BenQ MOBIUZ EX2710S: Pilihan Terbaik Monitor Gaming 165Hz

Ada banyak monitor untuk gaming yang tersedia di pasar untuk dipilih bagi pada penikmat gadget. Namun, tidak banyak yang memiliki fitur-fitur untuk menolong penggunanya untuk berhasil dalam sebuah game. Untungnya, BenQ memiliki banyak pilihan untuk monitor yang seperti itu. Salah satunya adalah BenQ MOBIUZ EX2710S Gaming Monitor.

Dengan MOBIUZ EX2710S, BenQ menawarkan pengalaman bermain game untuk gamer enthusiast. Monitor yang satu ini menawarkan refresh rate hingga 165 Hz. Hal tersebut berbeda dengan saudaranya yang memiliki nama sama, namun tanpa akhiran “S”, yaitu EX2710 yang memiliki refresh rate hingga 144 Hz saja. Panelnya sendiri sudah menggunakan IPS.

BenQ MOBIUZ EX2710S datang pula dengan Motion Picture Response Time (MPRT) 1 ms. Selain itu, teknologi HDRi juga mampir pada layar yang satu ini untuk mengoptimalkan gambar untuk meningkatkan warna, kontras, dan detail. Layar  ini juga sudah mendukung standar dari AMD, yaitu Freesync Premium yang menawarkan latensi rendah.

Tidak hanya tampilan saja yang ditawarkan pada BenQ MOBIUZ EX2710S, layar ini juga memiliki speaker. Speakernya sendiri sudah menggunakan treVolo, yaitu lini speaker buatan BenQ dengan daya 2,5 watt sebanyak dua buah. BenQ juga sudah menanamkan chip DSP untuk menambah depth, clarity, definition, presence, dan pencitraan bidang stereo.

BenQ MOBIUZ EX2710S sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Dimensi layar 27″
Rasio 16:9
Resolusi 1920×1080
Tipe panel IPS
Dimensi 539.6 x 614.1 x 216.7 mm
Berat total 6,2 KG
Port 2x HDMI 2.0 / Display Port 1.2 / audio jack‎‎‎
Response Time 1 ms MPRT
Kontras 1000:1
Speaker 2x 2,5 watt
Daya 55 watt

Tentunya, BenQ juga tidak ketinggalan untuk menyematkan teknologi eye care. Teknologi ini sendiri bakal membuat mata para penggunanya tidak lelah jika memakainya seharian. Monitor ini juga sudah bisa diatur tinggi rendahnya sehingga pengguna tidak akan sakit punggung akibat posisi kepalanya yang selalu terlalu ke atas atau ke bawah.

Unboxing

Selain monitor dan kakinya, inilah yang bisa didapatkan pada paket penjualan dari BenQ MOBIUZ EX2710S

Desain

BenQ MOBIUZ EX2710S datang dengan panel layar In-Plane Switching atau IPS. Monitor ini menawarkan response time yang cepat, yaitu 1 ms MPRT. MPRT (Moving Picture Response Time) berhubungan dengan berapa lama piksel tetap terlihat di layar. Semakin lama piksel tetap terlihat, semakin membuat blur atau trail gambar bergerak yang dihasilkan dari sebuah adegan.

Layarnya sendiri juga sudah mendukung refresh rate 165 Hz yang sejajar dengan dapat menampilkan 165 fps tanpa tearing. EX2710S ternyata juga sudah mendukung FreeSync Premium, yaitu standar tampilan gaming dari AMD.

Height Adjustable Monitor ini memang bisa diatur ketinggiannya sehingga pas dengan sudut pandang para penggunanya. Hal ini tentu saja membuat leher dan punggung menjadi tidak pegal. Monitor ini juga bisa diatur untuk “menengok” ke kanan mau pun ke kiri, sehingga posisinya bisa dengan nyaman untuk diatur.

Pada bagian belakang dari monitor ini sudah terdapat beberapa port, yaitu dua buah HDMI 2.0, sebuah Display Port 1.2, serta audio 3,5 mm. Selain itu, pada bagian kanannya terdapat beberapa tombol yang meliputi tombol menu, daya, serta sebuah tombol navigasi 4 arah. Pada bagian bawah terdapat sebuah sensor cahaya untuk mengendalikan fitur Brightness Intelligence secara otomatis. Speaker juga diposisikan pada bagian bawah dari layar monitor ini.

Berbicara mengenai tombol navigasi 4 arah, pada BenQ MOBIUZ EX2710S tentu sudah terdapat On Screen Display yang terdiri dari menu dan juga QuickOSD. Pada QuickOSD sendiri, pengguna dapat mengatur dan beralih ke pengaturan game yang sering digunakan dengan cepat. Dan Anda juga dapat mengatur setting layar ini langsung pada menunya.

HDRi

Saat ini, mungkin kebutuhan akan visual terhadap sebuah konten sudah merupakan keharusan. Bagian gambar dari sebuah gambar, video, mau pun game juga akan lebih baik berkat teknologi ini. HDR (High Dynamic Range) sendiri akan mengangkat bagian yang gelap menjadi lebih terlihat serta membuat warnanya tetap terjaga. Hal inilah yang ingin dipecahkan oleh BenQ.

BenQ telah mengembangkan teknologi miliknya sendiri untuk memenuhi kebutuhan ini, yaitu HDRi. Dengan demikian, pengguna bisa mendapatkan pengalaman visual yang lebih mendalam dengan detail yang jelas dan realistis dalam pemandangan gelap dengan mempertahankan kejernihan di layar. Fitur HDRi juga dapat meningkatkan konten SDR (Standard Dynamic Range) dengan fitur HDR yang diemulasi agar sangat mirip dengan HDR aslinya. BenQ membagi fitur ini untuk game dan cinema.

Pada Game HDRi, akan meningkatkan detail gambar seperti pada detail gelap serta menyeimbangkan tingkat kecerahan. Pada sebuah game, hasilnya akan lebih terlihat pada saat sedang berada di ruang gelap yang ditembus dengan seberkas sinar matahari. Sedangkan untuk Cinema HDRi, warna dan kontras akan ditingkatkan sehingga warna yang tersaturasi akan lebih baik, terutama pada warna kulit. Hal ini juga akan berpengaruh pada gambar yang tingkat kecerahan serta kontras yang tinggi.

Anda bisa melihat perbandingan atau perbedaan hasil antara yang menggunakan HDR dengan yang menggunakan HDRi pada dua foto berikut ini. 

Contoh perbandingan HDR dan HDRi Game:

Contoh perbandingan HDR dan HDRi Cinema:

treVolo

Mungkin bagi mereka yang belum menggunakan BenQ masih asing dengan treVolo. TreVolo sendiri merupakan merek BenQ yang memproduksi perangkat-perangkat audio. EX2710S dilengkapi dengan speaker 2.5W, yang dirancang dan dikalibrasi oleh treVolo. Hal tersebut menghasilkan suara akustik penuh dengan lima pengaturan suara dan mode suara preset secara maksimal.

Dengan menggunakan BenQ MOBIUZ EX2710S, pengguna tidak lagi membutuhkan sebuah speaker tambahan. Namun, jika pengguna ingin menggunakan headphone saat bermain, langsung saja tancapkan pada port audio 3,5 mm di bagian belakang monitor ini.

Menonton dan bermain: Layar enak dipandang dan tidak lelah

Masa pandemi COVID menyebabkan semua orang harus bekerja dan sekolah di rumah. Walaupun PPKM sudah diturunkan level-nya, namun sebagian besar, termasuk saya, masih cukup ngeri untuk pergi keluar rumah. Bermain game dan menonton video merupakan salah satu cara saya dan anak-anak untuk menghilangkan kebosanan di rumah. Dan menggunakan layar dengan dimensi 27 inci memang cukup pas untuk kedua kebutuhan tersebut.

