Memetik Ilmu Karyawan untuk Para Founder Startup

Membangun tim itu menjadi hal yang penting untuk dilakukan, namun belajar dari tim itu adalah hal lain. Jika Anda meluangkan waktu untuk mendengarkan karyawan Anda, maka Anda akan tumbuh sebagai pribadi yang baik sebab kegiatan tersebut akan membantu dalam pengembangan bisnis.

Artikel ini akan membahas lebih lanjut ilmu seperti apa yang bisa Anda pelajari sebagai founder dari karyawan Anda. Berikut rangkumannya:

1 Karyawan lebih pintar dari Anda

Karyawan telah mengajari Anda bahwa mereka lebih pintar dari jenis pekerjaan yang biasa ditangani, seharusnya memang demikian. Sebab hal ini akan membantu Anda dalam membuat keputusan untuk merekrut talenta jadi lebih baik.

Anda dapat mengidentifikasi apakah seorang kandidat dapat mengajari Anda suatu ilmu yang baru dan bisa memberi nilai bagi perusahaan. Juga, membantu Anda menyadari bahwa Anda tidak mungkin bakal tidak acuh kepada karyawan yang benar-benar memberikan nilai lebih bagi perusahaan dengan memberikan peluang karir yang lebih.

2. Kepercayaan dan delegasi pekerjaan itu penting

Berbicara mengenai kepercayaan dalam tim itu cukup biasa, namun jadi tidak biasa ketika Anda ingin mendelegasikan tugas ke karyawan. Cukup sulit memang untuk membiarkan orang lain melakukan suatu pekerjaan dengan cara mereka. Anda bakal belajar untuk mempercayai kemampuan tim dan membiarkan mereka menyelesaikannya dengan caranya sendiri. Anda harus yakin bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

3. Ketidaksepakatan bukan berarti selalu buruk

Seorang karyawan sejatinya tidak boleh takut untuk tidak setuju dengan atasan mereka. Jika Anda menerapkan ini dalam lingkungan kerja, maka Anda akan menemukan banyak hal yang berkesan ditawarkan oleh karyawan. Mereka jadi tidak takut mengemukakan pendapat yang berbeda. Bisa ditarik kesimpulan bahwa ketidaksepakatan bisa menjadi hal yang sehat dan benar-benar bisa membantu bisnis lebih berkembang.

4. Berbeda perspektif membuahkan inspirasi baru

Tidak jauh dari poin sebelumnya, saat Anda bekerja pasti selalu mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas. Anda menyadari bahwa karyawan adalah sumber inspirasi terbaik karena mereka tidak berpikir seperti Anda. Namun, mereka harus menghadapi masalah yang sama.

Dengan berbagai perspektif yang mengarah pada satu titik pemecahan masalah, maka tim akan mendapatkan inspirasi baru. Membuahkan sebuah solusi yang dapat dipakai semua orang, pekerjaan pun jadi lebih cepat terselesaikan.

Cara Memotivasi Karyawan Tanpa Melibatkan Uang

Sebagai seorang pemimpin, memotivasi karyawan merupakan tugas yang tidak terelakkan. Motivasi berkaitan erat dengan produktivitas, berkaitan juga dengan misi bisnis untuk terus tumbuh. Pemimpin harus bisa membangkitkan semangat dan menjaganya untuk tetap berkobar. Untuk membantu hal tersebut, berikut berapa tips yang dilakukan untuk memotivasi karyawan, tanpa melibatkan uang langsung atau bonus.

Otonomi, penguasaan, tujuan

Sebagai seorang pemimpin Anda mempunyai hak untuk mengatur banyak hal dalam tim. Tetapi jika memiliki tujuan untuk memotivasi para pegawai Anda coba libatkan mereka dalam beberapa hal. Beri mereka keleluasaan untuk mengatur sesuatu, kesempatan yang diberikan akan memberikan rasa keterlibatan yang berdampak penting dalam hubungan dalam tim. Di samping itu memberikan umpan balik dan penghargaan juga menjadi pelengkap yang baik dalam strategi memotivasi anggota tim.

