-waktu bisa berguna saat berkolaborasi dan bingkai layarnya ralatif cukup tipis.

Unit yang saya review menggunakan panel IPS dengan refresh rate 120Hz dan mendukung 45% NTSC. Di bagian atas layar terdapat webcam dengan notch dan dilengkapi dengan fitur TrueBlock privacy shutter untuk melindungi privasi pengguna. Notch ini membantu kita membuka layar dengan satu tangan.

Saya pribadi cukup puas dengan visual yang disajikan dan sebagai laptop gaming saya juga tidak berharap layar Legion 5 memiliki rasio kontras asli dan rasio kontras dinamis yang tinggi. Jelas untuk produksi konten yang lebih serius kita akan membutuhkan monitor eksternal.

Keluhan saya adalah tingkat kecerahan layarnya maksimum hanya 250 nits. Hal ini membuat aktivitas bermain game dan bekerja di luar ruangan yang cerah bakal kurang nyaman.

Hardware & Performa

review-lenovo-legion-5-13

Unit review Lenovo Legion 5 yang saya tes ditenagai oleh prosesor mobile AMD Ryzen 4000 H-series atau seri performa. Tepatnya menggunakan AMD Ryzen 5 4600H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 4GB GDDR6. Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z sebagai berikut:

Sekedar informasi, prosesor AMD generasi terbaru ini diproduksi menggunakan metode fabrikasi 7nm dan yang digunakan pada Legion 5 memiliki konfigurasi 6 core dan 12 thread. Didukung RAM DDR4-3200 (1600 MHz) 16GB dengan konfigurasi dual-channel (2x 8GB) dan penyimpanan PCIe SSD 512GB.

Berdasarkan hasil benchmark, kombinasi tersebut ternyata kurang lebih sama kencangnya dengan IdeaPad Gaming 3i yang sebelumnya saya review. Dengan prosesor Intel Core Core i7-10750H dengan 6 core, 8 thread, NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6, dan RAM 16GB DDR4-3200 (1600 MHz).

Mari lihat hasil dari Cinebench R15 untuk mengukur kemampuan sistem dalam rendering gambar yang prinsipnya sama seperti software editing video Adobe Premiere Pro. Legion 5 meraih skor 1449 cb dan untuk CPU single-core 176 cb. Sebagai pembanding, IdeaPad Gaming 3i berhasil meraih 1.390 cb dan CPU single-core 210 cb. Angka ini memastikan, Legion 5 cukup memadai untuk keperluan olah video.

Selain itu, Legion 5 meraih skor multi-core 25.138 dan 4.984 untuk single-core pada software benchmark Geekbench 4. Sementara, untuk PCMark 10 Legion 5 mendapatkan skor sebesar 5.100. Jelas performa Legion 5 memang powerful untuk keperluan produktivitas. Bisa dibilang memenuhi kebutuhan desainer grafis, content creator, fotografer, dan editor video.

Bagaimana untuk urusan gaming? Melihat kombinasi hardware tersebut, maka game-game Esports bisa dijalankan dengan sangat baik. Tapi lain cerita untuk gaming AAA, karena konfigurasi AMD Ryzen R5-4600H dan GTX 1650Ti ini sebetulnya lebih dari sedang tetapi belum cukup.

Verdict

review-lenovo-legion-5-14

Seperti yang diharapkan, harga laptop gaming Lenovo Legion 5 versi AMD lebih murah daripada versi Intel. Totalnya ada tiga varian, pertama mengandalkan prosesor AMD Ryzen 5 4600H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6 yang dibanderol Rp15.499.000.

Unit yang saya review merupakan varian kedua, dengan prosesor AMD Ryzen 5 4600H dan NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 4GB GDDR6 yang dibanderol Rp16.499.000. Satu lagi varian tertinggi menggunakan AMD Ryzen 7-4800H dengan NVIDIA GeForce GTX 1660 Ti, ditambah refresh rate layar 144Hz yang dibanderol Rp18.499.000.

Harganya memang masih relatif cukup tinggi, mengingat para kompetitornya cukup berat, sebut saja ASUS TUF Gaming A15 FX506 dan HP Pavilion Gaming 15. Namun perlu dicatat, Lenovo memang menaikkan standar kapasitas RAM dari 8GB menjadi 16GB.

Menurut saya, Legion 5 versi AMD Ryzen 5-4600H dan GeForce GTX1650 Ti dengan harga Rp16,5 memang terbilang tanggung. Untuk penggunaan jangka panjang, saya lebih merekomendasikan menambah budget Rp2 juta untuk mendapatkan versi AMD Ryzen 7-4800H.

Sparks

  • Desain berkelas dan build quality cukup baik
  • Keyboard Legion TrueStrike berfitur anti ghosting 100% & NKRO
  • Prosesor AMD Ryzen 5 4600H yang powerful dengan RAM 16GB

Slacks

  • Kecerahan layar maksimum 250 nits
  • Harga relatif sedikit lebih mahal dibanding kompetitor

Review Lenovo Legion 5: Rancangan Mantap Dengan Jeroan yang Tanggung

Selama situasi pandemi jumlah pemain game di PC memang dikabarkan meningkat lebih pesat dibanding dengan pemain game mobil. Apalagi protokol Physical Distancing dan himbauan untuk di rumah saja mungkin akan membuat Anda bosan setengah mati, jika Anda tidak memiliki sebuah perangkat untuk sarana hiburan atau produktivitas.

Dari sisi desktop, saya sudah sempat mengulas Acer Nitro N50-110, yang mungkin bisa jadi pertimbangan untuk dibeli jika Anda adalah tipe pengguna yang tak mau repot. Lalu bagaimana dari laptop? Mengingat beberapa waktu lalu Lenovo baru meluncurkan lini produk laptop gaming terbaru, mungkin Anda bisa menjadikan produk tersebut sebagai pertimbangan.

Kebetulan beberapa waktu lalu saya dipinjami Lenovo Legion 5 untuk di-review. Jika Anda penasaran apakah laptop ini bisa memenuhi kebutuhan gaming dan produktivitas Anda, simak ulasan berikut dari saya.

 

Tampilan, Desain, dan Lenovo Legion 5 Secara Keseluruhan

Saat membahas desktop saya sengaja menempatkan soal performa di bagian pertama, karena faktor itu yang lebih esensial. Namun berhubung kali ini barang yang saya review adalah laptop, saya merasa bagian soal tampilan dan desain jadi penting karena bisa dibilang sebagai nilai jual utama juga dari sebuah laptop. Jajaran produk laptop “gaming” dari Lenovo ini membawa jargon “Stylish Outside, Savage Inside”. Alhasil, Lenovo Legion 5 dan IdeaPad Gaming 3 yang diluncurkan pada 25 Juni 2020 kemarin tersaji dengan penampilan yang minimalis, elegan, dan profesional.

Desainnya jadi alasan kenapa saya menggunakan tanda kutip saat menyebut laptop gaming. Karena tampilan luarnya membuat laptop ini sebenarnya jadi tidak terlihat seperti kebanyakan laptop gaming lainnya.

Oh iya, sebelum lebih lanjut membahas soal tampilan, saya jelaskan dulu varian Lenovo Legion 5 dan IdeaPad Gaming 3 agar Anda tidak bingung. Lenovo Legion dan IdeaPad Gaming datang dengan dua varian. Lenovo Legion 5i menggunakan prosesor Intel, sementara Lenovo Legion 5 menggunakan prosesor AMD. IdeaPad Gaming juga sama, IdeaPad Gaming 3i menggunakan prosesor Intel, IdeaPad Gaming 3 menggunakan prosesor AMD. Unit yang saya review adalah Lenovo Legion 5, yang menggunakan prosesor AMD.

Secara penampilan, Lenovo Legion 5 tidak beda dari Lenovo Legion 5i, hanya jeroannya saja yang berbeda. Juga supaya Anda tidak bingung, berikut spesifikasi varian Lenovo Legion 5 yang saya review kali ini:

1- lenovo legion 5

Lanjut membahas tampilan, salah satu yang membuat saya merasa Lenovo Legion 5 tidak terlihat sebagai laptop gaming adalah warna hitam doff yang disebut sebagai “Phantom Black”. Seperti yang Anda tahu, laptop yang menggunakan embel-embel “gaming” biasanya tampil mencolok, entah dengan lampu RGB, warna-warna cerah, desain ala racing, atau gimmick tampilan lainnya.