Saat BenQ MOBIUZ EX2710S datang ke rumah saya sekitar dua minggu yang lalu, langsung saya buka dan rakit. Karena ini monitor yang diarahkan untuk bermain game, tentu saja saya tidak sabar untuk bermain game favorit saya dengan monitor dari BenQ Ini. 

Saya pun melakukan pengujian dengan menggunakan beberapa judul game. Game pertama yang saya mainkan adalah Valorant. Pengalaman yang didapatkan tentu saja sangat jauh berbeda ketika menggunakan game ini di 165 fps. Hasilnya memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan monitor 60 Hz yang saya gunakan sampai saat ini.

 

Dengan menggunakan HDRi Game, kecerahannya memang tidak setinggi HDRi Cinema. Akan tetapi, HDRi Game akan menjamin bahwa kita bisa melihat musuh pada tempat-tempat gelap. Hal ini cukup membantu saya saat bermain game action adventure seperti Shadow of The Tomb Raider. Hal tersebut juga berlaku pada saat bermain CS:GO di beberapa map.

Selain untuk teman bermain di PC, monitor BenQ MOBIUZ EX2710S juga akan cocok untuk gaming dengan perangkat lain, misalnya console generasi lanjut seperti PS5 dan Xbox terbaru.

Saya juga mencoba monitor ini untuk menonton beberapa video dari layanan streaming berbayar. Tentunya, saya ingin mencoba menggunakan HDRi dari BenQ dengan profile HDRi Cinema. Ternyata memang setiap video yang saya tonton menjadi lebih cerah dan tajam.

Semua video dengan tone gelap bisa saya lihat dengan lebih baik. Beberapa film superhero juga dapat saya tonton dengan lebih baik jika dibandingkan dengan HDR biasa. Pada monitor ini juga sudah ada HDR biasa yang warnanya sedikit lebih warm dibandingkan dengan HDRi. Tingkat ketajamannya pun juga berbeda.

Saat HDRi saya aktifkan, menu Eye Care pada OSD BenQ MOBIUZ EX2710S pun juga aktif. Hal ini berarti Brightness Intelligence pada layar ini juga bisa diaktifkan. Dan benar saja, menonton beberapa video tidak membuat mata saya lelah. Hal ini bahkan berlanjut hingga malam hari.

Menonton video dengan genre action juga sangat menyenangkan pada layar ini. Tidak ada lagi yang namanya ghosting atau blur saat adegan-adegan dengan kecepatan tinggi. Saya mencoba menonton film Batman v Superman pada adegan melawan Doomsday menjadi lebih nyaman karena memang tajam.

Berbicara mengenai film Zack Snyder yang satu ini, tentu tidak asing lagi dengan scene dark yang menyelimuti filmnya. Jika HDRi Cinema tidak mengangkat kecerahannya, BenQ sudah menyediakan fitur Light Tuner yang bisa mengangkat kecerahannya. Saya menggunakan Light Tuner sampai nomor 6 untuk meningkatkan kecerahannya. Dan film tersebut akan bisa dilihat dengan bagus.

Untuk mencoba refresh rate dari monitor ini, tentu saja Test Ufo masih menjadi salah satu benchmark yang saya unggulkan. Benchmark gratis ini bisa menampilkan refresh rate asli dari sebuah monitor. Dan benar saja, monitor ini langsung terdeteksi sebagai 165 Hz.

Saya juga mencoba menggunakan suara dari speaker yang ada. Saya menggunakan monitor yang satu ini didalam ruangan sekitar 4×3, sehingga suara yang dihasilkan memang sudah cukup untuk bermain dan menonton video. Walaupun begitu, suaranya memang akan terdengar lebih kecil jika digunakan pada ruang keluarga yang cukup terbuka.

Menggunakan tombol navigasi dari BenQ MOBIUZ EX2710S juga memudahkan saya dalam memilih pada menu OSD. Saat menyentuhnya, jari saya gerakkan ke arah yang sesuai dengan option yang ingin saya pilih. Untuk memilihnya, saya tinggal menekan tombol navigasi tersebut di tengah. BenQ sepertinya memang sudah memikirkan untuk navigasi OSD yang nyaman.

Terakhir, tentu saja monitor ini saya gunakan untuk menulis artikel. Sebagai informasi saja, artikel ini saya tulis dengan memakai BenQ MOBIUZ EX2710S sebagai layarnya. Memang sangat nyaman untuk mengetik sebuah artikel pada layar 27 inci dengan fitur kenyamanan mata yang dimiliki oleh BenQ. Biasanya saya harus mengistirahatkan mata sejenak saat menulis, namun sepertinya tidak berlaku untuk BenQ MOBIUZ EX2710S.

Tentunya, Anda harus mencobanya sendiri untuk menggunakan monitor BenQ MOBIUZ EX2710S. Pengalaman tersebut memang akan lebih baik jika langsung melihat dan merasakannya sendiri.

Verdict

Dengan banyaknya monitor gaming yang dijual di Indonesia, tentu membuat susah untuk memilih yang mana yang mau dibeli. Pastikan bahwa monitor tersebut memiliki fitur-fitur yang mampu membuat mata nyaman saat memandangnya. Tentunya, BenQ memiliki banyak solusi monitor yang bisa membuat penggunanya tidak lelah saat melihat layarnya seharian. Salah satunya adalah BenQ MOBIUZ EX2710S.

BenQ MOBIUZ EX2710S memiliki fitur kenyamanan untuk bermain serta menonton video. Dengan fitur HDRi, kualitas gambar yang ditampilkan akan menjadi semakin baik. Untuk bermain game, monitor ini sudah mendukung refresh rate 165 Hz serta mendukung AMD Freesync Premium. Tidak lupa, response time pada BenQ MOBIUZ EX2710S yang sudah 1 ms MPRT.

Selain menampilkan gambar yang baik, monitor ini juga memiliki speaker yang bagus pula. Dengan dua speaker dari treVolo membuat kita bisa mendengarkan suara dari sebuah konten dengan baik. Monitor ini juga sudah memiliki 2 HDMI 2.0 serta sebuah Display Port 1.2. Dan tentunya, monitor ini juga sudah menggunakan Height Adjustable Stand yang bisa membuat posisinya lebih fleksibel.

BenQ menjual MOBIUZ EX2710S pada harga Rp. 6.565.000. Tentunya harga ini tergolong terjangkau untuk sebuah monitor gaming dengan fitur melimpah. Monitor ini cocok untuk para gamer yang memiliki budget terbatas namun tidak ingin melihat tearing saat bermain game. BenQ juga memberikan 3 tahun garansi untuk panel, service, dan spare part.

Informasi Produk: BenQ MOBIUZ EX2710S

Link pembelian:  Tokopedia

Rangkuman keunggulan monitor BenQ MOBIUZ EX2710S

  • Layar yang nyaman untuk dipandang
  • Refresh Rate hingga 165 Hz
  • Mendukung AMD Freesync Premium
  • Menu OSD yang nyaman dan mudah untuk dinavigasi
  • Speaker dengan suara yang bagus dari treVolo
  • Teknologi HDRi yang membantu meningkatkan kualitas gambar untuk game dan video
  • Posisi layar yang adjustable

Disclosure: Artikel ini didukung oleh BenQ. 

 

7 Monitor Gaming Terbaik untuk Gamer Kasual Maupun Kompetitif

Sebagai periferal komputer yang masih relevan di era modern, monitor kini dapat dibagi berdasarkan target pasarnya: gaming atau non-gaming. Namun kalau mau kita kerucutkan lagi, monitor gaming pun sebenarnya masih bisa kita bagi lagi menjadi gaming kasual dan gaming kompetitif. Sama-sama gaming, tapi kebutuhannya berbeda.

