Facebook Sedang Menguji Fitur Kamera Baru yang Terinspirasi Snapchat

Facebook sedang menguji sejumlah fitur kamera baru pada aplikasi mobile-nya, yang lagi-lagi terinspirasi oleh Snapchat. Sebelum ini, Facebook sempat dituding menjiplak Snapchat dengan Instagram Stories.

Fitur-fitur baru ini mencakup grafik dan animasi selfie ala Snapchat, geofilter, filter lukisan ala Prisma dan filter unik yang disebut dengan istilah “reactive” karena dapat beradaptasi dengan gerakan tubuh pengguna. Semuanya bisa diakses hanya dengan menggeser tampilan News Feed ke kanan.

Kepada TechCrunch, Facebook menjelaskan bahwa tujuan mereka adalah menjadikan aspek visual sharing dalam Facebook lebih cepat, fun dan fleksibel. Apa yang ditawarkan Snapchat selama ini memang sudah bisa memenuhi kriteria tersebut, dan Facebook pun turut mengamininya dengan cara menjadikannya sebagai inspirasi.

Setelah membuka tampilan kamera, pengguna bisa mengusap layar ke bawah untuk mengakses beragam filter yang telah Facebook siapkan, termasuk reactive filter yang tadi sempat disinggung. Reactive filter ini sangat inovatif, dimana layar akan dipenuhi dedaunan atau biasan cahaya yang bisa dibuat semburat dengan lambaian tangan, sebelum akhirnya pengguna menyentuh tombol shutter.

Facebook Direct berguna ketika pengguna hendak membagikan foto atau video secara privat / TechCrunch
Facebook Direct berguna ketika pengguna hendak membagikan foto atau video secara privat / TechCrunch

Juga terinspirasi oleh Snapchat adalah fitur bernama Facebook Direct. Nama sekaligus cara mengaksesnya persis seperti Instagram Direct, dan fungsinya juga untuk berbagi dengan teman secara individual. Namun letak kesamaannya dengan Snapchat adalah, foto atau video tersebut hanya bisa dilihat satu kali, dan satu kali lagi dalam kurun waktu 24 jam menggunakan “replay“.

Apabila penerima tidak merespon dan menggunakan replay sebelum batas waktu 24 jam berakhir, maka percakapan tersebut akan otomatis dihapus. Jadi kalau Anda ingin percakapan bisa terus berlanjut, gunakan saja Messenger karena Direct merupakan fitur yang terpisah.

Untuk sementara Facebook baru mengujinya bersama pengguna di Irlandia. Mereka memastikan nantinya fitur kamera ini akan tersedia secara global, tapi selagi menunggu Facebook akan menguji beberapa variasi fitur lainnya.

Sumber: TechCrunch.

Platform Analitik Sonar Berencana Ekspansi ke Beberapa Negara Tetangga

Platform analitik dan monitoring media sosial asli Indonesia Sonar baru saja mengumumkan rencana untuk mengembangkan layanan mereka di Filipina dan segera memulai ekspansi ke pasar baru termasuk Singapura, Malaysia, dan Australia pada tahun 2017 mendatang. Sonar akan berusaha meraih lebih banyak pengguna di negara-negara tersebut terutama bagi bisnis atau perusahaan yang ingin memformulasikan strategi pemasaran mereka dan menjangkau publik yang lebih luas.

Pendiri dan CEO Sonar Amien Krisna mengungkapkan bahwa pihaknya cukup beruntung telah mendapatkan adopsi di awal oleh pemain-pemain besar seperti XL Axiata, Heineken, dan beberapa perusahaan lainnya sejak pertama kali diluncurkan Januari 2016 silam.

Dengan platform yang dikembangkan, Sonar berusaha membantu perusahaan-perusahaan untuk menemukan wawasan yang lebih lengkap dari media sosial, termasuk melakukan riset pasar secara langsung dan menemukan apa yang sedang menjadi tren untuk berbagai macam industri. Dengan data yang cukup besar mustahil untuk dikerjakan secara manual, Sonar hadir dengan menjanjikan kemudahan dan otomatisasi.

