22 Tahun Setelah Debutnya, Microsoft Luncurkan Kembali Mouse ‘Gaming’ IntelliMouse

Penambahan kata ‘gaming‘ pada nama periferal PC tampaknya sangat efektif dalam meningkatkan derajat produk di mata konsumen. Hal ini dilakukan banyak perusahaan, besar atau kecil, baru hingga brand yang sudah lama berbisnis di ranah penyediaan hardware komputer. Namun jauh sebelum gaming gear sepopuler sekarang, satu perangkat Microsoft telah lama jadi pilihan gamer.

Sudah mengalami beberapa kali update, IntelliMouse Explorer 3.0 (2003) adalah penjelmaan terakhir dari periferal IntelliMouse yang diperkenalkan secara perdana di tahun 1996. Explorer 3.0 mewariskan sejumlah keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding produk kompetitor: penerapan desain ergonomis lewat tubuh asimetris, fokus pada kenyamanan via lekukan-lekukan untuk mengistirahatkan jari, serta dukungan sensor optik yang akurat.

Dan melalui blognya, Microsoft mengumumkan peluncuran kembali Classic IntelliMouse. Di sana, sang produsen mencoba mengombinasikan aspek tradisional yang membuat mouse ini jadi favorit pada pengguna dengan teknologi modern. Menariknya, Microsoft memusatkan perhatiannya pada aspek perfoma, dan tidak mengikuti tren populer di kalangan produsen buat berlomba-lomba mencantumkan pencahayaan RGB.

Dari sisi perancangan, Micosoft mengadopsi penampilan IntelliMouse Explorer 3.0. Devices Design Director Microsoft, Simon Dearsley, beranggapan bahwa varian tahun 2003 itu menyajikan kulminasi dari aspek desain produk. Tak banyak orang tahu, banyak di antara mouse gaming menggunakan IntelliMouse sebagai kiblat desainnya, dan bisa Anda sadari begitu menyandingkan IntelliMouse dengan produk gaming modern.

Classic IntelliMouse.

Lihat saja fotonya, wujud Classic IntelliMouse benar-benar merepresentasikan desain mouse modern terlepas dari usianya yang mencapai 22 tahun (atau 15 tahun jika Explorer 3.0 yang menjadi tolak ukurnya).

Meski penampilannya tak berubah, bagian dalam IntelliMouse mendapatkan upgrade besar-besaran. Dalam proses produksinya, Microsoft memanfaatkan mekanisme baru demi memastikan strukturnya lebih kuat dari versi terdahulu. Produsen kembali mengusung switch Omron di tombol kiri dan kanan, lalu membenamkan tiga switch Kaith di scroll wheel serta tombol sisi. Khusus side button, Microsoft memastikannya agar mereka mampu memberikan sensasi ‘renyah dan tajam’ begitu ditekan.

Sebagai sensornya, Microsoft memilih sensor optik BlueTrack yang bisa melacak gerakan hingga 1.000 kali dalam sedetik, dengan tingkat DPI (dots per inch) mencapai 3.200. Berdasarkan laporan situs PC World, spesifikasi ini menyerupai mouse Microsoft Surface Precision.

Classic IntelliMouse kompatibel dengan PC-PC bersistem operasi Windows, dari mulai 7 sampai 10. Microsoft juga membanderolnya di harga yang masuk akal, yaitu US$ 40. Mouse ini sudah mulai dipasarkan melalui Microsoft Store dan sejumlah toko resmi.

Sumber: Blog Windows.

 

Microsoft dan Razer Berkolaborasi Buat Hadirkan Dukungan Keyboard dan Mouse di Xbox

Superioritas keyboard dan mouse dalam menjadi input kendali game PC menginspirasi sejumlah produsen periferal third-party untuk memberikan solusi serupa di console. Hori contohnya. Brand ini sudah lama menawarkan Tactical Assault Commander buat PlayStation, namun dukungan mouse dan keyboard di sana belum sepenuhnya direstui oleh pemilik platform.