Untuk gaming kasual, yang diincar biasanya adalah fitur-fitur untuk memperindah kualitas visual macam HDR maupun dukungan fitur adaptive sync (AMD FreeSync atau Nvidia G-Sync) yang lengkap. Untuk gaming kompetitif, entah yang masih amatiran atau sudah masuk level esports, yang dicari biasanya adalah refresh rate setinggi mungkin dan motion blur seminimal mungkin.

Artikel ini bermaksud untuk memberikan referensi bagi yang hendak membeli monitor gaming di pasar tanah air. Berhubung kita mempunyai bujet dan spesifikasi PC yang berbeda, saya sengaja mengelompokkan pilihannya berdasarkan subkategori seperti “kasual 1080p”, “kasual 4K”, “kompetitif 240 Hz”, dan seterusnya.

Kasual 1080p, alias monitor gaming kelas bujet terbaik

Kalau sebatas mencari monitor untuk bermain di resolusi 1080p 60 fps, jujur Anda tidak perlu mengumpulkan referensi banyak-banyak, sebab monitor non-gaming pun saja sebenarnya sudah cukup untuk itu. Namun kalau Anda punya bujet di kisaran 3,1 jutaan rupiah, maka AOC 24G2 bisa jadi pilihan yang tepat.

Monitor ini mengemas panel IPS 23,8 inci dengan resolusi 1920 x 1080, refresh rate 144 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (MPRT). Ia mendukung FreeSync Premium, tapi kehadiran DisplayPort berarti Anda juga dapat mencobanya dengan G-Sync meski tidak ada sertifikasi resmi dari Nvidia.

Namun yang paling saya suka darinya adalah, ergonomic stand-nya benar-benar ergonomis, apalagi mengingat bagian ini memang paling sering dikompromikan di kisaran harganya. Jadi selain bisa di-tilt, monitor ini juga bisa swivel, bisa diatur ketinggiannya, ataupun diputar orientasinya dari landscape ke portrait.

Link pembelian: AOC 24G2

Monitor terbaik untuk gaming kasual di resolusi 1440p

Bagi yang memiliki kartu grafis di atas kelas mainstream, tidak ada salahnya mengincar monitor 1440p. Dan bagi yang cukup beruntung sempat meminang RTX 3070, tidak ada salahnya juga mencari monitor yang sepenuhnya kompatibel dengan G-Sync. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pilihannya pun jatuh pada ViewSonic Elite XG270Q

Monitor ini mengusung panel IPS 27 inci dengan resolusi 2560 x 1440, refresh rate 165 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Panelnya memiliki color gamut 95% DCI-P3, serta telah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 400. Kompatibilitasnya dengan G-Sync pun dijamin tanpa masalah karena sudah diuji langsung oleh Nvidia sendiri.

Harganya? Rp8.199.000.

Link pembelian: ViewSonic Elite XG270Q

Monitor terbaik untuk gaming di resolusi 4K

 

Tidak peduli stoknya langka atau tidak, eksistensi kartu grafis seperti RTX 3080, RTX 3090, maupun RX 6800 XT dan RX 6900 XT pada akhirnya membuat 4K gaming jadi kenyataan. Namun agar dapat menikmatinya dengan maksimal, Anda butuh dukungan monitor yang tepat. Salah satu opsi terbaik yang tersedia di pasaran saat ini adalah LG UltraGear 27GN950-B, yang bisa dibeli seharga Rp11.990.000.

Perangkat ini mengemas panel Nano IPS 27 inci dengan resolusi 3840 x 2160, refresh rate 144 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Dengan color gamut 98% DCI-P3 dan sertifikasi DisplayHDR 600, kualitas visual yang disajikan tentu bakal sangat prima. Bagi yang membutuhkan G-Sync, Anda tak perlu khawatir mengingat monitor ini memang telah tercantum di situs Nvidia.

Link pembelian: LG UltraGear 27GN950-B

Monitor 240 Hz terbaik untuk gaming kompetitif

 

Monitor gaming besutan Zowie (BenQ) kerap menjadi pilihan di banyak turnamen esports profesional. Tentu ada alasan kuat yang mendasarinya, dan salah satunya adalah teknologi DyAc+ (Dynamic Accuracy Plus) yang BenQ implementasikan.

Secara mendasar, DyAc+ merupakan sebuah teknik motion blur reduction (MBR). Saya tidak perlu menjelaskan terlalu teknis karena artikelnya bakal kepanjangan, tapi yang pasti DyAc+ sangatlah efektif dalam hal meminimalkan motion blur, dan Anda bisa menonton sendiri demonstrasinya di YouTube. Saking efektifnya, monitor dengan DyAc+ kerap disebut memiliki motion clarity setara monitor CRT.

Salah satu monitor yang dibekali DyAc+ adalah BenQ Zowie XL2546K. Ia mengemas panel TN 24,5 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 240 Hz. Jujur spesifikasinya di atas kertas terkesan tidak menarik, apalagi kalau melihat harganya yang mencapai angka Rp9.603.000. Namun saya kira memang tidak ada orang yang membeli monitor ini karena spesifikasinya. Yang diincar murni adalah teknologi DyAc+ itu tadi.

Link pembelian: BenQ Zowie XL2546K

Monitor 360 Hz terbaik untuk gaming kompetitif

Memainkan CS:GO dengan frame rate yang konstan berada di kisaran 360 fps itu sangat mungkin dilakukan di tahun 2021 ini. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah monitor Anda cukup kencang untuk menampilkan frame sebanyak itu setiap detiknya?

Kalau jawabannya tidak, maka sudah saatnya Anda upgrade monitor tersebut ke Asus ROG Swift PG259QN. Monitor seharga Rp14.645.000 ini istimewa karena mengemas panel dengan refresh rate sebesar 360 Hz. Tipe panel yang digunakan pun sudah IPS, dengan bentang diagonal 24,5 inci dan resolusi 1080p. Seandainya membutuhkan, monitor ini pun juga sudah sepenuhnya mendukung Nvidia G-Sync.

Link pembelian: Asus ROG Swift PG259QN

Monitor gaming terbaik dengan layar curved

Saya tahu tidak semua orang suka dengan layar curved, dan itulah mengapa saya memilih untuk menyendirikannya. Namun kalau Anda suka, sekalian saja pilih yang paling melengkung yang ada di pasaran saat ini, yaitu Samsung Odyssey G7 32″.

Monitor ini memiliki layar dengan angka kurvatur 1000R, dan tingkat kelengkungannya diklaim setara kontur mata manusia, sehingga mampu menghadirkan sensasi immersive yang lebih mantap ketimbang monitor curved dengan kurvatur 1500R atau 1800R.

Spesifikasi panelnya pun tidak main-main: VA 31,5 inci dengan resolusi 2560 x 1440, refresh rate 240 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (GTG). Untuk keperluan gaming kasual, Odyssey G7 32″ juga telah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 600, plus sepenuhnya kompatibel dengan G-Sync. Siapkan dana sebesar Rp13.299.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Samsung Odyssey G7 32″

Monitor gaming terbaik dengan layar curved dan ultrawide

Kalau Anda punya dana yang lebih besar sekaligus kartu grafis yang lebih perkasa, maka pilihan yang lebih tepat adalah Samsung Odyssey G9 49″. Jujur belum ada monitor lain dengan bentuk seekstrem ini. Layarnya luar biasa lebar dengan bentang diagonal 49 inci, dan tingkat kelengkungannya pun juga berada di angka 1000R.