Alih-alih menggunakan tampilan yang terkesan kekanak-kanakan, Lenovo Legion 5 malah tampil dewasa dan elegan. Warna tersebut dipermanis dengan logo Lenovo kecil yang nemplok di pojok kiri layaknya pembatas buku kecil, dan logo Legion di pojok kanan yang agak besar, namun tetap kalem dan minimalis. Dahulu logo ini menyala putih, kini diubah menjadi hanya bersifat iridescent, alias berubah warna saat terkena pantulan cahaya.

Oke, soal tampilan mungkin cukup segitu saja. Soal keyboard, mungkin jadi hal yang ingin saya bahas selanjutnya. Saat peluncuran, Lenovo gembar-gembor soal True Strike keyboard sebagai salah satu fitur unggulan. Hal ini membuat saya jadi penasaran dan bertanya “memangnya sebagus dan seenak apa sih True Strike keyboard?”

Ternyata setelah dicoba, saya bisa bilang bahwa keyboard Lenovo Legion 5 ini adalah yang paling enak dibanding dari kebanyakan keyboard laptop yang ada di pasaran. Saya sengaja bilang “enak” karena memang ini memang adalah pendapat subjektif. Seberapa enak? Ya cukup enak sampai membuat saya meninggalkan keyboard mekanik Anne Pro II yang menggunakan red switch, untuk pekerjaan menulis saya.

Bagaimana feel-nya? Solid, tactile, dan lembut. Setiap tombol yang ditekan terasa kokoh tapi luwes. Tombol yang ditekan akan langsung masuk menjadi input, tanpa ada perasaan goyang atau jiggly terhadap tombol yang ditekan. Setiap tombol dilapisi Anti-oil coating, yang juga memberi feel lembut ketika permukaan tuts keyboard disentuh.

Lalu apakah keyboard True Strike bagus? Untuk urusan produktivitas, keyboard ini bagus, karena punya layout full-size, dengan full-sized NumPad, tombol arrow, dan tombol F-row (F1-F12) yang cukup besar. Beberapa laptop gaming mungkin sudah menyediakan ini, tetapi menurut saya yang perlu diapresiasi adalah ukuran setiap tombolnya yang cukup besar sehingga sangat nyaman digunakan untuk urusan produktivitas kerja.

Untuk gaming juga bagus, karena keyboard ini sudah memiliki fitur N-Key Rollover (NKRO) dan anti-ghosting. Dengan dua fitur tersebut, artinya Anda bisa menekan sebanyak mungkin tuts keyboard dan semuanya akan masuk menjadi input. Untuk urusan gaming, NKRO dan anti-ghosting jadi penting, karena pemain kerap kali menekan keyboard dengan cepat, yang bisa menyebabkan apa yang keluar di game tidak sesuai dengan apa yang ditekan, jika keyboard tidak memiliki dua fitur tersebut.

Tapi apakah “enak” untuk gaming? Saya rasa cukup enak, tapi tingkat responnya masih kalah cepat jika dibandingkan dengan keyboard mekanik yang menggunakan red switch, terutama untuk urusan gaming kompetitif. Namun jika Anda main game secara casual saja, saya merasa keyboard laptop Legion Lenovo 5 ini sudah sangat cukup.

Kekurangan dari keyboard True Strike di Lenovo Legion 5 ini hanyalah tombol-tombol besar, seperti Enter dan Shift, yang cenderung terasa keras. Lagi-lagi, pendapat ini muncul, mungkin karena saya sudah terlalu terbiasa dengan keyboard mekanik red switch, yang memang sangat ringan ketika ditekan. Oh iya, laptop ini juga hanya memiliki backlight warna putih. Untuk saya, ini sih bukan kekurangan tapi mungkin akan jadi dealbreaker jika Anda adalah seorang penggila RGB.

Tampilan sudah, keyboard sudah, sekarang kita beralih ke I/O ports dan monitor. Anda mungkin sudah sempat melihat ulasan dari beberapa YouTuber dan melihat rancangan I/O port Lenovo Legion. Laptop ini meletakkan hampir semua colokan di bagian belakang.

Walau membuat meja jadi kelihatan bersih, namun tetap ada plus-minus terhadap rancangan seperti ini. Minus-nya adalah, Anda mungkin akan sulit setup laptop jika ukuran meja Anda tidak begitu besar. Rancangan ini jadi sulit untuk anak kosan seperti saya, yang harus terima nasib menggunakan meja kecil fasilitas kosan, namun punya banyak gadget tambahan yang dicolok ke laptop… Hehe.

Soal monitor, saya menggunakan varian Lenovo Legion 5 yang memiliki tingkat kecerahan display sebesar 250nits dan Refresh-Rate 120Hz. Jujur, 250 nits sih terasa kurang, apalagi jika Anda adalah seorang gamers FPS kompetitif atau pekerja multimedia.

Anda bisa melihat sendiri pantulan matahari mengalahkan terangnya LCD jika digunakan di luar ruangan. Sumber: Dokumentasi Pribadi - Akbar Priono
Anda bisa melihat sendiri pantulan matahari mengalahkan terangnya LCD jika digunakan di luar ruangan. Sumber: Dokumentasi Pribadi – Akbar Priono

Dengan tingkat kecerahan 250nits, monitor laptop masih kalah dengan cerahnya matahari, terutama saat pagi hingga siang hari. Refresh-rate 120Hz terasa sangat enak. Bukan hanya untuk gaming, tetapi juga membuat berbagai animasi Windows 10 jadi terasa lebih halus.

Bagaimana untuk gaming? Berhubung saya adalah reviewer kere-hore, jadi saya belum pernah mencoba monitor dengan Refresh-Rate yang lebih tinggi lagi. So? 120Hz terasa baik-baik saja, sangat enak untuk bermain game FPS yang banyak gerakan seperti Apex Legends. Namun satu hal yang pasti, Refresh Rate tersebut ternyata tidak berhasil membuat saya jadi lebih jago saat main VALORANT, tetap saja saya mengisi posisi Bottom Frag… Haha.

 

Performa Tanggung Dengan Kemampuan Thermal yang Mantap

Unit Lenovo Legion 5 yang saya review ini menggunakan prosesor AMD Ryzen R5-4600H yang dilengkapi dengan GPU GeForce GTX1650Ti 4GB GDDR6. Dari sini, Anda yang geeky soal hardware mungkin sudah punya gambaran atas performa laptop ini. Namun, mari kita lihat hasil pengujian saya terhadap performa Lenovo Legion 5.

Untuk urusan gaming, saya cuma bisa bilang bahwa Lenovo Legion 5 ini “Esports Ready”. Tapi untuk gaming AAA? Sepertinya nanti dulu. Kenapa saya bilang Esports Ready? Karena display 120Hz dari laptop ini sangat menunjang kebutuhan gaming kompetitif. Juga, game multiplayer kompetitif cenderung tidak terlalu demanding dari segi hardware. Jadi saya rasa, AMD Ryzen R5-4600H dan GTX 1650Ti sudah lumayan cukup untuk mencapai 60++ FPS pada beberapa judul game kompetitif.

Seperti sebelumnya, saya menggunakan PUBG (Steam) dan Apex Legends sebagai alat untuk menguji kemampuan laptop dalam menjalankan game multiplayer kompetitif. Kenapa game tersebut yang saya pilih? Karena dua game tersebut bisa dibilang sebagai dua game multiplayer kompetitif paling berat untuk saat ini. Untuk metode, pada pengujian ini saya bermain dengan beberapa preset pengaturan grafis, demi menemukan pengaturan yang paling optimal dengan display Refresh Rate 120Hz.

