Deezer Luncurkan Aplikasi Analytics Gratisan untuk Kreator Podcast

Kalau dibandingkan dengan Spotify, popularitas Deezer memang masih kalah jauh. Namun fakta tersebut tidak mencegah Deezer mencoba peruntungannya di ranah podcasting. Ya, menyusul jejak Spotify, katalog Deezer kini juga mencakup podcast, akan tetapi Deezer rupanya belum puas sampai di situ saja.

Demi menarik perhatian kalangan kreator, Deezer pun meluncurkan sebuah aplikasi analytics untuk podcast yang didistribusikan melalui platform-nya. Aplikasi semacam ini memang bukanlah hal baru, tapi Deezer boleh berbangga menjadi layanan streaming musik pertama yang menawarkannya di ranah mobile.

Dalam aplikasi Analytics by Deezer yang tersedia di Android maupun iOS ini, informasi akan dipisah menjadi dua bagian yang berbeda: analytics dan audience. Di bagian yang pertama, kreator bisa memantau jumlah stream dari podcast-nya, jumlah pendengar dan penggemar, serta durasi total yang dihabiskan oleh para pendengar.

Bagian yang kedua menyajikan info seputar demografi pendengar, seperti usia dan jenis kelamin mereka, serta dari perangkat apa saja mereka mengakses podcast-nya. Semua data yang bermanfaat ini bisa diakses secara cuma-cuma, dan Deezer bilang masing-masing kreator dapat mengakses data hingga lima tahun ke belakang.

Buat kreator yang sudah menyiarkan podcast-nya di tempat lain, saya kira tidak ada ruginya menambah satu platform lagi, apalagi jika platform barunya dilengkapi analytics tool gratisan yang pastinya dapat memberikan sejumlah insight yang berguna.

Sejauh ini, Deezer tercatat memiliki sekitar 16 juta pengguna aktif. Peluang untuk merambah audiens baru sebanyak itu tentu terlalu sayang untuk dilewatkan, dan lagi kreator hanya perlu mencantumkan RSS feed podcast-nya ke podcasters.deezer.com/submission guna mendistribusikan karya-karyanya melalui platform asal Perancis tersebut.

Sumber: Engadget dan Deezer.

Platform AiSensum Mungkinkan Perusahaan dan Startup Lakukan Monetisasi Data

AiSensum, perusahaan yang bergerak di bidang artificial intelligence dan big data analysis mulai fokus di Indonesia. Startup yang kini memiliki kantor di Singapura, Jakarta, dan Bangalore ini menawarkan solusi bagi perusahaan dan startup yang ingin memonetisasi data mereka.

Solusi utama yang dikembangkan AiSensum adalah OctoPi. Sebuah platform berbasis machine learning yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi perusahaan dan startup melalui monetisasi data.

OctoPi bekerja menggunakan algoritma AI NLG (Aritificial Inetelligence Natural Language Generation) yang menghasilkan insight dari aset data yang ada dan memberikan analisis bisnis bagi perusahaan-perusahaan di sektor telekomunikasi, ritel, farmasi, dan keuangan.

Selanjutnya analisis akan ditampilkan melalui sebuah dashboard interaktif yang memberikan beberapa insight seperti pangsa pasar, analisis tren, elastisitas harga, efektivitas promosi, segmentasi pelanggan, white space discovery dan beberapa parameter kunci lainnya.

Dari data internal AiSensum disebutkan bahwa Octopi Telco (hasil kemitraan AiSensum dengan Sepulsa) telah berhasil memberikan mereka akses database transaksi sebanyak 36,5 juta yang mencakup penjualan Rp1,5 triliun.

AiSensum juga menjalin kerja sama dengan HapyFresh untuk dasbor analisis OctoPi Retail,  di dalamnya mencakup data transaksi pelanggan untuk 1500 merek.

