Kalahkan Fnatic, G2 Esports Menangkan League of Legends European Championship

G2 Esports memenangkan League of Legends European Championship (LEC), setelah mengalahkan Fnatic dengan skor 3-0 di babak final. Dengan ini, G2 Esports berhasil menjadi gelar LEC sebanyak 4 kali berturut-turut.

Dalam game pertama, AD Carry Fnatic, Carl Martin Erik Larsson alias Rekkles, sukses mendapatkan first kill dengan bantuan dari ‎Oskar “Selfmade” Boderek. Pada menit ke-9, Fnatic kembali menargetkan AD Carry dari G2 Esports. Namun, Marcin “Jankos” Jankowski dari G2 berhasil melindungi rekan satu timnya. G2 Esports justru dapat membalikkan keadaan dan membunuh dua pemain Fnatic. Dua menit kemudian, kembali terjadi pertarungan antar tim. Masing-masing tim berhasil mendapatkan dua kill.

G2 berhasil meruntuhkan tower pertama. Dengan cepat, Fnatic balas meruntuhkan tower G2. Sepanjang game pertama, Jankos dari G2 sukses menekan Fnatic dengan terus membunuh anggota tim oranye tersebut. Tekanan dari Jankos ini memudahkan Rasmus “Caps” Winther, yang menggunakan LeBlanc, melakukan tugasnya sebagai mid laner.

G2 esports menangkan lec
G2 Esports saat melawan Fnatic di babak final LEC.

Pada game kedua, untuk mencegah Caps menggunakan LeBlanc, Fnatic memutuskan untuk mem-ban karakter tersebut. Dalam pertandingan kali ini, G2 Esports berhasil mendapatkan first kill. Namun, Fnatic berhasil mendominasi jalannya pertandingan. Mereka bahkan berhasil menghancurkan dua inhibitor G2. Mereka juga sempat mencoba memulai team fight dengan G2. Sayangnya, mereka gagal menaklukkan lawannya.

Sepanjang pertandingan, kedua tim terus beradu dan membunuh pemain tim musuh. Walau, baik Fnatic dan G2 Esports tak mencoba untuk melawan Baron Nashor. Ingat bahwa dua inhibitor mereka telah runtuh, G2 memutuskan untuk membunuh Ancient Drake sebelum fokus di mid-lane. Setelah itu, mereka menembus markas Fnatic. Mereka sukses mengalahkan Fnatic dalam team fight sebelum menghancurkan nexus Fnatic dan memenangkan game ke-2.

g2 esports menangkan lec
Proses pick dan ban pada game ke-3.

Pada game ke-3, Fnatic dan G2 Esports kembali bermain dengan agresif. G2 berhasil mendapatkan first kill pada menit ke-5, saat mereka membunuh Tim “Nemesis” Lipovšek di mid-lane. Tak lama kemudian, Fnatic juga berhasil mendapatkan kill pertama mereka. Namun, hal ini membuka celah bagi Caps untuk membunuh pemain Fnatic yang lain.

Setelah kalah 2-0, sulit bagi Fnatic untuk bisa bangkit kembali. Memang, pada awal game ke-3, Fnatic sempat memberikan perlawanan yang hebat. Sayangnya, pada menit ke-25, G2 Esports telah sukses mendominasi pertandingan. Fnatic masih mencoba untuk melawan, tapi pada akhirnya, mereka harus mengaku kalah dari G2 Esports.

Dengan kemenangan ini, G2 Esports tak hanya memenangkan €80 ribu (sekitar Rp1,4 miliar), tapi juga masuk ke League of Legends World Championship sebagai first seed. Tahun lalu, G2 Esports berhasil menjadi finalis LWC 2019. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan FunPlus Phoenix.

Sumber: VP Esports, Forbes, Win.gg

Kolaborasi Riot Games dan AAPE Hadirkan Yasuo Prestige Edition

Dalam waktu dekat Riot Games dikabarkan akan meluncurkan skin terbaru bagi salah satu championnya, Yasuo. Kolaborasi Riot Games dengan berbagai brand terkenal menunjukkan perhatian mereka yang serius dalam membangun pengaruhnya melalui game League of Legends di kancah global.

“Kami sangat bersemangat dapat bekerja sama secara kreatif dengan clothing line AAPE. Mulai dari desain skin hingga ke apparel merchandise, setiap elemennya terasa menyenangkan dan kami pikir setiap player bisa menghargai dan mengekspresikan kecintaan mereka akan League of Legends dalam bentuk streewear,ungkap Christian Bailey sebagai Director of Consumer Products di Riot Games.