Sumber: Dokumentasi Pribadi - Akbar Priono
Hasil benchmark PUGB. Sumber: Dokumentasi Pribadi – Akbar Priono

Mengingat spesifikasi minimum PUBG yang lebih tinggi daripada Apex Legends, maka tidak heran jika usaha untuk mendapat 100++ average FPS di PUBG jadi lebih sulit ketimbang di Apex Legends. Bahkan PUBG dengan preset Very Low saja, tidak bisa menembus angka 100 Average FPS. Kenapa begitu penting mencapai 100++ FPS? Karena game FPS kompetitif cenderung mengutamakan respon. Visual kerap kali dipinggirkan dalam game kompetitif seperti PUBG. Bahkan hampir kebanyakan pemain CS:GO professional menggunakan pengaturan rendah, demi mendapat FPS sebanyak mungkin.

Tapi jika Anda adalah tipe pemain PUBG yang main santai, dan ingin menikmati indahnya pancaran matahari di map Vikendi ataupun Erangel 2.0, Lenovo Legion 5 masih kuat menjalankan PUBG dengan pengaturan Ultra.

Namun cukup sulit untuk main kompetitif dengan preset grafis Ultra, karena Lenovo Legion 5 cuma bisa dapat 51,1 average FPS, dengan 28,4 min FPS, dan 63,4 max FPS. Dalam keadaan yang umum, seperti masuk ke rumah untuk looting, atau rotasi dengan kendaraan, FPS berada di kisaran 30an. Max FPS sendiri baru bisa didapatkan jika Anda menatap langit.

Pengaturan Medium membuat PUBG lebih playable untuk kompetitif dengan 78 average FPS, 58,5 min FPS, dan 106,4 max FPS. Seperti pengaturan Ultra, pemandangan standar bisa akan mendapatkan angka yang tidak jauh dari min FPS. Sementara angka max FPS baru bisa didapatkan jika Anda menatap langit, atau menatap pemandangan yang minim konten visual.

Pengaturan Very Low baru bisa membuat PUBG jadi lebih “Esports Ready” dengan 93,9 average FPS, 43,8 min FPS, dan 166,4 max FPS. Saya cukup bingung kenapa catatan minimum FPS-nya lebih rendah daripada Medium. Mungkin sempat terjadi stutter ketika saya baru masuk game, atau saat baru terjun payung. Namun angka tersebut terbilang tak perlu terlalu dikhawatirkan, karena sepengalaman saya PUBG bisa berjalan di rata-rata 90++ FPS jika menggunakan preset grafik Very Low.

Sumber: Dokumentasi Pribadi - Akbar Priono
Hasil benchmark Apex Legends. Sumber: Dokumentasi Pribadi – Akbar Priono

Apex Legends lebih mudah untuk dapat 100++ average FPS. Bahkan game ini masih bisa dimainkan secara kompetitif pada pengaturan Ultra. Menggunakan preset pengaturan Ultra, Apex Legends bisa mendapatkan 76,3 average FPS, 39,3 min FPS, dan 117,9 max FPS. Saya merasa Apex dengan preset Ultra masih berjalan cukup mulus dalam berbagai skenario baku tembak. Angka min FPS sendiri didapatkan ketika awal terjun, dan pada skenario baku tembak yang penuh kekacauan dengan serangan dari berbagai arah, dan ledakan di mana mana.

Tetapi jika Anda bermain Apex Legends secara lebih kompetitif, preset grafis Medium akan lebih baik. Dengan pengaturan Medium, Apex Legends mendapatkan 101,8 average FPS, 58,6 min FPS, dan 144,8 max FPS. Lagi-lagi, angka min FPS saya dapatkan ketika awal terjun. Mungkin karena kartu grafis harus memproses seluruh bagian map. Namun bisa dipastikan bahwa dalam rata-rata skenario permainan, Apex Legends bisa berjalan di 100++ FPS.

Lalu bagaimana dengan game AAA? Hasil benchmark yang saya dapatkan menjadi alasan kenapa saya bilang, untuk urusan gaming, laptop ini cuma sampai status “Esports Ready” saja. Spesifikasi hardware yang disajikan ternyata masih cukup keteteran untuk menjalankan game AAA dengan preset grafis Ultra.

Kebutuhan grafis game AAA biasanya berbanding terbalik dengan game esports. Para PC Master Race seperti Editor kami, Yabes Elia, biasanya punya keinginan untuk menggunakan preset grafik Ultra demi mendapat kenikmatan visual. Kebutuhan Frame Rate biasanya tidak terlalu tinggi pada game AAA. 60FPS sudah cukup, setidknya agar game berjalan lebih mulus, tidak seperti… Uhuk! PlayStation yang cuma bisa 30 FPS saja.

Untuk game AAA saya menguji laptop ini dengan menggunakan Metro Exodus (2019) dan Assassin Creed: Odyssey (2018). Pengujian untuk Metro Exodus dilakukan dengan menjalankan game menggunakan beberapa pengaturan grafik, dan melihat perolehan FPS yang didapat. Sementara untuk Assassin’s Creed: Odyssey, saya menggunakan in-game benchmark.

Sumber: Dokumentasi Pribadi - Akbar Priono
Hasil benchmark Metro Exodus. Sumber: Dokumentasi Pribadi – Akbar Priono

Metro Exodus tidak memiliki preset grafik, jadi untuk grafik Ultra saya ubah semua opsi jadi rata kanan, dan Medium di rata tengah. Dengan pengaturan grafik Ultra, Metro Exodus ternyata jadi tidak playable. Game besutan 4A Games berubah jadi gambar stop motion dengan 19,9 average FPS, 9,3 min FPS, dan 32,1 max FPS.

Cukup menyedihkan memang. Iya sih, pengaturan Ultra membuat game jadi nikmat secara visual. Tapi juga jadi menyebalkan kalau baru mulai game karakter kita sudah mati dimakan mutant, gara-gara Frame Rate rendah membuat kita kesulitan merespon serangan.

Game tersebut baru bisa dimainkan dengan pengaturan Medium, yang berhasil mendapatkan 52,1 average FPS, dengan 41,4 min FPS, dan 68,9 max FPS. Permainan berjalan dengan cukup lancar, dan kini saya berhasil berjalan lebih jauh dibanding saat menggunakan pengaturan Ultra.

Dalam pertarungan, Frame Rate berada di kisaran 45-50 FPS, cukup untuk merespon musuh berupa AI yang sudah diprogram. Sementara itu max FPS didapatkan ketika Anda menghadapi pemandangan yang minim konten visual, contohnya saat Artyom (karakter utama Metro Exodus) dibawa ke markas Metro.

Selanjutnya Assassin’s Creed Odyssey. Game besutan Ubisoft ini sendiri terbilang masih playable dengan menggunakan pengaturan Ultra. Assasin’s Creed Odyssey berhasil mendapatkan 29 average FPS, dengan 17 min FPS, dan 49 max FPS.

Jadi, walau Anda cuma bisa mendapat Frame Rate layaknya bermain di konsol, tapi setidaknya Anda bisa bermain dalam keadaan visual yang ciamik. Namun memang, Assassin’s Creed Odyssey terbilang lebih ringan jika dibanding Metro Exodus. Dengan pengaturan High, Anda masih bisa mendapat 55 average FPS, 28 min FPS, dan 108 max FPS. Sementara preset Medium memberikan Anda 66 average FPS, 28 min FPS, dan 130 max FPS.

Jadi, apakah konfigurasi jeroan Lenovo Legion 5 versi Ryzen 5-4600H ini memang hanya sekadar cukup saja? Untuk mengetahui performanya saya lalu menguji kemampuan laptop dengan menggunakan 3DMark dan PCMark. Jika berdasarkan dua software penguji tersebut, konfigurasi Lenovo Legion 5 dengan CPU Ryzen 5-4600H dan GPU GTX1650Ti ini terbilang cukup tanggung.

Skor 3DMark Time Spy dan Fire Strike laptop ini masing-masing adalah 4032 dan 9377. Kalau menurut kedua software tersebut, semua skor ini lumayan ketinggalan dibanding dengan “Gaming Laptop 2020”. Menurut 3DMark “Gaming Laptop 2020” adalah laptop dengan prosesor Intel Core i7-9750H dengan kartu grafis GeForce RTX 2060. Menurut catatan 3DMark, Gaming Laptop 2020 bisa mendapat skor sebesar 5730 pada Time Spy, dan 13771 pada Fire Strike. Perbedaan yang cukup jauh?