“Hingga saat ini kami sudah melakukan kemitraan monetisasi data dengan Sepulsa dan HappyFresh dengan model kemitraan bagi hasil. Melalui kemitraan monetisasi data ini, kami menjual dashboard secara berlangganan kepada klien-klien di sektor ritel, FMCG, farmasi, telekomunikasi, dan keuangan,” terang Global Managing Director AiSensum Vivek Thomas.

AiSensum juga memiliki solusi Software RPA (Robotic Process Automation). Sebuah solusi bisnis modular lintas sektor melalui kerangka SaaS (Software as a Service) atau PaaS (Platform as a Service). Modul AI dari AiSensum tersebut diklaim dapat diimplementasikan dalam sistem yang sudah ada dan mampu meningkatkan kinerja sistem dari waktu ke waktu.

“Ini merupakan solusi dengan biaya rendah, yang cocok untuk perusahaan yang tidak mau atau tidak mampu berinvestasi pada platform AI dengan otomatisasi lengkap,” terang Chief Analytics Officer AiSensum Nitin Sharma.

Amankan Pendanaan dari 500 Startups

Didirikan oleh Vivek Thomas dan Rajiv Lamba, AiSensum berusaha untuk mulai agresif di pasar Indonesia. Dengan pendanaan awal yang diterima dari 500 Startup, pihak AiSensum berupaya untuk bisa bekerja sama dengan lebih banyak perusahaan dan startup.

“Pendanaan awal dari 500 Startups telah memampukan kami untuk bermitra dengan Sepulsa dan HappyFresh di Indonesia. Saat ini kami sedang berupaya untuk melakukan kemitraan di sektor industri lain, seperti farmasi, perbankan dan keuangan di Indonesia,” terang Vivek.

Menanggapi pendanaan ini Managing Partner 500 Startups Khaolee Ng menyebutkan, bahwa di era perang data seperti saat ini aliran data eksklusif merupakan hal yang paling berharga dan penggunaan data secara cerdas akan mampu menentukan bisnis mana yang bertahan atau berkembang.

“Kami bersyukur memiliki kesempatan untuk mendukung perusahaan yang besar dan penting di ruang data yang besar,” terang Khailee Ng.

Di tahun 2019 AiSensum berencana untuk fokus membangun AiSensum sebagai go-to-company untuk semua startup dan perusahaan di Indonesia dan Asia yang ingin memonetisasi data mereka.

“Di tahun 2019 ini kami berencana untuk memperluas operasi kami dan mencari kemitraan monetisasi data yang serupa di Asia dan Australia,” jelas Vivek.

OWOX Business Intelligence akan Selenggarakan Diskusi Bahas Analisis Data untuk Iklan Digital

Ketika startup melakukan pemasaran digital, perlu ada sebuah model pengukuran yang pas, agar dapat menyelaraskan investasi yang digelontorkan dengan tujuan akhir yang diharapkan. Performace Marketing, Analytics, dan Business Intelligence menjadi beberapa pendekatan dalam pemasaran digital yang dapat dimanfaatkan untuk memantau dan mengevaluasi kinerja sebuah pemasaran digital. Terlebih saat ini brand tidak cukup hanya dengan berkreasi dan mempublikasikannya secara cuma-cuma, perlu adanya pertumbuhan engagement yang didukung dengan iklan, sehingga Return on Advertising Spend (ROAS) harus menjadi pertimbangan utama.

Melihat kebutuhan tersebut, OWOX BI sebuah perusahaan teknologi Eropa yang memiliki spesialisasi di Business Intelligence akan mengadakan sebuah sharing session bertajuk “Online Analytics Meetup Vol. 1”. Dalam kesempatan pertama ini diskusi akan mengangkat topik “How to Maximize The ROI of Your Ad Campaigns Using Analytics Data”. Acara akan diselenggarakan pada hari Rabu, 28 Februari 2018 pukul 18.00 WIB di Kaffeine SCBD, Jakarta.

Beberapa pemateri yang akan hadir di antaranya Gerald Logor (Marketing Intelligence Lead Shopee), Fanie Fikri (VP Marketing Fabelio), Arvy Este (Head of Marketing aCommerce), dan Dimas Kurniantoro Aji (Customer Success Manager OWOX BI).

