Pokimane Sempat Ingin Pensiun, PUBG Mobile Jadi Sponsor Tim Cricket di Pakistan

Ada beberapa berita menarik di dunia esports pada minggu lalu. Salah satunya, Pokimane mengaku, dia sempat mempertimbangkan untuk pensiun sebagai streamer pada 2022. Selain itu, PUBG Mobile memutuskan untuk menjadi sponsor dari tim cricket di Pakistan. Sementara itu, Liga League of Legends di Eropa memperpanjang kontrak kerja sama dengan Secretlab, Red Bull, dan Warner Music. Dan tim League of Legends FlyQuest baru saja menandatangani kontrak dengan Mastercard.

Pokimane Sempat Pertimbangkan untuk Pensiun di 2022

Streamer perempuan terpopuler di Twitch, Imane “Pokimane” Anys mengungkap bahwa dia sempat berencana untuk pensiun di tahun ini. Dia menceritakan hal itu tak lama setelah dia diblokir oleh Twitch karena menampilkan Avatar: The Last Airbender saat dia sedang siaran. Dalam sebuah video, Pokimane mengatakan, satu-satunya alasan dia tetap melanjutkan karirnya sebagai streamer adalah karena perubahan yang terjadi di Twitch.

“Saya sempat mempertimbangkan untuk berhenti menjadi streamer pada tahun ini. Saya mengurungkan niat saya karena jumlah penonton dan streamer perempuan di Twitch terus bertambah, dan komunitas Twitch menjadi semakin beragam, dengan semakin banyak munculnya streamer dari ras kulit warna maupun grup minoritas lainnya,” kata Pokimane, seperti dikutip dari USA Today. Dia mengaku, dia mempertimbangkan untuk mundur karena dia lelah dianggap sebagai “gangguan” di industri.

Mastercard Jadi Rekan Finansial dari FlyQuest

Organisasi esports asal Amerika Utara, FlyQuest, mengumumkan kerja sama mereka dengan Mastercard. Dengan begitu, Mastercard resmi menjadi rekan finansial dari tim League of Legends FlyQuest. Bersamaan dengan pengumuman tersebut, FlyQuest memamerkan seragam baru mereka, yang kini dilengkapi dengan logo Mastercard. Seragam itu akan digunakan oleh tim FlyQuest sepanjang musim League of Legends Championship Series (LCS) 2022.

Seragam baru dari FlyQuest. | Sumber: Esports Insider

“Kami selalu berkomitmen untuk memastikan bahwa semua entitas yang menjadi rekan kami memiliki nilai yang sama dengan kami. Karena itu, kami sangat senang dengan keputusan Mastercard untuk menjadi rekan dari FlyQuest,” kata CEO FlyQuest, Tricia Sugita, seperti dikutip dari Esports Insider. “Bersama, FlyQuest dan Mastercard akan membuat kolaborasi yang fokus untuk menunjukkan prinsip dari kami berdua.”

LEC Perbarui Kerja Sama dengan Secretlab, Red Bull, dan Warner Music

League of Legends European Championship (LEC) baru saja memperbarui kerja sama dengan tiga brands penting, yaitu manufaktur gaming chair, Secretlab, label rekaman, Warner Music, dan perusahaan energy drink, Red Bull. Dengan ini, Secretlab resmi menjadi rekan gaming chair dari LEC dan EU Masters. Jadi, kursi TITAN Evo 2022 buatan Secretlab akan digunakan dalam kedua kompetisi itu, menurut laporan dari Esports Insider.

Sementara itu, Warner Music terus menjadi rekan musik dari LEC. Riot Games mengungkap, label rekaman itu punya peran penting dalam pembuatan video promosi dari 2022 LEC, yang menampilkan penyanyi Chrissy Constanza. Ke depan, Warner Music akan terus membantu LEC dalam segala sesuatu terkait musik. Terakhir, Red Bull akan membuat program content activations yang akan ditampilkan di LEC. Selain itu, mereka juga akan mempromosikan skena esports League of Legends di level grassroots selama 12 bulan.

PUBG Mobile Sponsori Tim Cricket di Pakistan

PUBG Mobile menjadi sponsor dari Lahore Qalandars, tim cricket yang berlaga di Pakistan Super League (PSL). Hal ini diungkap melalui akun Twitter resmi dari Lahore Qalandars. Sebagai bagian dari kontrak sponsorship ini, fans dari Lahore Qalandars akan bisa mendapatkan kesempatan untuk menerima item “eksklusif” di PUBG Mobile. Sayangnya, belum diketahui apa item tersebut.

Juru bicara Lahore Qalandars mengatakan, kerja sama mereka dengan PUBG Mobile merupakan kolaborasi jangka panjang. Dia menambahkan, mereka akan mempromosikan PUBG Mobile di Pakistan. Harapannya, jumlah pemain PUBG Mobile di negara itu — yang kini mencapai 15 juta orang — akan bertambah. Selain itu, tim cricket tersebut juga akan fokus untuk mempromosikan kompetisi yang sehat di skena esports, lapor Dot Esports.

Blizzard Ungkap Rencana Esports untuk World of Warcraft di 2022

Blizzard Entertainment baru saja mengumumkan rencana mereka untuk merayakan ulang tahun ke-15 dari World of Warcraft Esports. Untuk itu, pada 2022, mereka akan menggelar tiga kompetisi. Secara total, hadiah yang ditawarkan dalam tiga events tersebut mencapai US$1,8 juta. Acara pertama akan dimulai pada Februari 2022. Salah satu acara yang akan diadakan oleh Blizzard adalah Arena World Championship. Turnamen yang telah berlangsung selama 15 tahun itu akan dimulai pada 18 Maret 2022.

Selain itu, Blizzard juga berencana untuk mengadakan Mythic Dungeon International. Sama seperti musim sebelumnya, MDI Season 3 ini juga akan menggunakan format grup. Pendaftaran untuk Time Trials, yang akan dimulai pada 30 Maret 2022, telah dibuka saat ini. Dari sana, 24 tim terbaik akan maju ke season groups. Di sini, mereka akan bertanding dengan satu sama lain untuk mendapatkan tiket ke Global Finals dan hadiah uang sebesar US$30 ribu setiap minggu. Kompetisi terakhir yang diadakan untuk World of Warcraft adalah Classic Arena Tournament. Di kompetisi itu, para pemain dari Eropa dan Amerika Utara bisa membentuk tim beranggotakan tiga orang untuk bertarung dengan satu sama lain.

Sumber header: Talk Esport

Esports Tourism: Bagaimana Game dan Esports Bisa Memajukan Pariwisata

Valve menyediakan 26,8 ribu tiket untuk The International 2019. Dan tiket tersebut terjual habis dalam waktu kurang dari satu menit. Hal ini menunjukkan, walau kompetisi esports bisa ditonton melalui platform streaming secara gratis, sebagian fans tetap punya minat tinggi untuk menonton kompetisi esports secara langsung. Pemerintah Indonesia melihat fenomena ini sebagai kesempatan untuk memulihkan sektor pariwisata, yang terpuruk karena pandemi COVID-19. Karena itulah, mereka hendak menggenjot sports tourism.

Apa Itu Sports Tourism dan Apa yang Sudah Pemerintah Lakukan?

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengartikan sports tourism sebagai kegiatan wisata yang digabung dengan olahraga. Sementara United Nation World Tourism Organization (UNWTO) mengatakan, ada kaitan erat antara olahraga dengan industri pariwisata. Karena, keduanya bisa mendorong jutaan orang untuk berpergian, baik untuk mengunjungi sebuah atraksi wisata atau untuk menonton kompetisi olahraga. UNWTO bahkan menyebutkan, sports tourism merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi.

Di Indonesia, Kemenparekraf mengungkap, potensi nilai sektor sports tourism mencapai Rp18.790 triliun. Sejak lama, Indonesia memang punya beberapa kegiatan olahraga yang menjadi atraksi wisata, seperti lompat batu di Nias. Sekarang, pemerintah ingin mendorong sports tourism untuk menghidupkan kembali industri pariwisata.