“Semakin banyak perusahaan yang aktif secara digital membuat industrinya semakin ‘digital’. Hal ini meningkatkan kebutuhan untuk melakukan monitoring, analisis, dan mengumpulkan informasi penting. Bagian yang paling menarik dari Sonar adalah kemampuannya untuk menjelaskan apa yang sedang hangat atau viral dalam sebuah industri. Para marketer bisa memanfaatkan informasi ini untuk menggapai perhatian pasar yang lebih luas dalam dunia digital. Pada awal tahun 2016, Sonar masuk ke dalam program akselerator Indigo milik Telkom Indonesia,” ujar Krisna.

Untuk pasar internasional Sonar memiliki pesaing seperti Brandtology, Radian6 milik Salesforce, dan Sysomos. Sonar, menurut Krisna, memiliki sejumlah kemampuan yang membuatnya bisa lebih unggul dari yang lain seperti kemampuan adaptasi dan memahami pasar lokal dengan lebih cepat dan efisien.

“Kami ingin menjadi ‘orang lokal’ dalam setiap pasar yang kami hadiri. Secara lokal, kami percaya bahwa kami merupakan platform yang paling maju, karena berbasis teknologi, memiliki algoritma yang lebih cepat dan akurat, serta siap untuk berkembang. Kebanyakan pemain lokal merupakan bisnis berbasis konsultasi dan prosesnya manual,” ungkap Krisna.

Sonar mengadopsi sistem bisnis dengan mengandalkan subscription, yang memungkinkan pengguna mendapatkan akses tak terbatas untuk laman dashboard dan analitik namun terbatas dari segi topik, Merck, dan data yang dikerjakan.

Untuk rencana ekspansi ini Krisna menjelaskan, “Kami tengah berencana membangun pasar di Filipina, dan kemudian dikembangkan ke Malaysia, Singapura, dan Australia pada tahun 2017.”

Twitter Uji Menu “Explorer” untuk Gantikan Fitur Moments

Twitter dikabarkan sedang menguji fitur baru untuk aplikasi mobile-nya. Fitur baru yang disebutkan bernama Explorer disiapkan untuk menggantikan fitur Moments di Android dan iOS.

Menu tab baru ini akan terdiri dari kombinasi dari dua elemen penting di Twitter, yaitu fungsionalitas Moments itu sendiri dengan fungsi trending topic harian dan barisan akun yang bisa diikuti. Hasilnya, pengguna dapat memperoleh beragam manfaat dari satu menu.

explore-pic

“Sebagai bagian dari upaya terus menerus kami untuk mempermudah pencarian tren di Twitter, kami sedang menguji menu tab baru untuk menjelajahi konten.” Kata pihak Twitter seperti yang dikutip dari Mashable, Jumat (14/10/2016).

Fitur baru ini mulai terendus keberadaanya oleh sejumlah pengguna pada tanggal 12 Oktober lalu. Bagi Twitter, pengujian seperti ini adalah prosedur standar yang biasa mereka lakukan. Dengan cara ini, mereka mendapatkan kesempatan untuk melihat tanggapan pengguna sebelum didistribusikan secara global.

Fitur Moments sendiri pertama kali diuji di Kanada pada bulan April 2016. Fitur ini dirancang untuk memudahkan pengguna menemukan konten tertentu di Twitter. Sebelumnya, Twitter juga pernah menyediakan menu dengan fungsionlitas yang hampir sama berlabel Discover yang memuat akun dan kicauan populer di periode tertentu.

Apakah ini merupakan jurus baru Twitter untuk menyelamatkan diri dari penurunan popularitas? Melihat urgensinya, tentu tidak. Berbeda jika fitur baru yang diuji berkaitan dengan konten video yang kini memang menjadi fokus baru Twitter.

Tapi setidaknya ini bisa jadi satu pertanda bahwa Twitter masih punya semangat untuk meneruskan hidup. Beberapa minggu terakhir jejaring sosial terbesar kedua setelah Facebook ini santer diberitakan bakal dilego dikarenakan gagal menemukan celah untuk berkembang lebih jauh. Sejumlah perusahaan besar pun disebutkan telah menyatakan minatnya, di antaranya Salesforce, Disney dan bahkan Google.

Sumber berita Theverge dan gambar header Pixabay.