Hal serupa juga terjadi pada console Microsoft Xbox. Dukungan duet periferal PC itu sudah lama jadi pembahasan para komunitasnya, tetapi masih belum terealisasi. Tentu saja, kompatibilitas keyboard dan mouse di console membuatnya lebih leluasa dalam menangani permainan, khususnya genre dengan sistem kendali kompleks seperti RTS. Untuk sekarang, cuma ada satu game Xbox yang menunjang penuh keyboard-mouse: Minecraft Bedrock Edition.

Belum lama, terdengar kabar gembira bagi Anda yang menunggu kehadiran ‘resmi’ keyboard dan mouse dalam ber-gaming di console. Awal tahun ini, Microsoft melakukan diskusi bersama sejumlah developer terkait rencana mereka buat mengekspansi metode kendali Xbox One. Dan berdasarkan bocoran dokumen yang diperoleh Windows Central, terkuak detail agenda Microsoft untuk menghidangkan aksesori mouse.

Razer Turret 1

Di dokumen itu, Microsoft memamerkan Razer Turret. Berbeda dari pasangan keyboard dan mouse standar, Razer Turret didesain khusus agar gaming tetap nyaman dilakukan dari atas sofa di ruang keluarga berkat pemanfaatan lapboard. Rancangan tersebut artinya tetap selaras dengan konsep penyajian ‘couch gaming‘ khas home console.

Bentuk dari dukungan Razer Turret bukan hanya terletak pada input, tetapi juga fitur-fitur pelengkap semisal RGB. Sistem pencahayaan Razer Chroma nantinya kompatibel dengan permainan-permaianan Xbox. Chroma bukan sekadar menyuguhkan warna-warni RGB dan keleluasaan kustomisasi, tapi juga memungkinkan periferal menyampaikan informasi dalam permainan seperti tingkat health dan waktu cooldown skill via backlight LED. Sejauh ini, judul-judul eSport populer seperti Dota 2 dan Overwatch sudah memanfaatkannya.

Dokumentasi tersebut juga mengungkapkan sejumlah aturan dan panduan bagi developer dalam penerapan dukungan mouse dan keyboard di Xbox. Misalnya: Microsoft tetap ‘mewajibkan’ pengembang game buat memprioritaskan gamepad; lalu, Xbox One baru diperkenankan untuk tersambung ke satu keyboard dan satu mouse saja.

Faktor keseimbangan turut menjadi perhatian mereka, terutama di permainan-permaian kompetitif. Microsoft meminta developer untuk terus mengawasi implementasinya serta secara saksama dan memerhatikan skenario saat pemain bersenjata keyboard-mouse bertanding melawan gamer ber-gamepad. Boleh jadi, nantinya akan ada fitur ‘penguncian’ sehingga pemain ber-keyboard dan mouse cuma dapat bermainan dengan sesamanya.

Detail lebih lengkapnya bisa simak di artikel Windows Central ini.

Dengan Satu Baterai AA, Mouse Gaming Logitech G305 Bisa Beroperasi Sampai Sembilan Bulan

Tahun 2016 lalu, Logitech meluncurkan sebuah mouse gaming yang mereka bilang benar-benar dirancang dari awal untuk kebutuhan esport. Istimewanya, mouse bernama Logitech G Pro itu dihargai cukup terjangkau di angka $70 terlepas dari segala keistimewaannya.

Satu yang mungkin dirasa kurang dari mouse tersebut adalah, ujungnya masih terdapat kabel. Dari situ lahirlah mouse baru bernama Logitech G305, yang pada dasarnya bisa dianggap sebagai versi wireless dari G Pro. Desain ambidextrous-nya benar-benar identik, bagaikan G Pro yang dipotong kabelnya, dan lagi bobotnya tetap ringan di angka 99 gram.

Logitech G305

Meski berwujud sama, jeroannya sangat berbeda. G305 telah menggunakan sensor berteknologi terbaru rancangan Logitech sendiri yang dijuluki HERO, yang diperkenalkan pertama kali bersama G603. HERO memiliki kepanjangan High Efficiency Rated Optical, menandakan bahwa sensor ini sangatlah irit perihal konsumsi daya.

