Tips Kepemimpinan di Masa Krisis

Pada tanggal 23 April 2020, saya menerima surel dengan judul “This won’t be easy, but we will make it” dari seorang CEO startup. Isinya kurang lebih terkait pemberitahuan perpanjangan sistem kerja di rumah atau work from home dengan narasi sedemikian rupa untuk menerangkan sekaligus menenangkan para pembacanya (anggota tim). Mungkin terdengar biasa namun dampaknya cukup terasa.

Siapa yang menduga di tahun 2019 akan ada virus yang menyerang penduduk negara tirai bambu dan dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Hal ini terjadi di luar prediksi para eksekutif yang sedang fokus menggali potensi perusahaan, meningkatkan revenue, membangun koneksi, dan memperjuangkan sustainability.

Ketika pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia di awal bulan Maret 2020, kepanikan menyelimuti negeri ini beserta seluruh penghuninya. Berita negatif mendominasi. Skenario terburuk menghantui segenap bisnis di tanah air, beberapa bahkan sudah mengalaminya. Di sini, kehadiran sosok pemimpin berperan penting untuk membangun komunikasi yang baik dan menata rencana perusahaan ke depannya.

Krisis ini menempatkan para pemimpin pada situasi yang sulit. Mereka ditempa dengan masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Saat ini, banyak dari mereka yang terpaksa harus membuat keputusan dengan cepat demi mengendalikan laju pengeluaran serta mempertahankan produktivitas bisnis perusahaan.

Tidak ada buku panduan untuk mengatasi krisis yang tidak terelakkan seperti ini, namun berikut adalah beberapa hal yang bisa menjadi acuan para pemimpin guna bisa bertahan dan melanjutkan perjalanan bisnis di masa mendatang.

Menentukan prioritas

Sebelum menentukan prioritas, seorang pemimpin harus bisa memilah informasi dari sumber yang terpercaya. Seiring situasi yang berotasi dengan cepat, mereka juga harus bisa menentukan prioritas dengan cepat dan membuat keputusan dengan yakin. Sebuah kerangka pemikiran sederhana yang fleksibel untuk dikembangkan menjadi solusi esensial.

Ada banyak hal yang mungkin memenuhi pikiran ketika berada di dalam krisis, bagaimana menjamin keselamatan anggota tim, bagaimana hal ini akan mempengaruhi konsumer/klien, bagaimana situasi sekarang mempengaruhi rencana perusahaan ke depannya, dan banyak lagi. Hal-hal tersebut bisa diuraikan lalu diurutkan.

Beradaptasi dengan situasi

Seorang pemimpin yang bijak akan dengan cepat membaca situasi, mencari informasi, dan berani mengakui ada hal di luar sudut pandang mereka yang bisa menghasilkan solusi. Jika ada keraguan untuk menentukan apa yang harus dilakukan, paling tidak, ketahui apa hal yang tidak harus dilakukan. Berkaca pada pengalaman adalah sebuah sikap yang bijak untuk meninggalkan referensi yang sudah tidak relevan serta mulai mengatur rencana baru sesuai dengan situasi terkini.

Salah satu cara adalah mengumpulkan jaringan pemimpin lokal serta individu terkait untuk bisa bertukar pikiran dan informasi mengenai imbas dari krisis yang terjadi. Akan lebih baik jika terlahir sebuah inisiatif yang dapat digalakkan sebagai solusi atau setidaknya mengurangi beban para terdampak. All stakeholders are important.

Komunikasi sebagai kunci

Tanggung jawab seorang pemimpin tidak bisa disamakan dengan anggota tim lainnya. Tentu saja, semua punya beban masing-masing, namun semua kembali lagi pada rasa memiliki (sense of ownership). Baik pemimpin maupun anggota tim berada dalam satu bahtera yang sama dan satu-satunya cara untuk bisa terus berjalan adalah dengan bersama-sama mengerahkan usaha. Kemampuan komunikasi seorang pemimpin akan sangat ditempa dalam masa krisis ini.

Seorang pemimpin, menggunakan setiap informasi yang ada dan analisis prioritas, bisa menetapkan KPI atau metrik yang akan digunakan untuk mengukur produktivitas setiap anggota tim. Selain itu, demi keberlangsungan perusahaan serta kehidupan anggota tim, satu hal yang bisa dilakukan seorang pemimpin (mewakili perusahaan) adalah menciptakan kebijakan dan sistem kerja yang mengacu pada produktivitas dalam batas aman.

Pandangan positif

Dalam masa krisis seperti ini, tidak ada yang lebih penting dari memelihara keutuhan tim. Seorang pemimpin yang efektif akan bisa memahami kondisi serta distraksi para anggota tim, alih-alih menggurui, mereka melibatkan diri secara personal dan memotivasi. Koneksi antar anggota tim menjadi tantangan tersendiri.