Sementara untuk produktivitas, skor PCMark Lenovo Legion 5 malah bisa menyalip si Gaming Laptop 2020 dengan cukup jauh. Gaming Laptop 2020 hanya mendapatkan skor sebesar 4515 saja, sementara Lenovo Legion 5 bisa mendapatkan skor sebesar 5687. Kontestan Lenovo Legion 5 dalam urusan produktivitas ini malah Gaming PC 2020. Walau saya tahu tidak adil membandingkan laptop dengan desktop, namun menurut PCMark, Gaming PC 2020 dengan CPU AMD Ryzen 7 3700X, GPU AMD Radeon RX 5700 XT mencatatkan skor sebesar 6739, masih beda cukup tipis dibanding Lenovo Legion 5.

Memang kalau melihat dari sisi GPU, GTX1650 Ti tentu akan ngos-ngosan jika dibandingkan dengan RTX 2060. Mungkin hal ini jadi alasan kenapa skor 3DMark unit Lenovo Legion 5 yang saya uji masih kalah saing. Tetapi kalau untuk urusan produktivitas, Ryzen 5 4600H masih bisa diadu dengan dan Intel Core i7-9750H, yang mana keduanya sama sama memiliki 6 core 12 thread.

Oke, gaming sudah, pengujian dengan software juga sudah. Berikutnya kita akan membahas soal suhu. Soal thermal atau suhu juga jadi hal lain yang dibanggakan dari produk Lenovo Legion 5 ini, lewat teknologi yang disebut sebagai ColdFront 2.0.

Tapi, apa benar teknologi ini bisa membuat Lenovo Legion 5 jadi adem? Melihat dari kulit luar, rancangan sirkulasi udara Lenovo Legion 5 memang membuat saya kagum.

Jika Anda melihat ke bawah, Anda bisa melihat hampir setengah bagian Laptop hanya berisikan lubang udara yang dibuat dengan menggunakan rancangan circular atau bulat-bulat. Lalu beralih ke bagian samping dan belakang, Anda bisa melihat empat buah ventilasi udara: satu di kiri, dua di belakang, dan satu di kanan. Ketika berjalan dalam performa tinggi, laptop akan menyedot udara dingin dari bawah, dan mengeluarkan udara panas ke kiri, kanan dan belakang.

Hasilnya? Rancangan ColdFront 2.0 memang cukup baik namun tidak berhasil menahan suhu tertinggi yang mengkhawatirkan saat digunakan untuk memainkan Metro Exodus.

Namun demikian, setidaknya suhu hangat terkumpul di bagian tengah laptop saja. Jadi tak perlu khawatir tangan terasa panas saat sesi gaming, atau bekerja dengan durasi panjang saat menggunakan laptop ini.

Oh saya hampir lupa, baterai! Ini juga jadi aspek yang tidak kalah penting dalam urusan laptop. Saya menguji performa baterai dengan memainkan video HD 1080p mulai dari baterai penuh 100%, dan membiarkannya berjalan berulang-ulang sampai laptop mati sendiri.

Dengan menggunakan metode tersebut Lenovo Legion 5 bisa bertahan selama 2 jam 40 menit (160 menit). Dengan kapasitas 60.000mWh, daya tahan baterai Lenovo Legion 5 terbilang sudah cukup. Walau memang, jika dibandingkan dengan daftar Best Gaming Laptop menurut PCMag angka ini terbilang cukup rendah.

Tapi baterai seharusnya bisa bertahan lebih lama untuk skenario penggunaan sehari-hari, seperti mengirim surel, mengerjakan dokumen, dan lain sebagainya. Tapi tentu akan beda cerita jika Anda menggunakannya untuk tugas yang berat seperti mengedit video atau gambar.

Sumber: Dokumentasi Pribadi - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Pribadi – Akbar Priono

Lenovo Legion 5 juga memiliki fitur Rapid Charge Pro yang cukup signifikan meningkatkan kecepatan charging. Fitur ini sendiri harus dinyalakan terlebih dahulu lewat software Lenovo Vantage. Tanpa Rapid Charge, Lenovo Legion 5 butuh 2 jam 7 menit (127 menit) untuk charging dari 0-100%. Rapid Charge berhasil memangkas 30 menit waktu charging, membuat proses dari 0-100% jadi hanya 1 jam 33 menit saja (93 menit).

Torehan daya tahan baterai dan proses charging saya dapatkan dengan menggunakan Performance Mode. Ini artinya daya tahan baterai seharusnya bisa lebih lama, dan proses charging bisa lebih cepat lagi jika Anda mengaktifkan Quiet Mode dengan menggunakan Lenovo Q Control 3.0 yang akan menurunkan CPU Voltage dan fan speed.

 

Fitur-Fitur Pelengkap Lenovo Legion 5

Dari semua fitur-fitur tambahan, satu lagi yang menarik untuk dibahas mungkin adalah software Lenovo Vantage. Saya akui, pengalaman saya mengulas produk laptop memang belum banyak. Namun saya merasa software ini menjadi nilai tambah yang sangat membantu untuk keseharian. Seperti saya sebut tadi, Lenovo Vantage adalah semacam pusat kendali untuk fitur-fitur tambahan dari Lenovo Legion 5, fitur Rapid Charge salah satunya.

Tetapi selain itu, software ini juga akan membantu Anda untuk melakukan update terhadap driver laptop, mengatur Lenovo Q Control, dan mengaktifkan Hybrid Mode.

Terkait Hybrid Mode, saya ingin sedikit membahas soal dampaknya pada performa. Awalnya saya cukup bingung dengan fungsi Hybrid Mode, bagaimana dampaknya terhadap performa jika saya nyalakan? Lenovo sendiri menjelaskan bahwa dalam mode ini, sistem akan mendeteksi apakah GPU dibutuhkan atau tidak. Jika tidak maka sistem akan secara otomatis dimatikan dan menggunakan Integrated Graphics Processor.

Karena penasaran, saya lalu mencoba melakukan sedikit benchmark untuk mengetahui dampaknya pada performa. Menariknya, Hybrid Mode justru menurunkan skor benchmark jika laptop digunakan sambil dicolok ke listrik. Masih menggunakan 3DMark, skor benchmark menurun jadi 9203 dibanding sebelumnya, yaitu 9377 saat Hybrid Mode tidak digunakan.

Tapi di sisi lain, performa laptop jadi meningkat saat melakukan benchmark dengan menggunakan baterai. Skor 3DMark Hybrid Mode dengan menggunakan baterai adalah 6638, sementara skor benchmark tanpa Hybrid Mode dengan menggunakan baterai hanya 6307 saja.

Hal lain yang patut jadi catatan adalah, Refresh Rate monitor akan bertahan di frekuensi 120Hz meski sedang menggunakan baterai, jika Hybrid Mode dinyalakan. Sementara jika Hybrid Mode dimatikan, Refresh Rate monitor akan otomatis turun ke frekuensi 60Hz ketika menggunakan baterai. Jadi? Hybrid Mode atau tidak? Saya rasa Hybrid Mode akan cocok jika di sekitar Anda tidak ada colokan listrik, namun Anda sedang butuh performa untuk task berat seperti edit video.

Terakhir Lenovo juga memberikan nilai tambah lain berupa Accidental Damage Protection dan Onsite Warranty selama dua tahun. Garansi tersebut bisa digunakan untuk berbagai kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian pengguna. Tak hanya itu, paket penjualan Lenovo Legion 5 juga sudah menyertakan Windows 10, dan juga paket Microsoft Office Home & Student 2019.

 

Kesimpulan

Jadi apakah Lenovo Legion 5 layak beli? Secara price-to-performance, Lenovo Legion 5 versi AMD Ryzen R5-4600H dan GPU GeForce GTX1650Ti ini terbilang tanggung. Apalagi mengingat masih ada laptop gaming lain yang punya spesifikasi hardware serupa, namun memiliki harga yang lebih terjangkau.