Memberikan pujian dan penghargaan yang spesifik

Memberikan ucapan “terima kasih” adalah upaya memberikan sebuah pujian dan penghargaan atas capaian yang didapat oleh setiap karyawan. Untuk bisa lebih optimal, gunakan pujian yang spesifik. Misalnya dengan menyebutkan subjek yang dikerjakan sambil memberikan beberapa masukan dan meminta tanggapan sebagai bentuk hubungan yang lebih dalam.

Mengembangkan komunitas

Untuk lebih meningkatkan rasa terhubung di dalam anggota tim strategi membangun komunitas bisa diupayakan, baik itu komunitas offline maupun komunitas online. Dengan komunitas ini, setiap karyawan bisa lebih saling terhubung satu sama lain. Menghabiskan waktu kerja bersama dan sesekali bermain bermain-main bersama.

Tetap terhubung

Satu cara lain untuk bisa menjalin dan meningkatkan keterlibatan dengan anggota tim adalah tetap terhubung baik di dalam maupun di luar pekerjaan. Tentu dengan batasan dan koridor tertentu. Seperti tetap memperhatikan mereka sebagai manusia yang memiliki kesibukan lain dan keluarga yang perlu diperhatikan. Dengan tetap terhubung Anda bisa berlatih untuk memahami dan mengenali anggota tim lebih jauh.

Sediakan fasilitas dan hak istimewa

Motivasi berkaitan erat dengan kenyamanan anggota tim. Untuk bisa membangun motivasi sekaligus kenyamanan pimpinan bisa mencoba cara menyediakan beragam fasilitas. Seperti fasilitas bermain, makanan, dan lainnya. Beri hak mereka untuk memanfaatkan hal-hal tersebut. Menciptakan kenyamanan tempat kerja, meningkatkan produktivitas.

Empat Kesalahan Eksekutif di Tempat Baru

Dinamika startup dan bisnis adalah keluar masuk pegawai baru, tak terkecuali untuk jabatan eksekutif. Suatu saat nanti, jika diperlukan mempekerjakan eksekutif dari luar tim merupakan sebuah pilihan yang tidak bisa dihindari. Tentu yang akan mengisi slot eksekutif adalah orang-orang terpilih dengan segudang pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis.

Layaknya orang baru di tempat baru, ada beberapa hal yang bisa menjadi kesalahan para eksekutif baru ini. Berikut beberapa hal yang bisa menjadi kesalahan para eksekutif baru di tempat yang baru.

Terburu-buru menawarkan visi baru ke organisasi

Salah satu hal terpenting dalam memasuki lingkungan baru adalah adaptasi. Begitu pula dengan para eksekutif yang menempati tempat barunya, mereka membutuhkan adaptasi yang cukup sebelum benar-benar “menjalankan” tugas mereka masing-masing. Salah satu kesalahan yang mungkin terjadi bagi para eksekutif baru adalah terburu-buru dalam menawarkan misi baru ke perusahaan yang dipimpinnya.

Meski sebagai posisinya sebagai eksekutif, statusnya masih sebagai orang baru. Pengenalan dan adaptasi masih diperlukan, salah satunya dengan budaya dan sumber daya yang ada. Dengan demikian untuk visi baru harus disesuaikan terlebih dahulu. Tidak terburu-buru.

Membuat keputusan besar terlalu cepat

Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, adaptasi dan pengenalan kekuatan tim menjadi salah satu yang terpenting. Biasanya setiap eksekutif berusaha memberikan yang terbaik dengan membawa perubahan-perubahan di berbagai sektor. Nyatanya itu bisa menjadi sebuah blunder jika dilakukan dengan terburu-buru.

Eksekutif harus memperhatikan dan menghitung lebih detil. Kuncinya adalah adaptasi dan pengenalan bisnis secara menyeluruh.