Di gelaran League of Legends World Champsionship tahun 2019 yang lalu, Yasuo tampil sebagai DJ dari anggota grup musik virtual True Damage. True Damage adalah grup musik virtual kedua yang dibentuk oleh Riot Games setelah K/DA yang melakukan debutnya di tahun 2018. Di tahun 2019 Qiyana dan Sena tampil dengan Prestige Edition skin hasil kolaborasi antara Riot Games dengan fashion brand mewah, Louis Vuitton.

Pada kesempatan kali ini Riot Games bekerja sama dengan salah satu clothing line AAPE yang memproduksi serangkaian streewear yang bermarkas Jepang. Desain skin Yasuo bersama grup True Damage dirasa sangat cocok dengan jenis produk yang dimiliki AAPE. Kerja sama di antara keduanya sudah barang tentu merilis in game item sekeligus koleksi streetwear terbaru dari AAPE.

Kolaborasi Riot Games dan AAPE akan menjadi kerja sama yang penting antara dunia esports dan fashion. Pasalnya esports perlahan sudah membangun fanatisme nyaris sekuat yang bisa ditemukan pada berbagai olahraga tradisional. Pakaian dengan atribut tim olahraga ataupun esports menjadi salah satu bentuk dukungan, apresiasi, dan bisa membangun kebanggaan tersendiri bagi penggunanya.

AAPE x League of Legends | Yasuo Prestige Edition | via: Riot Games
AAPE x League of Legends | Yasuo Prestige Edition | via: Riot Games

Di kesempatan yang lain brand Bathing Ape atau yang kerap disingkat BAPE, sebagai induk clothing line AAPE tercatat sudah pernah menjalin kerja sama dengan Disney, Nintendo dan berbagai brand yang lekat dengan pop culture dalam memproduksi koleksi streetwear mereka. Kolaborasi Riot Games dan AAPE akan menjadi kerja sama yang penting antara dunia esports dan fashion.

Rencananya secara serentak skin terbaru True Damage Yasuo Prestige Edition dan apparel merchandise hasil kolaborasi Riot Games dan AAPE akan dirilis di tanggal 25 September 2020. Sedikit tambahan, rumornya skin terbaru Yasuo akan dibanderol seharga 100 Prestige Points.

 

Summary of Indonesia Games Championship 2020 – Winners and Viewers Data

After a bit long journey from the best gamers all over the country, Indonesia Games Championship (IGC) 2020 is finally complete. On 27-30 August 2020, IGC gave the crowns for all champions from Free Fire (FF), Arena of Valor (AoV), Call of Duty Mobile (CoDM) and League of Legends (LoL).

Held online, IGC 2020 was held from May to August. The tourney started with registration phase from May to June 2020. After that, the qualification phase was on July until August, filtering out the best team to play on Playoff (24-26 August 2020) and Grand Final (27-30 August 2020).

There are two champions from each contested game (except LoL) in IGC 2020 since there are champions from male and female categories. From all of the winning teams, EVOS Esports could be said as the most successful in this tournament. It’s because they won in two games titles on male categories.

This is the list of champions from each games titles and categories in IGC 2020:

Sumber: Telkomsel
Source: Telkomsel

Male Categories

  • Free Fire – EVOS Esports
  • COD Mobile – LOUVRE x One Team
  • Arena of Valor – EVOS Esports
  • League of Legends – Magnus

Female Categories

  • Free Fire – Toxic for Lyfe
  • Call of Duty Mobile – Star8 Celestial
  • Arena of Valor – Hertz Emot

 

The impact of IGC 2020 towards Indonesian esports ecosystem

With many choices of games titles, two categories, and long journey, IGC 2020 gives good impact to Indonesian esports ecosystem.

From participation, there are 34,000 players in 8,200 teams in this championship. By doing it online, IGC reached to 457 cities in Indonesia and three countries in Southeast Asia (Malaysia, Singapore, and Philippine). From the broadcasting side, IGC managed to get 10 million total views and 1.5 million hours watched on DuniaGames website and MAXstream app.