Selain strategi mencapai ROAS, beberapa tips yang akan dipresentasikan termasuk seputar menurunkan biaya akuisisi konsumen baru atau menghitung conversion funnel melalui pendekatan Business Intelligence. Diharapkan diskusi ini dapat menjawab beberapa pertanyaan yang masih membingungkan banyak pemasar di kalangan startup, seperti:

  • Bagaimana cara memulai performance marketing?
  • Bagaimana menghadapi banyak data points?
  • Bagaimana cara mengukur marketing campaign?
  • Apa itu attribution?
  • Apa direct & non-direct impact dari attribution yang digunakan kepada revenue perusahaan?
  • Bagaimana mengelola marketing channel dan budget iklan?

Acara ini diharapkan dapat mengedukasi dan memperdalam pengetahuan analytics dalam bisnis. Informasi lebih lanjut dan pendaftaran bisa melalui tautan berikut ini klik di sini.

How to Maximize the ROI of Ad Campaigns using Analytics Data
How to Maximize the ROI of Ad Campaigns using Analytics Data


Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk Online Analytics Meetup Vol. 1

Empat Keuntungan UKM Memanfaatkan Teknologi Komputasi Awan

Makin besarnya penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing) secara global saat ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UKM di Indonesia. Menurut informasi dari Worldwide Semiannual Public Cloud Services Spending Guide yang dipublikasikan International Data Corporation (IDC), belanja dunia untuk layanan public cloud diperkirakan akan mencapai 204 miliar poundsterling pada tahun 2021.

Sementara Tahun 2017, pengeluaran tersebut akan mencapai 98 miliar poundsterling, dengan peningkatan sebesar 25% dari pengeluaran di tahun 2016. Ke depannya sekitar 47% perusahaan berencana untuk memindahkan sistem ERP mereka ke cloud selama lima tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri perusahaan besar hingga startup sudah makin banyak memanfaatkan teknologi komputasi awan. Diperkirakan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN di masa depan.

Salah satu perusahaan raksasa yang mulai fokus mengembangkan teknologi cloud di Indonesia adalah Google, yang baru-baru ini menggelar Cloud Summit dan berencana untuk membangun jaringan serat optik “Indigo”.

Artikel berikut akan mengupas 4 hal positif yang bisa dinikmati oleh pelaku UKM jika mulai menggunakan teknologi komputasi awan.

Menyimpan data paling dasar (backup)

Saat ini data merupakan faktor faktor paling penting dalam bisnis. Selain berfungsi untuk mendapatkan informasi terkini, data juga merupakan source yang paling akurat untuk melihat, mencermati consumer behaviour dalam suatu bisnis. Teknologi komputasi awan bisa menyimpan data paling dasar yang dimiliki oleh bisnis, menjadikan data Anda tersimpan aman.

Perlindungan data

Ketika data sudah disimpan dalam cloud, secara otomatis data tersebut akan dijaga memanfaatkan teknologi yang akan selalu diperbarui agar terhindar dari kegiatan seperti hacking, bocor dan lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk perangkat mobile yang secara otomatis akan terhubung secara real time.

Skalabilitas penyimpanan data

Memanfaatkan cloud artinya memungkinkan data yang ada untuk di integrasi dan mempercepat proses skalabilitas. Gunakan juga tools analytic yang bisa membantu proses tersebut lebih cerdas. Pilih tools yang tepat, sesuai dengan budget untuk membantu bisnis mengolah data tersebut.

Berdaptasi dengan teknologi informasi

Agar sistem bisa bekerja dengan baik manfaatkan semua pendukung bisnis Anda menjadi digital. Mulai dari email untuk bisnis, data perusahaan dan pendukung lainnya. Dengan melakukan proses tersebut, bisnis bisa beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan bisa mengamankan data perusahaan dari “ancaman”.