Tetapi, saya merasa nilai jual Lenovo Legion 5 ini sebenarnya datang dari desain produk laptop ini secara keseluruhan dan juga fitur-fitur tambahan yang disematkan.

Apakah keyboard yang diberikan bisa solid dan lembut seperti keyboard dengan teknologi True Strike atau tidak? Saya juga penasaran dan ingin bisa menjawab pertanyaan tersebut. Semoga saja nantinya saya mendapat kesempatan untuk melakukan review terhadap laptop dengan spesifikasi serupa, agar bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Selain itu, hal lain yang menurut saya jadi nilai jual dari Lenovo Legion 5 ini adalah rancangan tampak luar yang elegan, sleek, dan minimalis. Jadi jika Anda adalah datang dari kalangan profesional yang suka main game, laptop ini masih bisa digunakan untuk keseharian, karena tetap membuat Anda tampil smart, dan profesional saat digunakan di lingkungan kerja.

Menurut saya, pesaing Laptop Lenovo Legion 5 versi AMD Ryzen R5-4600H dengan GeForce GTX1650Ti ini malah adalah versi Lenovo Legion 5 yang punya konfigurasi hardware lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harga antar versi Lenovo Legion 5 yang beda-beda tipis.

Versi yang saya review dibanderol dengan harga Rp16.499.000. Sementara di sisi lain, Lenovo Legion 5 versi lain yang menggunakan konfigurasi hardware berupa AMD Ryzen R7-4800H dengan GeForce GTX1660Ti, ditambah dengan Refresh Rate monitor 144Hz, dibanderol dengan harga Rp18.499.000. Lalu jika kita mengintip versi Intel, harga Lenovo Legion 5i versi Core i7-10750H dengan NVIDIA GTX1660Ti juga cuma Rp21.999.000.

Apakah beda performanya signifikan? Saya sendiri belum sempat mencobanya. Tetapi untuk penggunaan jangka panjang, saya rasa tidak ada salahnya untuk lebih sabar, menabung 5,5 juta lagi, demi mendapat konfigurasi hardware tertinggi, agar laptop bisa menjadi investasi masa depan yang future-proof.

Tapi jika dana Anda terbatas, dan butuh segera membeli laptop, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan Lenovo Legion 5 versi AMD Ryzen 5 4600H dengan GeForce GTX1650Ti.

ASUS Klaim Kuasai 55,2 Persen Pasar Perangkat Gaming di Indonesia

Buat yang lagi mencari perangkat gaming, biasanya konsumen bingung memilih antara laptop/PC desktop gaming berbasis Intel atau AMD. Sebab belakangan ini perangkat dengan prosesor AMD Ryzen semakin menjamur dan dibanderol relatif lebih terjangkau.

Menurut ASUS, berdasarkan laporan dari data lembaga riset GfK. Pada kuartal pertama tahun 2020, di Indonesia totalnya ada 410.000 unit perangkat gaming meliputi laptop gaming dan PC desktop gaming yang terjual dari seluruh brand.

ASUS-ROG-2020-3

Di mana sebesar 74,4 persen menggunakan prosesor besutan Intel dan 25,6 persen menggunakan prosesor AMD. Dari 74,4 persen perangkat gaming yang berbasis Intel, sebanyak 45,6 persen diantaranya menggunakan Intel Core i7 dan 28,7 persen Intel Core i5.

Sementara perangkat gaming berbasis AMD, dari 25,6 persen sebanyak 19,6 persen menggunakan Ryzen 5 dan Ryzen 7 6,1 persen. Meski pangsa pasar Intel jauh lebih besar, namun perangkat berbasis AMD ini mengalami kenaikan yang signifikan bila dibanding kuartal sebelumnya.

ASUS-ROG-2020-4

Sebagai pembanding, Intel Core i5 mengalami kenaikan 42,7 persen dan Intel Core i7 naik 48 persen. Sedangkan, AMD Ryzen 5 meningkat sampai 82 persen dan AMD Ryzen 7 meningkat 80,3 persen.

ASUS sendiri mengklaim bahwa mereka menguasai pangsa pasar sebesar 55,2 persen pada kuartal pertama 2020. Di mana, di kategori entry gaming dengan GPU GeForce GTX 1080 memperoleh 61,6 persen, lalu di kategori performance dengan GPU GTX 1660 Ti meraih 66,4 persen, dan di kategori high-end dengan GPU GeForce RTX 2070 mencapai 86,6 persen.

ASUS-ROG-2020-6

Lewat data ini, ASUS ingin menekankan bahwa konsumen atau para gamer percaya pada perangkat gaming high-end ASUS. Lalu, tujuan ASUS pada kuartal kedua tahun 2020 adalah mempertahankan pangsa pasar untuk perangkat gaming berbasis Intel sebanyak 50 persen. Serta, menguasai 80 persen pangsa pasar untuk perangkat gaming berbasis AMD.

“Tantangan terberat masih dari kondisi covid-19 ini. Tapi pelan-pelan sudah mulai recovery, makanya kita siapkan sebanyak mungkin varian PC gaming (laptop dan desktop) untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen pengguna yang ada“, ujar Muhammad Firman, Head of Public Relations, ASUS Indonesia.

Berdasarkan data GFK, pasar gaming di Indonesia meningkat sebesar 94 persen pada kuartal pertama tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. Persaingannya juga semakin ketat, belum lama ini Lenovo juga telah merilis laptop gaming yaitu Lenovo Ideapad Gaming 3i dan Legion 5i. Serta, kemarin HP membawa laptop gaming OMEN 15 2020 ke Indonesia.

Bagaimana dengan ASUS? Setelah beberapa waktu lalu merilis dua PC desktop gaming dan tiga laptop gaming bertenaga prosesor AMD Ryzen 4000 Series. ASUS juga tengah bersiap-siap meluncurkan beberapa laptop gaming ROG dengan prosesor Intel Core H-series atau seri performance generasi ke-10 pada tanggal 2 Agustus mendatang. Kita tunggu saja sekitar dua minggu lagi.

[Review] Lenovo IdeaPad Gaming 3i, Asyik Buat Main Game dan Bikin Konten

Laptop gaming, selain dirancang untuk para gamer – juga merupakan pilihan ideal bagi para content creator. Baik itu YouTuber, desain grafis, fotografer, maupun editor video.

Sebab, spesifikasi tinggi pada laptop gaming juga dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas berat seperti multitasking, rendering dan sebagainya. Meskipun harus mengorbankan portabilitas demi performa tinggi.

Salah satu pilihan ideal dan terbaru untuk bermain game dan membuat konten ialah Lenovo IdeaPad Gaming 3i. Penerus IdeaPad L340 ini punya spesifikasi yang cukup mumpuni.

IdeaPad Gaming 3i ditenagai prosesor Intel Core H-series generasi ke-10 dan kartu grafis hingga NVIDIA GeForce GTX 1650 Ti. Namun dibanderol dengan harga yang sangat kompetitif, penasaran? Simak review Lenovo IdeaPad Gaming 3i berikut.

Spesifikasi dan Harga

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-2
Bagian depan Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Laptop gaming ini tersedia dalam dua jenis pengaturan RAM dengan total empat varian. Pertama menggunakan RAM 8GB DDR4 dengan kartu grafis NVIDIA GTX 1650. Prosesor yang digunakan adalah Intel Core i5-10300H dan Intel Core i7-10750H, masing-masing dibanderol Rp12.999.000 dan Rp14.999.000.

Kedua menggunakan RAM 16GB DDR4 dengan prosesor Intel Core i7-10750H. Bedanya pada penggunaan kartu grafisnya, di mana yang satu menggunakan NVIDIA GTX 1650 dan satu lagi memakai GTX 1650 Ti, masing-masing dijual dengan harga Rp15.999.000 dan Rp16.999.000.

Unit review Lenovo IdeaPad Gaming 3i yang saya uji merupakan varian dengan harga Rp15.999.000. Dengan prosesor Intel Core i7-10750H, GPU NVIDIA GTX 1650, dan RAM 16GB DDR4. Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z sebagai berikut:

Desain dan Layar

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-7
Layar Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Ukuran layar merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi pengalaman bermain. Layar lapang 15,6 inci dengan resolusi FHD (1920×1080 piksel) pada IdeaPad Gaming 3i ini sanggup memberikan kepuasan untuk bermain game maupun bekerja.