Menggunakan monitor ini pada dasarnya sama seperti mendempetkan dua monitor 27 inci, dengan total resolusi sebesar 5120 x 1440. Dari segi refresh rate atau waktu respon, ia identik dengan adiknya tadi (Odyssey G7). Yang lebih superior adalah tingkat kecerahannya, yang mampu mencapai angka 1.000 nit, membuatnya pantas menyandang sertifikasi DisplayHDR 1000 dari VESA.

Tertarik? Siapkan saja bujet sebesar Rp22.999.000.

Link pembelian: Samsung Odyssey G9 49″

Monitor 4K Asus TUF Gaming VG28UQL1A Diciptakan Buat Gamer PC dan Gamer Console

Asus Indonesia mengumumkan kehadiran monitor gaming baru, yaitu TUF Gaming VG28UQL1A. Tidak seperti biasanya, target pasar monitor ini bukan cuma kalangan gamer PC saja, melainkan juga kalangan pengguna PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Alasannya simpel: pada sisi belakangnya, kita bisa menjumpai sepasang port HDMI 2.1, dan jenis port tersebut adalah syarat utama yang harus dipenuhi pengguna next-gen console agar dapat menikmati sesi gaming di resolusi native 4K 120 Hz tanpa chroma subsampling (4:4:4).

Teknisnya, monitor ini mengemas panel Fast IPS 28 inci dengan resolusi 3840 x 2160 piksel, refresh rate 144 Hz, dan waktu respon 1 milidetik gray-to-gray (GTG). Selain mendukung teknologi AMD FreeSync Premium dan Asus Extreme Low Motion Blur Sync (ELMB), monitor ini juga kompatibel dengan Nvidia G-Sync.

Bermain di resolusi 4K dengan frame rate di kisaran 144 fps memang bukan kemewahan yang dapat dinikmati oleh semua gamer PC. Namun mereka yang cukup beruntung memiliki model high-end dari lineup Nvidia RTX 30 Series maupun AMD Radeon RX 6000 Series tentu tidak akan kesulitan, apalagi jika dibantu oleh teknologi upscaling macam Nvidia DLSS atau AMD FidelityFX Super Resolution.

Monitor ini memiliki tingkat kecerahan maksimum 450 nit, yang berarti ia sudah mengantongi sertifikasi VESA DisplayHDR 400. Sementara itu, color gamut 90% DCI-P3 menjadi indikasi kuat akan keakuratan warna yang dihasilkan panelnya.

Di samping port HDMI 2.1 tadi, monitor ini juga datang membawa dua port HDMI 2.0, satu port DisplayPort 1.4, dua port USB 3.1, dan jack audio. Ia turut dibekali sepasang speaker yang masing-masing berdaya 2 W, dan di belakangnya pengguna dapat menjumpai dudukan VESA 100 x 100 mm.

Asus TUF Gaming VG28UQL1A sebenarnya sudah diumumkan sejak Januari lalu di ajang CES, akan tetapi barangnya baru akan tersedia di pasaran dalam waktu dekat. Harga resminya sejauh ini masih belum diketahui, akan tetapi listing di Bhinneka.com menunjukkan harga Rp13.390.000 dengan status pre-order.

Samsung Umumkan Odyssey Neo G9, Monitor Gaming High-End dengan Panel Mini LED

Dengan bentang layar seluas 49 inci, resolusi Dual QHD, refresh rate 240 Hz, dan harga 25 juta rupiah, tidak salah apabila Odyssey G9 menyandang gelar monitor gaming paling high-end yang bisa kita beli dari Samsung saat ini. Namun rupanya tidak perlu waktu lama buat titel tersebut dioper ke monitor lain yang bahkan lebih high-end lagi. Perkenalkan, Samsung Odyssey Neo G9.

Kuncinya terdapat pada kata “Neo” yang tertera pada namanya. Sama seperti jajaran TV Neo QLED yang Samsung hadirkan belum lama ini, Odyssey Neo G9 juga mengunggulkan teknologi display Quantum Mini LED yang sama persis. Dibandingkan panel QLED standar yang terdapat pada Odyssey G9, panel Mini LED milik Odyssey Neo G9 menjanjikan kontras sekaligus reproduksi warna yang jauh lebih superior.

Sesuai namanya, Mini LED punya ukuran lebih kecil ketimbang LED tradisional, persisnya cuma 1/40-nya. Alhasil, jumlah yang ditanamkan pun bisa lebih banyak, sehingga pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi lebih banyak local dimming zone.

Sebagai perbandingan, Odyssey G9 punya 10 dimming zone, sedangkan Odyssey Neo G9 punya 2.048 dimming zone. Dipadukan dengan kontrol cahaya 12-bit, jumlah dimming zone yang bertambah drastis ini membuat area gelap di Neo G9 kelihatan lebih gelap, dan area terang kelihatan lebih terang. Lagi-lagi kalau mau dibandingkan, Odyssey G9 punya rasio kontras 2.500:1, sedangkan Odyssey Neo G9 punya 1.000.000:1.

Lebih lanjut, panel Mini LED milik Neo G9 juga sanggup menyala dua kali lebih terang daripada panel milik pendahulunya. Tingkat kecerahan maksimumnya mencapai angka 2.000 nit, dan ia pun juga sudah mengantongi sertifikat Quantum HDR 2000 dari VDE (Verband Deutscher Elektrotechniker).

Selebihnya, Odyssey Neo G9 cukup identik dengan pendahulunya. Luas layarnya sama-sama 49 inci, resolusinya tetap di angka 5120 x 1440 pixel, dan refresh rate maksimumnya pun masih 240 Hz, dengan waktu respon 1 milidetik (GTG). Kurvatur layarnya pun tidak berubah, masih 1000R dan setara lengkungan bola mata manusia.

Perihal konektivitas, Neo G9 hadir mengusung satu port DisplayPort 1.4 dan dua port HDMI 2.1, lengkap beserta kompatibilitas dengan Nvidia G-Sync maupun AMD FreeSync Premium Pro. Sistem pencahayaan di bagian belakangnya yang kelihatan begitu futuristis masih eksis, malahan kini warnanya dapat disinkronisasikan secara otomatis dengan apa yang sedang tampil di layar.

Samsung berencana memasarkan Odyssey Neo G9 mulai tanggal 9 Agustus mendatang seharga $2.500, atau kurang lebih setara 36 jutaan rupiah. Selisih harganya cukup jauh dari Odyssey G9, yang ketika pertama diluncurkan dibanderol $1.480.

Sumber: GSM Arena dan Samsung.

Apa yang Menarik dari Sebuah Monitor? Wawancara dengan GTiD

Bagi yang mengikuti banyak channel teknologi di YouTube seperti saya, Anda pasti sadar bahwa setiap channel sebenarnya mempunyai spesialisasi atau niche-nya masing-masing. Sebagian besar mungkin menaruh fokus ekstra pada kategori seperti smartphone atau laptop, namun ada juga sebagian lain yang mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda dengan membahas topik spesifik yang mungkin tidak begitu populer karena kurang menarik untuk dibicarakan panjang lebar.

Di kalangan YouTuber lokal, salah satu channel yang masuk kategori tersebut adalah GTiD. Sepintas channel ini mungkin terdengar seperti channel gadget pada umumnya, tapi kalau Anda amati, mayoritas dari video-video yang diunggahnya membahas mengenai monitor. Tidak jarang pembahasannya malah cukup panjang dengan durasi di atas 10 menit. Padahal, buat sebagian orang, monitor mungkin tidak semenarik itu untuk dibahas sampai begitu mendalam.