Facebook Perkenalkan Workplace, Alternatif Slack yang Lebih Komprehensif

Facebook baru-baru ini mengumumkan produk terbarunya yang ditujukan untuk perusahaan maupun organisasi dengan skala apapun. Dijuluki Workplace (sebelumnya bernama Facebook at Work), Facebook sebenarnya sudah mengujinya selama sekitar satu tahun, dan mulai hari ini Workplace sudah siap untuk meluncur secara massal.

Workplace membawa sejumlah fitur yang sudah sangat kita kenal dari Facebook, seperti News Feed misalnya, tapi tentunya diimbuhi optimalisasi untuk kebutuhan kolaborasi antar tim. Facebook sendiri mengaku telah menggunakannya secara internal selama beberapa tahun.

Sejauh ini diperkirakan sudah ada lebih dari 1.000 organisasi atau perusahaan yang menggunakan Workplace di semua benua kecuali Antartika. Dari yang kecil sampai yang sebesar Danone, Starbucks atau Booking.com, semuanya telah memakai Workplace untuk memudahkan komunikasi antar tim tanpa dibatasi jarak.

Akun yang digunakan untuk Workplace berbeda dari akun pribadi Facebook Anda / Facebook
Akun yang digunakan untuk Workplace berbeda dari akun pribadi Facebook Anda / Facebook

Sepintas Workplace bisa dianggap sebagai Slack versi Facebook. Namun Workplace masih mengadopsi sejumlah elemen jejaring sosial bersamaan dengan fitur group, chatting satu lawan satu maupun video call dan live streaming. Yup, dengan Workplace pada dasarnya kita bisa mengikuti presentasi CEO perusahaan yang berada di markas utama di Amerika Serikat secara real-time dari kantor cabang di Indonesia.

Fitur search tidak lupa diintegrasikan ke dalam Workplace, sehingga pengguna bisa mencari apapun yang mereka butuhkan, baik dari News Feed maupun percakapan dengan rekan kerja. Oh ya, perlu dicatat juga, akun yang digunakan untuk Workplace adalah akun baru dan bukan akun pribadi yang Anda pakai di Facebook.

Fitur upload foto/video, chatting, search maupun live streaming tersedia dalam Workplace / Facebook
Fitur upload foto/video, chatting, search maupun live streaming tersedia dalam Workplace / Facebook

Facebook menerapkan skema harga yang kompetitif untuk Workplace. Konsepnya adalah, perusahaan atau organisasi hanya perlu membayar sejumlah apa yang mereka gunakan. Demikian rinciannya:

  • $3 per orang untuk jumlah user aktif sampai 1.000 orang setiap bulannya
  • $2 per orang untuk jumlah user aktif 1.001 – 10.000 orang setiap bulannya
  • $1 per orang untuk yang memiliki lebih dari 10.000 jumlah user aktif setiap bulan

Facebook akan memberikan trial gratis selama tiga bulan. Khusus untuk organisasi non-profit atau institusi pendidikan, mereka dapat menggunakan Workplace secara cuma-cuma, berdasarkan keterangan yang terdapat di laman rincian skema harga situs Workplace.

Kalau Anda punya perusahaan atau organisasi yang tertarik dengan alternatif Slack yang lebih komprehensif sekaligus membawa ‘bumbu’ jejaring sosial, silakan mendaftar melalui situs resmi Workplace.

Sumber: Facebook.

Facebook Luncurkan Aplikasi Terpisah Facebook Events

Kalau Anda ditanya apa fitur yang paling membedakan Facebook dari jejaring sosial lain, apa jawaban Anda? Mungkin salah satunya adalah fitur Events. Buktinya, Zuckerberg dkk baru saja merilis aplikasi terpisah bernama Facebook Events.

Pada dasarnya aplikasi ini merupakan versi lebih lengkap dari tab Events yang ada di aplikasi atau situa Facebook. Utamanya berkat integrasi aplikasi kalender bawaan ponsel, yang artinya pengguna bisa langsung melihat kapan saja mereka ada waktu lowong langsung dari aplikasi Facebook Events.

Saat aplikasi dibuka, yang pertama ditampilkan adalah daftar event baru yang menarik perhatian teman-teman Anda maupun event yang diumumkan oleh Page yang Anda like. Lebih lanjut, aplikasi juga akan menyajikan update dari eventevent yang sebelumnya sudah pernah Anda datangi.