Salah satu ajang olahraga tingkat dunia yang digelar di Indonesia belum lama ini adalah World Superbike. Kompetisi balap motor itu diadakan di Mandalika International Street Circuit. Menurut Direktur Operasi & Inovasi Bisnis, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Arie Prasetyo, keuntungan yang didapat dari penyelenggaraan balapan tingkat dunia di sirkuit Mandalika bisa mencapai Rp500 miliar. Keuntungan itu didapat dari penjualan tiket, merchandise, reservasi hotel, serta kuliner.

“Kami melakukan studi bahwa dampak pelaksanaan event itu membawa pertumbuhan ekonomi hingga Rp500 miliar di setiap gelaran event. Dari pembelian tiket, belanja, hotel, membeli merchandise, makan minuman, dan sebagainya,” kata Arie, dikutip dari Medcom.id.

Selain itu, pemerintah juga menggelar babak final dari Piala Presiden Esports (PPE) 2021 di Bali. Harapannya, hal ini akan meningkatkan jumlah wisatawan yang pergi ke Bali. Setidaknya, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Baparekraf, Rizki Handayani Mustafa mengatakan, Bali akan dikunjungi oleh pemain, penyelenggara, dan penonton dari PPE 2021.

Perempuan yang akrab dengan panggilan Kiki itu mengatakan, memang, biasanya, pihak penyelenggara atau atlet akan langsung pulang setelah acara berakhir. Namun, pemerintah bisa bekerja sama dengan biro perjalanan untuk menyediakan paket perjalanan yang membuat para pengunjung tinggal di Bali lebih lama. Hal ini diharapkan akan meningkatkan konsumsi layanan pariwisata, seperti hotel dan kuliner.

Cokorda Raka Satrya Wibawa, Kepala Seksi Peningkatan Prestasi Olahraga, Pemerintah Provinsi Bali bercerita, dampak pandemi pada sektor pariwisata di Bali memang luar biasa. Sekitar 90% industri pariwisata di Bali terkena dampak pandemi, yang membuat kegiatan pariwisata menjadi jauh berkurang. Dengan adanya acara olahraga — termasuk Piala Presiden Esports — dia berharap, industri pariwisata di Bali akan bisa hidup kembali.

Sementara itu, Mamit Hussein, Assistant Vice President of Business Innovation, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) merasa, esports punya potensi untuk menjadi bagian dari sports tourism. Pasalnya, jumlah penonton esports saat ini sudah mencapai ratusan juta orang. Dan angka itu masih akan terus naik. Di dunia, jumlah penonton esports diperkirakan mencapai 472 juta orang. Sementara di Asia Tenggara, Niko Partners memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai sekitar 100 juta orang.

Pemerintah memang menggelar babak final PPE 2021 di Bali dengan tujuan untuk membuat industri pariwisata kembali bergeliat. Namun, Sekretaris Jenderal Piala Presiden Esports 2021, Matthew Airlangga memastikan bahwa mereka akan tetap menekankan protokol kesehatan. Dia menyebutkan, sistem bubble akan digunakan selama PPE 2021 berlangsung.

“Sampai pertandingan selesai, kami juga akan memastikan bahwa atlet dan semua pihak yang terlibat sudah mendapatkan vaksin,” ujar Matthew. “Sebagi bagian dari sistem bubble, kami juga akan mengadakan rapid test berkala secara rutin di semua lokasi. Semua pihak yang sudah masuk ke lokasi tidak akan bisa keluar-masuk sampai pertandingan berakhir.”

Potensi Pemasukan dari Esports/Game Tourism

Kompetisi olahraga — dalam kasus ini, turnamen esports — terbukti bisa mengundang wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Pertanyaannya, berapa besar dampak ekonomi yang didapat oleh sebuah kota jika ia menjadi tuan rumah dari kompetisi esports?

Menurut data dari agensi media dan esports Big Block, turnamen Rainbow Six, Major Raleigh, memberikan dampak ekonomi langsung sebesar US$1,45 juta (sekitar Rp20,9 miliar) ke Raleigh, ibukota dari negara bagian North Carolina di Amerika Serikat. Dari segi jumlah wisatawan, Major Raleigh berhasil mendatangkan sekitar 2,6 ribu orang per hari. Sekitar 70% dari seluruh pengunjung berasal dari luar North Carolina atau bahkan dari luar Amerika Serikat. Padahal, turnamen Major Raleigh hanya diadakan secara offline selama 3 hari, yaitu 16-18 Agustus 2019 di Raleigh Convention Center.

Data tentang pengaruh dari Raleigh Major. | Sumber: The Esports Observer

Mari kita mengambil contoh lain. League of Legends European Championship (LEC) Finals diadakan di Rotterdam, Belanda pada Juli 2019. Walau hanya diadakan selama 2 hari, LEC Finals berhasil memberikan kontribusi sebesar EUR2,4 juta (sekitar Rp38,8 miliar) ke ekonomi lokal Rotterdam, menurut Riot Games. Selain itu, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Riot, sebanyak 87,13% dari pengunjung yang datang untuk menonton LEC merupakan pengunjung dari luar Rotterdam. Setiap harinya, para pengunjung menghabiskan biaya rata-rata sekitar EUR52,6 (sekitar Rp850 ribu).

Semakin besar sebuah turnamen esports, semakin besar pula dampak ekonomi yang ia berikan. Ketika The International 8 digelar di Rogers Arena, Vancouver, Kanada selama 6 hari, kompetisi itu memberikan dampak ekonomi langsung sebesar CA$7,8 juta (sekitar Rp87 miliar), menurut perkiraan dari Tourism Vancouver. Penjualan tiket menjadi salah satu sumber pemasukan dari TI8. Untuk hari kerja, harga tiket dari TI8 diharga CA$75 (sekitar Rp837 ribu). Sementara tiket untuk menonton babak final di akhir pekan diharga CA$280 (sekitar Rp3,1 juta).

Jeff Lockwood, Assistant Manager, The Pint, salah satu bar yang terletak tidak jauh dari Rogers Arena mengatakan bahwa pihak event organizers sempat menghubungi The Pint untuk menyewa bar tersebut selama satu minggu. Pada akhirnya, keduanya setuju untuk menayangkan The International di bar tersebut. Lockwood mengatakan, kedatangan para fans Dota 2 membuat The Pint menjadi lebih sibuk dari biasanya.

“Para fans sangat sopan dan mereka memberikan tip yang besar,” kata Lockwood, seperti dikutip dari Vancouver Sun. “Para pekerja saya sangat senang. Karena lingkungan kerja juga jadi lebih menyenangkan.” Dia tidak menyebutkan berapa besar pemasukan ekstra yang dia dapat dengan kedatangan para fans Dota 2. Namun, dia mengaku, pendapatan The Pint memang “meningkat tajam” selama The International.

The International 8 di Roger Arena, Kanada. | Sumber: Wikipedia

Kompetisi esports besar memang bisa menarik ribuan atau bahkan puluhan ribu wisatawan. Hanya saja, turnamen esports biasanya tidak berlangsung lama. Selain itu, turnamen-turnamen besar seperti The International atau League of Legends World Championship biasanya memilih kota yang beda setiap tahun sebagai tuan rumah. Kabar baiknya, ada cara lain untuk membuat gamers tertarik mengunjungi sebuah kota sebagai turis. Ialah gaming hotel.

Di dunia, ada beberapa hotel yang menjadikan gaming hotel sebagai brand mereka, menargetkan gamers sebagai pelanggan mereka. Salah satunya adalah Arcade Hotel. Hotel yang terletak di Amsterdam, Belanda itu diklaim sebagai gaming hotel pertama. Apa yang membedakan Arcade Hotel dari hotel biasa? Di setiap kamar di Arcade Hotel, Anda akan menemukan berbagai konsol game, mulai dari konsol baru sampai konsol lawas. Tak hanya itu, Arcade Hotel juga menyediakan headset berkualitas dan internet cepat untuk para pengunjung.

Sama seperti hotel lain, Arcade Hotel punya kamar dengan ukuran yang berbeda-beda, mulai dari kamar dengan satu tempat tidur sampai kamar yang menyerupai kamar asrama dan dapat menampung hingga empat orang. Harga Single Room — untuk 1 orang — di Arcade hotel adalah EUR68,4 (sekitar Rp1,1 juta) per malam. Sementara untuk Friends Quad Room — yang bisa menampung hingga 4 orang — dihargai EUR133,2 (sekitar Rp2,2 juta) per malam. Arcade Hotel juga dilengkapi dengan Game Room, yaitu ruangan sebesar 270 kaki persegi yang dilengkapi dengan 6 PC gaming, semua konsol baru, serta bagian khusus untuk virtual reality.