Saya pun pada awalnya juga punya pandangan yang serupa. Namun pada kenyataannya, sampai artikel ini ditulis, GTiD sudah mempunyai hampir 70 ribu subscriber. GTiD juga sudah memiliki komunitas Discord-nya sendiri yang cukup aktif, dan semua ini menurut saya sudah bisa menggambarkan kalau di luar sana rupanya tidak sedikit yang tertarik dengan pembahasan in-depth mengenai monitor.

Berhubung masih penasaran, saya pun memutuskan untuk menghubungi host sekaligus penggagas channel GTiD, Eldwin, untuk bercakap-cakap secara singkat. Berikut adalah hasil perbincangan kami yang sebagian besar telah disunting agar lebih jelas penyampaiannya.

Kenapa niche monitor? Bisa diceritakan awalnya kenapa GTiD fokus membahas tentang monitor?

Awalnya sebatas iseng mencoba, dan ternyata ada pasarnya yang belum difokuskan di market YouTube, dan itu berlanjut sampai hari ini.

Tidak banyak tech YouTuber Indonesia yang secara spesifik membahas tentang monitor sampai sedetail GTiD. Apa sih sebenarnya yang menarik dari monitor?

Seperti yang saya bilang sebelumnya, justru karena tidak ada yang melakukannya, saya pun berusaha untuk mengisi kekosongan itu sebaik mungkin. Dan sama seperti statement di pertanyaan ini, awalnya saya sendiri juga merasa segmen monitor itu kurang menarik. Namun setelah saya dalami dan pelajari, ternyata ada satu hal yang bisa membuat monitor jadi semakin penting ke depannya untuk semua orang, yaitu kehadiran USB-C.

Saya percaya ke depannya kita cukup punya smartphone dan menghubungkannya ke monitor via USB-C, maka kita bisa memakainya layaknya personal computer kita selama ini. Di sisi lain, kita juga sudah merasakan pentingnya monitor ketika pandemi COVID-19 melanda dan kita harus WFH. Agar WFH bisa berjalan dengan nyaman, kita tentu butuh monitor.

Menurut Eldwin, kenapa konsumen perlu menyimak ulasan merinci tentang sebuah monitor?

Banyak tim marketing brand monitor yang tidak menjelaskan secara merinci plus dan minus monitor mereka. Sebagian mungkin bahkan tidak tahu, tapi sekalipun mereka tahu, mereka terikat dengan etika perusahaan, sehingga tidak mungkin juga mereka menunjukkan kelemahan produk mereka sendiri.

Belum lagi ditambah banyaknya persepsi yang salah mengenai monitor di pasaran. Di sinilah GTiD hadir untuk membantu penonton mendapatkan monitor terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.

Apa saja sebenarnya miskonsepsi seputar monitor yang umum beredar di kalangan konsumen?

  • Color gamut tinggi berarti warna yang dihasilkan akurat, padahal keduanya sebenarnya punya makna yang berbeda.
  • Motion blur yang diklaim oleh brand monitor dianggap sudah tepat, padahal kenyataannya semua itu cuma sebatas angka yang tidak bisa menggambarkan keadaan sebenarnya.
  • “Mata manusia cuma bisa melihat 60 Hz, nggak guna lebih tinggi dari itu”, atau “144 Hz dan 240 Hz tidak ada bedanya.” Penjelasan panjang lebarnya pernah saya sampaikan di video review monitor ASUS PG259QN.

Gimmick-gimmick monitor apa saja yang Eldwin kurang suka?

  • Yang saya lihat, brand senang mempromosikan bahwa seakan-akan label “Pantone validated” atau “Callman certified” adalah sesuatu yang luar biasa untuk sebuah monitor profesional. Pada kenyataannya, monitor-monitor tersebut mungkin tidak sesempurna itu. Terkadang hasil warnanya bahkan bisa dikalahkan oleh monitor gaming yang dijual dengan harga lebih murah.
  • Motion blur sebuah panel sering misleading cara penyampaiannya. 1 ms di panel TN berbeda dari 1 ms di panel VA, demikian pula dengan 1 ms di panel IPS. Terkadang malah tulisan angka itu tidak ada artinya sama sekali karena tidak menjelaskan apa-apa terkait kejadian sebenarnya.

Selain ukuran dan resolusi, atribut-atribut apa saja yang harus konsumen perhatikan dalam membeli monitor, baik untuk monitor gaming ataupun monitor profesional?

Untuk monitor gaming:

  • Tipe panel
  • Motion blur
  • Refresh rate

Untuk monitor profesional:

  • Panel bit-depth
  • Akurasi warna
  • Color gamut
  • Brightness
  • Contrast
  • White point

List-nya masih lebih panjang lagi untuk monitor profesional, tapi faktor-faktor berikutnya lebih condong ke preferensi masing-masing konsumen, seperti misalnya ada tidaknya VESA mount, port USB-C, factory-calibrated atau tidak, desain bodi, dan lain sebagainya.

Kriteria monitor yang ideal buat Eldwin itu bagaimana? Monitor gaming bagaimana? Monitor profesional bagaimana?

Kriteria di bawah ini sudah termasuk cukup, tapi tidak bisa dikatakan sempurna karena kalangan sultan sebenarnya bisa membeli yang lebih bagus lagi:

  • Untuk gamer kompetitif: 25 inci, FHD, 240/360 Hz
  • Untuk gamer casual yang sering bermain bersama teman-temannya: 27 inci, QHD, 144 Hz
  • Untuk gamer single-player atau kreator konten: 4K, 60 Hz
  • Untuk editor profesional: spesifikasi monitor mengikuti seberapa profesional masing-masing pengguna, dengan budget yang mungkin tidak terbatas, dimulai dari Apple Pro XDR
Selain monitor, Eldwin sesekali juga mengulas tentang gadget yang lebih umum seperti laptop, mouse, keyboard, dan lain sebagainya / Sumber foto: Dokumentasi pribadi GTiD

Selain tentu saja perbedaan jenis kartu grafis yang didukung, adakah perbedaan lain antara Nvidia G-Sync dan AMD FreeSync?

Bagi saya, kedua teknologi tersebut punya tujuan yang sama, yakni untuk menghilangkan tearing saat bermain game. Pada deretan game casual yang umumnya lebih mementingkan kualitas gambar dengan preset grafik High, Ultra, dan sebagainya, fitur ini mungkin bisa membantu memaksimalkan keindahan itu. Kan tidak enak kalau misalnya kualitas grafik sudah bagus, tapi tiba-tiba ada satu frame yang seperti terpotong di sepanjang layar.

Di sisi lain, kalau konteks yang dibicarakan adalah pro player game PC, banyak dari mereka yang tidak menyarankan untuk menyalakan fitur ini karena ada resiko meningkatnya latensi mouse dan keyboard, yang pada akhirnya bisa membuat kita kalah satu langkah dibanding lawan. Dan lagi ketika bermain di fps (frame per second) yang sangat tinggi, tearing juga hampir tidak terasa.

Pendapat Eldwin tentang Nvidia Reflex? Apakah tren teknologinya berada di jalur yang benar?

Nvidia Reflex keren. Konsepnya jelas dan memang tujuannya adalah untuk membantu para gamer. Namun saya rasa belum begitu relevan untuk pasar Indonesia saat ini. Rakyat Indonesia lebih butuh internet yang stabil dan latensi rendah dari provider internet, yang sejauh ini masih belum merata sama sekali di Indonesia.

Menurut Eldwin, kondisi pasar monitor di Indonesia sekarang bagaimana? Apakah ada satu atau dua brand yang mendominasi, atau persaingannya sudah cukup merata?

Jelas sekali tidak seketat di pasar smartphone. Persaingannya juga masih belum merata, dan banyak brand yang masih menjual dengan harga sangat tinggi, melebihi value dari produk itu sendiri, karena kurangnya persaingan.