Memprioritaskan hubungan eksternal dibanding hubungan internal

Hal lain selanjutnya yang menjadi bantu sandungan bagi para eksekutif baru adalah terlalu memprioritaskan hubungan eksternal. Baik dengan kolega atau rekanan bisnis. Padahal yang diperlukan adalah kebutuhan memahami tim dan menjadi figur yang dikenal dan dihormati di dalam tim. Eksekutif adalah pimpinan dan pimpinan wajib menjalin hubungan yang baik dengan seluruh anggota tim di bawahnya.

Melakukannya sendiri

Eksekutif baru untuk bisa bertahan dan berjalan setidaknya harus memiliki “support team” . Menjalani beberapa bulan pertama tanpa minta bantuan atau meminta masukan dari tim adalah salah satu kesalahan. Untuk bisa lebih dekat dengan tim, untuk bisa memanfaatkan kekuatan yang ada sebelumnya eksekutif berkewajiban untuk membentuk tim yang akan membantunya dalam menakhodai bisnis. Dengan demikian transfer pengetahuan akan berjalan sinergi seiring berjalannya waktu.

5 Hal yang Perlu Mulai Dibiasakan Founder Startup Baru

Untuk terus berkembang, startup perlu adaptif terhadap beragam dinamika terkait dengan bisnis. Budaya kerja juga menjadi salah satu kunci untuk memajukan laju perkembangan startup. Berbagai faktor perlu dipertimbangkan, mulai dari membangun dari dalam, hingga memperhatikan berbagai perkembangan di luar.

Berikut ini adalah beberapa hal sederhana yang patut dipertimbangkan oleh setiap founder atau penggerak startup baru atau yang masih di tahap awal untuk memastikan bisnisnya melaju dengan baik dan pesat.

Menetapkan tujuan dan arah bisnis

Tujuan harus sangat jelas, membangun startup lebih kompetitif dengan menetapkan value startup. Begitu juga visi dan misi, value perusahaan juga penting untuk mengingatkan semua yang berpengaruh pada perusahaan Anda. Dengan ini, semua pihak dapat merespon baik dengan loyalitas menjaga kondisi startup Anda secara maksimal.

Berdayakan karyawan

Ketika startup Anda membutuhkan pelanggan yang besar, bangunlah tim yang dapat berimprovisasi memperbaiki situasi pasar. Karena akan ada karyawan yang dapat membuat keputusan membantu memecahkan masalah saat startup Anda sedang berjalan.

Posisi karyawan di sini bertugas menyampaikan pengetahuan tentang tujuan perusahaan kepada pasar untuk mengikuti atau menggunakan produk/jasa startup Anda. Sehingga startup semakin  berkembang seiring penyampaian kepada pelanggan tepat sasaran.

Transparansi

Sebagian besar startup yang memiliki ruang kerja bersama menumbuhkan budaya yang transparani. Jika Anda ingin anggota tim dapat mengutarakan pendapat atau ide cemerlang, bisa langsung komunikasi tanpa ada jarak. Dengan ruang kerja ini juga akan tumbuh rasa percaya diri karyawan Anda untuk membangun keharmonisasian tim.

Menyiasati perkembangan tren

Salah satu budaya startup adalah selalu mengikuti perkembangan tren yang ada, untuk merealisasikan produk/layanan apa yang sesuai mengikuti tren tersebut. Terkadang, gagasan hadir melalui pihak eksternal yang secara langsung meningkatkan gebrakan bisnis Anda.

Buatlah eksperimen

Jika Anda tidak berani gagal dalam memulai sesuatu yang baru, harapan untuk mencapai kesuksesan sangatlah kecil. Dalam eksperimen ini, Anda dituntut untuk membuat suatu perubahan dalam pelayanan terhadap pelanggan. Budaya seperti ini sangat sering digunakan oleh startup lainnya, karena dianggap suatu perubahan itu bernilai besar.

Gambaran tentang Lingkungan Kerja yang Baik

Membicarakan tentang lingkungan kerja menjadi materi yang selalu menarik. Pasalnya bekerja sendiri menjadi sebuah aktivitas dominan dalam kehidupan kita. Bayangkan, dalam satu hari kita memiliki waktu 24 jam, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk bekerja, dan perbandingannya dengan aktivitas lain? Belum lagi aktivitas bekerja juga dilakukan rutin hampir setiap hari, setidaknya lima hari dalam satu Minggu.

