ION Mobility Dapat Pendanaan Awal, Tahun Depan akan Luncurkan Sepeda Motor Listrik Pintar di Indonesia

ION Mobility hari ini (16/10) umumkan perolehan pendanaan awal senilai $3,3 juta atau setara 48,6 miliar Rupiah. Adapun investor yang masuk dalam putaran ini meliputi Monk’s Hill Ventures, TNB Aura, Village Global, 500 Startup (melalui fund 500 Durians), AngelCentral, kipleX, dan Seeds Capital.

Pada dasarnya ION Mobility adalah perusahaan pengembang motor elektrik pintar. Pintar di sini karena mereka turut tanamkan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk beberapa tugas, seperti penghematan daya dan kemudahan penggunaan. Perusahaan ini berbasis di Singapura, Shenzhen (Tiongkok), dan Jakarta.

Co-Founder & CEO ION Mobility James Chan mengatakan, produknya menargetkan pasar di Asia Tenggara. “Belum ada merek kendaraan elektrik yang unggul di Asia Tenggara [..] Kami berkomitmen menawarkan suatu alternatif yang lebih baik, yaitu motor elektrik generasi baru, pintar, dan ramah lingkungan, dengan harga yang terjangkau.”

Dalam rilis juga disampaikan, pangsa pasar industri motor di Asia Tenggara akan mencapai $8,53 miliar di tahun 2023 nanti — pasar terbesar ketiga di dunia untuk sepeda motor setelah India dan Tiongkok. Di Indonesia sendiri, menurut data BPS per akhir 2018, jumlah sepeda motor yang beredar (resmi) mencapai 137,7 unit. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia mencatat ada penjualan 6,05 juta unit di tahun 2019.

ION Mobility berencana untuk meluncurkan produk perdananya di Indonesia tahun 2021 mendatang. Melalui pendanaan yang didapat, mereka berkomitmen memperbesar di operasional di tiga basis wilayah yang telah dinaungi; termasuk mengembangkan kapabilitas riset dan membangun kemitraan untuk produksi dan rantai pasokan.

Di tanai air sebenarnya sudah ada beberapa produk motor listrik. Beberapa di antaranya Viar, Elvindo Rama, Selis E-Max, Honda PCX, serta produsen lokal yang motornya sempat dicoba presiden yakni Gesits.

Motor listrik besutan Gesits saat dicoba Presiden Jokowi / Biro Pers Setpres
Motor listrik besutan Gesits saat dicoba Presiden Jokowi / Biro Pers Setpres

Meninjau regulasi

Di sebuah kesempatan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dalam roadmap pengembangan industri kendaraan bermotor pemerintah menargetkan produksi tumbuh sampai 10 juta unit pada tahun 2025, dengan target ekspor minimal 1 juta unit. Dari sisi produksi dan penjualan sepeda motor nasional sejak tahun 2010 sampai 2018 telah mencapai rata-rata di atas 6,5 juta unit per tahun.

Pemerintah Indonesia juga menargetkan sekitar 20% dari total produksi nasional di tahun tersebut adalah motor listrik. “Untuk merealisasikan target tersebut, kami secara agresif mengajak para produsen otomotif agar membuka kegiatan produksi di Indonesia. Pemerintah yakin bahwa Indonesia memiliki banyak keunggulan pada sektor otomotif, sehingga target pada tahun 2030 tersebut, bukan hal yang mustahil untuk dicapai,” terangnya.

Terkait beleid, sudah ada Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Mengamanatkan pengaturan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai termasuk sepeda motor listrik guna meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019, salah satunya mengatur tentang super deduction tax bagi kegiatan riset, inovasi dan vokasi yang dapat diberikan pengurangan penghasilan bruto sampai 200%-300%.

Kesiapan pasar

Peresmian uji coba kendaraan listrik oleh Grab / Grab
Peresmian uji coba kendaraan listrik oleh Grab / Grab

Menurut survei yang diadakan Pertamina Energy Institute, di sisi konsumen masyarakat masih meragukan kendaraan listrik. Misalnya, takut ketika sedang berada di jalan akan kehabisan daya. Alasan yang cukup wajar, karena infrastruktur pendukung kendaraan listrik di Indonesia masih sangat minim.

Selain itu, umumnya kendaraan berdaya listrik jauh lebih mahal dari pada berdaya BBM. Dari riset disebutkan, untuk mobil rata-rata 3x lipat lebih mahal dan untuk motor 1,5 kali lipat lebih mahal.

Dirjen Ilmate Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, pemerintah tidak menampik fakta keraguan tersebut. Saat ini upaya yang dilakukan adalah meniadakan pajak daerah untuk kendaraan bertenaga listrik. Untuk pengadaan stasiun pengisian daya sendiri, ditaksirkan perlu biaya hingga 54,6 triliun Rupiah untuk per 31 ribu titik — target realisasi keseluruhan pada tahun 2030. Memang, visi kendaraan listrik harus didukung oleh ekosistem yang kuat.