Menurut Eldwin, apa alasan penamaan model-model monitor yang selalu terkesan ngawur?

Saya rasa mereka sebatas ingin jadi berbeda saja dibanding brand lainnya. Saking ingin berbedanya, kadang jadi terkesan sangat ngawur saat memberi kode. Salah satu contohnya, ViewSonic VX2705-2KP-MHD (27 inci, QHD, 144 Hz). Kalau melihat dari spesifikasinya, sebenarnya bisa saja dibuat lebih simpel, seperti misalnya VX2705-2K.

Bisa diceritakan seperti apa suka-duka menjadi seorang reviewer monitor?

Suka:

  • Banyak yang terbantu, dan saya mendapat banyak DM positif tentang mereka yang bisa membeli monitor terbaik yang mereka butuhkan.
  • Review-nya tidak seribet produk elektronik lainnya, karena fungsi monitor cuma satu, yakni sebagai display dari sesuatu yang disambungkan sebagai input.

Duka:

  • Terkadang jumlah view tidak sebanyak orang yang mengulas tentang smartphone.
  • Dan itu berimbas pada pemasukan dari YouTube yang tidak terlalu besar.

Jujur saya suka dengan gaya penyampaian Eldwin yang frontal. Selama ini apakah ada pihak yang sempat protes dengan gaya Eldwin?

Dari pihak brand, sempat ada yang datang ke tim kami dan menyampaikan secara langsung bahwa intinya tim kami sudah di-blacklist oleh mereka. Ada kemungkinan juga kami di-blacklist secara diam-diam oleh sejumlah brand yang tidak suka dengan gaya review kami.

Buat saya itu bukan masalah, sebab tujuan GTiD sendiri memang adalah supaya bisa independen tanpa bergantung pada brand tertentu. Saya tidak tahu apakah kami bisa mencapainya atau tidak, tapi yang pasti saya ingin terus memberikan value kepada penonton yang sudah setia memberikan dukungan dari awal.

Kepada para penonton baru, saya berharap bahwa setiap kali mereka menonton review GTiD, mereka bisa menganggap saya sebagai seorang teman yang peduli terhadap uang mereka. Pasalnya, barang-barang yang kami review bukan barang yang murah, dan mungkin ada orang di luar sana yang menabung dalam jangka waktu lama untuk bisa mendapatkan barang tersebut. Jika saya tidak jujur mengenai kekurangan-kekurangan produk tersebut, saya yakin mereka bakal kecewa berat.

Mungkin tidak banyak orang yang bisa terima dengan gaya review saya yang ekspresif. Namun saya tidak ingin mengubahnya karena itu memang adalah saya yang sesungguhnya di dunia nyata, dengan gaya yang sama persis ketika ada seorang teman yang meminta saran soal barang yang ingin mereka beli.

Dell UltraSharp Adalah Webcam 4K HDR dengan Fitur AI Auto Framing

Kebutuhan akan webcam berkualitas meningkat pesat sejak diterapkannya kebijakan work from home (WFH) di masa pandemi Covid-19. Faktanya meski sebagian besar laptop saat ini telah dibekali webcam bawaan, namun rata-rata kualitasnya tidak cukup baik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dell telah meluncurkan webcam 4K High Dynamic Range (HDR) bernama Dell UltraSharp Webcam. Dell pun menjualnya dengan harga yang cukup tinggi yakni US$199,99 atau sekitar Rp2,9 jutaan.

Webcam pintar ini dirancang untuk monitor bezel-less, dengan desain silindris yang dapat menempel secara magnetis ke mount. Pemasangan mount di atas monitor pun sangat mudah dilakukan dan webcam tidak akan menghalangi layar.

Jantung dari Dell UltraSharp adalah sensor CMOS Sony STARVIS beresolusi 8,3MP yang mampu merekam video atau streaming hingga resolusi 4K pada 24fps atau 30fps. Sementara di resolusi 1080p dan 720p mendukung frame rate 24fps, 30fps, hingga 60fps.

Selain itu, pengguna juga dapat mengubah bidang pandang (FOV) antara 65 derajat, 78 derajat, atau 90 derajat. Lalu ada fitur auto-light correction guna memastikan pengguna tampil apik di depan webcam terlepas dari kondisi pencahayaan di sekitar Anda.

Dell UltraSharp juga mendukung hingga 5x digital zoom dan memiliki fitur autofocus. Webcam ini dapat bekerja tanpa driver di komputer Windows 10 atau macOS, tetapi banyak fitur yang hanya dapat diakses lewat software Dell Peripheral Manager.

Salah satu fitur yang menjadi sorotan dan sekaligus membedakan webcam Dell dari yang lain ialah advanced AI auto framing. Di mana memungkinkan webcam mengikuti gerakan Anda dan memastikan Anda tetap berada di tengah bingkai.

Fitur penting lainnya termasuk sensor inframerah yang dapat dimanfaatkan untuk masuk ke PC menggunakan facial recognition Windows Hello. Webcam ini juga memiliki sensor proximity untuk fitur Express Sign-In yang memungkinkan masuk ke PC saat Anda duduk dan keluar secara otomatis saat meninggalkan tempat duduk.

Satu catatan penting yang mungkin menjadi kekurangan Dell UltraSharp ialah tidak memiliki mikrofon internal. Dell mengatakan bahwa model ini memang berfokus pada kualitas optik, jadi untuk mendapakan kualitas audio yang bagus masih perlu menggunakan mikrofon USB, XLR, atau headset.

Sumber: TheVerge

Samsung Luncurkan Sederet Monitor Gaming Baru, Kali Ini Tidak Ada yang Curved

Samsung punya sejumlah monitor gaming baru, menyusul deretan monitor gaming high-end yang diluncurkannya tahun lalu. Yang sedikit berbeda, penawarannya kali ini tidak ada yang bertipe curved, alias semuanya datar.

Model yang pertama adalah Odyssey G7 28″ (G70A), yang mengemas panel 28 inci dengan resolusi 4K dan refresh rate maksimum 144 Hz. Jenis panel yang digunakan adalah IPS, dengan waktu respon 1 milidetik (GTG). Tingkat kecerahan maksimumnya bisa mencapai angka 400 nit, dan perangkat juga telah mengantongi sertifikat HDR400.

Fitur lain yang tidak kalah penting adalah kompatibilitas dengan AMD FreeSync Premium Pro serta Nvidia G-Sync. Di samping DisplayPort 1.4, perangkat turut dibekali port HDMI 2.1, yang berarti ia juga bisa disambungkan ke PlayStation 5 atau Xbox Series X untuk menikmati permainan di resolusi 4K 120 fps.

Satu keunikan yang ditawarkan model ini adalah fitur Auto Source Switch+, yang dapat mendeteksi perangkat yang terhubung lalu mengganti mode input-nya secara otomatis. Dengan kata lain, pengguna hanya perlu menyalakan PC atau console, dan monitor pun akan langsung mengenalinya sekaligus mengaktifkan mode input yang tepat.

Monitor yang berikutnya adalah Odyssey G5 27″ (G50A), yang mengemas panel IPS 27 inci dengan resolusi QHD (2560 x 1440), refresh rate 165 Hz, dan waktu respon 1 milidetik (MPRT). Kompatibilitas dengan AMD FreeSync Premium dan Nvidia G-Sync juga tersedia, tapi sayangnya tidak untuk fitur-fitur seperti HDR400 maupun HDMI 2.1. Pun demikian, tingkat kecerahan maksimumnya terhitung lumayan tinggi di angka 350 nit.