Dari sisi tingkat partisipasi, IGC 2020 diikuti oleh 34.000 peserta yang tergabung dalam 8.200 tim. Menggunakan format online, IGC 2020 juga berhasil menjangkau 457 kabupaten/kota di Indonesia, dan tiga negara di Asia Tenggara yaitu Malaysia, Singapura, dan Filipina. Dari sisi tayangan, rilis mengatakan bahwa IGC 2020 berhasil menyedot perhatian sampai dengan 10 juta total views, dengan 1,5 juta jam total watch time pada situs DuniaGames dan aplikasi MAXstream.

Meanwhile, monitoring Dunia Games YouTube channel, here’s our finding on the views number. These results were taken on 1 September 2020.

League of Legends Grand Final

  • Total broadcast duration – 452 minutes 33 seconds (7 hours 32 minutes 33 seconds)
  • Total number of views – 10,967 views

Grand Final Arena of Valor (also shows AOV female category)

  • Total broadcast duration – 639 minutes  (10 hours 39 minutes)
  • Total number of views – 81,078 views

Free Fire Grand Final (also shows Playoff COD Mobile male and female categories)

  • Total broadcast duration – 649 minutes 38 seconds (10 hours 49 minutes 38 seconds)
  • Total number of views – 225,859 views

Free Fire Grand Final part 2 (also shows Grand Final COD Mobile male and female categories)

  • Total broadcast duration – 697 minutes 5 seconds  (11 hours 37 minutes 5 seconds)
  • Total number of views – 354,925 views

“We really appreciate the growing enthusiasm from gaming fans all over Indonesia towards IGC 2020. It can be seen from the live streaming views number. We hope competition like this could be an oasis for esports activists to keep fighting for a better industry, even though we are in a difficult time.  Seeing the excitement, we will keep it open-minded to hold IGC in the coming years. We also hope to give bigger impacts in developing the esports industry in Indonesia by doing inclusively and continuously.” Said Setyanto Hantoro, President Director of Telkomsel on IGC 2020.

Congrats to the winners! So far, IGC is indeed regarded as one of the first-class tournaments in Indonesia. Hopefully, this annual tournament could continue and give more positive impacts.

The original article is in Indonesian, translated by Yabes Elia

Astralis Group Umumkan Laporan Keuangan untuk Semester Pertama 2020

Astralis Group baru saja melaporkan hasil keuangan mereka untuk semester pertama 2020. Mereka mengungkap, mereka mengalami kerugian sebesar 30,17 juta krona Denmark (sekitar Rp71,3 miliar). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kerugian Astralis sedikit naik. Pada semester pertama 2019, kerugian Astralis hanya mencapai 27,97 juta krona Denmark (sekitar Rp66,1 miliar).

Sementara itu, sepanjang semester pertama 2020, Astralis Group mendapatkan pemasukan sebesar 20,48 juta krona Denmark (sekitar Rp48,4 miliar), naik dari 17,27 juta krona Denmark (sekitar Rp40,8 miliar) pada tahun 2019. Astralis Group menyebutkan, pemasukan mereka dari sponsorship mengalami kenaikan sebesar 4,4 juta krona Denmark (sekitar Rp10,4 miliar). Selain itu, pemasukan mereka dari liga esports juga tumbuh sebesar 3,5 juta krona Denmark (sekitar Rp8,3 miliar), menurut laporan The Esports Observer.

Sayangnya, total hadiah kemenangan turnamen esports yang didapatkan oleh Astralis Group mengalami penurunan sebesar 4,3 juta krona Denmark (sekitar Rp10,2 miliar) jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sebenarnya, hal ini tidak aneh mengingat tahun ini, ada banyak turnamen esports yang ditunda atau bahkan dibatalkan akibat pandemi COVID-19.

laporan keuangan Astralis
Kontribusi divisi-divisi Astralis pada pemasukan grup. | Sumber: The Esports Observer

Astralis Group terdiri dari tiga tim esports yang berlaga di tiga game yang berbeda. Tim Astralis yang bertanding di Counter-Strike: Global Offensive memberikan kontribusi pemasukan paling besar. Total pemasukan mereka mencapai 14 juta krona Denmark (sekitar Rp33 miliar) atau sekitar 68,4% dari total pemasukan Astralis Group.

Sementara itu, tim League of Legends Astralis, Origen, berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 5,2 juta krona Denmark (sekitar Rp12,3 miliar). Total pemasukan tim FIFA Astralis, Future Football Club, mencapai 600 ribu krona Denmark (sekitar Rp1,4 miliar). Terakhir, manajemen Astralis Group berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 800 ribu krona Denmark (sekitar Rp1,9 miliar).