Targeting Online Business, Doku Launches Integrated Web Portal Doku Merchant

Following PinjamDoku launching, Doku e-wallet, a service is to help users in shopping online without credit card or bank account, launches its latest product called Doku Merchant. They rolled out the latest service for businessman who sells intensely on social media, startup, and communities, whether they have online stores or not, up to the large companies with its own internal system.

“Doku Merchant is the fastest way for businessman to start a business immediately and receive payments online. This portal can cut-off semi-manual on-boarding process to be brief and in order,” said Nabilah Alsagoff, DOKU’s COO.

The features in this web portal are still in its finishing touch. However, for merchants or businessman interested, they can directly access the site.

Integrated with two main features

The two main features are reporting and market analytics which integrated in DOKU Merchant web portal. It is expected to help merchants to monitor sales, analyse user habit, and provide projections of their online store’s sales trend.

“Doku Merchant’s web portal provided with reporting & market analytics new features is ready to support any kinds of businesses, the point is one access to support every business. Our reporting & market analytics feature is very helpful for merchants in controlling, analysing, projecting and planning their business strategies,” Alsagoff said.

In addition, Doku also provides quick access for merchants in need for funding to develop their business. Quick access to P2P lending is provided only to those who joins for at least 6 months with good transaction history.

To make it easier in monitoring all activities, Doku Merchant is capable for remote management and provide businessman with an easy mobile management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Targetkan Bisnis Online, Doku Luncurkan Portal Web Terintegrasi Doku Merchant

Setelah meluncurkan PinjamDoku, layanan e-wallet Doku yang berfungsi memudahkan para pengguna berbelanja online tanpa perlu memiliki kartu kredit atau rekening bank, kembali meluncurkan layanan terbaru bernama Doku Merchant. Layanan terbaru ini dihadirkan untuk pelaku usaha yang gencar berjualan di media sosial, startup ,dan UKM yang sudah memiliki toko online maupun yang belum, sampai dengan perusahaan besar yang sudah memiliki sistem internal sendiri.

“Doku Merchant adalah cara tercepat bagi para pemilik usaha untuk segera memulai bisnis dan menerima pembayaran secara online. Portal ini dapat memangkas proses on-boarding yang sebelumnya semi-manual menjadi lebih ringkas dan sistematis,” kata COO DOKU Nabilah Alsagoff.

Fitur yang bisa diakses di web portal ini diklaim masih dalam tahap penyempurnaan. Namun demikian bagi merchant atau pemilik usaha yang tertarik untuk mengakses bisa langsung membuka situs tersebut.

Terintegrasi dengan dua fitur unggulan

Dua fitur unggulan Doku Merchant ini adalah fitur reporting dan market analytics baru yang terintegrasi dalam web portal DOKU Merchant. Diharapkan dapat membantu para merchant untuk lebih dekat memantau pergerakan penjualan, menganalisa kebiasaan pelanggan, serta memberikan proyeksi tren penjualan di toko online mereka.

“Web portal Doku Merchant yang dilengkapi dengan fitur reporting & market analytics baru ini siap mendukung bisnis jenis apa saja, intinya satu akses untuk mendukung semua jenis bisnis. Fitur reporting & market analytics kami sangat membantu para merchant untuk mengontrol, menganalisa, memproyeksikan serta merencanakan strategi bisnis yang sedang dijalankan,“ kata Nabilah.

Selain dua fitur tersebut, Doku juga memberikan akses cepat bagi para merchant yang ingin mengembangkan bisnis dan memerlukan modal usaha tambahan. Akses cepat ke P2P lending ini DOKU berikan untuk para merchant yang bergabung dengan DOKU setidaknya 6 bulan dengan history transaksi yang baik.

Untuk memudahkan pengguna memonitor semua aktivitas, Doku Merchant dapat dioperasikan di lokasi yang berbeda (remote management) memberikan kemudahan bagi pemilik usaha menjalankan bisnisnya secara mobile.