Pada kenyataannya, G305 mampu beroperasi hingga 250 jam nonstop hanya dengan menggunakan satu baterai AA saja. Ini dalam mode Performance dengan report rate yang sangat cepat, kalau menggunakan mode Endurance (semacam mode eco kalau di mobil atau AC), daya tahannya malah bisa sampai sembilan bulan lamanya.

Logitech G305

Meski irit, performanya tak boleh dipandang sebelah mata. G305 dengan sensor HERO menawarkan tingkat presisi 400 IPS, dengan sensitivitas hingga sebesar 12.000 DPI, tanpa bantuan teknik acceleration maupun smoothing. Lebih lanjut, dalam mode Performance tadi, report rate-nya berada di angka 1 milidetik berkat pemakaian teknologi wireless Lightspeed.

Sama seperti G Pro, G305 juga sangat menarik dari segi harga. Banderolnya bahkan lebih murah lagi di angka $60, dan Logitech sudah berencana untuk memasarkannya mulai bulan Mei ini juga.

Sumber: Logitech.

Razer Rilis Abyssus Essential, Mouse Gaming Budget Terbatas

Bagi para gamer PC, siapa yang tidak kenal dengan Razer? Mereka telah menjadi nama besar di industri gaming dan Razer memang serius menyediakan gaming gear untuk semua kalangan gamer.

Baru-baru ini, mereka telah meluncurkan Abyssus Essential, sebuah mouse gaming entry-level untuk para gamer PC dengan budget terbatas. Meski begitu, Abyssus Essential ini telah dibekali teknologi Chroma.

Razer Chroma adalah sebuah sistem pencahayaan RGB yang dapat dikustomisasi dan bisa disinkronkan dengan perangkat Razer lainnya melalui Razer Synapse 3 dengan lebih dari 16,8 juta pilihan warna dan efek permainan interaktif .

Ya, ada fitur underglow yang akan menerangi permukaan yang digunakan oleh mouse sehingga membuat meja gaming Anda tampak meriah. Selain itu, berkat dukungan Razer Hypershift, Anda dapat menambahkan lebih banyak fungsi ke tombol pada mouse.

Desain Abyssus Essential cukup ergonomis dan dirancang untuk digenggam dengan nyaman ke tangan seorang gamer. Tombol yang ada di Abyssus Essential dirancang khusus untuk permainan tingkat tinggi dan diklaim mampu bertahan hingga 10 juta klik.

8988891381790

Bagian inti dari Abyssus Essential adalah sensor optik 7.200 DPI yang mampu melacak 220 inci per detik. Sensitivitas DPI yang tinggi, menjanjikan keakuratan tinggi dan keleluasaan dalam kendali. Bila tertarik, harga Abyssus Essential dibanderol US$49,99 atau sekitar Rp700 ribuan.

[Review] Mouse Gaming Rapoo VPro V910, Diramu Untuk Menemani Anda Menikmati MMO

Kepopularitasan eSport tak cuma membuat khalayak awam lebih melek terhadap potensi gaming, tapi juga memunculkan lebih banyak pilihan produk buat gamer. Di ranah gaming gear, reputasi merek-merek seperti Zowie dan Rapoo mulai merangkak naik. Umumnya perusahaan menjajakan perangkatnya sebagai alternatif lebih terjangkau yang dipadu keunikan distingtif.

Setelah mencicipi Rapoo VPro V25s, kali ini saya mendapatkan kesempatan buat menguji saudarinya yang ‘lebih serius’ dan lebih high-end. Produsen periferal komputer asal Shenzhen itu menamainya V910, mouse spesialis permainan MMO bersensor laser. MMO sendiri mempunyai cakupan yang luas. Gamer mungkin akan mengasosiasikannya dengan MMORPG, namun perlu diingat bahwa ada pula permainan-permainan MMOFPS (PlanetSide 2) dan MMORTS (Age of Empires Online).