Khusus untuk G70A dan G50A, Samsung turut membekali keduanya dengan sejumlah fitur untuk memudahkan multitasking, mulai dari fitur Picture-by-Picture (PBP), Picture-in-Picture (PIP), sampai Easy Setting Box untuk membagi-bagi porsi tampilan layar secara mudah.

Model yang terakhir adalah Odyssey G3 27″ dan 24″ (G30A), yang ditargetkan untuk kalangan mainstream yang masih bermain di resolusi 1080p alias FHD. Refresh rate maksimum yang didukung mencapai angka 144 Hz, dan waktu responnya juga tercatat berada di angka 1 milidetik (MPRT).

Model ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 250 nit, cukup standar mengingat memang tidak ada dukungan HDR. Rincian spesifikasinya hanya mencantumkan dukungan AMD FreeSync Premium, tanpa label G-Sync Compatible. Menariknya, monitor di kelas budget ini masih menawarkan ergonomic stand yang cukup lengkap (height-adjustable, tilt, swivel, pivot).

Samsung sejauh ini belum mengumumkan harga dan ketersediaan G70A dan G50A. Untuk G30A, informasi yang tercantum di Amazon menunjukkan banderol $250 untuk varian 27 inci dan $220 untuk varian 24 inci, dengan jadwal pemasaran mulai 1 Juli.

Sumber: Samsung dan Engadget.

ASUS Umumkan Tiga Monitor Seri ProArt, 27 Inci 4K untuk Profesional Kreatif

Beberapa waktu lalu, ASUS telah mengumumkan tiga monitor seri ProArt yang tersedia dalam dua ukuran dengan resolusi yang berbeda. Mulai dari ProArt PA279CV dan PA278CV dengan ukuran 27 inci, yang masing-masing menawarkan panel IPS resolusi 4K UHD (3840×2160 piksel) dan WQHD (2560×1440 piksel); serta ProArt PA247CV dengan panel FHD (1920×1080 piksel) 23,8 inci.

Ketiga monitor ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan para profesional kreatif, seperti pengeditan foto dan video hingga desain grafis. Ketiganya telah dikalibrasi oleh pabrik dan telah di verifikasi Calman untuk menjamin keakuratan warna. Mendukung akurasi warna Delta E <2, ruang warna 100% sRGB, 100% Rec. 709, dan gamut warna DCI-P3.

Monitor ProArt PA279CV, PA278CV, dan PA247CV memiliki konektivitas ekstensif untuk kompatibilitas dengan banyak perangkat dan sumber media. Termasuk port HDMI, DisplayPort, dan port USB C yang menawarkan transfer data super cepat, dukungan DisplayPort, dan pengiriman daya 65 watt untuk mengisi daya perangkat.

Lewat koneksi USB-C memungkinkan pengguna untuk menghubungkan monitor ke laptop. Selain itu, monitor ASUS juga dilengkapi hub USB dengan empat port USB 3.1 untuk mendukung banyak koneksi perangkat dan memungkinkan kreator untuk bekerja lebih efisien.

Layar ProArt memiliki dudukan yang ergonomis dan memungkinkan penyesuaian kemiringan, putar, pivot, dan ketinggian untuk pengalaman bekerja yang nyaman. Layar dapat diputar 90 derajat untuk digunakan dalam mode potret yang ideal untuk mengerjakan dokumen panjang, coding, dan browsing web.

Mekanisme quick-release juga memudahkan pemasangan monitor ke penyangga dinding VESA. ASUS tidak mengungkap harga, untuk informasi lebih lanjut mengenai harga dan ketersediaan monitor seri ProArt terbaru ASUS PA279CV, PA278CV, dan PA247CV bisa menghubungi perwakilan ASUS di kota Anda.

Huawei Perkenalkan Monitor MateView dan MateView GT: Produktivitas dan Curved Gaming

Huawei kembali meluncurkan sebuah lini produk baru yang bakal dijual di Indonesia. Produk yang mereka luncurkan masuk ke dalam angka 8 pada strategi 1+8+N yang selalu digaungkan oleh Huawei. Produsen asal Tiongkok ini meluncurkan produk monitor yang diberi nama Huawei MateView dan Huawei MateView GT.

Huawei pun mengundang para jurnalis untuk menyaksikan penjelasan dari  Loic Lee, Huawei CBG APAC Region Senior Product Expert. Produk ini akan ditujukan untuk mereka yang suka membuat konten video serta pada gamer. Khusus untuk gamer, Huawei mendesainnya dengan bentuk yang melengkung.

Monitor pertama yang diperkenalkan adalah Huawei MateView. MateView merupakan monitor dengan LCD IPS berdimensi 28,2″ dan memiliki aspect ration 3:2. Resolusi yang dimiliki adalah 3840×2560 piksel dengan 500 nits yang lebih terang, namun rasio kontrasnya hanya 1200:1 saja. Monitor ini memiliki dukungan warna 10bit yang mencakup 98% DCI-P3 dan juga 100% sRGB.

Huawei MateView memiliki beberapa port untuk ditancapkan. Yang cukup mengesankan adalah monitor ini memiliki dukungan terhadap USB-C. Selain itu, ada pula HDMI 2.0, mini Display Port 1.2, dua buah USB 3.0 tipe A, dan juga audio 3,55 mm. Jadi, pengguna juga bisa langsung menancapkan keyboard dan mouse langsung pada monitor yang satu ini.

Port USB-C yang ada pada MateView juga bisa ditancapkan ke sebuah smartphone dan dapat mengisi daya hingga 65 watt. Jika sebuah laptop memiliki spesifikasi pengisian yang sama, tentu saja bisa juga diisi dayanya melalui monitor ini.  Selain itu, MateView juga memiliki dua buah speaker 5W dan dua buah mikrofon, sehingga cocok untuk melakukan percakapan melalui aplikasi konferensi seperti Zoom.

MateView ternyata juga mendukung Wireless Projection langsung tanpa bantuan alat lain. Apalagi, saat ini smartphone Huawei dengan EMUI 12 sudah memiliki fitur Wireless Projection dan bisa langsung melakukan mirroring ke layar monitor yang satu ini secara nirkabel.

Monitor kedua yang diperkenalkan adalah Huawei MatView GT. Ini adalah pertama kali Huawei memiliki monitor yang khusus ditujukan untuk para gamer. Monitor dengan dimensi 34 inci ini memiliki aspect ratio 21:9 dengan resolusi 3440 x 1440 dan kelengkungan 1500R. Jadi monitor ini terlihat cukup menjulang dari sisi kiri ke kanannya.

Monitor yang satu ini juga memiliki kecerahan hingga 350 nits dengan contrast ratio 4000:1 (lebih baik dari MateView). MateView GT juga memiliki refresh rate 165 Hz, namun sayangnya belum dapat dipastikan apakah mendukung G-Sync dari NVIDIA dan FreeSync dari AMD atau tidak. Hal ini tentunya hanya bisa diaplikasikan saat menggunakan DisplayPort 1.4 saja.

Monitor ini juga bisa menghadirkan fitur Dark Field Control di mana akan membantu penggunanya untuk melihat tempat yang terlalu gelap dan terlalu terang. Huawei MateView GT juga mendukung HDR10 serta memiliki cakupan warna DCI-P3 90% serta sRGB 121%. Panel yang digunakan pada MateView GT juga masih menggunakan LCD IPS.

Selain memiliki desain lengkung, ada satu lagi keunikan yang ditawarkan Huawei pada monitor yang satu ini. Monitor ini ternyata memiliki soundbar dengan speaker stereo. Speaker yang terpasang didalam soundbar tersebut ada dua untuk suara stereo dengan daya 2,5 watt dan sebuah kontrol sentuh RGB untuk menaikkan dan menurunkan volume serta efek pencahayaan. Selain itu, terdapat dua buah mikrofon juga agar pengguna dapat langsung berkomunikasi dengan teman main saat online.