Laptop ini mengemas narrow bezel design, di mana bezel samping layarnya cukup tipis dan webcam yang tersemat di sisi atas memiliki fitur TureBlock privacy shutter atau bisa ditutup. Layarnya menggunakan panel IPS dengan refresh rate 120Hz, color gamut 45% NTSC, brightness 250 nits, dan berlapis anti-glare.

Hadir dengan dimensi 359×249,6×24,9 mm, bobot 2,2 kg, dan ditambah charger 480 gram. Sebagai laptop gaming ketebalan dan beratnya sebetulnya bisa dimaklumi. Walaupun bobotnya cukup merepotkan dan makan tempat, tapi masih terbilang mudah untuk dibawa bepergian.

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-11
Desain Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Tak seperti laptop gaming pada umumnya yang ramai, IdeaPad Gaming 3i justru tampil kalem dengan balutan warna Chameleon Blue dan satu lagi Onyx Black. Area depan mengemas soft-edge design dengan bagian tepi yang lembut dan hanya terdapat tulisan Lenovo kecil di pojok kanan atas.

Meski kontruksi tubuhnya sebagian besar dari material polikarbonat, namun IdeaPad Gaming 3i memiliki standar Military Grade MIL-STD-810G. Membuatnya tahan terhadap benturan dari ketinggian 122 cm dan bisa digunakan pada temperatur -25 hingga 63 derajat celsius.

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-12
Desain Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Saat laptop gaming ini dibuka, IdeaPad Gaming 3i akan menyala secara otomatis. Fitur ini disebut Flip to Boot dan secara default aktif. Bila Anda tidak menyukai fitur ini bisa dinonaktifkan lewat aplikasi Lenovo Vantage.

Keyboard dan Konektivitas

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-13
Keyboard Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar lapang juga memberi keuntungan pada tata letak keyboard-nya yang berukuran penuh dengan number pad. Serta, tombol panah berukuran besar yang posisinya agak menjorok ke bawah sehingga mudah diakses.

Keyboard-nya terasa nyaman saat ditekan dengan key travel 1,5mm, punya backlight berwarna biru, dan memberikan feedback tactile yang menyenangkan dan responsif terhadap tekanan jari. Serta, trackpad one-piece yang 30 persen lebih besar menggunakan Windows Precision Driver.

Sebagian besar port ditempatkan di sisi kiri, hal ini agar pengguna yang menggunakan mouse tidak terganggu dengan kabel. Mulai dari power input, ethernet RJ-45, HDMI 2.0, USB 3.1 Gen 1 (Type-A), USB 3.1 Gen 1 (Type-C), headphone/mic combo, dan power LED indicator. Sementara, di sisi kanan hanya terdapat satu port USB 3.1 Gen 1 (Type-A).

Sayangnya, tidak ada SD card reader pada laptop ini yang mana dibutuhkan oleh fotografer dan content creator. Lalu, untuk konektivitas nirkabelnya mendukung Intel Wi-Fi 6 AX201 (Wi-Fi 6/AX/) dan Bluetooth 5.

Bila nantinya butuh performa lebih di masa mendatang, IdeaPad Gaming 3i menyediakan dua slot RAM SO-DIMM dan mendukung Dual Channel. Serta, dua slot penyimpanan yaitu M.2 dan SATA 2.5 inci. Jadi memungkinkan pengguna menggunakan dua SSD atau satu SSD dan satu hard drive 2.5 inci.

Sistem Pendingin

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-20
Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk sistem pendinginnya, Ideapad Gaming 3i dilengkapi sistem dual fan dan dual vent. Serta, menggunakan desain termal baru dengan memanfaatkan dual vent dan heatmap yang ditingkatkan. Performa termal juga turut di-upgrade, kini mendukung TDP hingga 95W untuk prosesor dan GPU.

Lenovo pun menyediakan Q-Control yang memungkinkan pengguna untuk beralih ke thermal mode, yaitu performance, balance, dan juga quiet. Caranya dengan menekan kombinasi tombol Fn+Q. Sebagai catatan, untuk ke performace mode – kondisi laptop harus sambil di-charge.

Lenovo Vantage

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-21
Lenovo Vantage | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Guna mengoptimalkan pengaturan dengan cepat pada berbagai skenario penggunaan, IdeaPad Gaming 3i dilengkapi aplikasi Lenovo Vantage.
Singkatnya Lenovo mengumpulkan pengaturan penting pada satu tempat, sehingga pengguna bisa personalisasi dan menyesuaikan sesuaikan kebutuhan.

Termasuk menampilkan informasi CPU, GPU, RAM, dan storage. Lalu, fitur-fitur seperti kemudahan beralih thermal mode (performance, balance, dan quiet), network boost, auto close, touchpad lock, Flip to Boot, dan banyak lagi. Serta, quick settings seperti untuk mengaktifkan fitur rapid charge, WiFi security, dan Dolby. Serta system tools, meliputi system update, power, media, dan hardware scan.

Bicara soal audio, IdeaPad Gaming 3i didukung Dolby Audio mengandalkan dua buah speaker 1.5W yang terletak di kanan dan kiri laptop. Lewat aplikasi Dolby Audio, pengguna bisa memilih berbagai profil audio yang disediakan untuk berbagai tugas berbeda. Termasuk movie, music, game, voice, dan personalize (custom).

Hardware & Performa

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-22
Cinebench R15 Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Lenovo Ideapad Gaming 3i yang saya review ini merupakan varian dengan prosesor Intel Core Core i7-10750H yang memiliki enam core, delapan thread, dan TDP 45W. Bersama kartu grafis NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6, RAM 16GB DDR4-3200 (1600 MHz) dengan konfigurasi dual channel (2x 8GB), dan penyimpanan SSD berkapasitas 512GB M.2 NVMe PCIe.

Sebagai gambaran untuk menilai kemampuan kombinasi prosesor di atas, mari lihat hasil dari Cinebench R15 guna mengukur kemampuan sistem dalam rendering gambar. Software benchmark yang satu ini punya prinsip yang sama dengan software editing video seperti Adobe Premiere Pro.

IdeaPad Gaming 3i saya atur pada power mode best performace dan thermal mode performance. Pengujian sebanyak lima kali, saya mendapatkan skor CPU tertinggi 1.390 cb dan single core 210 cb. Kalau sudah melampaui angka 1.000, sudah terbilang kencang dan mencukupi sebagai laptop buat keperluan editing video.

Kalau untuk ketahanan baterainya, IdeaPad Gaming 3i dibekali baterai 45Wh. Pada pengujian, baterai ini dapat bertahan sekitar 4-6 jam untuk kebutuhan saya. Juga dilengkapi teknologi rapid charge yang dapat mengisi baterai dari 0 persen hingga 50 persen hanya dalam waktu 30 menit dan hingga 80 persen hanya dalam waktu satu jam.

Verdict

review-lenovo-ideapad-gaming-3i-30
Charger Lenovo IdeaPad Gaming 3i | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Lenovo IdeaPad Gaming 3i ini adalah mesin gaming mainstream entry-level yang secara spesifik ditujukan untuk memenuhi satu untuk para gamer dan dua untuk para content creator. Dari perspektif saya sebagai pembuat konten, IdeaPad Gaming 3i adalah laptop kerja yang cukup powerful tapi dibanderol relatif cukup terjangkau.

Ukuran layarnya luas, tata letak keyboard-nya di susun dengan baik, dan touchpad-nya juga besar. Sangat nyaman buat editing video, proses rendering-nya juga relatif cepat. Meskipun dimensi laptop, ketebalan, dan bobotnya lumayan merepotkan bagi yang punya mobilitas tinggi.