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Dana 130 Miliar Rupiah, Snapcart Siapkan Ekspansi Regional

Setelah mengantongi pendanaan Pra Seri A pada bulan Maret 2017 lalu, startup yang fokus kepada riset pemasaran dan analisa data Snapcart kembali mendapatkan pendanaan segar Seri A sebesar $10 juta (130 miliar Rupiah). Pendanaan kali ini kembali dipimpin venture capital yang berbasis di Singapura, Vickers Venture Partners. Investor lain yang terlibat pendanaan kali ini adalah Social Capital, Kickstart Ventures dan Endeavor Catalysts. Investor terdahulu, yaitu Wavemaker Partners dan SPH Ventures, turut berpartisipasi.

Kepada DailySocial Founder dan CEO Snapcart Reynazran Royono mengungkapkan, proses fundraising kali ini sudah direncanakan sejak lama.

“Sebelumnya kita sudah melakukan pendekatan kepada jaringan investor yang sudah kita kenal sebelumnya dan tentunya telah mengerti model bisnis yang ditawarkan oleh Snapcart. Dalam hal ini kita lebih mencari kepada investor yang bisa membantu untuk masuk ke tahap scale-up,” kata Reynazran.

Selanjutnya dengan pendanaan ini Snapcart ingin meningkatkan kualitas teknologi, mempercepat pengembangan produk, meningkatkan relasi dengan klien dan berekspansi ke pasar baru.

Rencana ekspansi Snapcart di Asia

Snapcart saat ini beroperasi di Jakarta dan telah masuk ke Filipina di bulan Agustus 2016 lalu. Disinggung tentang adanya rencana untuk memperluas wilayah layanan di negara Asia lainnya, menurut Reynazran hal tersebut sudah masuk dalam rencana Snapcart ke depannya.

“Tentunya kita akan lebih memprioritaskan kepada pasar yang memiliki kesamaan dengan Indonesia dan Filipina. Hal tersebut yang sudah menjadi keunggulan dari produk Snapcart. Namun demikian bukan berarti Snapcart tidak akan melakukan ekspansi ke pasar berkembang lainnya,” kata Reynazran.

Ditambahkan Reynazran, saat ini masih banyak ditemukan kurangnya informasi yang terjadi semua negara berkembang. Peluang tersebut yang kemudian ingin dimanfaatkan oleh Snapcart. Dengan mengedepankan model bisnis yang fokus kepada riset, Snapcart memprioritaskan kepada panel pengguna berhadapan dengan kuantitas dari pengguna.

“Saat ini kita sudah mencapai ukuran panel lima kali lebih besar, terbagi dari sekitar 50 ribu pengguna di setiap negara. Namun yang lebih penting lagi kita memastikan bahwa data yang dimiliki tidak bersifat bias dan para panel pengguna mewakili kebiasaan belanja yang normal di setiap negara,” tutup Reynazran.

Application Information Will Show Up Here

comScore Ungkap Data Situs dan Aplikasi Mobile Populer Indonesia di Januari 2017

comScore hari ini merilis daftar situs yang paling banyak dibuka melalui mobile dan aplikasi mobile yang sering digunakan pengguna di Indonesia. Data-data ini merupakan data hasil layanan mereka yang baru MMX Multi-Platform yang menjanjikan pengukuran yang lebih maksimal dan menyentuh banyak platform.

Diluncurkan hari ini, platform MMX Multi-Platform melengkapi layanan Mobile Metrix yang lebih dulu ada. Platform ini menjanjikan pengukuran yang lebih merata dan akurat karena juga mampu menghitung traffic yang dihasilkan dari aplikasi pihak ketiga dan konten distributor seperti Facebook Instant Articles dan Google Play Newsstand.

“Kami berkomitmen membawa solusi yang kuat untuk Indonesia, dan kami seng mengumumkan pengenalan mobile panel data yang memungkinkan memberikan wawasan yang lebih inti ke khalayak umum dan konsumsi konten mereka di smartphone dan tablet,” ungkap Senior Vice President comScore Asia Pacific Joe Nguyen.