CEO DailySocial Rama Mamuaya menyampaikan,” Di tengah krisis, adalah penting bagi setiap pemimpin untuk memiliki pandangan positif di masa mendatang dan meyakinkan diri sendiri dan anggota tim bahwa semua akan baik-baik saja. This won’t be easy, but we will make it.”

Pemimpin juga manusia, punya rasa punya hati. Namun, ketahuilah, sosok pemimpin yang sesungguhnya tidak mungkin berada di posisinya saat ini tanpa mengetahui tanggung jawab yang diemban serta konsekuensi yang menanti tatkala roda bisnis berputar.

Sebagai penutup, David Foster Wallace dalam bukunya Consider the Lobster menyebutkan, “The real leaders are people who help us overcome the limitations of our own individual laziness and selfishness and weakness and fear and get us to do better, harder things than we can get ourselves to do on our own.

Kiat Menyiapkan Diri Menjadi Pemimpin Startup ala Hadi Wenas

#SelasaStartup edisi pertama tahun 2020 cukup spesial. Hadi Wenas hadir sebagai pemateri, menceritakan pengalamannya saat memimpin bisnis digital di Indonesia. Sejak Mei 2019 ia menjabat sebagai COO Amartha, dengan track record kepemimpinan di Zalora, aCommerce, hingga Mataharimall.

Dalam pemaparannya ada banyak aspek penting yang disorot Wenas, sebagai landasan dalam memimpin sebuah bisnis digital. Berikut ulasannya:

Menentukan prioritas

Menurut Wenas, salah satu pekerjaan krusial di kepemimpinan startup adalah menentukan prioritas pekerjaan. Di dalamnya termasuk proses memahami isu, mencarikan solusi dan melakukan kalkulasi untuk setiap pengarahan yang akan diberikan kepada timnya.

Bagi Wenas, cara cepat untuk menentukan prioritas adalah sesegera mungkin mengeksekusi pekerjaan yang telah dibebankan. Setelah dijalankan nantinya akan terlihat proses dan perkembangan.

“Intinya langsung saja mulai bekerja dan pada akhirnya prioritas atau urutan yang sesuai akan segera terlihat. Jangan terlalu lama memikirkan planning, langsung saja mulai bekerja,” kata Wenas.

Jangan takut gagal

Kegagalan tentunya kerap menghantui semua pendiri startup. Apakah itu saat mulai membangun startup hingga startup sudah berjalan selama 2-3 tahun. Ketika startup pada akhirnya mengalami kegagalan, ada baiknya untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

Menurut Wenas, faktor keberuntungan terkadang menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan sebuah bisnis. Jika bisnis berjalan dengan baik, menurutnya faktor mujur tadi bisa menjadi salah satu penyebabnya. Untuk itu ketika gagal lakukan introspeksi dan mulai mencari inspirasi hingga cara untuk mulai lagi dengan bisnis atau usaha yang baru.

Ketika Wenas dipercaya untuk menjabat sebagai CEO MatahariMall, terdapat tugas cukup berat yang wajib diselesaikan oleh timnya. Untuk itu penting bagi pimpinan untuk bisa mengenali terlebih dulu kepribadian diri dan timnya, sehingga ketika beban kerja mulai dirasakan, semua tantangan dan permasalahan yang dihadapi bisa diselesaikan secara tuntas.

Hadi Wenas saat menjabat sebagai Co-CEO aCommerce
Hadi Wenas saat menjabat sebagai Co-CEO aCommerce

Temukan jati diri

Poin penting lainnya yang kemudian disampaikan oleh Wenas adalah menemukan jati diri. Sebagai seorang introvert, ia terkadang merasa kesulitan untuk melakukan sosialisasi, namun di sisi lain sifat tersebut menjadikan dirinya menjadi lebih teratur dan haus akan detail. Sifat kurang sabar yang sebelumnya menjadi kendala ternyata saat ini justru dianggap sifat yang mendukung kinerja Wenas, karena semua pekerjaan bisa selesai dengan cepat dan membantu dirinya hingga tim untuk bekerja lebih baik lagi.

“Bagi saya yang seorang introvert justru menyukai segala hal serba teratur. Dengan demikian semua permasalahan dan bagaimana cara tepat untuk bisa mengatasinya bisa dengan mudah diselesaikan secara bertahap. Secara otomatis jika ritme kerja sudah ditemukan, pekerjaan tersebut akan selesai lebih cepat,” kata Wenas.