Perangai seseorang umumnya akan mengikuti tempat di mana ia sehari-hari berada. Jika berada di tempat yang mengasah, maka ia akan terus mengalami peningkatan, pun sebaliknya. Dengan demikian lamanya kita berada di lingkungan kerja, sudah selayaknya disiasati dengan ragam hal yang mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, secara kompetensi diri maupun tingkah laku.

Sayangnya tidak semua lingkungan kerja memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Banyak faktor yang kerap ditemui, beberapa di antaranya:

  1. Faktor kepemimpinan; keseharian di lingkungan kerja sangat bergantung bagaimana pemimpin di sana membangun kultur kerja. Jika pemimpin mengunggulkan sisi profesional, disiplin dan memiliki wawasan yang luas, dampak positif pada pengembangan rekan-rekan di bawahnya akan sangat terdukung. Sebaliknya, jika pemimpin bisnis lebih sering mencamur-adukkan berbagai kepentingan dan terkesan membatasi, maka jangan harap orang-orang di bawahnya akan terus berkembang.
  2. Faktor akuntabilitas; salah satu hal yang penting ditekankan dalam kultur bisnis adalah keterbukaan. Namun bukan berarti semua hal harus diketahui semua orang, akuntabilitas juga menempatkan informasi pada orang yang tepat. Kejujuran menjadi faktor pendukung dalam hal ini. Beberapa cerita yang pernah kami dengar, isu internal sering terjadi karena adanya tindakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Misal ada penjualan yang nilainya lebih tinggi, tapi dilaporkannya dengan nilai yang biasa saja. Percayalah pada sebuah prinsip hidup ini: sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga.
  3. Faktor kepercayaan; bagaimana mau berkembang, jika seseorang hanya dikurung di tempat yang sama dalam lingkungan kerja. Tidak boleh mengenal orang baru, tidak boleh mencoba hal baru. Dengan tidak adanya kepercayaan, artinya tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk melakukan hal baru. Sementara masing-masing dari pekerja mutlak memerlukan tantangan baru untuk senantiasa mempelajari banyak hal baru, tak lain untuk kebaikan bisnis itu sendiri dan kebaikan si pekerja secara personal.

Cool workspace gives you a playground, ordinary workspace gives you space to work

Sebuah keuntungan mana kala kita berada di lingkungan kerja yang membangun diri kita secara pribadi, dalam hal ini disebut sebagai playground. Ada sebuah pilihan dalam melakukan pekerjaan, dengan workflow rutin yang sehari-hari dilakukan, atau dengan terus mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. KPI atau semacamnya tetap menjadi tujuan akhir, namun proses tersebut yang akan banyak mendidik kualitas seseorang.

Layaknya ruang bermain, kita diberikan kebebasan untuk melakukan banyak hal, dengan cara-cara yang kita temui dan dengan hal-hal yang kita sukai. Kendati diberikan kebebasan ada hal-hal yang bersifat prinsip yang harus menjadi fondasi, yakni tetap fokus pada tujuan dan mampu mengomunikasikan dengan baik. Fokus pada tujuan penting, agar tidak salah arah dalam melaju. Walaupun diberikan keleluasaan, tujuan utama bekerja adalah mencapai target yang diinginkan bisnis.

Selain dukungan lingkungan kerja, sejatinya faktor kemauan yang ada pada diri sendiri juga sangat signifikan dampaknya. Sebesar apa pun kesempatan pengembangan karier yang diberikan perusahaan, jika pekerja secara personal tidak memiliki kemauan untuk belajar akhirnya akan sama saja. Sehingga sinergi baik antara seseorang sebagai pribadi yang bekerja, dengan lingkungan kerja sebagai fasilitator harus mampu berjalan beriringan, sehingga memberikan value untuk keduanya.