Astralis Group adalah organisasi esports asal Denmark. Mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada November 2019, menjadikan mereka sebagai organisasi esports pertama yang melakukan IPO. Mengingat Astralis Group baru dibentuk pada musim panas 2019, mereka menggunakan laporan keuangan internal dari mantan pemegang saham untuk membandingkan laporan keuangan mereka yang sekarang dengan tahun lalu.

K/DA Rilis Single Terbaru The Baddest

Menjelang gelaran turnamen League of Legends World Championship 2020 di Shanghai, beberapa jam yang lalu Riot Games merilis lagu terbaru melalui grup K/DA. Grup musik virtual K/DA adalah salah satu pionir dan wajah baru di komunitas gamers League of Legends yang melakukan debutnya dengan tampil pada acara pembukaan Worlds 2018 di Korea Selatan.

Dengan mengusung konsep musik Korean Pop dan EDM popularitas grup K/DA turut berpengaruh pada peningkatan brand awareness League of Legends dan meraih penggemar yang lebih luas lagi melampaui komunitas gamers.

Riot Games kembali menampilkan champion line up yang sama yaitu, Ahri, Evelyn, Kai’Sa, dan Akali dengan lagu terbaru mereka diberi judul The Baddest. Namun ada sedikit perubahan terjadi pada talenta pengisi suara grup K/DA. Dua orang anggota dari girl band (G)-IDLE, Soyeon dan Miyeon masih mengisi posisi yang sama. Sedangkan Bea Miller dan Wlftyla menjadi sosok baru yang mengisi suara grup K/DA.

Tidak sampai di situ saja, dengan penampilan kostum champion yang baru, sangat terbuka kemungkinan akan dirilis in game items dan tentu saja skin yang baru. Nuansa berwarna hitam yang mendominasi lyric video memberikan kesan yang lebih elegan daripada penampilan K/DA yang sebelumnya.

via: League of Legends
via: League of Legends

Kombinasi game dan musik terus menjadi strategi yang dilancarkan oleh Riot Games untuk terus berkembang di dalam ekosistem esports global. Riot Games perlahan membangun ekspektasi komunitas gamers League of Legends untuk menantikan acara pembukaan gelaran turnamen Worlds setiap tahunnya layaknya Halftime Show pada gelaran Superbowl milik NFL.

Tahun ini, gelaran turnamen Worlds 2020 akan dilaksanakan di Stadion Pudong di Shanghai. Sayangnya kemeriahannya akan terasa berkurang tanpa kehadiran penonton yang memadati gelaran penentu juara dunia game League of Legends. Beberapa waktu yang lalu Riot Games juga sudah mempersiapkan soundtrack gelaran turnamen Worlds 2020 dengan sederetan talenta musik dari Tiongkok.

Sampai berita ini diturunkan setidaknya lyric video grup K/DA The Baddest tercatat sudah 5 juta kali ditonton sejak dirilis 12 jam yang lalu. Hal ini juga mengindikasikan bahwa grup K/DA dapat dipastikan menjadi performer line up di gelaran Worlds 2020 mendatang.

 

Observer LCK: Tugas Observer Layaknya Cameraman dan Sutradara

Di tengah pandemi, konten esports semakin diminati. Namun, untuk dapat mengemas pertandingan esports menjadi video yang menarik, diperlukan orang-orang yang paham tentang bagian paling menarik dari sebuah pertandingan. Orang-orang tersebut disebut “observer“. Tugas seorang observer serupa dengan tugas cameraman dalam olahraga tradisional, yaitu mencari bagian yang menarik untuk ditampilkan. Pada saat yang sama, para observer juga harus bisa mengambil keputusan layaknya sutradara program.

Ialah Lee “Jonnastrong” Jin-sae, observer utama dari League of Legends Champions Korea (LCK). Dia telah menjadi seorang observer selama tujuh tahun. Dia bercerita, pada awalnya, dia sempat mencoba untuk menjadi pemain League of Legends profesional. Hanya saja, setiap kali dia mencoba untuk bertanding di tingkat profesional, dia menjadi sangat tegang. Jadi, dia merasa, dia tak cocok untuk menjadi pemain profesional.