Sparks

  • Prosesor Intel Core generasi ke-10 yang powerful
  • Penyimpanan SSD 512GB dan RAM 16GB dual channel
  • Komponen laptop bisa di-upgrade
  • Layar dengan refresh rate 120 Hz
  • Tata letak keyboard yang tersusun sangat baik

Slacks

  • Ketebalan dan bobotnya cukup berat
  • Tidak ada SD card reader dan Thunderbolt 3

ASUS Umumkan ROG Zephyrus G14, Harga Mulai Rp18.299.000

ASUS telah meluncurkan ROG Zephyrus G14 (GA401). Laptop gaming 14 inci ini ditenagai oleh AMD Ryzen 4000 HS Series Mobile Processor dengan chip grafis (GPU) hingga NVIDIA GeForce RTX 2060.

Tidak hanya dirancang untuk bermain game, ROG Zephyrus G14 (GA401) juga sangat cocok untuk para profesional kreatif dan content creator. Sebab selain dilengkapi dengan refresh rate tinggi dan dukungan teknologi AMD FreeSync, layarnya juga mampu mereproduksi warna secara akurat dan telah mengantongi sertifikasi PANTONE Validated.

ASUS-ROG-Zephyrus-G14-18

Siapa bilang gaming dan style tidak bisa melebur menjadi satu? ROG Zephyrus G14 (GA401) merupakan bukti bahwa gaming tidak hanya sekadar kegiatan bermain tetapi sudah menjadi subculture yang memiliki komunitas dan style tersendiri. ROG Zephyrus G14 (GA401) juga tidak hanya untuk para gamer, tetapi juga para content creator. Berkat spesifikasinya yang powerful, laptop gaming ini mampu mengerjakan berbagai tugas berat seperti video rendering dengan sangat lancar.” Ujar Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia.

Desain – AniMe Matrix Display

ROG Zephyrus G14 (GA401) hadir dalam dua varian yaitu Moonlight White dan Eclipse Gray. Kalau dilihat dari luar, desainnya memang tidak garang dan justru tampil minimalis tapi tetap menyedot perhatian karena dilengkapi AniMe Matrix display yang unik.

Fitur ini memungkinkan pengguna menampilkan grafis, animasi, dan efek tampilan lainnya di bagian belakang layar. AniMe Matrix menggunakan 1.215 mini LED yang memiliki 256 tingkatan pencahayaan sehingga berbagai animasi dan gambar dapat ditampilkan dengan baik.

ASUS-ROG-Zephyrus-G14-17

Hadir dengan bodi ringkas, portablilitas merupakan salah satu keunggulan utamanya. Laptop ini mengadopsi struktur bodi honeycomb dan menggunakan bahan magnesium alloy dengan tebalan 17,9mm dan bobot 1,6kg tanpa custom LED matrix.

Meski begitu, fitur penunjang portabilitasnya terbilang lengkap dan punya daya tahan baterai hingga 10 jam penggunaan. Lewat fitur power delivery, pengguna dapat mengisi baterai menggunakan charger USB Type-C 65W yang jauh lebih ringkas dari charger 180W.

Port USB Type-C di ROG Zephyrus G14 (GA401) juga mendukung display output dengan dukungan protokol DisplayPort 1.4. Sementara, port HDMI 2.0b memungkinkan pengguna untuk dapat dihubungkan ke monitor dan TV 4K.

Untuk konektivitas nirkabel, ROG Zephyrus G14 (GA401) hadir dengan Intel WiFi 6 (Gig+) atau WiFi 802.11ax. WiFi generasi terbaru ini dapat mengahdirkan kecepatan transfer data hingga 2,4Gbps jika terhubung dengan router yang kompatibel dan memiliki latensi yang lebih rendah.

ROG Zephyrus G14 (GA401) hadir dengan dua pilihan jenis layar. Gamer yang mementingkan refresh rate dapat memilih layar beresolusi Full HD dengan refresh rate hingga 120Hz. Sementara, para profesional kreatif dapat memilih layar beresolusi WQHD 60Hz.

Layar ROG Zephyrus G14 (GA401) mampu mereproduksi warna secara akurat karena telah mengantongi sertifikasi PANTONE Validated dan telah dikalibrasi saat proses produksi sehingga siap mendukung kebutuhan profesional bahkan sejak pertama kali digunakan. Didukung color space sRGB dengan tingkat reproduksi hingga 100%.

Prosesor AMD Ryzen 4000 Series

Arsitektur Zen2 terbaru dari AMD kini telah hadir untuk jajaran produk terbaru ASUS melalui AMD Ryzen 4000 Series Mobile Processor, termasuk ROG Zephyrus G14 (GA401). Prosesor generasi terbaru ini diproduksi menggunakan metode fabrikasi 7nm dan yang digunakan di ROG Zephyrus G14 (GA401) memiliki konfigurasi 8 core dan 16 thread. Bersama memori DDR4-3200 dengan kapasitas hingga 32GB dan penyimpanan menggunakan NVMe SSD berkapasitas hingga 1TB.

Selain itu, ROG Zephyrus G14 (GA401) didukung GPU NVIDIA GeForce RTX 2060 yang berjalan di 65W dengan kecepatan 1298MHz. Memastikan ROG Zephyrus G14 (GA401) mampu menjalankan game AAA modern dengan baik. NVIDIA GeForce RTX 2060 juga dilengkapi dengan dedicated video encoder, membuatnya mampu menjalankan game sambil melakukan live streaming dengan lancar tanpa lag.

Harga

ASUS ROG Zephyrus G14 (GA401) tersedia dalam empat varian, konfigurasi paling dasar dengan AMD Ryzen 5 4600 HS dan NVIDIA GTX1650Ti dibanderol Rp18.299.000. Kemudian, Rp23.999.000 untuk versi AMD Ryzen 7 4800 HS dengan NVIDIA GTX1650Ti.

Sementara, konfigurasi AMD Ryzen 7 4800 HS dengan NVIDIA GTX1660Ti dibanderol Rp28.999.000. Satu lagi, model tertinggi dibanderol mencapai Rp34.999.000 dengan AMD Ryzen 9 4900 HS dan NVIDIA RTX2060.

ASUS ROG Zephyrus G14 (GA401) sudah tersedia di channel online melalui enam e-commerce ternama Tanah Air. Keenam e-commerce tersebut juga akan menghadirkan beragam promo khusus untuk setiap pembelian ROG Zephyrus G14 (GA401). Berikut daftar enam e-commerce tersebut:

Pembeli ROG Zephyrus G14 (GA401) juga berkesempatan mendapatkan aksesori Urban Sneaker Society x ROG. Setiap pembelian ROG Zephyrus G14 (GA401) versi Ryzen 9 akan mendapatkan Urban Sneaker Society x ROG Limited Edition Jacket. Sementara pembelian ROG Zephyrus G14 (GA401) versi Ryzen 7 akan mendapatkan Urban Sneaker Society x ROG Limited Edition Tote Bag.

Acer Umumkan Laptop Gaming Predator Helios 700 Dengan Intel Core i9-10980HK dan GPU RTX 2080 Super

Acer telah memperbarui lini laptop gaming Predator Helios dan Triton series mereka dengan prosesor Intel Core generasi ke-10, serta chip grafis Nvidia RTX 2070 dan 2080 Super Max-Q. Meliputi Predator Helios 700, Helios 300, dan Triton 300.

Predator Helios 700 merupakan laptop gaming flagship Acer yang mengusung desain inovatif dengan keyboard yang bisa digeser. Saat keyboard ditarik ke depan, tidak hanya membuat aktivitas mengetik lebih nyaman tapi juga akan membuka ventilasi di atas body-nya untuk sistem pendinginan yang lebih baik.

acer-umumkan-laptop-gaming-predator-helios-700-dengan-intel-core-i9-10980hk-dan-gpu-rtx-2080-super-5

Laptop gaming premium sebagai desktop-replacement ini dibanderol mulai dari US$2.399 atau sekitar Rp33,9 jutaan. Predator Helios 700 telah ditenagai prosesor Intel Core i7-10875H atau i9-10980HK generasi ke-10 yang keduanya dapat di-overclock.