Mengembangkan Budaya Tanggung Jawab Tim

Bukan menjadi rahasia umum bahwa mengembangkan startup tidak hanya mengembangkan bisnis atau produknya, namun harus pula membangun dan mengembangkan kultur demi menjaga kualitas di dalamnya. Salah satu kultur yang penting dan harus dibangun sedini mungkin adalah kultur akuntabilitas, atau kultur tentang tanggung jawab. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mulai membangun kultur tanggung jawab ini.

Mencari orang yang tepat

Membangun tim diawali dengan memilih orang-orang yang tepat. Dalam kasus membangun budaya tanggung jawab yang tepat memilih anggota tim harus berdasarkan rekam jejak tanggung jawab mereka. Meski kemampuan teknis dibutuhkan dalam sebuah tim tapi di sisi lain tanggung jawab dan pemenuhan tanggung jawab menjadi penting untuk bisa mencapai tujuan. Untuk itu pastikan Anda mencari orang-orang yang tepat, baik dari segi teknis maupun tanggung jawab.

Untuk mencari orang-orang yang bertanggung jawab bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan mengerjakan tugas saat seleksi, mewawancarai mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut tentang tanggung jawab, atau cara-cara lain yang bisa dikreasikan.

Menentukan tujuan yang jelas dan terukur

Untuk membangun budaya tanggung jawab salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai dengan ukuran-ukuran yang cukup jelas untuk dipahami. Bagian terpenting ini berkaitan dengan perbedaan ekspektasi antar anggota tim. Untuk melakukan hal tersebut cara-cara yang bisa ditempuh adalah dengan menuliskan tujuan atau ekspektasi di tempat yang bisa diakses banyak orang, ukuran yang spesifik, dan juga tenggat waktu yang ditetapkan. Kejelasan seperti ini akan membantu pengguna dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan mempertanggungjawabkannya.

Mendelegasikan wewenang

Untuk menyiapkan kultur tanggung jawab dan mewariskannya ke anggota tim yang lain sebagai pemimpin seharusnya mulai memberikan wewenang kepada salah satu anggota tim. Berikan tanggung jawab yang lebih ke salah satu dari mereka. Tujuannya untuk melatih mereka memegang tanggung jawab lebih, tanggung jawab untuk membagi pekerjaan dengan rekan satu tim.

Mengukur dan review hasil

Demi mencapai tujuan dan membangun kebiasaan yang baik tugas terpenting bisnis adalah mengukur dan me-review setiap hasil yang dicapai bersama dengan anggota tim. Dalam review ini nantinya diharapkan bisa mendapatkan hasil yang bisa dievaluasi bersama, baik evaluasi positif maupun evaluasi negatif. Dengan demikian jika ditemukan permasalahan bisa dievaluasi bersama sejak dini.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Mengukur Perkembangan Tim

Seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab atas perkembangan profit dan pendapatan bisnis tetapi juga perkembangan seluruh elemen dalam bisnis. Baik dari segi finansial atau manusia-manusia di dalamnya. Selain mengembangkan produk dan berinovasi secara berkala untuk tidak kalah di persaingan pasar seorang pemimpin juga harus mengembangkan orang-orang dalam tim untuk siap menjadi pemimpin di kemudian hari.

Bagi seorang pemimpin, berikut beberapa pertanyaan yang sekiranya bisa dipertanyakan untuk mengukur perkembangan tim dalam bisnis, terutama untuk menyiapkan regenerasi pemimpin.

Apakah Anda melakukan hal kecil tapi berdampak besar bagi mereka?

Jika Anda sudah cukup lama menjadi pemimpin dan mulai meragukan peran serta Anda di dalam tim coba tanyakan pertanyaan di atas. Seharusnya semakin lama memimpin sebuah bisnis, sebuah tim Anda bisa lebih fokus pada hal-hal kecil yang spesifik, namun dalam hal-hal tersebut Anda memberikan sesuatu yang besar. Ini semacam efektivitas kerja Anda, tim Anda telah berkembang untuk mengambil atau mengisi tanggung jawab Anda yang lain.

Seberapa besar bisnis tergantung pada Anda dibanding kuartal sebelumnya?