Contoh gaming hotel lainnya adalah I Hotel, yang ada di Taoyuan District, Taiwan. Sama seperti Arcade Hotel, I Hotel juga menyediakan perlengkapan gaming di setiap kamar, berupa dua konsol modern dan dua PC gaming. PC gaming di hotel tersebut menggunakan prosesor i5-7400 dan GPU GTX 1080 Ti. Setiap kamar juga memiliki gaming chair serta TV 46 inci. Lobi dari I Hotel bahkan memiliki gaming arena yang bisa digunakan untuk main bersama.

Bahkan, Hilton Panama juga punya kamar khusus untuk para gamers. Memang, Hilton Panama bukanlah gaming hotel. Namun, hotel itu memiliki gaming room, yang seperti namanya, ditujukan untuk memanjakan para gamers. Kamar bernomor 2425 di Hilton Panama tidak hanya menawarkan pemandangan indah dan layanan mewah, tapi juga berbagai peralatan gaming lengkap. Di kamar itu, Anda akan menemukan TV 4K OLED, PC Alienware dengan prosesor i7-7800 dan GPU GTX 1080 Ti, konsol Xbox One Elite, laptop Alienware yang bisa dihubungkan ke monitor 34 inci, serta kursi gaming.

Gaming room yang ada di Hilton Panama. | Sumber: The Verge

Contoh gaming hotel lainnya adalah Atari Hotel, yang masih dalam tahap pembangunan. Hotel yang didesain oleh perusahaan arsitektur global Gensler itu akan dibuka di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 2022. Hotel itu memiliki bentuk menyerupai A yang ada pada logo Atari. Konsep Atari Hotel sendiri datang dari Napoleon Smith III, pengusaha dan juga rekan dari GSD Group. Sebelum hadir dengan konsep Atari Hotel, dia memang dikenal sebagai orang yang senang menghidupkan kembali merek lama, menurut laporan Fast Company.

Smith mengatakan, Atari Hotel akan memiliki desain dengan tema gabungan antara cyberpunk dystopia dan 80s-era low-bit nostalgia. Setiap kamar akan dilengkapi dengan berbagai platform gaming dan banyak game. Kamar di Atari Hotel juga akan memiliki TV berukuran besar serta internet cepat. Smith mengatakan, target market untuk Atari Hotel adalah hardcore gamers serta keluarga.

Taman Bermain dan Kafe Bertema Game

Jika gaming hotel dirasa masih tidak cukup menarik sebagai objek wisata untuk membuat para gamers keluar rumah, taman bermain bisa menjadi opsi alternatif. Banyak gamers yang bermimpi untuk bisa masuk ke dalam dunia game favoritnya. Kabar baik bagi para fans Super Mario, mereka bisa berkunjung ke Super Nintendo World untuk merasakan bagaimana rasanya hidup di dunia Super Mario.

Terletak di Universal Studios Japan, Super Nintendo World memang didesain dengan tema Super Mario. Misalnya, gerbang dari taman bermain itu merupakan pipa hijau yang menyerupai Warp Pipes dalam game Super Mario. Selain itu, pengunjung juga akan menemukan question blocks, yang bisa dipukul untuk mendapatkan koin virtual. Super Nintendo World juga punya berbagai atraksi yang menyerupai gameplay dari game Super Mario, seperti Koopa’s Challenge, yang menyerupai Mario Kart.

Tentu saja, di Super Nintendo World, para pengunjung juga akan menemukan karakter-karakter ikonik dalam Super Mario, seperti Mario, Luigi, dan Princess Peach. Mereka bisa mengambil foto bersama dengan karakter-karakter tersebut. Hanya saja, selama pandemi, pengunjung dilarang untuk menyentuh karakter-karakter itu. Selain itu, selama pandemi, Super Nintendo World juga membatasi jumlah pengunjung yang boleh masuk. Setiap hari, jumlah maksimal pengunjung dari Super Nintendo World adalah 10 ribu orang, setengah dari kapasitas maksimal taman bermain itu.

Keputusan Nintendo untuk membangun Super Nintendo World menunjukkan bahwa mereka ingin mencari cara baru dalam memonetisasi intellectual proprety (IP) mereka, seperti Super Mario.

“Nintendo memiliki strategi untuk mengalihkan bisnis mereka dari bisnis game ke bisnis hiburan. Dan strategi itu bisa memakan waktu puluhan tahun,” kata David Gibson, analis di Astris Advisory, perusahaan asal Tokyo, Jepang, seperti dikutip dari CNN.

Super Nintendo World bisa menghasilkan miliaran rupiah setiap harinya. Di hari kerja, harga tiket masuk dari taman bermain tersebut adalah 7,8 ribu yen atau sekitar Rp980 ribu. Sementara di akhir pekan, harga tiket naik menjadi 8,4 ribu yen atau sekitar Rp1,1 juta. Dengan asumsi jumlah pengunjung hanya mencapai 5 ribu setiap hari — setengah dari kapasitas yang diperbolehkan — maka setiap harinya, Super Mario World bisa mendapatkan sekitar Rp4,9 miliar atau Rp5,5 miliar. Namun, membangun taman bermain itu juga tidak murah. Untuk membangun Super Nintendo World, dibutukan waktu selama 6 tahun dan biaya sebesar US$500 juta (sekitar Rp7,2 triliun).

Sayangnya, tidak semua perusahaan game bisa melakukan apa yang Nintendo lakukan. Untuk membuat dan menyukseskan taman bermain sebesar Super Mario World, sebuah perusahaan tidak hanya harus memiliki dana yang cukup, tapi mereka juga harus memiliki IP yang dikenal oleh banyak orang. Karena itu, sebagian perusahaan game memilih untuk “hanya” membuat kafe bertema game. Dua contohnya adalah Capcom Cafe dan Square Enix Cafe yang terletak di Tokyo, Jepang.

Pada Desember 2019, Capcom Cafe mengadakan kolaborasi dengan Devil May Cry, salah satu franchise game milik Capcom. Bentuk kolaborasi ini adalah Capcom Cafe akan menyediakan menu khusus yang terinspirasi dari game Devil May Cry. Kolaborasi itu diadakan untuk merayakan Devil May Cry 5, yang dirilis pada Maret 2019. Berikut beberapa menu yang menjadi bagian dari kolaborasi Capcom Cafe dan Devil May Cry:

1. Bloody Palace BBQ Plate ~Vergil Mode~ (1,580 yen + pajak)
2. Ciacco’s Pizza Hamburger ~Dante Mode~ (1,580 yen + pajak)
3. V’s Book Chocolate Cake (1,480 yen + pajak)
4. Devil’s Chocolate Parfait ~Nero Mode~ (1,280 yen + pajak)
5. Dante (880 yen + pajak)
6. Nero (880 yen + pajak)

Menu khusus di Capcom Cafe. | Sumber: Siliconera

Di Capcom Cafe, selain makanan yang terinspirasi dari karakter-karakter Devil May Cry, pengunjung juga bisa membeli stirring sticks — yang menampilkan karakter-karakter dalam Devil May Cry — seharga 700 yen jika mereka membeli minuman. Namun, pengunjung tidak bisa memilih karakter yang muncul di stirring sticks yang mereka dapatkan, menurut laporan Siliconera.

Di Indonesia, setahu saya, tidak ada kafe khusus bertema game seperti Capcom Cafe atau Square Enix Cafe. Namun, pada November 2021 lalu, MiHoYo — developer dari Genshin Impact — mengadakan event offline, HoYo Fest, di Jakarta. Bekerja sama dengan Warung Koffie Batavia, MiHoYo membuat kafe yang bertema tiga game mereka: Genshin Impact, Honkai Impact, dan Tear of Themis, seperti yang disebutkan dalam Medcom.id.

Bagi pengunjung yang menghabiskan uang dengan nominal tertentu, mereka akan mendapatkan mystery gift box alias gacha di dunia nyata. Kotak itu berisi artwork, pin, figurine, atau merchandise lainnya. Hanya saja, orang yang mendapatkan kotak itu tidak akan tahu apa yang ada di dalam kotak tersebut sampai mereka membukanya. Selain di Indonesia, MiHoYo juga mengadakan event offline tersebut di beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia dan Singapura.