Kolaborasi dengan pemain swasta juga turus digalakkan untuk percepat pengembangan ekosistem tersebut. Salah satunya dengan Grab, akhir tahun lalu perusahaan ride-hailing tersebut mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek. Grab akan memanfaatkan kemitraan dengan salah satu investornya Hyundai sebagai produsen mobil lewat entitas lokal Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits untuk roda empat.

PLN menjadi BUMN yang ditunjuk untuk melakukan percepatan PP 55-2019, termasuk terkait pengadaan stasiun pengisian daya. Grab adalah satu dari 20 mitra yang dipilih. Beberapa lainnya adalah Gojek, BlueBird, Transjakarta, Mobil Anak Bangsa, Build Your Dream (BYD) sebagai penyedia transportasinya.

Platform AiSensum Mungkinkan Perusahaan dan Startup Lakukan Monetisasi Data

AiSensum, perusahaan yang bergerak di bidang artificial intelligence dan big data analysis mulai fokus di Indonesia. Startup yang kini memiliki kantor di Singapura, Jakarta, dan Bangalore ini menawarkan solusi bagi perusahaan dan startup yang ingin memonetisasi data mereka.

Solusi utama yang dikembangkan AiSensum adalah OctoPi. Sebuah platform berbasis machine learning yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi perusahaan dan startup melalui monetisasi data.

OctoPi bekerja menggunakan algoritma AI NLG (Aritificial Inetelligence Natural Language Generation) yang menghasilkan insight dari aset data yang ada dan memberikan analisis bisnis bagi perusahaan-perusahaan di sektor telekomunikasi, ritel, farmasi, dan keuangan.

Selanjutnya analisis akan ditampilkan melalui sebuah dashboard interaktif yang memberikan beberapa insight seperti pangsa pasar, analisis tren, elastisitas harga, efektivitas promosi, segmentasi pelanggan, white space discovery dan beberapa parameter kunci lainnya.

Dari data internal AiSensum disebutkan bahwa Octopi Telco (hasil kemitraan AiSensum dengan Sepulsa) telah berhasil memberikan mereka akses database transaksi sebanyak 36,5 juta yang mencakup penjualan Rp1,5 triliun.

AiSensum juga menjalin kerja sama dengan HapyFresh untuk dasbor analisis OctoPi Retail,  di dalamnya mencakup data transaksi pelanggan untuk 1500 merek.

“Hingga saat ini kami sudah melakukan kemitraan monetisasi data dengan Sepulsa dan HappyFresh dengan model kemitraan bagi hasil. Melalui kemitraan monetisasi data ini, kami menjual dashboard secara berlangganan kepada klien-klien di sektor ritel, FMCG, farmasi, telekomunikasi, dan keuangan,” terang Global Managing Director AiSensum Vivek Thomas.

AiSensum juga memiliki solusi Software RPA (Robotic Process Automation). Sebuah solusi bisnis modular lintas sektor melalui kerangka SaaS (Software as a Service) atau PaaS (Platform as a Service). Modul AI dari AiSensum tersebut diklaim dapat diimplementasikan dalam sistem yang sudah ada dan mampu meningkatkan kinerja sistem dari waktu ke waktu.

“Ini merupakan solusi dengan biaya rendah, yang cocok untuk perusahaan yang tidak mau atau tidak mampu berinvestasi pada platform AI dengan otomatisasi lengkap,” terang Chief Analytics Officer AiSensum Nitin Sharma.

Amankan Pendanaan dari 500 Startups

Didirikan oleh Vivek Thomas dan Rajiv Lamba, AiSensum berusaha untuk mulai agresif di pasar Indonesia. Dengan pendanaan awal yang diterima dari 500 Startup, pihak AiSensum berupaya untuk bisa bekerja sama dengan lebih banyak perusahaan dan startup.

“Pendanaan awal dari 500 Startups telah memampukan kami untuk bermitra dengan Sepulsa dan HappyFresh di Indonesia. Saat ini kami sedang berupaya untuk melakukan kemitraan di sektor industri lain, seperti farmasi, perbankan dan keuangan di Indonesia,” terang Vivek.

Menanggapi pendanaan ini Managing Partner 500 Startups Khaolee Ng menyebutkan, bahwa di era perang data seperti saat ini aliran data eksklusif merupakan hal yang paling berharga dan penggunaan data secara cerdas akan mampu menentukan bisnis mana yang bertahan atau berkembang.

“Kami bersyukur memiliki kesempatan untuk mendukung perusahaan yang besar dan penting di ruang data yang besar,” terang Khailee Ng.

Di tahun 2019 AiSensum berencana untuk fokus membangun AiSensum sebagai go-to-company untuk semua startup dan perusahaan di Indonesia dan Asia yang ingin memonetisasi data mereka.

“Di tahun 2019 ini kami berencana untuk memperluas operasi kami dan mencari kemitraan monetisasi data yang serupa di Asia dan Australia,” jelas Vivek.

Menyimak Perjuangan Membangun Startup dari Pelaku Startup Indonesia dan Amerika Serikat

Dunia startup adalah sulit dan sarat dengan tantangan hingga kegagalan. Hal-hal tersebut ingin disampaikan dalam film dokumenter yang dibuat pembuat film asal Amerika Serikat, Cynthia Wade.