“Suatu hari, saya datang ke program bernama ‘Private Lesson’. Mereka menyarankan saya untuk menjadi observer karena salah satu observer mereka keluar. Saya beruntung,” kata Lee pada Inven Global. “Saya sangat suka dengan game sejak saya masih kecil. Dan saya ingin bekerja di dunia gaming. Saya suka menonton esports dan saya pernah menonton LCK secara langsung. Jadi, saya mengambil tawaran untuk menjadi observer karena saya pikir, saya akan bisa menonton para pemain profesional sepuasnya.”

observer LCK
Sejak kecil, Lee “Jonnastrong” Jin-sae memang senang bermain game. | Sumber: Inven Global

Lee bercerita, sebelum menjadi observer untuk LCK, dia bekerja sebagai observer dari turnamen Challengers Korea. Sayangnya, turnamen tersebut lalu diambil alih oleh AfreecaTV. Dia lalu masuk ke dalam tim produksi. Di sana, dia sempat mengemban berbagai tugas. Dia bahkan sempat memimpin sebuah tim. “Namun, tujuan saya bergabung dengan perusahaan adalah karena saya ingin menjadi observer dari kompetisi profesional,” katanya.

“Jadi, saya memberitahu perusahaan bahwa saya ingin menjadi observer LCK. Ketika itu, salah satu produser kami pindah ke SPOTV Games untuk LCK. Saya bahkan sempat menelponnya untuk menanyakan apakah mereka memerlukan observer,” ujar Lee. “Saya sempat berpikir untuk keluar karena saya pikir, tidak etis jika saya menjadi observer LCK sambil bekerja di perusahaan lain. Namun, AfreecaTV menahan saya. Mereka membiarkan saya untuk menjadi observer LCK ketika saya bekerja dengan mereka.”

“Ketika produksi konten LCK dialihkan ke Riot Games, saya dengar saya juga akan ikut pindah. Salah satu staf memberitahukan hal itu pada saya. Saya sangat senang karena saya akan bisa menjadi observer LCK sepenuhnya,” ujar Lee.

Sebagai observer, Lee tidak bekerja sendiri. Ada dua orang lain yang membantunya. Salah satunya bertugas untuk mengedit video dan bertanggung jawab dalam produksi video replay dan highlight. Seorang lainnya adalah seorang sub observer, yang bertugas membantu Lee ketika siaran langsung. Terkadang, dia juga bertanggung jawab atas konten replay.

“Di LoL Park, ruang produksi dan ruang observer terpisah oleh tembok, jadi kami menggunakan interphone. Tapi, ketika saya tengah memerhatikan jalannya pertandingan, saya menggunakan kedua tangan saya. Jadi, berkomunikasi agak sulit. Di saat seperti itu, sang sub observer akan berfungsi untuk menghubungkan tim observer dan tim produksi. Sementara tugas observer utama seperti saya adalah untuk menentukan konten yang ditampilkan ke fans,” jelas Lee.

observer LCK
Lee menjelaskan betapa sibuknya seorang observer saat pertandingan berlangsung. | Sumber: Inven Global

Lee mengungkap, ada banyak hal yang harus dia lakukan saat siaran LCK tengah berlangsung, mulai dari mendengarkan komentar para caster, berkomunikasi dengan sub observer, dan menonton jalannya pertandingan. “Saat beberapa situasi penting terjadi di satu waktu, saya akan meminta sub observer untuk mengabari saya langsung. Jika situasinya sangat mendesak, saya terkadang mengecek layar sub observer sendiri,” kata Lee. “Waktu untuk memutar replay juga harus dibahas dengan tim ruang produksi.”

Lee bercerita, tim di ruang produksi biasnaya akan memberikan saran tentang bagaiman cara menampilkan caption, memutar video replay, atau menampilkan video sudut pandang seorang pemain. Setelah itu, Lee sebagai observer akan menentukan kapan waktu yang tepat untuk memutar video tersebut. Salah satu masalah yang biasa terjadi adalah komunikasi. “Karena kami menggunakan interphone, komunikasi tidak selalu mulus,” aku Lee. “Terkadang, ada pertarungan besar yang terjadi ketika kami sedang memutar replay.”

Namun, Lee mengakui, meskipun tim observer dan tim produksi ada di ruangan yang sama, hal itu juga akan menyebabkan masalah. “Saya harus mendengarkan komentar caster, jadi saya biasanya memasang video dengan volume kencang. Dan saya juga cerewet ketika saya tengah memantau jalannya pertandingan,” ujarnya.