Aplikasi Facebook Events dilengkapi integrasi kalender sehingga pengguna bisa melihat agenda ke depan dan kapan mereka punya waktu lowong / Facebook
Aplikasi Facebook Events dilengkapi integrasi kalender sehingga pengguna bisa melihat agenda ke depan dan kapan mereka punya waktu lowong / Facebook

Selanjutnya, Anda bisa melihat-lihat event apa saja ke depannya berdasarkan waktu, lokasi dan minat pribadi Anda. Tersedia pula tampilan peta interaktif yang bisa dimanfaatkan untuk memantau event menarik ketika pengguna tengah merencanakan perjalanan ke luar kota.

Sebelum Anda berpikiran jelek, ketahuilah bahwa fitur Events masih bisa diakses dari aplikasi Facebook. Setidaknya sejauh ini peran aplikasi Facebook Events masih belum seperti Messenger yang benar-benar menggantikan fungsi tab “Message” pada aplikasi Facebook.

Untuk sekarang app Facebook Events baru tersedia di Amerika Serikat saja dan baru versi iOS. Versi Android-nya dikabarkan akan segera menyusul.

Sumber: Facebook.

Facebook Marketplace Permudah Kegiatan Jual-beli dengan Komunitas Lokal

Jual-beli merupakan kegiatan yang umum dilakukan di sebuah Facebook Group. Melihat perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir, Facebook merasa tergerak untuk menghadirkan fitur anyar guna mewadahi aktivitas jual-beli para penggunanya. Dari situ lahirlah Facebook Marketplace.

Marketplace pada dasarnya berfungsi untuk menjembatani pembeli dan penjual secara lebih optimal ketimbang mengandalkan Facebook Group. Di sini pengguna bisa menemukan berbagai macam produk yang dijual oleh komunitas pengguna di kawasannya, sekaligus menjadikannya tempat untuk membuka lapak jualannya sendiri.

Untuk mengakses Marketplace, akan ada sebuah tab baru pada aplikasi Facebook untuk Android maupun iOS. Dari situ pengguna bisa melihat deretan foto produk yang dijual oleh pengguna lain di lokasinya, atau melakukan pencarian dan memfilter hasilnya berdasarkan lokasi, kategori maupun rentang harga.

Klik sebuah produk, maka akan ditampilkan deskripsi beserta nama, foto profil dan lokasi penjualnya. Selanjutnya, pembeli tinggal melakukan penawaran dan berbincang secara langsung dengan penjual; pembayaran dan pengiriman berada di luar tanggung jawab Facebook.

Tampilan fitur Marketplace pada aplikasi Facebook untuk iOS / Facebook
Tampilan fitur Marketplace pada aplikasi Facebook untuk iOS / Facebook

Menjual barang di Marketplace tidak lebih sulit ketimbang meng-update status. Anda tinggal mengunggah foto produk yang hendak dijual, tuliskan nama, deskripsi beserta harganya. Kemudian konfirmasikan lokasi dan pilih kategori produk yang relevan (bisa perabot rumah, elektronik, pakaian dan sebagainya).

Untuk melihat barang-barang yang telah terjual atau sedang dijual, pengguna bisa mengakses tab Your Items. Di sini juga tersimpan percakapan dengan pembeli atau penjual lainnya, plus barang-barang dagangan yang sempat Anda bookmark.

Untuk sekarang, Marketplace baru bisa diakses oleh pengguna berusia 18 tahun ke atas di empat negara saja: Amerika Serikat, Inggris Raya, Australia dan Selandia Baru. Dalam beberapa bulan ke depan, Facebook berencana untuk menyediakannya di lebih banyak kawasan sekaligus menghadirkan versi desktop-nya.

Sumber: Facebook.

Facebook Uji Messenger Day, Fitur Baru Kembaran Snapchat Stories

Bukan rahasia lagi bahwa Facebook sangat ingin mendapatkan Snapchat. Tapi dengan nilai sekarang yang diperkirakan setara dengan $17 miliar, cukup masuk akal jika tiga tahun lalu Snapchat menolak tawaran Facebook sebesar $3 miliar. Bayangkan jika kala itu mereka mengiyakkan pinangan Facebook, siapa yang ketimban rejeki? Tentu saja Facebook.