Dalam sesi penayangan film khusus yang diinisiasi 500 Startups, dihadirkan pula tiga entrepreneur Indonesia untuk berbagi pengalaman, suka duka, dan target yang masih ingin dicapai sebagai pendiri startup. Mereka adalah CEO iGrow Andreas Senjaya, Founder & CEO Happy5 Doni Priliandi, dan Founder & CEO Infonesia Ihsan Fadhlur Rahman. Venture Partner 500 Startups untuk 500 Durians Ashraf Sinclair menjadi moderator di acara ini.

Kegagalan dalam dunia startup

Mendirikan bisnis startup artinya Anda harus bisa bertahan dan menerima kegagalan saat menjalankan bisnis. Ketika ide bisnis sudah ditemukan dan tim yang solid sudah dibentuk (meskipun dalam jumlah kecil), masih banyak jalan yang harus ditempuh startup. Mulai dari pendanaan hingga target pasar dan tentunya membuktikan bahwa model bisnis yang dimiliki bakal berfungsi dengan baik.

Bagi Doni Priliandi, tidak mudah untuk bisa menjalankan bisnis startup. Dibutuhkan grit hingga dukungan yang penuh dari keluarga terdekat untuk bisa terus menjalankan bisnis.

“Saat membangun bisnis startup akan banyak penolakan yang terjadi, apakah itu dari pelanggan, investor hingga pegawai. Ketika saat-saat sulit tersebut datang, keluarga merupakan pendukung terbaik untuk Anda,” kata Donny.

Sementara menurut Andreas Senjaya, keluarga dan teman-teman terdekat bukan hanya bisa dijadikan pendukung yang ideal saat kesulitan datang, namun juga calon pelanggan yang siap untuk mencoba, membeli, dan memberikan kritik saat produk atau layanan startup siap untuk diluncurkan.

“Mereka adalah early adopter yang ideal dan tentunya sangat membantu. Bukan hanya untuk mendapatkan bantuan tapi feedback yang jujur dan peluang untuk menjadi pelanggan tetap nantinya,” kata Andreas.

Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

Terinspirasi latar belakang pendidikan dan pengalaman saat magang di Uber, Founder & CEO Infonesia Ihsan Fadhlur Rahman tertarik untuk membangun bisnis startup Infonesia yang saat ini masih sangat belia usianya. Untuk bisa membuktikan kepada investor hingga pengguna, Ihsan dan tim harus rela menghabiskan waktu lebih untuk bekerja demi menghasilkan produk yang menarik dan berguna.

“Menurut saya endurance, hustle dan keep pushing merupakan strategi yang paling ampuh untuk menjalankan bisnis startup,” kata Ihsan.

Untuk bisa menjalankan bisnis dengan baik, dibutuhkan keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hal tersebut yang kemudian menjadi acuan dari Andreas.

“Habiskan waktu yang cukup untuk keluarga dan pastikan Anda sebagai pemilik startup bisa menyisihkan waktu bersama keluarga. Hal tersebut penting untuk menjaga keseimbangan hidup.”

Kesimpulan yang bisa diambil dari pengalaman para pelaku startup asal Amerika Serikat dan tiga pelaku startup Indonesia tersebut adalah untuk bisa menjalankan bisnis startup dengan baik dibutuhkan kesiapan dan daya tahan yang besar untuk melalui segala tantangan dan mencari cara terbaik untuk keluar dari masalah yang datang.

Malesbanget Raih Pendanaan Terbaru Dari Rebright Partners dan 500 Startup

Situs media humor populer Malesbanget.com (MBDC) hari ini (4/9) secara resmi mengumumkan telah meraih pendanaan terbaru yang dipimpin oleh Rebright Partners dan 500 Startup. Situs yang pada April 2014 lalu baru saja menyegarkan tampilannya, kini tengah bersiap untuk menjadi perusahaan online media berskala besar. Continue reading Malesbanget Raih Pendanaan Terbaru Dari Rebright Partners dan 500 Startup

Qraved Bukukan “Seed Funding” dari Konsorsium Rebright Partners, 500 Startups dan Co-Founder Skype Toivo Annus

Qraved, situs pemesanan (booking) dan jejaring sosial yang berkaitan dengan restoran/tempat makan, berhasil mendapatkan seed funding dari dari konsorsium yang terdiri dari Rebright Partners, investor ternama Silicon Valley 500 startups dan Toivo Annus (co-founder Skype). Jumlah seed funding yang diterima itu sendiri tidak dibuka ke publik. Bagi Toivo dan Rebright Partners, investasi kali ini bukanlah yang pertama karena sebelumnya mereka memang sudah pernah berinvestasi di Indonesia. Sementara bagi 500 Startups, Qraved adalah investasi pertama mereka di negara ini.

Continue reading Qraved Bukukan “Seed Funding” dari Konsorsium Rebright Partners, 500 Startups dan Co-Founder Skype Toivo Annus