Dalam game penuh strategi seperti League of Legends, tak semua penonton akan memahami mengapa para pemain melakukan hal yang mereka lakukan. Karena itu, ketika para pemain memiliki sebuah rencana, Lee ingin menampilkan tahap-tahap perencanaan pada para penonton.

“Saya menonton begitu banyak pertandingan sehingga saya bisa mengetahui kebiasaan para pemain,” kata Lee. “Misalnya, ketika seorang mid laner mencoba untuk melakukan push sebelum roaming, saya mencoba untuk menampilkan video sejak sang mid laner melakukan push. Setelah itu, saya akan menampilkan top lane yang hendak menggempur musuh sebelum kembali ke mid laner yang tengah menunju ke top lane untuk membantu.”

Lee mengungkap, dia ingin membantu para penonton mengerti apa yang terjadi dalam pertandingan dengan menampilkan satu per satu keputusan yang diambil oleh para pemain. Hal ini juga akan memudahkan para caster untuk menjelaskan apa yang terjadi selama pertandingan.

Menurut Lee, untuk menjadi observer, seseorang tak harus memiliki rank tinggi dalam game. Tugas utama seorang observer adalah untuk menyajikan konten yang mudah dimengerti oleh penonton. Misalnya, dengan tidak mengganti sudut pandang terus menerus atau menunjukkan status bar. Karena hal ini bisa membuat para penonton bingung.

“Hal penting lainnya adalah membantu para caster. Mereka akan mengomentari konten yang ditayangkan oleh sang observer,” ujar Lee. “Jadi, Anda sebaiknya menampilkan apa yang diminta oleh sang caster. Terakhir, sebagai observer, Anda juga harus menampilkan sebanyak mungkin momen-momen terbaik para pemain.”

Sumber header: Inven Global

Mau Dalami Esports, FC Barcelona Gandeng Tencent

Klub sepak bola Spanyol, FC Barcelona, mengumumkan kerja samanya dengan konglomerasi asal Tiongkok, Tencent. Menurut pernyataan resmi, tujuan FC Barcelona bekerja sama dengan Tencent adalah agar mereka bisa mendalami dunia esports.

Untuk itu, FC Barcelona akan melakukan diskusi dengan Tencent terkait semua yang telah mereka lakukan di esports. Mereka juga akan membahas tentang kompetisi esports, edukasi esports, serta industri esports. Tak hanya itu, mereka juga akan membahas tentang potensi kolaborasi antara esports dengan dunia olahraga. Sayangnya, masih belum ada informasi tentang kegiatan konkret yang akan dilakukan oleh FC Barcelona dengan Tencent, menurut laporan Esports Insider.

barcelona tencent
Barcelona juga punya roster Rocket League.

FC Barcelona mulai memasuki ranah esports pada 2018. Ketika itu, mereka merekrut tim Pro Evolution Soccer, game sepak bola buatan Konami, yang juga merupakan sponsor dari FC Barcelona. Satu tahun berselang, tepatnya pada April 2019, FC Barcelona memutuskan untuk merekrut tim esports Rocket Leauge, game yang menggabungkan sepak bola dengan mobil-mobilan akrobatik. Tim yang membawa nama FC Barcelona itu bertanding dalam Rocket League Championship League, yang formatnya baru saja dirombak.

Keputusan FC Barcelona untuk ikut aktif dalam dunia esports bukanlah hal yang aneh, mengingat banyak klub sepak bola lain yang melakukan hal yang sama. Misalnya, Arsenal juga punya roster yang bertanding di PES eFootball Pro League sementara FC Schalke 04 juga punya tim League of Legends sendiri. Meskipun begitu, pada awal tahun ini, President FC Barcelona, Josep Maria Bartomeu berkata bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam game esports yang mengandung kekerasan. Namun, mereka tidak keberatan untuk ikut serta dalam League of Legends atau Fortnite karena kedua game itu dianggap sebagai game strategi.

Pada Februari 2020, muncul kabar bahwa FC Barcelona tengah tertarik untuk ikut serta dalam skena esports League of Legends di Tiongkok. Kerja sama dengan Tencent adalah awal yang baik untuk merealisasikan rencana tersebut. Tencent merupakan salah satu pemilik dari TJ Sports, perusahaan yang bertanggung jawab untuk menggelar League of Legends Pro League (LPL) bersama dengan Riot Games.