Sayangnya, eksekusi HoYo Fest di Indonesia masih kurang maksimal. Menurut laporan Risa Media, sejumlah pengunjung mengajukan protes karena kafe bertema di HoYo Fest dianggap kurang memberikan nuansa game. Dekorasi dalam kafe hanya berupa tempelan karakter dan jejeran merchandise. Tak hanya itu, penyajian makanan juga dianggap kurang memuaskan. Memang, jika Anda membandingkan tampilan pempek yang ada di HoYo Fest dengan menu makanan hasil kolaborasi Capcom dengan Devil May Cry, akan terlihat perbedaan cara penyajian makanan antara keduanya.

Kesimpulan

Dimana ada gula, di situ ada semut. Pepatah ini juga berlaku untuk para fans esports. Dimana ada kompetisi esports besar, para fans pasti akan berkumpul. Tren ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mendorong industri pariwisata. Semakin besar turnamen esports yang diadakan, semakin besar pula massa yang mungkin datang. Hanya saja, semakin besar turnamen esports yang hendak digelar, semakin banyak pula persyaratan yang harus dipenuhi kota tuan rumah.

Sebagai contoh, sebelum pandemi, Valve sempat hendak melelang posisi kota tuan rumah dari The International. Beberapa persyaratan yang mereka ajukan antara lain koneksi internet yang cepat, transportasi umum yang baik, bandara bertaraf internasional, dan stadion dengan kapasitas sebanyak 15 ribu sampai 80 ribu orang.

Selain turnamen esports, gaming hotel atau taman bermain juga bisa menjadi objek wisata yang menarik para gamers. Hanya saja, membangun gaming hotel atau taman bermain seperti Super Nintendo World membutuhkan biaya yang besar. Alternatif yang tersedia adalah membuat kafe bertema game. Memang, kafe bertema game kemungkinan tidak akan menarik pengunjung dari luar negeri. Namun, setidaknya, keberadaan kafe bertema akan bisa membuat gamers lokal tertarik untuk datang dan menghabiskan uangnya.

Satu hal yang harus diingat, pengunjung dari kafe bertema game biasanya sudah tahu bahwa harga makanan dan minuman di kafe itu akan lebih tinggi dari biasanya. Dan mereka bersedia untuk membayar harga tersebut. Sebagai gantinya, mereka ingin mendapatkan pengalaman yang memuaskan selama mereka ada di kafe, baik dari nuansa yang ditampilkan oleh kafe, menu makanan/minuman, sampai gyang ada.

Daftar Turnamen Esports Terpopuler Pada Agustus 2021

Pada awal bulan, seperti biasa, Hybrid.co.id akan membuat daftar turnamen esports paling populer dari bulan sebelumnya. Salah satu hal yang menarik dalam daftar kali ini adalah kelima kompetisi hanya mengadu tiga game, yaitu Mobile Legends, PUBG Mobile, dan League of Legends. Satu hal menarik lainnya adalah dua kompetisi yang masuk dalam daftar turnamen esports terpopuler di Agustus 2021 merupakan turnamen esports yang digelar di Indonesia.

Berikut daftar turnamen esports terpopuler pada Agustus 2021, berdasarkan data dari Esports Charts.

5. PUBG Mobile Pro League Season 4 2021 Indonesia

Posisi ke-5 ditempati oleh PUBG Mobile Pro League (PMPL) Season 4 2021 Indonesia, yang berhasil mendapatkan peak viewers sebanyak 567 ribu orang. Hasil kerja sama Tencent, VSPN, KRAFTON, dan Lightspeed and Quantum Studios, PMPL ID Season 4 dimulai pada 24 Agustus 2021 dan berakhir pada 19 September 2021. Secara keseluruhan, waktu siaran PMPL ID Season 4 mencapai 53 jam. Sementara jumlah hours watched dari kompetisi itu mencapai 11,8 juta jam dengan jumlah average viewers mencapai 223,5 ribu orang.

Data penonton PMPL ID Season 4. | Sumber: Esports Charts

Sepanjang PMPL ID Season 4, babak yang paling populer adalah Ronde 7 pada minggu pertama, hari ke-2. Ronde yang diadakan pada 25 Agustus 2021 itu berhasil mendapatkan peak viewers sebanyak 567 ribu orang. Ronde 12 pada Super Weekend 1 hari ke-3 menjadi babak paling populer ke-2, diikuti oleh Ronde 5 pada Super Weekend 1, hari ke-1. Jumlah peak viewers dari Ronde 12 adalah 557,3 ribu orang dan Ronde 5 550,7 ribu orang. Di YouTube, PMPL ID Season 4 berhasil mendapatkan 23,6 juta views dengan 370,4 ribu likes.

4. MPL PH Season 8

Turnamen esports terpopuler ke-4 untuk bulan Agustus 2021 adalah Mobile Legends Professional League Philippines (MPL PH) Season 8. Pada bulan lalu, jumlah peak viewers dari kompetisi tersebut mencapai 458,9 ribu orang. Pertandingan terpopuler terjadi minggu ke-2 hari ke-3, ketika Blacklist International bertemu dengan Nexplay EVOS. Baik BI dan Nexplay EVOS memang dua tim yang paling populer di MPL PH. Sepanjang liga, Nexplay EVOS berhasil mendapatkan 2,38 juta hours watched dan 272,15 ribu average viewers. Sementara BI mendapatkan 1,84 juta jam hours watched dan 229,4 ribu average viewers.

Babak dan tim esports terpopuler sepanjang MPL PH S8. | Sumber: Esports Charts

MPL PH Season 8 dimulai pada 27 Agustus 2021 dan akan berakhir pada 31 Oktober 2021 mendatang. Saat ini, total durasi siaran dari kompetisi tersebut telah mencapai 37 jam. Sejauh ini, total hours watched dari MPL PH Season 8 mencapai 6,1 juta jam dengan jumlah average viewers sebanyak 167,4 ribu orang.  Kompetisi itu disiarkan di tiga platform, yaitu YouTube, TikTok, dan Facebook. Dari ketiga platform tersebut, Facebook menjadi platform yang paling populer, diikuti oleh YouTube. Di YouTube, jumlah views dari MPL PH Season 8 mencapai 11,9 juta views dengan 97,4 ribu likes.

3. LEC Summer 2021

League of Legends European Championship (LEC) Summer 2021 mulai digelar pada Juni 2021 hingga Agustus 2021. Pada puncaknya, kompetisi ini ditonton oleh 843,5 ribu orang. Babak yang menarik paling banyak penonton adalah pertandingan antara G2 dengan Fnatic, yang terjadi pada babak Playoffs, hari ke-6. Babak grand final — yang mengadu Fnatic dengan MAD Lions — justru menjadi pertandingan terpopuler kedua. Tidak heran jika pertandingan antara G2 dan Fnatic menjadi pertandingan paling populer, bahkan mengalahkan popularritas babak final. Pasalnya, Fnatic dan G2 merupakan dua tim terpopuler pada LEC Summer 2021.

Tim dan pertandingan terpopuler pada LEC Summer 2021. | Sumber: Esports Charts

Menurut data dari Esports Charts, total hours watched dari Fnatic mencapai 14 juta jam, sementara G2 memiliki 9,26 juta jam. Dari segi average viewers, kedua tim itu juga tetap menjadi tim paling populer di LEC Summer 2021. Fnatic memiliki 341,8 ribu average viewers dan G2 punya 235,7 ribu average viewers. Di YouTube, LEC Summer 2021 mendapatkan 16,3 juta views dengan 203,7 ribu likes. Sementara di Twitch, kompetisi itu disiarkan di 14 channel dengan total views mencapai 27,8 juta views.

Mengingat LEC Summer 2021 mengadu tim-tim League of Legends asal Eropa, kompetisi itu disiarkan dalam belasan bahasa. Siaran dalam bahasa Inggris masih menjadi siaran terpopuler dengan peak viewers sebanyak 532,5 ribu orang. Selain bahasa Inggris, siaran dalam bahasa Prancis dan Spanyol juga cukup populer.