Masih berkaitan dengan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ini juga membantu Anda mengukur tingkat ketergantungan bisnis terhadap peran serta Anda dalam bisnisnya. Semakin kecil ketergantungannya berarti Anda sudah berhasil memberikan visi dan misi yang jelas bagi setiap tim yang ada.

Apakah Anda mengembangkan generasi selanjutnya sebagai pemimpin bisnis ?

Waktu terus bergerak, Anda sebagai pemimpin tidak lantas akan abadi di posisi Anda. Sebagai seorang pemimpin Anda wajib mencari pengganti Anda, caranya tentu dengan menyiapkan orang-orang yang mampu. Peran Anda tentu diperlukan untuk membentuk karakter, kemampuan dan tanggung jawab calon pemimpin di bisnis  Anda. Hal ini sangat terbantu Jika Anda mengembangkan kultur yang baik di perusahaan Anda.

Apakah Anda membantu memecahkan masalah atau membantu tim menemukan cara mereka untuk memecahkan masalah?

Salah satu cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab tim adalah dengan memberikan jam terbang dan tanggung jawab yang lebih bagi tim yang ada. Salah satu kebiasaan baik yang bisa dicoba adalah dengan tidak membantu memecahkan masalah, tapi bantu mereka menemukan jalan untuk mencari solusi.

Dua Hal yang Perlu Disiapkan Founder sebelum Bertemu Calon Investor

Bagi founder startup, mencari investor bisa menjadi alternatif yang dapat ditempuh saat dana bootstrapping mulai menipis. Namun hal-hal apa saja yang perlu disiapkan para founder sebelum bertemu mereka?

Edisi #SelasaStartup pekan kedua Agustus 2017 yang diselenggarakan DailySocial menghadirkan angel investor dari ANGIN Stephanie Hermawan dan Analyst MDI Ventures Gani Lie. Menurut mereka, setidaknya ada dua hal yang perlu disiapkan para founder. Berikut rangkumannya:

1. Tunjukkan traksi untuk membuktikan model bisnis itu sukses

Stephanie mengungkapkan, pada dasarnya angel investor itu lebih menyukai investasi startup saat masih berada dalam tahap early stage. Setiap angel investor pun memiliki selera startup yang berbeda satu sama lainnya, terlebih lagi di ANGIN.

Secara pribadi, Stephanie menyukai startup digital maupun non-digital yang berorientasi pada dampak sosial. Salah satu startup yang pernah dia investasikan adalah Kitabisa.

Saat bertemu Kitabisa ataupun startup lainnya, Stephanie selalu menekankan bahwa founder startup harus mampu menghasilkan traksi saat perusahaannya baru berdiri. Menciptakan traksi sama artinya dengan membuktikan bahwa bisnis yang dijalani jelas terbukti dapat menghasilkan uang, tanpa harus didorong dari subsidi atau dana dari investor.

Dirinya mengaku selalu melihat startup digital atau bukan, sama halnya dengan bisnis tradisional. Makanya orientasi yang selalu dia tekankan adalah menciptakan traksi.

“Waktu saya investasi ke Kitabisa, saya lihat mereka sudah ada traksi meski baru tiga bulan berdiri. Artinya model bisnis mereka itu proven, terlihat dari traksinya. Meski mereka itu startup yang memiliki social impact, namun harus memiliki unsur bisnis agar perusahaannya bisa berlangsung lama,” ucapnya.

Ia menambahkan dengan memiliki traksi, startup tersebut dapat berdiri sendiri tanpa harus disokong bantuan dari investor. Hanya saja, pertumbuhannya tidak gencar. Hadirnya investor sekadar menjadi batu loncatan bagi startup tersebut untuk melangkah lebih cepat.

“Sebab banyak founder yang dirikan startup karena ingin mendirikan startup, banyak yang tidak paham apa tujuannya. Malah ada yang sekadar cari funding saja, tanpa memerhatikan startupnya sudah menciptakan traksi atau belum.”