Ia juga menambahkan, “Perkembangan ini menandai tonggak pengukuran di Indonesia. Kami berharap dapat memberikan lebih banyak data dan wawasan bahwa pembeli dan penjual media yang perlu, untuk mengoptimalkan strategi digital mereka dan memahami lanskap iklan yang kompetitif.”

Data yang dihasilkan platform anyar comScore ini, pada periode Januari 2017, mencatat lebih dari 63,6 juta unique visitor.

Data comScore tentang web yang paling banyak diakses menggunakan perangkat mobile
Data comScore tentang web yang paling banyak diakses menggunakan perangkat mobile

Tercatat Google, Facebook, Kompas Gramedia, KapanLagi Network, dan KMK Online (termasuk Liputan6) merupakan situs-situs yang paling banyak dikunjungi melalui perangkat mobile.

Data comScore tentang aplikasi mobile yang paling banyak diakses menggunakan perangkat mobile
Data comScore tentang aplikasi mobile yang paling banyak diakses menggunakan perangkat mobile

Sementara itu untuk aplikasi, laporan yang didapatkan MMX Multi-Platform untuk periode awal 2017 menyebutkan aplikasi Google Play, WhatsApp, YouTube, dan BlackBerry Messenger (BBM) menjadi yang teratas yang sering diakses melalui perangkat mobile. Berikutnya adalah Google Search, Gmail, Line, Instagram, Facebook, dan Google Maps.

Data ini diambil dari profil pengguna internet Indonesia yang berusia 18 tahun ke atas yang mengakses melalui perangkat mobile mereka. Dua layanan Google, yakni situs Google dan Google Play, tercatat sebagai layanan dengan jangkauan ke pengguna internet terbanyak, masing-masing dengan 87,7% dan 96%, dari total data pengunjung yang dihimpun oleh comScore.

Snapcart Bukukan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 40 Miliar Rupiah

Hari ini Snapcart mengumumkan perolehan pendanaan Pre-Seri A sebesar $3 juta atau mendekati Rp40 miliar rupiah dari beberapa investor yang dipimpin oleh Vickers Venture Partners dan para investor sebelumnya termasuk Wavemarker Partner dan SPH Media Fund Pte Ltd. Perolehan investasi tersebut akan difokuskan untuk mengembangkan Optical Character Recognition (OCR), teknologi pembelajaran mesin dan ilmu data, serta memperluas jaringan Snapcart di Indonesia.

“Selama12-18 bulan ke depan, fokus kami akan berorientasi pada pengembangan produk dan akuisisi klien. Kami yakin kami berada pada jalur yang tepat dengan pencapaian pendanaan ini,” ujar Founder & CEO Snapcart Reynazran Royono.

Sebelumnya Snapcart juga telah mendapatkan pendanaan awal sebesar $1,7 juta dari Wavemaker Partners, SPH Media Fund Pte Ltd dan Ardent Capital. Snapcart saat ini beroperasi di Jakarta dan telah masuk ke Filipina di bulan Agustus 2016 lalu. Dengan amunisi barunya, Snapcart menargetkan 50 ribu pengguna aktif di kedua pasar ini, sehingga jumlah pengguna Snapcart 5 kali lebih besar dari jumlah pengguna kompetitor.

Teknologi analitik adalah yang diunggulkan Snapcart. Melalui OCR, fitur yang disuguhkan mampu membaca struk dan platform data pembelajaran mesinnya yang mirip dengan platform yang digunakan Amazon dan Netflix. Pembacaan struk otomatis diklaim mampu memberikan dasar analisis real-time dan mendorong efisiensi dan skalabilitas model bisnis yang didukung kemampuan mendeteksi fraud pengguna untuk memastikan kualitas pengguna.

Produk analitik utama Snapcart juga mencakup: (1) CART – Customer Analytics & Retail Tracking yakni teknologi analisis real-time kebiasaan belanja pembeli, (2) TASQ – Targeted Audience-based Survey & Questionnaire yakni platform yang mempelajari kebiasaan belanja, dan (3) OPTI – Offline Purchase Tracking & Insights yakni alat untuk mengukur efektivitas iklan.