Tapi bukan Facebook namanya jika tidak mampu mencari jalan pintas lain. Setelah sejumlah percobaan yang gagal, Facebook baru-baru ini dikabarkan sedang menguji satu lagi fitur anyar bernama Messenger Day yang punya kemiripan dengan Stories, fitur unggulan Snapchat.

Fitur yang tengah diuji di Polandia tersebut memungkinkan pengguna untuk membagikan sebuah halaman penuh lengkap dengan gambar dan video. Konten di dalamnya bisa diatur sedemikian rupa untuk mengekspresikan atau menceritakan aktivitas harian pengguna bersama teman atau keluarga. Setelah 24 jam, halaman ini akan terhapus secara otomatis. Sangat mirip dengan Stories di Snapchat.

facebook-messenger-day
Messenger Day bekerja seperti Stories di Snapchat

Halaman itu juga dapat dihiasi kurang lebih seperti yang dijumpai diSnapchat, di antaranya dengan menambahkan stiker, filter, coretan pena, pesan dan lain-lain. Yang membedakan, facebook mampu memberikan saran konten untuk dibagikan melalui analisis grafis, bukan hanya geolocation.

Pengelompokan Messenger Day kontak
Pengelompokan Messenger Day kontak

Bagi pengguna yang sudah mendapati fitur ini akan menjumpai sebuah tombol di aplikasi Messenger berlabel “My Day” yang merupakan halaman milik pengguna dan halaman “Day” milik teman yang dikelompokkan ke dalam beberapa kriteria, antara lain “I’m Feeling”, “Who’s  Up For?” dan “I’m Doing”.

Facebook sendiri sudah mengamini kabar ini, tapi menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Berdasarkan langkah yang selama ini mereka tempuh, sekilas kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa Facebook tengah berupaya untuk menarik kembali pengguna sebelum benar-benar kecanduan Snapchat.

Dengan jumlah pengguna yang sudah begitu besar, Messenger akan menjadi rumah yang ideal untuk Messenger Day. Tapi yang terpenting, bisa jadi amunisi untuk mencegah pengguna baru menjatuhkan pilihan ke Snapchat terlebih dahulu.

Sumber berita Techcrunch.

Facebook Moments Kini Bisa Diakses Lewat Web dan Simpan Foto dalam Resolusi Asli

Meluncur tahun lalu, Facebook Moments bukanlah sebuah layanan backup foto macam Google Photos, melainkan lebih ke sarana untuk mempermudah proses berbagi foto dan momen bersama orang-orang terdekat. Entah itu saudara atau teman, asalkan Anda merupakan teman di Facebook, Anda bisa membuat album foto privat dan bergantian mengisinya.

Ya, penggunaannya memang sangat terbatas, akan tetapi update terbaru yang diluncurkan Facebook setidaknya bisa membuat Moments sedikit lebih fleksibel. Versi terbarunya kini memungkinkan pengguna untuk membagikan link menuju album privatnya kepada siapa saja, bahkan kepada mereka yang statusnya bukan teman Facebook – via email, aplikasi pesan instan dan lain sebagainya.

Fitur ini secara otomatis membuat Moments bisa diakses dari browser, namun hanya untuk melihat foto dan video yang telah diunggah saja. Kalau Anda ingin ikut menambahkan foto-foto lain, Anda tetap harus memakai aplikasi Moments.

Fitur Favorites dalam Facebook Moments / Facebook
Fitur Favorites dalam Facebook Moments / Facebook

Moments versi web ini juga berdampak pada kemunculan fitur baru yakni dukungan terhadap foto dalam resolusi asli, penting mengingat Moments sekarang bisa dilihat dari laptop atau PC desktop berlayar besar. Bagaimana cara menyimpan foto dalam resolusi asli? Gampang, tinggal klik icon bintang di sisi kanan atas sebuah foto.

Foto yang telah dibubuhi tanda bintang akan dikelompokkan ke dalam tab baru berlabel Favorites. Tidak ada batas maksimal foto yang bisa disimpan menjadi Favorites, akan tetapi Anda hanya punya waktu 30 hari sejak foto diunggah atau diterima untuk menjadikannya sebagai Favorite dan menyimpannya dalam resolusi asli.