Meditasi mendukung produktivitas

Salah satu kebiasaan yang sudah dilakukan oleh Wenas sejak tahun 2008 lalu adalah secara rutin melakukan meditasi. Meskipun pada awalnya lebih kepada proses penyembuhan tubuh, namun meditasi yang dilakukan olehnya secara rutin justru kini mampu melatih kesabaran hingga meningkatkan produktivitas kerja. Intinya adalah temukan work-life balance, yang akan memberikan pengaruh positif untuk kesehatan tubuh dan karir.

“Meditasi mampu membantu saya melatih kesabaran dan menemukan keseimbangan tersebut. Apakah Anda seorang introvert, extrovert, gemar melakukan secara teratur atau peduli dengan detail. Jika sudah ditemukan jati diri tersebut, pada akhirnya semua pekerjaan akan bisa diselesaikan lebih santai dan tentunya lebih mudah,” tutup Wenas.

Tiga Hal yang Dapat Mempertajam Pemikiran Founder Startup dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah hal paling sering dilakukan oleh CEO atau founder startup. Terkadang keputusan yang diambil mengandung risiko, perlu data, insting dan sedikit rasa untuk membuat keputusan yang diambil jadi penuh perhitungan, atau setidaknya telah diskenario sebelumnya.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Harvard Business Review menyebutkan, ada beberapa hal yang bisa mempertajam pengambilan keputusan. Kali ini tidak soal data, tetapi juga “perhitungan”. Berikut tiga di antaranya.

Menjadi kurang yakin

Tidak ada yang salah dengan percaya diri, namun harus berhati-hati jika terlalu percaya diri. Bias, sesuatu yang wajib diwaspadai jika percaya diri. Karena terlalu percaya diri dekat dengan abai terhadap detail, sesuatu yang mungkin berakibat buruk. Sebagai seorang pemimpin percaya diri adalah sesuatu hal yang baik, namun dalam pengambilan keputusan sebelum menjatuhkan pilihannya wajib untuk berpikir satu dua kali lebih banyak.

Memiliki lebih dari satu opsi ketika mengambil keputusan lebih baik dari hanya memiliki satu pilihan. Setidaknya dengan munculnya pilihan kedua, ketiga dan seterusnya skenario bisa dijalankan berlapis. Mengantisipasi pilihan pertama tidak bekerja dengan baik.

Seberapa sering hal tersebut biasanya terjadi?

Keputusan biasanya diambil dari sebuah prediksi dan penilaian. Prediksi biasanya didukung dengan data-data yang ada. Melalui pertimbangan dan masukan dari tim terkait. Sedangkan penilaian biasanya lebih mengarah ke insting dan pengalaman. Namun, di samping itu hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menanyakan sebuah pertanyaan, seberapa sering hal ini biasanya terjadi ?

Pertanyaan tersebut akan merujuk pada histori atau rekam jejak sebelumnya. Mempertimbangkan kejadian-kejadian yang sebelumnya terjadi akan menjadi sesuatu yang berharga dalam analisis sebelum mengambil keputusan final. Sudut pandang dan pengalaman yang terjadi harus dikuasai dengan baik untuk setidaknya menghindari kesalahan yang sama.

Memperhitungkan kemungkinan

Masih berkaitan dengan menjadi kurang yakin, hal sederhana lainnya yang bisa mempertajam saat pengambilan keputusan adalah selalu memperhitungkan kemungkinan. Dengan kata lain selalu menghitung risiko. Secara otomatis pilihan setidaknya lebih dari satu.

Manfaat dari selalu memperhitungkan risiko adalah bisa dengan sigap atau minimal siap atas risiko yang ada. Jika nanti keputusan yang diambil tidak berjalan seperti yang diharapkan rencana cadangan, atau rencana antisipatif sudah disiapkan. Terdengar sepele tapi berguna.

Pemimpin dan Bagaimana Seharusnya Memberikan Umpan Balik

Sebagai seorang pemimpin tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk merawat tim dan membawanya dalam tingkat produktivitas yang diharapkan tetapi juga mampu mengembangkan anggota tim. Dalam hal ini pemimpin harus bisa menjadi guru atau pelatih yang membimbing setiap anggota tim menemukan jalan mereka untuk berkembang, lebih baik dari waktu ke waktu. Menjadi guru atau pelatih yang baik adalah salah satu jalan menjadi pemimpin yang lebih baik, dan semua itu bisa diawali dari memberikan umpan balik yang berguna bagi setiap anggota.

Pemimpin adalah seorang guru bagi setiap anggota tim untuk mengembangkan keahlian masing-masing. Menjadi sangat penting cara pemimpin menilai, mengkritik atau memberikan masukan kepada anggota. Jika terdapat kekeliruan atau tidak sesuai dengan kepribadian anggota alih-alih termotivasi anggota bisa jadi enggan dan merasa kecil sehingga bisa menghambat produktivitas.

Berikut beberapa hal yang layak diperhatikan jika ingin memberikan kritikan, masukan atau umpan balik kepada anggota tim.