2. LCK 2021 Summer

Sebelum ini, League of Legends Champions Korea (LCK) 2021 Summer juga sempat masuk ke dalam daftar turnamen esports terpopuler pada bulan Juni dan Juli 2021. Pada bulan Juli, LCK 2021 Summer duduk di peringkat ke-3. Dan pada Agustus 2021, kompetisi itu naik satu peringkat, menjadi peringkat ke-2.

Secara total, lama waktu siaran dari LCK 2021 Summer mencapai 295 jam, dengan total hours watched sebanyak 60,5 juta jam. Pada puncaknya, ada 1,3 juta orang yang menonton liga tersebut. Peak viewers tersebut tercapai pada babak final, yang mempertemukan T1 dengan DAMWON KIA. Sementara pertandingan terpopuler kedua adalah pertandingan antara T1 dengan Gen.G, yang terjadi di babak semifinal pada hari ke-2. Pertandingan tersebut berhasil menarik 907,9 ribu orang.

Data penonton LCK 2021 Summer. | Sumber: Esports Charts

LCK 2021 Summer disiarkan di YouTube dan Twitch. Di YouTube, liga tersebut mendapatkan 20,6 juta views dengan 223,6 ribu likes. Sementara di Twitch, LCK 2021 Summer disiarkan di 21 channels dan berhasil mendapatkan 61,2 juta views serta 259,1 ribu follows. Menariknya, LCK 2021 Summer juga menarik perhatian audiens dari Tiongkok. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah view LCK 2021 Summer jika platform di Tiongkok dilibatkan.

Jika data dari platform streaming game asal Tiongkok dimasukkan, total peak viewers dari LCK 2021 Summer adalah 28,1 juta orang. Sementara total hours watched dari kompetisi itu mencapai 856 juta jam dengan jumlah average viewers mencapai 2,9 juta orang.

Data penonton LCK 2021 Summer berdasarkan platform. | Sumber: Esports Charts

Siaran LCK 2021 Summer dalam bahasa Korea masih menjadi siaran paling populer. Jumlah peak viewers dari siaran berbahasa Korea mencapai 599,9 ribu orang. Bahasa Inggris menjadi bahasa paling populer kedua dengan jumlah peak viewers mencapai 348,1 ribu orang. Dan bahasa paling populer ketiga adalah bahasa Vietnam, yang mendapatkan 293,2 ribu peak viewers.

1. MPL ID Season 8

Gelar turnamen esports paling populer pada Agustus 2021 jatuh ke Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 8. Dengan durasi siaran selama 69 jam, MPL ID Season 8 berhasil mendapatkan 23,2 juta jam hours watched, dengan jumlah average viewers sebanyak 338,7 ribu orang. Sementara itu, jumlah peak viewers dari MPL ID Season 8 adalah 1,7 juta orang. Peak viewers tersebut tercapai ketika EVOS Legends bertemu dengan RRQ Hoshi di minggu ke-3 hari ke-2. Memang, baik RRQ Hoshi dan EVOS Legends merupakan tim terpopuler di MPL ID Season 8, seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah.

Tim dan pertandingan terpopuler di MPL ID Season 8. | Sumber: Esports Charts

MPL ID disiarkan di tiga platform, yaitu YouTube, Facebook, dan NimoTV. Liga ini paling populer di YouTube, dengan jumlah peak viewers sebanyak 913,6 ribu orang. Secara keseluruhan, MPL ID Season 8 mendapatkan 82,1 juta views dan 976,7 ribu likes di YouTube. Sementara itu, NimoTV menjadi platform paling populer kedua dengan jumlah peak viewers sebanyak 727,7 ribu orang. Facebook menjadi platform dengan penonton paling sedikit. Jumlah peak viewers di platform tersebut hanya mencapai 80,6 ribu orang.

Moonton Gelar Seri Turnamen Mobile Legends di Amerika Latin, EVO 2022 Bakal Digelar Offline

Minggu lalu, dua pelaku industri esports mengumumkan kerja sama terbaru mereka. Pertama, Moonton mengumumkan kerja sama mereka dengan Community Gaming. Keduanya akan menggelar seri kompetisi Mobile Legends di Amerika Latin. Kedua, League of Legends European Champonship (LEC) mengungkap bahwa mereka akan menjalin kolaborasi dengan SAP. Sementara itu, Razer ingin menggelar kompetisi esports untuk game-game kasual dan hyper-casual.

Moonton Gandeng Community Gaming untuk Adakan Seri Turnamen Mobile Legends di Amerika Latin

Moonton baru saja mengumumkan kerja sama mereka dengan startup esports, Community Gaming. Melalui kerja sama ini, Moonton dan Community Gaming akan menggelar seri turnamen Mobile Legends: Bang Bang di Amerika Latin. Seri turnamen berjudul Dawn of Heroes itu akan berlangsung selama enam bulan. Setiap bulannya, akan ada dua kompetisi yang digelar di platform Community Gaming: satu turnamen untuk Amerika Latin utara dan satu kompetisi untuk kawasan Amerika Latin selatan.

Kompetisi pertama dari Dawn of Heroes akan dimulai pada akhir Agustus 2021. Gamers yang tertarik bisa mendaftarkan diri dengan gratis. Tim yang menang akan mendapatkan “diamonds”, mata uang dalam Mobile Legends. Menurut laporan Esports Insider, tujuan Moonton menggelar seri turnamen ini adalah untuk menyediakan competitive scene bagi pemain amatir di Amerika Latin serta mencari pemain Mobile Legends berbakat baru.

McLaren Buka Shadow Studio untuk Tempat Latihan Tim Esports

McLaren menjajaki sim racing pada 2017. Pada Juli 2021, mereka mengumumkan keberadaan McLaren Shadow Studio, yang merupakan bukti keseriusan mereka di dunia sim racing. Shadow Studio merupakan bagian dari McLaren Technology Centre, yang terletak di Woking, Inggris. Studio itu akan digunakan sebagai tempat latihan bagi tim esports McLaren Shadow. Selain itu, studio tersebut juga bisa digunakan oleh para brand ambassador McLaren untuk membuat konten, menurut laporan Esports News.

McLaren membuka Shadow Studio untuk tim esports dan brand ambassador mereka.

EVO 2022 Bakal Digelar Offline di Las Vegas

EVO 2022 akan kembali diadakan secara offline pada Agustus tahun depan. Untuk lebih tepatnya, kompetisi dari beragam fighting games itu akan diselenggarakan pada 5-7 Agustus 2022. Las Vegas menjadi kota yang dipilih untuk menjadi tuan rumah EVO 2022. Sayangnya, saat ini, belum ada informasi lebih lanjut tentang EVO 2022. Berdasarkan video cuplikan yang diunggah di akun Twitter resmi EVO, EVO 2022 juga akan menyertakan kompetisi Super Smash Bros., yang sempat absen dari EVO 2021 Online, menurut laporan Dot Esports.

Kompetisi EVO 2021 masih digelar secara online. Meskipun begitu, pada 27-28 Agustus 2021, EVO 2021 Showcase akan diadakan di Las Vegas. Event tersebut akan menunjukkan pertandingan antara para pemain terbaik di lima game. Kelima game itu adalah yaitu Guilty Strive, Mortal Kombat 11, Street Fighter V, Tekken 7, dan Skullgirls. Secara total, kompetisi tersebut akan menawarkan hadiah sebesar US$125 ribu. Kompetisi dari masing-masing game akan menawarkan hadiah sebesar US$25 ribu.

Razer Gelar Kompetisi untuk Mobile Game Kasual

Saat ini, popularitas mobile esports tidak kalah dari game esports untuk PC atau konsol. Namun, biasanya, mobile game esports yang populer adalah game MOBA atau battle royale. Padahal, jumlah pemain mobile game kasual juga tidak sedikit. Demi meramaikan competitive scene untuk mobile game kasual, Razer menggelar kompetisi esports khusus untuk game-game kasual dan hyper-casual, yang dinamai Cortex Instant Games Tournament.

Berbeda dengan kebanyakan turnamen esports, di Cortex Tournament, para peserta tidak melawan peserta lain secara langsung. Sebagai gantinya, mereka akan bersaing melalui leaderboards. Semakin besar skor yang Anda dapatkan, semakin tinggi pula peringkat Anda di leaderboard dan semakin besar pula kesempatan Anda untuk menang. Peserta yang menang akan mendapatkan Razer Silvers, lapor Slash Gears.