Tencent Bersama Riot Tiongkok Umumkan Jadwal Worlds 2020

Dalam acara Tencent Global Esports yang diselenggarakan 24 Agustus 2020 lalu, Riot Tiongkok mengumumkan jadwal League of Legends World Championship 2020 (Worlds 2020). Pengumuman tersebut mengatakan bahwa Worlds 2020 akan diselenggarakan mulai akhir September 2020 mendatang hingga akhir Oktober 2020.

Sebelumnya Worlds 2020 sempat mengalami ketidakpastian karena situasi pandemi, yang membuat turnamen internasional dengan banyak orang berkumpul dalam satu tempat jadi hampir tidak mungkin. Namun ketidakpastian ini tercerahkan ketika Wei Huang Wakil Direktur Shanghai Pudong District Propaganda, mengumumkan bahwa LoL Worlds 2020 tidak akan ditunda, apalagi dibatalkan, dan akan diselenggarakan di distrik Shanghai Pudong pada Oktober 2020, dalam acara ChinaJoy 2020.

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Mengutip dari InvenGlobal, Leo Lin CEO Riot Tiongkok mengatakan. “Kami akan menjalankan turnamen dengan para spesialis dari berbagai bidang, termasuk tim medis, serta tim desinfeksi terbaik. Nantinya kami juga akan menyediakan buku petunjuk dan regulasi seputar keamanan.” Leo Lin setelahnya juga menekankan lebih jelas lagi, bahwa turnamen tersebut akan diselenggarakan seketat mungkin demi menjaga keamanan dan kesehatan pemain yang bertanding serta kru bertugas.

Dengan ini, maka berikut rincian jadwal untuk Worlds 2020:

  • Babak Play-in – 25 September
  • Babak grup – 3 Oktober
  • Perempat-final – 15-18 Oktober
  • Semifinal – 24-25 Oktober
  • Grand Final – 31 Oktober

Sejauh ini, Riot Games terlihat sudah cukup getol mempersiapkan diri untuk Worlds 2020. Salah satu usaha mereka adalah dengan mengamankan beberapa kerja sama strategis terhadap beberapa pihak. Sejauh ini sudah ada kerja sama Riot Games dengan Universal Music, yang dilakukan untuk mempersiapkan soundtrack Worlds 2020. Spotify juga mengumumkan kerja samanya dengan LoL Esports, untuk menyajikan berbagai konten audio eksklusif, mulai dari musik, playlist, hingga podcast seputar belakang layar turnamen World Championship.

Selain itu, beberapa liga regional juga sudah mempersiapkan seeding tim untuk Worlds 2020, seiring babak Playoff sudah terselenggara untuk LEC, LCS, dan LPL, dengan LCK terselenggara di 26 Agustus 2020 mendatang. Sejauh ini sudah ada 7 tim yang mendapat seeding lolos ke Worlds 2020, tim tersebut termasuk JD Gaming (LPL Tiongkok), Top Esports (LPL Tiongkok), G2 Esports (LEC Eropa), Fnatic (LEC Eropa), Rogue (LEC Eropa), FlyQuest (LCS Amerika Utara), dan Team Liquid (LCS Amerika Utara).

Bagaimana? Sudahkah Anda siap untuk League of Legends World Championship 2020?

Riot Games Kerja Sama Dengan Spotify Untuk Podcast Eksklusif seputar Worlds

Riot Games baru-baru ini mengumumkan kerja samanya dengan Spotify untuk esports League of Legends. Mengutip dari rilis yang diterbitkan di website resmi LoL Esports, kerja sama ini akan menjadikan Spotify sebagai official audio and music streaming partner for LoL Esports global events, termasuk: World Championship, Mid-Season Invitational, dan All-Star Event.

Mengutip Variety kerja sama ini berbentuk sponsorship berbayar yang dilakukan oleh Spotify kepada Riot Games, yang mengikat kedua belah pihak selama beberapa tahun. Masih dari Variety, June Sauvaget, Spotify Global Head Consumer and Product Marketing menjelaskan alasan di balik kerja sama ini. “Gamers menggunakan audio track sebagai soundtrack atas pengalaman bermain mereka. Khalayak gaming dan musik sebetulnya saling tumpang tindih, namun dalam diagram Venn tersebut ada area putih di kedua belah sisi.”

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kerja sama ini akan menghadirkan beberapa konten kolaborasi antar keduanya. Pertama adalah satu page khusus LoL Esports di dalam Spotify, yang berisikan berbagai musik, playlist, hingga podcast yang terinspirasi dari komunitas gaming dan esports. Page ini nantinya juga menawarkan sebuah kampanye Road to Worlds, menghadirkan playlist yang berisikan berbagai macam musik pilihan tim peserta liga kasta utama League of Legends, yaitu LPL, LCK, LEC, dan LCS.