Keterbukaan

Dalam teori komunikasi keterbukaan memegang peran penting dalam hubungan di dalam tim, pun demikian dalam memberikan kritik atau saran kepada tim. Jangan terlalu sering memberikan motivasi-motivasi yang bisa mengurangi poin kritik pada kalimat-kalimat yang digunakan saat rapat atau evaluasi. Cari momen yang tepat dan sampaikan kritik dengan cara-cara yang tepat.

Contohnya, bisa gunakan kalimat “Bolehkah saya menyampaikan penilaian atau pengamatan yang mungkin kurang Anda sukai?” atau “Apakah ini saat yang tepat untuk membahas hasil pekerjaan Anda?”. Sebagai seorang pemimpin tentu mempunyai wewenang untuk menegur kapan pun, namun untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, mencari momen yang tepat dan menyampaikan secara langsung bisa dicoba.

Spesifik

Salah satu jenis umpan balik yang sensitif adalah kritik. Dalam memberikan kritikan bisa dicoba dengan menyampaikan hal yang spesifik. Misalnya, “Saya kurang suka dengan laporan bulanan yang dibuat tempo hari, apakah ada masalah?”. Kemudian sampaikan kritik secara pribadi, sehingga bisa menggambarkan tujuan kita, memperbaiki bukan untuk mempermalukan.

Kejelasan

Terkadang, ada anggapan ketika pemimpin memberikan kritik atau umpan balik adalah tanda-tanda seorang anggota tim tidak dipertahankan. Untuk menghindari anggapan seperti ini, dan membantu anggota tim keluar dari permasalahan dan performa yang kurang sesuai sampaikan umpan balik dengan alasan yang jelas. Misalnya dengan menyampaikan alasan bahwa ada target yang dikejar dan mau tidak mau harus berubah lebih baik lagi, atau alasan lain misalnya umpan balik diberikan bersamaan dengan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan mengikuti pelatihan atau semacamnya.

Standar Kualitas yang Bisa Menjadikan Tim Pendiri Solid

Memilih dan menentukan tim pendiri menjadi krusial untuk startup. Kecakapan dan keterampilan orang-orang di dalam founding team menjadi modal berharga untuk membuat produk pertama, dan selanjutnya bisa dikembangkan menyesuaikan tujuan awal atau disesuaikan berdasarkan respons pasar. Bagi Anda yang tengah membangun tim pertama untuk startup, berikut kualitas yang setidaknya bisa dimiliki untuk membangun tim pertama yang solid.

Pola pikir pembelajar

Pemikiran untuk selalu belajar dan selalu tumbuh adalah kualitas yang wajib ada pada tim pertama. Dengan orang-orang yang memiliki semangat untuk belajar dan berkembang, produk atau layanan yang dikelola pasti akan “tertular” kesempatan untuk berkembang. Beruntunglah mereka para pemimpin yang berhasil menemukan orang-orang dengan semangat pembelajar di dalam tim pertama mereka.

Dengan terus belajar gagasan-gagasan inovasi akan terus ada dari waktu ke waktu. Kualitas individu dan tim akan terus meningkat. Akan sangat beruntung jika kultur pembelajar ini bisa ditularkan ke semua orang yang ada di dalam tim, tidak hanya mereka yang pertama tapi juga mereka yang terakhir. Orang-orang yang memiliki pemikiran untuk terus tumbuh ini merupakan penggerak startup, yang sudah seharusnya sebagai perusahaan rintisan untuk terus tumbuh dan berkembang.

Kemampuan mengakui kekurangan

Kualitas selanjutnya yang wajib dimiliki untuk menjadi tim pertama yang berkualitas adalah transparan. Dalam hal ini mengerucut pada kemampuan setiap anggota tim mengakui kekurangannya. Kejujuran akan kekurangan kemampuan ini bisa bermanfaat bagi pemimpin untuk mengambil keputusan, misalnya untuk membagi tugas ke orang yang lebih kompeten.

Tabah

Tidak semua yang dilakukan pertama kali adalah keberhasilan. Kadang kita menemukan kegagalan, kesalahan dan terpaksa harus mengulangi dari awal. Ketabahan dari seluruh anggota dalam tim akan membantu tim bangkit dari keterpurukan dan mengumpulkan kembali semangat untuk bangkit dan memperbaiki kesalahan sebelumnya.

Obsesi dan saling menghormati

Kualitas selanjutnya yang bisa dipertimbangkan dalam membangun tim pertama adalah obsesi dan saling menghormati. Obsesi diperlukan untuk menjaga semangat untuk menyelesaikan produk dan mencapai tujuan, sedangkan saling menghormati adalah awal yang baik untuk menjalin hubungan yang baik di dalam tim. Dan dalam rangka untuk membangun komunikasi dan kinerja yang solid Anda bisa mencari mereka yang memiliki selera humor dan empati. Kualitas yang bisa membawa hubungan dalam tim lebih baik untuk satu sama lain.