Sneki Snek Adventure akan jadi game pertama yang diadu di Cortex Instant Games Tournaments. | Sumber: Slash Gear

Sebagai bagian dari Cortex Tournament, Razer akan mengadakan empat sampai enam turnamen secara bersamaan. Durasi masing-masing turnamen beragam, mulai dari satu hari hingga beberapa minggu, tergantung pada game yang dimainkan. Game yang diadu dalam Cortex Tournament akan diganti secara rutin. Game pertama yang akan dipertandingkan di kompetisi itu adalah Sneki Snek Adventure.

LEC Gandeng SAP untuk Summer Playoffs 2021

League of Legends European Championship (LEC) menjalin kerja sama dengan perusahaan software asal Jerman, SAP, untuk 2021 Summer Playoffs. Sebagai bagian dari kerja sama itu, SAP akan mendampingi tim LEC untuk membuat segmen statistik baru di Summer Playoffs. SAP juga akan memberikan informasi tentang performa dari pemain-pemain favorit para penonton, mulai dari kemampuan sang pemain dalam mencapai sebuah objektif sampai rekam jejak pemain.

“Tidak bisa dipungkiri, SAP adalah perusahaan global ternama. Mereka bisa membawa pengetahuan serta pengalaman mereka akan software untuk enterprise ke dunia esports melalui kerja sama ini,” kata Zeynep Gencaga, Senior Manager of Business Development and Partnerships for Europe and MENA, Riot Games, seperti dikutip dari Esports Insider. “Para teknisi SAP telah bekerja keras bersama tim kami untuk membuat inovasi dalam visualisasi statistik di LEC. Dengan begitu, kami akan bisa menyajikan cerita di LEC dengan lebih menarik.”

Kalahkan Fnatic, G2 Esports Menangkan League of Legends European Championship

G2 Esports memenangkan League of Legends European Championship (LEC), setelah mengalahkan Fnatic dengan skor 3-0 di babak final. Dengan ini, G2 Esports berhasil menjadi gelar LEC sebanyak 4 kali berturut-turut.

Dalam game pertama, AD Carry Fnatic, Carl Martin Erik Larsson alias Rekkles, sukses mendapatkan first kill dengan bantuan dari ‎Oskar “Selfmade” Boderek. Pada menit ke-9, Fnatic kembali menargetkan AD Carry dari G2 Esports. Namun, Marcin “Jankos” Jankowski dari G2 berhasil melindungi rekan satu timnya. G2 Esports justru dapat membalikkan keadaan dan membunuh dua pemain Fnatic. Dua menit kemudian, kembali terjadi pertarungan antar tim. Masing-masing tim berhasil mendapatkan dua kill.

G2 berhasil meruntuhkan tower pertama. Dengan cepat, Fnatic balas meruntuhkan tower G2. Sepanjang game pertama, Jankos dari G2 sukses menekan Fnatic dengan terus membunuh anggota tim oranye tersebut. Tekanan dari Jankos ini memudahkan Rasmus “Caps” Winther, yang menggunakan LeBlanc, melakukan tugasnya sebagai mid laner.

G2 esports menangkan lec
G2 Esports saat melawan Fnatic di babak final LEC.

Pada game kedua, untuk mencegah Caps menggunakan LeBlanc, Fnatic memutuskan untuk mem-ban karakter tersebut. Dalam pertandingan kali ini, G2 Esports berhasil mendapatkan first kill. Namun, Fnatic berhasil mendominasi jalannya pertandingan. Mereka bahkan berhasil menghancurkan dua inhibitor G2. Mereka juga sempat mencoba memulai team fight dengan G2. Sayangnya, mereka gagal menaklukkan lawannya.

Sepanjang pertandingan, kedua tim terus beradu dan membunuh pemain tim musuh. Walau, baik Fnatic dan G2 Esports tak mencoba untuk melawan Baron Nashor. Ingat bahwa dua inhibitor mereka telah runtuh, G2 memutuskan untuk membunuh Ancient Drake sebelum fokus di mid-lane. Setelah itu, mereka menembus markas Fnatic. Mereka sukses mengalahkan Fnatic dalam team fight sebelum menghancurkan nexus Fnatic dan memenangkan game ke-2.

g2 esports menangkan lec
Proses pick dan ban pada game ke-3.

Pada game ke-3, Fnatic dan G2 Esports kembali bermain dengan agresif. G2 berhasil mendapatkan first kill pada menit ke-5, saat mereka membunuh Tim “Nemesis” Lipovšek di mid-lane. Tak lama kemudian, Fnatic juga berhasil mendapatkan kill pertama mereka. Namun, hal ini membuka celah bagi Caps untuk membunuh pemain Fnatic yang lain.

Setelah kalah 2-0, sulit bagi Fnatic untuk bisa bangkit kembali. Memang, pada awal game ke-3, Fnatic sempat memberikan perlawanan yang hebat. Sayangnya, pada menit ke-25, G2 Esports telah sukses mendominasi pertandingan. Fnatic masih mencoba untuk melawan, tapi pada akhirnya, mereka harus mengaku kalah dari G2 Esports.

Dengan kemenangan ini, G2 Esports tak hanya memenangkan €80 ribu (sekitar Rp1,4 miliar), tapi juga masuk ke League of Legends World Championship sebagai first seed. Tahun lalu, G2 Esports berhasil menjadi finalis LWC 2019. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan FunPlus Phoenix.

Sumber: VP Esports, Forbes, Win.gg

Masalah yang Muncul Ketika Pertandingan Esports Digelar Online

Pandemik virus Corona membuat banyak acara olahraga harus dibatalkan. Namun, sebagian pertandingan esports masih bisa diselenggarakan walaupun sempat tertunda, seperti liga League of Legends di Tiongkok, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Utara. Memang, salah satu keuntungan pertandingan esports adalah ia bisa diadakan secara online. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah yang harus diantisipasi oleh penyelenggara ketika mengadakan pertandingan esports online. Salah satunya adalah para penyelenggara harus memastikan bahwa para peserta yang bertanding tidak melakukan kecurangan.

Saat sebuah pertandingan esports diadakan secara offline, penyelenggara bisa mengimplementasikan sejumlah metode untuk memastikan validitas pertandingan, misalnya dengan menyediakan wasit di panggung serta para pengawas di belakang panggung. Namun, ketika para tim bertanding dari markasnya masing-masing, pihak penyelenggara tidak bisa mengirimkan wasit ke sana. Namun, pihak League of Legends European Championship telah menyiapkan beberapa metode untuk memastikan pemain tidak berbuat curang, mulai dari kamera ekstra di markas tim, memonitor percakapan pemain, dan merekam jalannya pertandingan. Pihak penyelenggara juga bisa mengambil alih kendali pertandingan dari jauh jika dianggap perlu.

“Ada banyak hal yang tidak bisa Anda kendalikan ketika Anda menyelenggarakan pertandingan online,” kata Avi Bhulyan, VP of Product Development, Popdog, perusahaan layanan esports pada The Esports Observer. Sebelum ikut serta dalam penyelenggaraan LEC, Bhulyan juga memiliki pengalaman dalam mengadakan League of Legends Championship Series (LCS) di Amerika Utara. “Di LEC, LCS, dan liga besar lainnya, biasanya peserta menggunakan perangkat yang masih disegel untuk mencegah para pemain mengutak-atik perangkatnya. Ada banyak hal yang bisa seseorang lakukan pada perangkat mereka untuk meningkatkan kemungkinan mereka menang. Ada juga risiko terjadi masalah pada server.”

Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer
Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer

Bhulyan mengaku, keputusan LEC untuk mengadakan pertandingan secara online memang tidak ideal. Kemungkinan, kualitas tayangan pertandingan LEC tidak akan sebaik jika pertandingan dilakukan secara offline. Ada berbagai masalah yang mungkin terjadi seperti lag, terputus dari server, atau bahkan DDOS (Distributed Denial of Service). “Saya rasa, mengingat keadaan saat ini, risiko ini pantas untuk diambil. Namun, jika terjadi kecurangan, kami akan menyelidikinya dengan serius,” ujar Bhulyan.