2. Persiapan mental dari founder startup itu sendiri

Senada dengan Stephanie, Gani menambahkan bahwa dirinya selalu meminta founder startup untuk bertemu tatap muka sebelum pihaknya berinvestasi di tempat mereka. Menurut Gani, dengan tatap muka dia dapat melihat sendiri bagaimana ambisi founder dalam mengembangkan perusahaan mereka sendiri.

“Founder harus open minded. Idealism is good, but too much is hell. Sebab pada akhirnya founder itu harus mikirin revenue,” kata Gani.

Untuk mendapat investasi tahap awal, sambungnya, startup minimal sudah harus memiliki produk dan market. Dari situ akan terlihat apakah founder bisa mengeksekusi model bisnis yang dia percaya dengan menjual produknya atau tidak.

Bantuan dari investor, sambungnya, tidak hanya berbentuk finansial saja melainkan mentoring. Investor dapat mengarahkan arah bisnis seperti apa yang perlu diubah, produk seperti apa yang dibutuhkan pengguna, dan lainnya.

Untuk peserta startup yang tergabung dalam program inkubasi di Telkom, bila mereka memiliki bisnis yang cocok, bakal diintegrasikan dengan ekosistem yang dibutuhkan perusahaan.

“Akan kami lihat bagaimana sinerginya dengan Grup Telkom bila startup punya model bisnis yang bagus.”

MDI sendiri memiliki preferensi segmen sendiri untuk startup yang dibidiknya, yakni bergerak di produk telekomunikasi, business to business (B2B), big data, analytics, dan asuransi.

Tiga Kesalahan Kecil yang Wajib Dihindari Founder Startup

Saat menjalankan startup terkadang Anda sebagai Founder kerap bertemu dengan masalah yang cenderung minor sifatnya. Jika tidak dilakukan dengan tepat, persoalan tersebut bisa menjadi kesalahan kecil yang bakal mengganggu jalannya bisnis startup. Artikel berikut ini akan mengupas tiga kesalahan kecil yang bisa dihindari oleh pemilik startup saat menjalankan bisnis.

Kontrol pengeluaran

Saat startup baru berjalan dan pengguna hingga traksi sudah mulai didapatkan dalam jumlah yang cukup, ada baiknya untuk mengontrol pengeluaran. Dalam hal produksi atau pengembangan, pikirkan dengan bijak teknologi atau produk yang akan dibuat, jangan habiskan uang simpanan Anda untuk menambah fitur atau membuat inovasi baru yang belum dibutuhkan.

Jika Anda masih memanfaatkan uang sendiri atau bootstrapping, kegiatan ini akan mempengaruhi pengeluaran dan kondisi finansial startup, namun jika startup telah memiliki pendapatan yang stabil dan investor yang rela memberikan uang dalam jumlah besar hal tersebut bisa saja dilakukan. Untuk itu perhatikan kondisi finansial startup, dan pastikan layanan atau fitur yang akan dibuat, tidak akan merugikan startup pada akhirnya.

Jangan terlalu fokus kepada satu produk

Kebanyakan Founder merasa yakin dan terlalu fokus dengan satu produk, sehingga menghiraukan potensi di sekitar yang bisa digali lebih dalam menjadi produk. Sudah banyak entrepreneur yang gagal ditengah jalan karena terlalu yakin dan personal dengan produk yang dimiliki.

Jika Anda sudah memiliki ide atau produk yang bakal dibuat, coba cermati juga peluang serta faktor pendukung lainnya yang bisa membantu startup. Hal tersebut bisa membantu startup melakukan pivoting, ketika produk awal tidak berjalan dengan baik.

Jalankan bisnis bukan startup

Terkadang inovasi yang memanfaatkan sepenuhnya teknologi tidak akan bertahan lama, untuk itu ketika Anda berniat untuk meluncurkan startup, pikirkan dengan baik masa depan dan bagaimana produk yang dihadirkan saat ini bisa bertahan 10 hingga 20 tahun lebih lamanya.

Idealnya jalankan startup Anda layaknya bisnis, bisnis yang berjalan dengan baik dan lancar memiliki potensi untuk menjadi besar. Idealnya startup sarat dengan inovasi dan growth, namun tujuan akhir membangun startup adalah bisnis yang berjalan dengan baik dan tahan lama.