Pembaruan ini memang belum bisa menjadikan Moments sebagai alternatif terhadap Google Photos, namun setidaknya penggunaannya jadi sedikit lebih fleksibel. Di saat yang sama, pengguna sebenarnya bisa memanfaatkannya sebagai wadah untuk backup foto, dengan catatan mereka tidak keberatan menandai satu per satu foto secara manual sebagai Favorite.

Sumber: TechCrunch.

Facebook Mulai Luncurkan Fitur Live Video untuk Desktop Secara Bertahap

Saya yakin belakangan Anda pasti menjumpai cukup banyak notifikasi “Blablabla is live” di Facebook. Kalau Anda sering merasa kesal melihat notifikasi tersebut, well, Anda harus bersiap karena sepertinya jumlahnya akan bertambah banyak dengan meluncurnya fitur Live Video untuk laptop dan PC desktop.

Dilaporkan pertama kali oleh Search Engine Journal dan telah dikonfirmasi oleh Facebook kepada SocialTimes, jejaring sosial terbesar sejagat tersebut memang sedang meluncurkan fitur Live Video untuk desktop secara bertahap sebagai respon terhadap permintaan dari para jurnalis, vlogger dan lain sebagainya.

Opsi Live Video bisa diakses lewat jendela status update / Delilah Taylor
Opsi Live Video bisa diakses lewat jendela status update / Delilah Taylor

Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di atas, opsi untuk memulai Live Video berada tepat di sebelah opsi untuk mengunggah foto atau video di jendela status update. Dijelaskan oleh Delilah Taylor yang sudah sempat menjajal fitur ini (videonya bisa Anda tonton sendiri di bawah), tampilan Live Video di komputer mirip seperti Google Hangouts, dan pengguna juga bisa menyesuaikan kamera maupun mikrofon sebelum mengklik tombol “Go Live”.

Sejauh ini fitur Live Video untuk laptop dan desktop baru bisa diakses oleh pengguna dalam persentase yang cukup kecil sebelum akhirnya disebarluaskan dalam beberapa bulan ke depan. Kasusnya sama seperti ketika Facebook baru mulai menawarkan Live Video kepada para selebriti saja.

Sumber: Search Engine Journal dan SocialTimes. Gambar header: Facebook via Pixabay.

Instagram Kini Dilengkapi Fitur Moderasi Komentar Berbasis Kata Kunci

Sebagai sebuah media sosial dengan jumlah pengguna mencapai 500 juta, Instagram tidak luput dari orang-orang usil dan kurang kerjaan yang kerap didapati menyinggung pengguna lain melalui komentar-komentarnya. Sejauh ini Instagram sebenarnya sudah punya sejumlah fitur untuk mengatasi masalah ini, mulai dari report dan block, sampai penghapusan komentar.

Akan tetapi menghapus komentar yang bersifat offensive atau sekadar spam satu per satu bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi kalau jumlah follower yang dimiliki sudah sangat banyak. Untuk itu, Instagram baru-baru ini memperkenalkan fitur moderasi komentar berbasis kata kunci.

Fitur ini bisa diakses melalui opsi Comments di menu pengaturan. Dari situ pengguna bisa mencantumkan kata-kata kunci yang dianggap menyinggung atau tidak pada tempatnya, plus sejumlah kata kunci yang ditetapkan Instagram secara default.

Fitur moderasi komentar berbasis kata kunci pada Instagram / Instagram
Fitur moderasi komentar berbasis kata kunci pada Instagram / Instagram

Selanjutnya, komentar yang mengandung kata-kata kunci ini akan otomatis disembunyikan dari foto atau video yang diunggah. Ketimbang harus memblokir satu per satu akun spammer, fitur ini bisa kita maksimalkan sebagai alternatif yang lebih memudahkan.

Semua ini merupakan bagian dari komitmen Instagram untuk membangun komunitas yang kreatif sekaligus positif. Harapannya, pengguna bisa mendapatkan pengalaman yang lebih menyenangkan dengan cara baru menyingkirkan para bully verbal yang satu ini.

Sumber: Instagram Blog. Gambar header: Instagram via Pixabay.