Selain itu, pihak penyelenggara LEC juga harus mempertimbangkan cara untuk menyertakan segmen lain dari turnamen selain pertandingan, seperit analisa sebelum dan sesudah game serta wawancara dengan tim yang menang. Untuk menyiarkan segmen ini, tim manajemen LEC berencana untuk menampilkan video berupa rekaman pertandingan dan grafik. Namun, mereka tampaknya tidak akan menampilkan para analis atau para pemain ketika diwawancara.

“Untuk segmen selain pertandingan, semua masih sama,” kata LEC Broadcast Producer, John Depa. Dia menjelaskan, mereka ingin menyiapkan konten siaran dengan sangat hati-hati mengingat ini adalah kali pertama mereka menyiapkan siaran di luar studio. Tak hanya itu, LEC juga hanya memiliki waktu satu minggu untuk menentukan prosedur pembuatan konten sebelum pertandingan online kembali digelar. “Ke depan, kami akan memperbaiki prosedur kami,” ujarnya.

Liga League of Legends di Eropa dan Amerika Utara Kembali Digelar

Pada pekan lalu, Riot Games sempat menangguhkan League of Legends European Championship (LEC) dan League of Legends Championship Series (LCS) karena virus Corona. Kemarin, mereka baru saja mengumumkan bahwa kedua turnamen tersebut akan kembali diadakan pada akhir minggu ini. Kedua turnamen itu akan diadakan secara online. Keputusan ini sama seperti yang diambil oleh tim League of Legends Pro League (LPL) untuk kembali menyelenggarakan pertandingan secara online karena mewabahnya virus Corona di Tiongkok.

Semua tim yang berlaga di LEC, kecuali Origen, akan bertanding dari markas mereka sendiri di Berlin, Jerman. Sementara Origen, tim League of Legends Astralis Group, akan bertanding dari markas mereka di Copenhagen, Denmark. Memang, Origen sudah dijadwalkan untuk bertanding secara online sejak pemerintah Denmark memutuskan untuk melakukan shutdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona.

Pihak manajemen LEC percaya, kualitas jaringan internet akan cukup memadai untuk memastikan pertandingan berjalan lancar. Namun, jika muncul masalah dengan jaringan atau muncul masalah tak terduga lainnya, mereka mempertimbangkan untuk menghentikan pertandingan sementara dan melanjutkannya kemudian. Mengingat virus Corona masih mewabah di Eropa, LEC tidak akan mengirimkan pengawas ke markas tim yang bertanding. Sebagai gantinya, mereka akan melakukan pengawasan dengan teknologi untuk memastikan bahwa tidak ada tim yang bermain curang.

“Sesuai dengan himbauan pemerintah, dan untuk meminimalisir risiko kesehatan, kami telah memutuskan untuk tidak mengirimkan wasit ke markas dari masing-masing tim,” kata pihak manajemen LEC, seperti dikutip dari VPEsports. “Sebagai gantinya, kami akan mengimplementasikan sejumlah cara untuk menjamin integritas pertandingan. Beberapa metode yang kami implementasikan antara lain memasang kamera ekstra untuk memonitor ruangan tempat para pemain bertanding, memonitor komunikasi suara, dan merekam apa yang terjadi di layar pemain.”

Sementara itu, LCS juga akan kembali diselenggarakan. Sama seperti LEC, pertandingan LCS juga akan diadakan secara online. Karena sempat ditunda, ada perubahan pada jadwal turnamen. Babak akhir dari LCS akan dilangsungkan pada 18-19 April 2020. Selain itu, tempat babak final diadakan juga diganti, dari Frisco, Texas ke Los Angeles.

“Integritas pertandingan adalah prioritas pertama LCS,” kata LCS Commissioner, Chris Greeley, menurut laporan ESPN. “Kami akan mengimplementasikan beberapa metode yang juga ditetapkan oleh LEC untuk menjamin bahwa tidak ada kecurangan ketika pertandingan diadakan secara online.”

Sumber header: Dot Esports

MAD Lions Ingin Sasar Pasar Esports Spanyol

Kebanyakan organsisasi esports menggunakan bahasa Inggris ketika membuat konten, baik dalam siaran atau di akun media sosial mereka. Tidak heran, mengingat mereka memang menyasar pasar internasional. MAD Lions melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menyasar penonton dari Spanyol dan negara-negara lain yang memiliki bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu.

“Jika Anda memerhatikan organisasi-organisasi esports, kebanyakan mencoba untuk menyasar negara-negara yang berbahasa Inggris, pasar internasional. Sementara itu, tidak banyak organisasi esports internasional yang mencoba untuk menargetkan warga negara yang berbahasa ibu Spanyol,” kata Co-founder dan President dari MAD Lions serta Vice President, Strategy of Overactive Media, Jorge Schnura dalam wawancara dengan Inven Global. “Padahal, ada banyak penonton yang berbahasa ibu Spanyol. Selain warga Spanyol, juga ada warga negara-negara di Amerika Latin. Dan ada lebih dari 50 juta warga Amerika yang berbahasa ibu Spanyol. Populasi ini juga terus bertambah dalam waktu cepat dan daya beli mereka juga terus naik.”

Menariknya, MAD Lions sendiri merupakan bagian dari OverActive Media, sebuah perusahaan asal Kanada dan tim League of Legends MAD Lions tak memiliki pemain asal Spanyol. Ketika ditanya tentang ini, Schnura menjawab, “Kami tidak berencana untuk memasukkan pemain Spanyol hanya untuk membuat kami terlihat lebih otentik. Kami adalah organisasi Spanyol. Markas kami ada di Madrid. Tim manajemen kami merupakan orang-orang Spanyol. Dan tentu saja, kami memang bagian dari OverActive Media, perusahaan Kanada, tapi tim kami dijalankan dari Spanyol.”

MAD Lions sasar pasar esports Spanyol
Jorge Schnura dan tim MAD Lions. | Sumber: Inven Global

Menurut Schnura, keberadaan MAD Lions dapat membantu perkembangan industri esports di Spanyol dan negara-negara lain yang berbahasa Spanyol. “Kami mencoba untuk mewakilkan fans esports Spanyol, sehingga ada tim yang bisa mereka dukung,” ujarnya. “Kami juga punya tim akademi lokal untuk mengembangkan talenta yang ada di Spanyol. Kami punya tiga pemain Spanyol yang bermain untuk tim akademi kami.” Dia mengaku, tidak tertutup kemungkinan, pemain yang kini masih ada di tim akademi tersebut akan masuk ke tim utama mereka. “Kami mencoba untuk memberikan tim yang bisa dibela oleh warga Spanyol. Tim yang otentik, yang merepresentasikan nilai-nilai yang dimiliki oleh fans Spanyol,” lanjut Schnura.

Mengingat ada banyak orang yang berbahasa Spanyol, Schnura menjelaskan bahwa MAD Lions membagi target audiens mereka menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah fans esports, yaitu orang-orang yang memang menonton LEC dan liga Spanyol LSO atau turnamen esports lain. Kategori kedua adalah gamer, orang-orang yang bermain tapi belum tentu menonton esports. Dan terakhir adalah gamer kasual. Dia menjelaskan, MAD Lions akan menyasar target pasarnya satu per satu dengan perlahan.

“Pertama, kami akan menyasar fans esports yang menonton LEC dan LSO, yang juga berbahasa ibu Spanyol,” ujar Schnura. Meskipun target utama MAD Lions adalah orang-orang berbahasa ibu Spanyol, Schnura menekankan bahwa mereka juga akan tetap menyediakan konten untuk audiens internasional. MAD Lions memiliki akun media sosial yang membuat konten dalam bahasa Inggris.

“Setelah kami menemukan strategi yang tepat untuk memenangkan hati fans esports, kami baru akan mencoba menyasar para gamer. Cara untuk memenangkan hati mereka adalah dengan membuat konten yang tidak terlalu fokus pada turnamen esports, tapi pada gameplay dan gaya hidup dari para gamer,” kata Schnura. Untuk melakukan itu, MAD Lions akan bekerja sama dengan para influencer untuk membuat konten bersama. Sementara untuk menjangkau gamer kasual dan masyarakat awam, mereka akan memanfaatkan kreator konten mereka dan memainkan game-game yang tengah populer di masyarakat.