Pentingnya Menjadi Seorang Pemimpin yang Berkepala Dingin

Menjadi pemimpin memang tugas berat. Sebagai pengambil keputusan mereka membawa seluruh nasib anggota tim di dalam keputusan-keputusan yang diambil. Sebagai manusia mereka juga pasti bisa terserang perasaan stres, frustrasi dan semacamnya. Hal ini akan berpengaruh pada individu pemimpin itu sendiri dan tim secara menyeluruh jika pemimpin menjadi impulsif dan mulai mengabaikan fakta-fakta yang ada.

Berikut beberapa momen penting yang harus diselesaikan dengan kepala dingin meski pemimpin dalam kondisi stres.

Mendelegasikan pekerjaan penting

Sudah menjadi kewajiban setiap pemimpin menjadikan setiap orang yang ada di timnya berkembang. Cara paling efektif adalah memberikan tanggung jawab yang biasanya diemban pemimpin kepada anggota tim yang lain. Proses ini lumrah sebagai bahan untuk memberikan pengalaman dan tanggung jawab baru kepada anggota tim. Namun sayangnya keputusan ini sering salah dilakukan karena tingkat stres yang tinggi pada diri pemimpin dan keharusan segera melimpahkan wewenang kepada anggota tim yang lain.

Pemberian wewenang harus dipertimbangkan secara matang. Karena momen tersebut tidak hanya soal memberikan kepercayaan tetapi juga tetap mempertanggungjawabkan hasil yang dikerjakan. Ada banyak pertimbangan untuk memilih, tak hanya soal jam terbang tetapi juga soal kepribadian dan kemampuan teknis tapi juga kesanggupan, termasuk penilaian kinerja selama ini.

Dalam mempertimbangkan ini terkadang jika berada dalam kondisi banyak tekanan atau stres pertimbangan tidak lagi akurat. Alih-alih mengukur banyak faktor-faktor yang seharusnya menjadi pertimbangan pemimpin bisa salah dan terjebak pada kondisi keharusan memberikan wewenang. Kondisi ini paling baik diselesaikan dengan memberikan wewenang kepada mereka yang sudah terbiasa, atau mereka yang memiliki pengalaman untuk memegang tanggung jawab tersebut, bukan orang baru.

Mengomunikasikan berita yang sulit

Transparansi adalah salah satu kebutuhan dasar dalam membangun bisnis yang terpercaya, baik internal maupun eksternal. Keterbukaan informasi di tim internal sangat penting untuk menjaga hubungan baik dengan sesama, namun hal ini juga mewajibkan semua informasi disampaikan, baik atau buruk. Sebagai seorang pemimpin wajib untuk menguasai kemampuan komunikasi, mengkomunikasikan hal-hal rumit menjadi sederhana dan mengkomunikasikan berita yang buruk dengan baik agar tidak menimbulkan efek yang lebih baik.

Kemampuan komunikasi dan kemampuan diplomatis ini akan mempengaruhi pemilihan kata ketika mengabarkan sesuatu yang sulit diterima, namun harus tetap diinformasikan. Dalam kondisi stres, usahakan pemimpin bisa lebih tentang dan tidak terburu-buru dalam memberikan informasi.

Mengambil keputusan berisiko dan memecahkan masalah sulit

Mengambil dan menentukan keputusan adalah pekerjaan wajib seorang pemimpin. Terkadang selain berdasarkan data keputusan juga diambil berdasarkan intuisi atau insting. Dalam kondisi stres atau emosional akan sangat berisiko pemimpin menentukan keputusan, terlebih keputusan besar. Biasanya dalam hal seperti itu fakta-fakta yang disajikan data diabaikan dan intuisi terkadang menjadi bias.

Selain bersikap tenang dan tidak terburu-buru sebagai pemimpin harus membiasakan membaca data, apa pun kondisinya. Karena fakta yang disajikan oleh data sedikit banyak mampu mengurangi bias yang timbul. Dalam kondisi ini tergesa-gesa hanya akan menimbulkan bencana. Keputusan-keputusan impulsif hanya akan mengabaikan fakta yang ada.

Hal itu juga berlaku dalam pemecahan masalah. Ketergesaan hanya akan mengurangi proses komunikasi sehingga masalah yang harusnya diselesaikan malah menimbulkan masalah baru. Kuncinya ada pada pengendalian diri, pemimpin harus tetap berkepala dingin di setiap saat, karena dengan demikian ia akan menyelamatkan dirinya sendiri dari keputusan salah dan menyelamatkan keseluruhan tim.