Seni Menjual Harus Dimiliki Setiap Founder Startup

Salah satu DNA dalam proses bisnis adalah “seni menjual”. Mulai dari bisnis tersebut dimulai atau membangun inti dari dalam, hingga memastikan produk sampai ke tangan konsumen dengan tepat. Sangat mustahil bisnis akan berjalan tanpa adanya pemahaman tentang cara untuk menjual tersebut.

Dimulai dari menjual visi untuk lingkup internal

Ketika sebuah ide dicetuskan, seorang founder perlu meramu susunan yang tepat untuk memastikan roda bisnis berputar dengan baik. Apa yang perlu ia lakukan? Tak lain menjual visi, baik kepada orang lain sebagai mitranya maupun kepada investor untuk dapat mengakselerasi bisnisnya.

Menjual visi ini menjadi hal yang sangat krusial, pada dasarnya membangun bisnis juga membutuhkan chemistry –sebuah keinginan dan semangat yang sama untuk membawa apa yang telah dirintis ke suatu titik.

Kendati demikian ada cara pragmatis yang dapat dipilih oleh founder. Namun dapat dijadikan pertimbangan, bahwa cara pragmatis akan mengantarkan rekanan yang dipilih pada titik pengguguran kewajiban. Artinya seorang tersebut hanya akan berjalan bagaikan robot, mereka bekerja dengan apa yang diperintahkan. Kecil kemungkinan aktif memberikan sumbangsih untuk improvisasi bisnis yang dibangun.

[Baca juga: 5 Cara Menjadi Orang yang Berpengaruh]

Menjual visi adalah untuk memberikan sebuah kepercayaan. Terlebih bagi startup, umumnya di fase awal tidak ada yang bisa dipamerkan, selain visi tadi. Visi yang dijual adalah sesuatu yang ingin dilihat oleh founder startup tentang bisnisnya di masa mendatang.

Dilanjutkan membawakan produk ke tangan konsumen

Ketika seseorang mulai melangkah dengan bisnisnya, hal yang akan ditemui di lapangan adalah tidak ada orang yang akrab dengan produk yang dikembangkan. Mengapa ini penting untuk menjadi penegasan, karena sering kali pengusaha gagal mengingat ini karena mereka menghabiskan sepanjang hari setiap hari memikirkan produk mereka, dan bagi mereka itu mudah dipahami.

Kenyataannya ketika menunjukkan produk kepada orang lain untuk pertama kali tidaklah mudah. Meskipun mereka dapat melihat bahwa itu baru dan mengesankan, mereka tidak tahu apa yang mereka lihat. Di sini tantangan muncul, lagi-lagi tentang menjual. Solusinya hanya dua, membuat apa yang disampaikan mudah dimengerti atau membuatnya menjadi sangat menarik.

[Baca juga: 8 Strategi Pemasaran Produk untuk Generasi Z]

Seni menjual yang sangat umum adalah dengan melempar ide dan latar belakang tentang solusi yang ditawarkan. Membuat sebuah garis besar masalah yang mungkin dihadapi konsumen dengan cara yang paling ringan. Menceritakan sebuah cerita masih menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian audiens, dan lebih mudah untuk dihubungkan daripada daftar fakta dan gambar.

Semakin penuh warna, bermakna dan sederhana membuat penjelasan, semakin mudah diresapi. Pastikan untuk menjaga agar tetap singkat dan relevan, menguraikan setiap ciri khas produk hingga menyulut kegembiraan pengguna. Dan pada akhirnya, harus ada dorongan penjualan atau komitmen. Beberapa orang sering kali terlihat tertarik pada sebuah produk, namun tidak memiliki minat untuk membeli.

Seni menjual ini sangat dinamis, bahkan bisa dikatakan tidak ada teori tentang bagaimana memenangkan orang atau konsumen dengan strategi yang pasti. Semuanya serba tambal-sulam, dengan maksud sangat bergantung dengan kejelian “sang penjual” dalam membaca keadaan, memberikan penjelasan dan menekankan penawaran.