Untuk konektivitas, monitor ini memiliki dua buah port USB-C di mana yang satu untuk daya dan yang satu dapat digunakan secara penuh. Selain itu terdapat dua port HDMI serta sebuah DisplayPort. Untuk menancapkan headphone, tersedia pula sebuah audio port pada monitor ini.

Sayangnya, harga untuk kedua monitor masih belum diinformasikan. Rencananya, monitor ini akan masuk Indonesia pada bulan Juli 2021. Jadi, mari kita tunggu saja kehadiran dari kedua monitor ini serta update harganya.

Deretan Laptop Terbaru Acer Unggulkan Beragam Teknologi Display yang Mengesankan

Seperti tahun lalu, Acer kembali menggelar acara Next@Acer tahun ini secara virtual. Di ajang tersebut, seperti biasa Acer mengumumkan sederet produk anyar. Sebagian besar adalah laptop, tapi masing-masing memiliki keunikannya tersendiri yang pantas untuk disoroti.

Berikut adalah rangkuman produk-produk baru yang diumumkan di Next@Acer 2021.

Acer Aspire Vero

Acer membuka acara dengan memaparkan visinya terkait sustainability. Komitmen Acer adalah menjadi perusahaan yang sepenuhnya bergantung pada energi terbarukan mulai tahun 2035. Sebagai salah satu langkah kecil untuk mengawalinya, mereka juga mengumumkan Aspire Vero.

Vero sepintas kelihatan seperti laptop pada umumnya, dengan spesifikasi yang juga memenuhi standar laptop di tahun 2021. Yang unik dari Vero adalah material yang digunakan untuk rangka sekaligus keyboard-nya, yaitu plastik daur ulang. Bahkan packaging-nya pun juga dibuat dari kertas daur ulang, dengan grafik yang dicetak menggunakan tinta kedelai.

Sejauh ini belum banyak yang diketahui tentang Vero, dan Acer juga belum mengumumkan harga maupun jadwal pemasarannya. Anggap saja ia sebagai simbol dari komitmen Acer terhadap Bumi yang lebih hijau.

Acer Swift X

Sebagai bagian dari lini Swift, Swift X (SFX14-41G) tentu mengunggulkan wujud fisik yang tipis sekaligus ringan. Yang istimewa, desain ringkas tersebut kali ini dapat diwujudkan tanpa berkompromi soal performa.

Swift X tercatat memiliki tebal cuma 17,9 mm dan berat 1,39 kg, akan tetapi itu dapat diimbangi oleh spesifikasi yang cukup mengesankan. Pada konfigurasi termahalnya, Swift X mengemas prosesor AMD Ryzen 7 5800U, GPU Nvidia RTX 3050 Ti, RAM 16 GB, SSD 2 TB, dan baterai berkapasitas 59 Wh. Tipis dan ringan, tapi siap dipakai untuk mengedit video 4K maupun gaming.

Layarnya sendiri merupakan panel IPS 14 inci dengan resolusi 1080p. Di kawasan Amerika Utara, laptop ini akan segera dipasarkan dengan banderol mulai $900.

Acer Chromebook 317

Acer sebenarnya mengumumkan empat Chromebook baru, akan tetapi satu yang paling mencuri perhatian adalah Chromebook 317 (CB317-1H). Pasalnya, Anda akan kesulitan menemukan Chromebook lain yang layarnya sebesar ini, persisnya 17,3 inci dengan resolusi 1080p dan lapisan anti-glare.

Acer merancang perangkat ini untuk memenuhi kebutuhan bekerja maupun belajar dari rumah. Spesifikasinya mencakup prosesor Intel Celeron generasi terbaru, dan baterainya diklaim mampu bertahan sampai 10 jam pemakaian terlepas dari layarnya yang berukuran masif. Chromebook 317 kabarnya akan dijual dengan harga mulai $380.

Acer ConceptD SpatialLabs

Acer mengumumkan sejumlah model dari lini ConceptD yang telah menerima penyegaran spesifikasi. Dalam kesempatan yang sama, mereka turut menyingkap ConceptD SpatialLabs, sebuah prototipe laptop yang dibekali teknologi display 3D. Berhubung teknologi 3D-nya terintegrasi langsung ke perangkat, pengguna sama sekali tidak perlu menggunakan kacamata khusus.

Acer optimis teknologi SpatialLabs yang mereka kembangkan ini dapat membantu memuluskan workflow para desainer 3D, sebab mereka juga dapat berinteraksi langsung dengan model 3D yang dibuatnya secara real-time. Meski begitu, realisasinya sebagai produk yang dapat dibeli oleh konsumen secara luas masih tanda tanya. Untuk sekarang, Acer baru akan mengujinya bersama sejumlah kreator terpilih.

Acer Predator Triton 500 SE dan Predator Helios 500

Acer Predator Triton 500 SE / Acer

Beralih ke sektor gaming, Acer memperkenalkan dua laptop untuk segmen high-end. Yang pertama adalah Predator Triton 500 SE (PT516-51s), dengan penampilan yang kelihatan jauh lebih dewasa ketimbang Triton 500 biasa. Sebagai laptop gaming kelas atas, spesifikasinya jelas tidak mengecewakan: CPU Intel Core i9 generasi ke-11, GPU Nvidia GeForce RTX 3080, dan RAM 64 GB pada varian termahalnya.

Namun yang lebih spesial adalah layarnya, yang dapat dikonfigurasikan dengan panel Mini LED 16 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel, dengan refresh rate 165 Hz dan tingkat kecerahan maksimum 1.250 nit. Ya, Mini LED adalah teknologi display anyar seperti yang terdapat pada iPad Pro generasi terbaru maupun lineup TV premium Samsung, dan sejauh ini masih sangat langka di kategori laptop.

Alternatifnya, konsumen juga dapat memilih varian yang dibekali panel IPS 240 Hz. Semua itu dikemas dalam sasis setebal 19,9 mm saja. Harganya sendiri dimulai di angka $1.750.

Acer Predator Helios 500 / Acer

Kalau penampilan yang sleek bukanlah suatu prioritas, ada versi baru Predator Helios 500 (PH517-52) yang mengemas layar 17,3 inci, juga dengan opsi panel Mini LED, tapi di resolusi 4K dan refresh rate 120 Hz. Kalau tidak butuh Mini LED, pilih saja varian yang mengemas panel 1080p 360 Hz.

Performanya pun tidak perlu diragukan, dengan varian termahal yang mencakup CPU Core i9 generasi ke-11, GPU RTX 3080, RAM 64 GB, sepasang SSD PCIe dalam konfigurasi RAID 0 dan satu HDD SATA. Laptop ini kabarnya akan dijual pada bulan Agustus dengan harga mulai $2.500.

Acer Predator CG437K S

Tiga buah monitor gaming Acer singkap di acara ini, tapi satu yang paling mencolok adalah Predator CG437K S dengan layarnya yang begitu masif: 42,5 inci dengan resolusi 4K, refresh rate 144 Hz, sertifikasi DisplayHDR 1000, dan kompatibilitas dengan Nvidia G-Sync.

Namun selain untuk gamer PC, monitor ini juga sangat cocok buat para pengguna console next-gen. Pasalnya, ia telah dilengkapi port HDMI 2.1, port yang dibutuhkan untuk menjalankan game PlayStation 5 maupun Xbox Series X di resolusi 4K 144 Hz. Harganya memang jauh dari kata murah, persisnya $1.800 saat dipasarkan mulai bulan November mendatang.

Sumber: Acer.