Kualifikasi Umum Co-Founder Berkualitas

Bagi seorang founder tunggal membangun tim bisa dimulai dari mencari co-founder, seseorang yang pada akhirnya melengkapi, menyumbang ide dan juga tempat untuk bertukar pikiran. Mencari co-founder harus tepat, tidak hanya soal cocok perkara teknis, tapi juga cocok secara personal.

Sayangnya tidak ada ciri khusus co-founder yang tepat karena memang semua relatif, tergantung bagaimana personal masing-masing. Namun ada beberapa keahlian umum yang mungkin bisa dipertimbangkan ketika memilih co-founder.

Melengkapi kompetensi

Mencari co-founder bukan hanya sekedar mencari yang cocok, tetapi juga melengkapi. Kompetensi yang dimiliki sebisa mungkin untuk melengkapi dalam pengembangan startup. Kompetensi yang dimiliki tidak harus teknik atau berkaitan dengan teknologi, mungkin keterampilan manajemen atau keuangan yang belum dimiliki founder sebelumnya. Karena dengan ukuran tim yang kecil keterampilan berbeda dari tiap individu bisa menjadi sangat penting,

Memiliki kemampuan yang spesifik

Masih berkaitan dengan keterampilan untuk co-founder. Dalam mencari co-founder setidaknya cari mereka yang memiliki pengalaman yang spesifik. Misalnya, Anda seorang diri ingin mengembangkan di bidang pertanian, jika background Anda teknik informatika lebih baik jika Anda mencari mereka yang memiliki keterampilan dan pengetahuan di bidang pertanian atau mereka yang bisa memiliki keterampilan komunikasi.

Kedua ketrampilan tersebut diperlukan untuk tim bisa memahami industri pertanian dan permasalahan yang coba dipecahkan. Sekali lagi, sebisa mungkin co-founder itu bisa melengkapi tim yang ada.

Berkepala dingin

Ketika proses mencari ide atau memecahkan masalah yang ada diskusi adalah hal yang lazim dilakukan. Di dalam diskusi sering juga dijumpai perselisihan atau silang pendapat antara satu dan lainnya. Namun silang pendapat ini perlu dan wajar, yang tidak adalah mereka yang menanggapinya dengan emosi kemudian memperburuk keadaan dan mempengaruhi hubungan satu sama lain.

Kasus sepeti itu yang harus dihindari dalam iklim startup. Sebisa mungkin carilah co-founder yang bisa berpikir dingin di berbagai keadaan. Bekerja dengan orang yang memiliki mampu mengelola emosi dan senantiasa berpikir dingin di suasana-suasana yang genting.

Tiga Nasihat Bermanfaat untuk Pendiri Startup Baru

Di tahun 2018 ini diprediksi akan makin banyak startup baru hadir menawarkan berbagai layanan dan produk memanfaatkan teknologi. Belajar dari tahun sebelumnya, tidak banyak startup yang bertahan dan terpaksa harus gulung tikar, karena berbagai kendala. Mulai dari pendanaan, kesalahan dalam mengelola organisasi hingga langkah-langkah kurang strategis yang telah diambil.

Artikel berikut akan membahas 3 hal penting yang wajib dicermati oleh pendiri startup baru, jika ingin memiliki bisnis yang sukses dan tentunya bertahan, belajar dari Heidi Zak, Co-Founder ThirdLove.

Jangan tinggalkan pekerjaan tetap

Tentunya sudah banyak cerita hingga pengalaman dari para entrepreneur sukses sebelumnya yang memutuskan berhenti dari pekerjaan tetap mereka, demi mengejar karier sebagai seorang pendiri startup. Jika saat ini Anda merasa belum siap untuk berhenti dari pekerjaan tetap, tunda dulu keputusan tersebut. Pastikan Anda memiliki produk dan dana yang cukup hingga akhirnya berhenti dari pekerjaan tetap.

Jika memungkinkan, lakukan juga validasi di awal saat Anda masih memiliki pekerjaan. Lakukan terus uji coba hingga akhirnya mulai terlihat seperti apa target pasar dan model bisnis ideal, kemudian barulah putuskan untuk fokus kepada startup dan berhenti dari pekerjaan tetap.

If you’re uncertain about whether or not to leave a job or start a business, ask yourself this: “Am I going to regret not doing this?”

Penting untuk bersosialisasi

Hal lain yang juga perlu dicermati adalah kegiatan sosialisasi di lingkungan dan kegiatan terkait. Membuat produk yang baik hingga selesai tentunya menjadi prioritas saat mendirikan startup, namun hal lain yang juga perlu untuk diperhatikan adalah sosialisasi. Posisikan diri Anda sebagai pemilik startup di hadapan orang-orang yang tepat, seperti investor, sesama entrepreneur dan orang-orang lainnya yang relevan.