Sebelumnya Snapcart juga terpilih mewakili Indonesia dalam Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga menjelang akhir tahun lalu.

“Dalam kurun waktu singkat, kami berhasil bekerja sama dengan perusahaan internasional seperti L’Oreal, Nestle, Unilever, Johnson & Johnson dan Procter & Gamble. Kami bangga dengan pencapaian pendanaan kami. Dukungan ini akan mempercepat pertumbuhan perusahaan untuk meraih visi kami,” tambah Reynazran.

Application Information Will Show Up Here

Platform Analitik Sonar Berencana Ekspansi ke Beberapa Negara Tetangga

Platform analitik dan monitoring media sosial asli Indonesia Sonar baru saja mengumumkan rencana untuk mengembangkan layanan mereka di Filipina dan segera memulai ekspansi ke pasar baru termasuk Singapura, Malaysia, dan Australia pada tahun 2017 mendatang. Sonar akan berusaha meraih lebih banyak pengguna di negara-negara tersebut terutama bagi bisnis atau perusahaan yang ingin memformulasikan strategi pemasaran mereka dan menjangkau publik yang lebih luas.

Pendiri dan CEO Sonar Amien Krisna mengungkapkan bahwa pihaknya cukup beruntung telah mendapatkan adopsi di awal oleh pemain-pemain besar seperti XL Axiata, Heineken, dan beberapa perusahaan lainnya sejak pertama kali diluncurkan Januari 2016 silam.

Dengan platform yang dikembangkan, Sonar berusaha membantu perusahaan-perusahaan untuk menemukan wawasan yang lebih lengkap dari media sosial, termasuk melakukan riset pasar secara langsung dan menemukan apa yang sedang menjadi tren untuk berbagai macam industri. Dengan data yang cukup besar mustahil untuk dikerjakan secara manual, Sonar hadir dengan menjanjikan kemudahan dan otomatisasi.

“Semakin banyak perusahaan yang aktif secara digital membuat industrinya semakin ‘digital’. Hal ini meningkatkan kebutuhan untuk melakukan monitoring, analisis, dan mengumpulkan informasi penting. Bagian yang paling menarik dari Sonar adalah kemampuannya untuk menjelaskan apa yang sedang hangat atau viral dalam sebuah industri. Para marketer bisa memanfaatkan informasi ini untuk menggapai perhatian pasar yang lebih luas dalam dunia digital. Pada awal tahun 2016, Sonar masuk ke dalam program akselerator Indigo milik Telkom Indonesia,” ujar Krisna.

Untuk pasar internasional Sonar memiliki pesaing seperti Brandtology, Radian6 milik Salesforce, dan Sysomos. Sonar, menurut Krisna, memiliki sejumlah kemampuan yang membuatnya bisa lebih unggul dari yang lain seperti kemampuan adaptasi dan memahami pasar lokal dengan lebih cepat dan efisien.

“Kami ingin menjadi ‘orang lokal’ dalam setiap pasar yang kami hadiri. Secara lokal, kami percaya bahwa kami merupakan platform yang paling maju, karena berbasis teknologi, memiliki algoritma yang lebih cepat dan akurat, serta siap untuk berkembang. Kebanyakan pemain lokal merupakan bisnis berbasis konsultasi dan prosesnya manual,” ungkap Krisna.

Sonar mengadopsi sistem bisnis dengan mengandalkan subscription, yang memungkinkan pengguna mendapatkan akses tak terbatas untuk laman dashboard dan analitik namun terbatas dari segi topik, Merck, dan data yang dikerjakan.

Untuk rencana ekspansi ini Krisna menjelaskan, “Kami tengah berencana membangun pasar di Filipina, dan kemudian dikembangkan ke Malaysia, Singapura, dan Australia pada tahun 2017.”