Kolaborasi ini juga akan menghadirkan podcast orisinil eksklusif, yang memungkinkan para penggemar menyelam lebih dalam lewat kisah balik layar dari kompetisi yang terjadi di League of Legends. Seri pertama podcast tersebut berjudul Untold Stories: Top Moments from Worlds, yang berisi cerita unik dari setiap World Championship, dan akan disajikan dalam 10 episode podcast.

Kolaborasi antara Universal Music
Kolaborasi antara Universal Music Publishing Group dengan Riot Games.

Selain itu, nantinya juga akan ada konten audio yang menceritakan proses penciptaan dari original soundtrack League of Legends World Championship, dan Sonic Event Experiences yang membuat pertandingan penentuan di final best-of-five menjadi lebih menegangkan lewat musik yang disajikan oleh Spotify.

Walau terkenal sebagai developer dan publisher game, namun Riot Games juga aktif melebarkan dunia dari karakter yang mereka buat ke dalam bentuk media lain. Sebelum ini mereka juga sempat membuat playlist dari masing-masing karakter game VALORANT, yang dilakukan sebagai salah satu sarana promosi atas game tersebut. Sebelumnya Riot Games juga mengumumkan kerja sama mereka dengan Universal Music Publishing Group untuk menggarap soundtrack bagi perhelatan kompetisi Worlds 2020.

Riot Games Umumkan Kerja Sama dengan Cisco

Cisco menjadi rekan terbaru dari Riot Games dalam mengembangkan esports League of Legends. Melalui kerja sama dengan Riot ini, Cisco ingin meningkatkan kualitas jaringan internet dalam pertandingan esports League of Legends. Untuk merealisasikan hal tersebut, Cisco akan melakukan beberapa hal, seperti membangun infrastruktur jaringan serta menyediakan server dan hardware lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan turnamen esports.

Selain itu, Cisco juga akan menyediakan upgrade hardware untuk The Realm, server private yang digunakan oleh Riot Games untuk menyelenggarakan tiga turnamen League of Legends. Ketiga turnamen tersebut antara lain All-Star Event, Mid-Season Invitational, dan League of Legends World Championship.

Worlds 2020 yang tadinya direncanakan hadir di Shanghai. Sumber: Riot Games
League of Legends Worlds 2020 akan diadakan di Shanghai. Sumber: Riot Games

Esports sangat bergantung pada teknologi. Karena itu, kami harus memastikan bahwa esports League of Legends didukung oleh jaringan internet yang terpercaya. Dengan Cisco sebagai rekan, kami akan dapat membangun infrastruktur jaringan yang diperlukan untuk memberikan pengalaman pertandingan esports terbaik, baik pada para fans maupun atlet esports di seluruh dunia,” kata Scott Adametz, Esports Technology Lead, Riot Games, dikutip dari Esports Insider.

Sebagai bagian dari kerja sama dengan Riot, Cisco akan menyediakan infrastruktur jaringan untuk 12 pusat broadcast Riot. Tak hanya itu, Cisco juga akan mengadakan lebih dari 200 server baru di studio regional milik Riot. Semua server tersebut akan diatur melalui solusi software as a service (SaaS) Intersight milik Cisco. Terakhir, Cisco juga akan membantu Riot dalam distribusi konten dan pengarsipan konten global. Sayangnya, Riot Games tidak mengumumkan berapa nilai kerja sama dengan Cisco, menurut laporan The Esports Observer.

“Cisco ingin mendesain ulang internet di masa depan. Dan esports punya peran penting agar kami bisa merealisasikan visi kami tersebut,” kata Brian Eaton, Director of Global Sports Marketing, Cisco. “Saat ini, ada banyak orang yang menggunakan internet untuk bekerja dan hiburan. Karena itu, harus ada infrastruktur jaringan yang aman serta fleksibel untuk menjamin kecepatan internet mendukung hal tersebut.”

Di tengah pandemi virus corona, Riot Games sempat mengganti format turnamen esports League of Legends menjadi online. Meskipun begitu, mereka berkeras untuk tetap menyelenggarakan League of Legends World Championship di Shanghai, Tiongkok. Mereka bahkan telah menggandeng Universal Music untuk membuat soundtrack dari Worlds 2020.