Every cocktail party or lunch meeting is a chance to meet a potential investor, another founder, or someone else that can help you.

Fokus merekrut pegawai yang tepat

Tentunya bukan rahasia lagi bahwa bisnis yang sukses adalah bisnis yang didukung oleh pegawai yang tepat. Namun demikian jika di awal Anda kesulitan untuk menemukan pegawai yang loyal dan siap untuk berjuang demi perusahaan, rekrutlah tenaga freelancer yang mampu untuk bekerja selama beberapa waktu dengan skill yang sudah handal. Dengan demikian Anda bisa fokus membuat produk yang diinginkan hingga selesai.

Jika MVP dan validasi sudah dilakukan, dan startup mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif, lakukan perekrutan pegawai yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan startup.

Once you reach product/market fit (about three years in) you can really start to focus on specific hires.

Kemampuan Umum yang Harus Dimiliki Seorang Product Manager

Peran product manager di dalam startup memang diperlukan. Kaitannya dengan mencari bentuk terbaik sebuah produk atau layanan dan juga untuk inovasi. Bagi startup penting untuk mencari orang-orang yang tepat untuk mengisi posisi ini. Bagi mereka yang tengah menyiapkan diri untuk menjadi product manager berikut beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh para product manager.

Untuk menjadi product manager setidaknya ada dua kemampuan inti yang harus dimiliki. Pertama adalah kemampuan emosional dan sosial dan yang kedua adalah kemampuan teknis. Kemampuan emosional dan sosial akan banyak membantu product manager dalam pengelolaan tim dan memahami pengguna. Sedangkan untuk kemampuan teknis bisa sangat berperan dalam diskusi dengan tim teknis terkait dengan teknologi yang digunakan untuk sebuah fitur atau teknologi yang sekiranya optimal dan bisa diterima dengan baik oleh pengguna.

Kemampuan manajemen

Salah satu kompetensi yang tergabung dalam kompetensi inti yang telah disebutkan sebelumnya adalah kemampuan manajemen. Baik memanajemen diri sendiri mau pun tim. Di samping itu kepekaan terhadap sosial menjadi poin penting yang tidak boleh dilupakan. Kemampuan manajemen dan kepekaan terhadap lingkungan sosial bisa membantu product menager untuk memahami tim dan juga memahami pengguna.

Product manager sering kali diibaratkan sebagai penghubung antara kebutuhan pasar dan juga tim pengembang. Itu artinya product manager wajib memiliki kemampuan untuk berdiskusi dan berkomunikasi dengan pengguna baik untuk mendapatkan umpan balik melalui berbagai cara. Setelah itu product manager juga bertanggung jawab menerjemahkan keinginan pasar kepada tim pengguna dengan baik agar fitur atau produk yang dikembangkan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan atau paling tidak berguna bagi pengguna.

Kemampuan teknis

Selanjutnya adalah kemampuan teknis, kemampuan yang wajib dimiliki untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan tim pengembang dan tim teknis dalam perusahaan. Pemahaman teknologi juga sangat diperlukan untuk bisa memberikan pertimbangan yang berbobot bagi tim teknis.

Salah satu kemampuan teknis yang harus dimiliki adalah kemampuan terkait data. Baik itu mengoleksi, mengolah, dan mengambil wawasan dari data tersebut. Meski product manager bisa dibantu dengan tim lain yang memiliki kemampuan lebih terkait dengan data kemampuan untuk “membaca” data menjadi satu hal yang wajib dimiliki.

Simak seri tulisan tentang pengembangan produk untuk startup:

Seri Pengembangan Produk #1: tentang Product Management dan Product Manager
Seri Pengembangan Produk #2: tentang Product-Market Fit
Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product

Lima Alasan Mengapa Startup Tahap Awal Harus Bootstrapping

Ketika Anda ingin merintis startup, butuh semangat kewirausahaan untuk mewujudkannya, sebab akan ada banyak hal yang harus dikerjakan. Perlu disadari juga dari awal, untuk merintis suatu bisnis baru butuh dana investasi yang nilai tidak kecil.

Berapa banyak yang harus Anda investasikan untuk membuat situs? Haruskah Anda beli peralatan? Ruang kantor macam apa yang perlu Anda sewa? Bagaimana Anda harus gaji diri sendiri?

Jika Anda masih ada di titik ini, disarankan untuk tidak berpikir mengambil kredit, melainkan bangun usaha sepenuhnya dari kantung sendiri. Ada lima alasan mengapa startup pada tahap awal harus bootstrapping. Berikut rangkumannya:

1. Model bisnis biasanya berubah pada tahap awal

Alasan pertama adalah karena sangat mungkin saat Anda mengembangkan gagasan dan model bisnis akan berfluktuasi, sementara Anda harus tetap fleksibel dengan hal tersebut. Biasanya rencana yang Anda siapkan matang-matang sebelum benar-benar diimplementasikan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Hal ini disebabkan ada faktor X, Anda pun harus siap dengan kondisi tersebut.