Bersama chip grafis Nvidia GeForce 2080 Super Max-Q atau atau RTX 2070 SUPER. Serta, RAM DDR4 hingga 64GB 2933 Hz yang lebih kencang dan storage SSD PCIe NVMe dengan RAID O. Kombinasi hardware yang sangat powerful tersebut tentu butuh sistem pendingin yang canggih, Acer pun menghadirkan solusi termal barunya yang disebut PowerGem. Menggunakan bahan khusus dengan konduktivitas panas vertikal yang diklaim 3,83 kali lebih efisien dibanding tembaga.

acer-umumkan-laptop-gaming-predator-helios-700-dengan-intel-core-i9-10980hk-dan-gpu-rtx-2080-super-6

Perlu dicatat, PowerGem hanya tersedia pada model dengan prosesor Intel Core i9-10980HK. Varian selain itu mengandalkan tiga pipa tembaga, dengan teknologi Acer CoolBoost, vapor chamber, dan dua kipas AeroBlade 3D 4th gen. Soal konektivitas, Acer menambah port Thunderbolt 3 kedua dan Killer DoubleShot Pro (Wi-Fi 6 AX1650i).

Layar Predator Helios 700 berukuruan 17,3 inci menggunakan panel IPS beresolusi Full HD dengan refresh rate 144Hz dan mendukung NVIDIA G-Sync. Para gamer akan disuguhkan keyboard HyperDrift berhias lampu RGB di setiap tombolnya dengan fitur anti-ghosting. Keyboard-nya menggunakan switch mekanikal dari MagTek khusus untuk tombol navigasi WASD. Namun pengguna masih bisa mengganti tombol WASD standar tersebut sesuai dengan gaya bermain dengan tombol MagForce atau tombol khusus game racing.

Sementara, Predator Helios 300 dibanderol dengan harga US$1.199 atau sekitar Rp17 juta dan Triton 300 US$$ 1.299 atau Rp18,4 jutaan. Keduanya mengusung layar IPS 15,6 inci beresolusi FHD dengan refresh rate 240Hz. Bertenaga prosesor Intel Core i7-10750H generasi ke-10 dengan chip grafis RTX 2070 Max-Q dan RAM mencapai 32GB.

Sumber: The Verge

Dell Umumkan Laptop Gaming G7 dengan Prosesor Intel Core i9 Generasi ke-10

Dell telah mengumumkan laptop gaming terbaru mereka, yaitu G7 series. Mesin gaming ini tersedia dalam dua ukuran layar, versi 15 inci yang masih cukup portable dan mudah dibawa bepergian. Juga disediakan layar yang lebih besar, 17 inci yang lebih memuaskan tapi lebih diperuntukkan sebagai desktop replacment.

Bila dibandingkan dengan pendahulunya, desain Dell G7 yang baru ini telah diperbarui dan dimensinya lebih ramping. Bezel samping layarnya menyusut dari 9,9mm menjadi 6,5mm pada G7 15 inci dan menjadi 8,16 inci pada G7 17 inci.

Dell-G7-1

Alhasil, tampilannya terlihat lebih futuristik dan terkesan lebih premium. Dipercantik LED di sasisnya dan RGB empat zona di keyboard. Selain itu, ada tombol Game Shift yang menjadi ciri khas laptop gaming G series dan punya mode dynamic performance yang akan memaksimalkan kinerja sistem pendingin saat bermain game berat dalam durasi lama.

Tentu saja, aspek performa mengalami peningkatan yang paling signifikan. Laptop gaming ini ditenagai seri Intel Generasi ke-10 hingga prosesor Intel Core i9. Berpadu dengan grafis NVIDIA GeForce hingga RTX 2070 Max-Q pada Dell G7 15 dan 2070 Super pada Dell G7 17.

Kemudian didukung pula RAM sebesar 32GB, penyimpanan SSD PCIe 1TB, dan opsi panel OLED beresolusi 4K. Lalu, berapa harga laptop gaming terbaru Dell ini? Baik Dell G7 versi 15 inci dan 17 inci dibanderol mulai US$1.429 atau sekitar Rp20 jutaan.

Sumber: The Verge

Lenovo Perkenalkan Legion 5, Legion 5i, dan IdeaPad Gaming 3i

Pasar gaming di Indonesia semaking berkembang. Menurut data dari GfK, pasar laptop gaming di Indonesia pada Q1 2020 naik 94 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Memang, secara global, industri game juga masih terus tumbuh. Newzoo memperkirakan, nilai industri game pada 2020 naik 9,3 persen dari tahun 2019, menjadi bernilai US$159,3 miliar. Lenovo melihat tren ini sebagai kesempatan.

“Berbicara soal physical distancing, kita melihat adanya perubahan perilaku pada konsumen. Menurut data Twitter, pembicaraan terkait industri game kini tengah berkembang,” kata Budi Janto, General Manager, Lenovo Indonesia, dalam webinar yang diadakan pada Rabu, 3 Juni 2020. “Data survei Twitter Indonesia menunjukkan, sebagian besar orang bermain game menggunakan smartphone, diikuti oleh laptop/desktop.” Memang, sepanjang pandemi, industri game justru menunjukkan tren positif. Hal ini bisa terlihat dari tumbuhnya industri game di Tiongkok pada Q1 dan naiknya spending gamer di Amerika Serikat.

Lenovo baru saja memperkenalkan jajaran laptop gaming teranyar mereka. Mereka membagi laptop-laptop gaming mereka ke dalam tiga kategori, yaitu seri 3 untuk gamer pemula, seri 5 untuk konsumen profesional (orang-orang yang menggunakan laptopnya tak hanya untuk bermain, tapi juga bekerja), dan seri 7 yang ditujukan untuk gamer hardcore.

Dua laptop baru dari Lenovo antara lain Legion 5i dan Legion 5. Keduanya memiliki layar IPS 15,6 inci dengan refresh rate 144Hz dan sudah mendukung 100 persen sRGB. Dua laptop ini juga sudah mendukung RAM DDR4 hingga 16GB atau SSD NVMe 512GB. Untuk masalah sistem pendingin, Lenovo menggunakan ColdFront 2.0 Thermal.

Lenovo Legion 5i
Lenovo Legion 5i. | Sumber: Lenovo

Salah satu perbedaan antara Legion 5 dan 5i adalah prosesor. Legion 5i menggunakan prosesor Core dari Intel sementara Legion menggunakan prosesor Ryzen buatan AMD. Untuk Legion 5i, Lenovo menawarkan prosesor hingga Core i7-10750H dengan GPU hingga NVIDIA GTX1660Ti. Sementara pada Legion 5, Anda bisa memilih hingga Ryzen 7 4800H serta GPU serta GPU sampai NVIDIA GTX 1650Ti. Baik Legion 5 dan 5i telah dilengkapi dengan WiFi 6 serta baterai 80Whr. Harga Legion 5i dimulai dari Rp16.999.000 sementara Legion 5 dihargai mulai dari Rp15.999.000.

Ian Tan, Gaming Lead, Lenovo Asia Pacific menjelaskan, gamer yang menjadi target pasar Lenovo biasanya tak hanya menggunakan laptopnya untuk bermain, tapi juga untuk bekerja, seperti melakukan video editing. Karena itulah, mereka melengkapi laptop Legion baru mereka dengan layar 100 persen sRGB. “Konsumen kami menginginkan laptop yang bisa digunakan untuk bermain dan bekerja,” ujar Tan. “Jadi, filosofi kami adalah desain minimalis dan performa maksimal.”

Selain Legion 5 dan 5i, Lenovo juga menyediakan IdeaPad Gaming 3i untuk pasar entry gaming. Meskipun ditujukan untuk gamer pemula, laptop ini juga sudah menggunakan WiFi 6. Spesifikasi dari IdeaPad Gaming 3i beragam. Lenovo menyediakan prosesor hingga Intel Core i7-10750H, GPU hingga NVIDIA GTX 1650Ti, serta RAM hingga DD4 16GB dual slot atau SSD NVMe 512GB. Untuk masalah layar, Anda bisa memilih hingga layar IPS 15,6 inci dengan refresh rate 120Hz. Harga laptop ini dimulai dari Rp13.499.000. Ketiga laptop baru Lenovo ini akan resmi diluncurkan pada 25 Juni 2020.