Schnura menjelaskan, MAD Lions tidak akan sembarangan bekerja sama dengan konten kreator. “Kami tidak akan bekerja sama dengan kreator konten yang terlalu agresif, yang bisa menyebabkan masalah,” aku Schnura. Dia mencontohkan, streamer yang terus memaki musuhnya atau memukul keyboard karena marah. “Kami juga akan memerhatikan audiens sang influencer. Kami ingin orang-orang yang menargetkan generasi muda, tapi juga orang-orang yang mungkin tertarik dengan esports,” ujarnya.

Sumber: Dot Esports

Psikolog Excel Esports Ingin Fokus Pada Sisi Kemanusiaan Atlet Esports Profesional

Pada November 2019, Excel Esports, tim yang berlaga di League of Legends European Championship, mempekerjakan psikolog Fabian Broich sebagai Head of Performance. Dalam wawancara dengan Lara Lunardi, dia menjelaskan tugasnya di Excel. Dia bercerita, dia pernah mengenyam pendidikan di psikologi olahraga dan memiliki pengalaman sebagai pemain olahraga profesional, walau dia tidak tahu banyak tentang dunia esports. Meskipun begitu, dia justru menganggap, ketidaktahuannya menguntungkan.

“Saya sesekali bermain video game, tapi saya tidak tahu keadaan dunia esports profesional, jadi saya mulai bekerja untuk tim tanpa memiliki bias apapun, yang justru menguntungkan saya. Saya bisa menjadi lebih dekat dengan para atlet esports karena saya bisa melihat bagaimana kehidupan mereka dan sering bertemu dengan mereka, sementara dalam tim sepak bola, para atlet hanya latihan selama satu atau dua jam, dan Anda tidak bisa bertemu dengan mereka terlalu sering karena mereka selalu sibuk,” kata Broich, seperti dikutip dari Inven Global.

Tugas utama Broich sebagai Head of Performance adalah untuk memastikan para pemain tidak memiliki masalah di luar game. “Memastikan para pemain baik-baik saja, mendapatkan tidur cukup, nutrisi yang baik, dan fokus pada kegiatan fisik dan keadaan mental mereka agar mereka bisa memberikan performa terbaik,” ujarnya.

Fabian Broich. | Sumber: Esports Insider
Fabian Broich. | Sumber: Esports Insider

Broich mengatakan, prioritas utamanya dalam memastikan kesehatan mental para pemain adalah menciptakan keadaan yang kondusif. Setelah itu, fokus lainnya adalah pada jadwal tidur pemain. Menurutnya, porsi tidur pemain penting karena selain latihan, tidur juga menghabiskan banyak waktu para pemain. Dia mengungkap beberapa hal lain yang harus dia perhatikan antara lain tingkat stres pemain dan kemampuan pemain untuk mengatasi tekanan. Dia harus membantu pemain untuk mengatasi sumber stres eksternal, seperti komentar negatif di media sosial.

Salah satu dampak negatif yang muncul pada pemain esports setelah mereka sukses rasa sombong. Terkait hal ini, Broich mengatakan bahwa sebagai pemain profesional, seseorang memang seharusnya memiliki rasa percaya diri tinggi. “Tentu saja Anda harus sangat percaya diri, jika Anda tidak percaya pada diri Anda sendiri, Anda tidak akan sukses. Dan itulah yang membedakan para pemain profesional dengan satu sama lain, karena mereka biasanya ada di level yang sama. Jadi, orang yang merasa paling percaya diri dan fokus untuk meningkatkan performa mereka, itulah pemain yang akan bisa bertahan di liga profesional atau bahkan naik level,” ujarnya.

Dia menyebutkan, dia tidak hanya ingin meningkatkan performa pemain, tapi juga membiarkan mereka untuk berkembang sebagai manusia. “Kami tidak ingin melihat pemain sebagai produk, kami ingin melihat pertumbuhan mereka sebagai manusia,” dia berkata. “Di lingkungan profesional seperti ini, banyak orang yang narsis, tapi selama narsisme itu masih dalam tahap wajar, Anda memang perlu sedikit narsis untuk bisa sukses.”

Broich bercerita, kebanyakan pemain hanya melihat diri mereka sebagai seorang pemain profesional yang bertugas untuk memenangkan tim. “Tentu saja, kita ingin bisa menang, tapi kami juga fokus pada pertumbuhan pemain karena kami percaya, pemain yang memiliki gaya hidup sehat akan bisa memberikan performa terbaik,” katanya. Namun, dia juga mengaku bahwa mereka harus bisa menunjukkan hasil sesuai harapan dari organisasi esports tempat pemain bernaung.

Ketika membandingkan esports dengan olahraga tradisional, salah satu hal yang Broich bahas adalah tentang bagaimana para pemain biasanya belum mengetahui tentang dinamika tim, bahwa kemenangan tim tidak sepenuhnya tergantung pada mereka. “Mereka belajar untuk mendekatkan diri dan mereka sadar bahwa mereka memiliki peran yang berbeda-beda dan mereka harus dapat bekerja sama, serta mereka juga belajar bahwa terkadang, mereka tak selalu menjadi fokus semua orang. Mereka adalah pemain yang baik, tapi biasanya tidak ada pemain yang mencoba untuk saling mendekatkan diri dengan satu sama lain. Jadi, itu yang jadi fokus saya sekarang,” ujarnya.

Sekilas, menjadi pemain profesional terlihat mudah. Tugas mereka hanyalah “bermain”. Namun, studi ilmiah menunjukkan bahwa pembekalan mental untuk para atlet esports juga penting. Di Indonesia, salah satu tim yang memiliki psikolog adalah BOOM Esports.

Kia Motors dan Alienware Kembali Sponsori Liga League of Legends Eropa

Kia Motors akan kembali menjadi sponsor dari League of Legends European Championship (LEC). Mereka akan menjadi presenting sponsor dalam segmen “Player of the Game”, yaitu bagian ketika caster dan analis liga League of Legends Eropa membahas tentang performa para pemain sepanjang turnamen. Selain itu, Kia Motors juga akan menjadi presenting sonsor untuk penghargaan “All-Star of the Split” dan “MVP of the Split”, yang diberikan pada akhir turnamen. Dalam berbagai kegiatan LEC offline, mobil-mobil Kia juga akan dipajang. Tak hanya itu, Kia Motors juga berencana untuk melakukan “roadshow”. Sayangnya, belum ada informasi detail terkait hal ini, menurut The Esports Observer.

“Kami senang karena Kia Motors memutuskan untuk memperkuat kerja sama dengan kami. Kini kami adalah salah satu rekan kerja sama premium mereka, seperti NBA dan Kia MVP Ladder. Pencapaian ini memungkinkan kami untuk melanjutkan momentum dari 2019 dan memperkuat reputasi Kia yang konsisten dengan kerja sama mereka,” kata Alban Dechelotte, Head of Sponsorship & Business Development EU Esports, Riot Games, menurut laporan Inven Global.

Sementara itu, Michael Choo, Head of Brand Experience Team, Kia Motors mengatakan bahwa sebagai rekan LEC, mereka ingin dapat mendekatkan diri dengan fans esports. “Untuk LEC 2020, dalam acara online dan offline, kami ingin menunjukkan mobil dan SUV kami dan membuktikan bagaimana Kia dengan cepat menjadi perusahaan mobil yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Sumber: Twitter
Sumber: Twitter

Kia Motors bukan satu-satunya perusahaan yang memutuskan untuk menjadi sponsor dari LEC. Alienware juga kembali membuat perjanjian dengan Riot Games. Dengan perjanjian yang berlangsung selama lebih dari setahun tersebut, Alienware akan menjadi penyedia resmi untuk PC dan monitor di LEC. Alienware akan menyediakan desktop Aurora P9 sebagai PC dan monitor AW2521HF 240 Hz IPS untuk monitor. Selain itu, Alienware juga akan menjadi presenting partner dari Match of the Week, segmen yang akan menunjukkan bagian paling menarik dari pertandingan LEC sepanjang minggu.

“Sebagai sebuah liga, pertumbuhan viewership LEC sangat baik. Dan liga ini juga sangat sukses di kancah internasional,” kata Bryan DeZayas, Director of Global Marketing, Alienware. “Tim kamera dan broadcast yang mumpuni dari LEC dapat membuat konten yang menarik untuk dinikmati semua penonton. Performa yang baik dari tim-tim hebat seperti G2, Fnatic, dan Schalke menunjukkan dunia bahwa pemain dan pertandingan esports terbaik bisa ditemukan di LEC.”