Ketika Anda mendanai startup dari kantung sendiri, Anda akan berpikir dua kali sebelum berkomitmen untuk menghabiskan uang yang begitu berharga.

2. Fase yang bisa menyeimbangkan pro kontra menjadi karyawan vs pengusaha

Ada pepatah yang menyebutkan, “Jangan tenggelamkan kapal Anda,”. Pepatah ini maksudnya jangan berhenti dari pekerjaan terlalu cepat. Ada risiko signifikan yang terkait apabila Anda bekerja dari kerja kantoran terlalu cepat, sebab Anda harus bertanggung jawab penuh atas seluruh biaya overhead. Mulai dari peralatan, perawatan, komputer TI, staf. Belum lagi hal-hal lainnya yang sering dianggap remeh, seperti asuransi kesehatan, tunjangan pekerjaan, gaji lembur, dan sebainya.

Jika Anda menyubsidi seluruh pertumbuhan awal startup Anda dengan pinjaman, Anda dapat dengan mudah kehilangan jalur dari bisnis sebenarnya. Maka itu, pastikan bisnis Anda memiliki progres hingga mampu menghidupi diri Anda dan karyawan sebelum meninggalkan pekerjaan yang selama ini sudah menghidupi Anda.

3. Menjadi batu loncatan sebelum memutuskan untuk scale up

Bila bisnis Anda hidup karena disubsidi oleh dana eksternal, Anda mungkin tergoda untuk scale up sebelum berhasil membuktikan model bisnis diterima di pasar. Katakanlah bisnis Anda menyediakan layanan kelas seni untuk pasangan di malam hari. Dengan uang sendiri, Anda bisa menguji model bisnis tersebut dengan menyewa ruangan di kedai kopi selama beberapa kali pertemuan.

Selama waktu tersebut, Anda perhatikan apakah model bisnis ini akan melahirkan pengguna loyal? Jika terbukti ada hasilnya, Anda bisa perlahan-lahan menyewa tempat tersebut untuk beberapa bulang sebelum memutuskan untuk sewa penuh. Langkah ini akan meminimalkan dana Anda terbuang sia-sia.

4. Ada hubungan emosional ketika menghabiskan tabungan sendiri

Anda memiliki keterikatan emosional dengan uang sendiri. Setiap kuitansi, pengeluaran, belanja perusahaan dan lain-lain harus membuat Anda mengatakan ke diri sendiri, “Apakah saya memerlukan ini?.”

Ada banyak pemilik usaha yang berjuang menjalani bisnisnya dengan strategi bakar uang, ambil kredit untuk kebutuhan yang tidak penting, seperti makan siang bisnis, beriklan, membuat merchandise, dan lainnya. Biaya seperti ini padahal tidak pernah mereka lakukan jika sedang bersama keluarga mereka dari tabungan sendiri.

Untuk itu, Anda perlu mulai membuat anggaran dengan nominal budget yang konservatif jika hal-hal seperti ini terjadi. Dengan demikian Anda bisa melanjutkan bisnis yang bisa membuat arus kas kembali positif.

5. Anda pegang kendali atas uang sendiri

Bila bisnis yang dirintis malah membawa hutang, berarti Anda membawa risiko yang mana harus menyerahkan bunga untuk memuaskan kreditur. Ini sama saja artinya Anda kehilangan kendali.

Ada istilah bisnis yang biasa digunakan untuk perusahaan publik terkait hal ini, disebutnya rasio hutang terhadap modal. Rasio ini dihitung untuk mengukur rasio semua kewajiban perusahaan terhadap semua aset atau ekuitas.

Bila bisnis berada di atas rasio hutang, bisa menjadi tanda bahwa perusahaan Anda sekarat. Kemungkinan startup Anda ini dimulai dengan modal yang sangat kecil. Dalam hal ini, hutang yang Anda keluarkan akan menyebabkan rasio hutang terhadap modal melonjak dengan sangat cepat. Artinya ini risiko besar.

Risiko akan semakin besar ketika pada tahap awal Anda mengajak investor dan menukarnya dengan saham perusahaan. Anda akan kehilangan kendali, bahkan bisa jadi dipaksa keluar dari jabatan oleh investor.

Lima alasan ini secara langsung mendorong Anda untuk tidak meminjam uang sama sekali dari pihak mana pun. Juga jangan mengandalkan investor. Ketika bisnis Anda telah menemukan pasarnya, namun dapat diandalkan berarti Anda ada potensi untuk scale up.