v910 1

Itu berarti, Rapoo mencoba menyiratkan bagaimana mouse gaming VPro V910 sanggup menjadi rekan andalan saat Anda menikmati game-game online, terlepas apapun genre-nya. Dan lewat ulasan ini, saya mencoba mengungkapkan segala kelebihan serta kekurangan yang disimpan olehnya, sembari mencari tahu apakah klaim Rapoo terhadap V910 bisa dipertanggungjawabkan…

 

Desain

V910 mempunyai pendekatan desain yang cukup berbeda dari V25s. Mouse gaming ini difokuskan pada faktor ergonomis, mengusung penampilan asimetris menajam. Arahan ini memberikannya kesan futuristis, namun lengkungan-lengkungan dan penempatan tombol di tubuhnya juga memastikan hanya gamer non-kidal saja yang dapat memanfaatkan V910 secara maksimal.

v910 12

v910 13

Begitu V910 dikeluarkan dari bungkusnya, para gamer veteran mungkin akan segera melihat sejumlah kesamaan dengan Logitech G502 Proteus. Itu berarti, segala aspek yang Anda sukai (dan tidak disukai) dari sang kompetitor terdapat pada V910. Perangkat ini memiliki dimensi 13,1×7,7cm dan berdiri setinggi 4,2-sentimeter. Tubuhnya terbuat dari plastik dengan kombinasi permukaan berbeda sehingga Rapoo bisa meminimalkan bobotnya – hanya 155g.

v910 4

Begitu saya menggenggamnya, secara instingtif saya segera menempatkan jempol di ruang melengkung di sisi kiri lalu mengamankan bagian kanannya dengan jari manis dan kelingking. Tubuh mouse ini dibalut plastik rubberized untuk memaksimalkan daya cengkeraman, kecuali pada area jempol. Di sana, Rapoo mencantumkan lapisan karet dengan pola titik-titik bundar kecil.

v910 11

v910 6

Tubuh VPro V910 didominasi warna hitam, kecuali pada garis ‘V’ di bagian punggung dan area yang membingkai scroll wheel. Di sana, Rapoo mencantumkan warna abu-abu metalik, meski bahannya tetaplah plastik.

v910 9

VPro V910 menyajikan dua tombol utama, satu tombol scroll wheel dan sebuah switch DPI. Di samping kiri tombol utama, Anda dapat menemukan sepasang tombol zoom. Beralih ke bawah, mouse menyajikan tidak kurang dari enam thumb button, ada tombol G1 sampai G5 plus satu tombol dengan icon crosshair.

v910 8

 

LED RGB

Untuk menyempurnakan aspek estetika, produsen tidak lupa memanfaatkan sistem pencahayaan RGB. Sama seperti keseluruhan tema mouse ini, LED diimplementasikan secara asimetris: dimulai dari pojok kanan bawah ke kiri, lalu melintas di sisi ujung kiri tubuh sampai ke depan, kemudian membelok lagi ke arah kanan. RGB juga diterapkan pada scroll wheel, logo VPro di punggung dan switch DPI, namun LED di sana tidak mengikuti pola di zona lain karena berfungsi sebagai indikator sensitivitas.

v910 14

Di mode default sebelum VPro Unified Driver diinstal, V910 dapat membaca keberadaan tangan Anda di dekatnya. RGB akan menyala begitu tangan menggenggamnya dan segera nonaktif (kecuali indikator switch DPI) saat Anda tidak memegangnya. Software tersebut mempersilakan kita untuk memprogram ulang fungsi tiap tombol dan mengutak-atik RGB-nya.

v910 3

 

VPro Unified Driver

Saya belum bisa memastikan apakah software yang dahulu pernah saya instal di PC untuk mengkonfigurasi V25s juga mampu mendeteksi V910. Software ini saya dapatkan dari laman support khusus model V910, mempunyai nama file installer bertuliskan ‘V910 Setup’. Dengan kata ‘Unified’ di namanya, seharusnya app ini siap mendukungan model mouse berbeda.

Saat aplikasi dibuka, Anda disuguhkan lima pilihan menu: ada Main, LED Control, Macro Editor, Trophy dan Help. Tiap kustomisasi yang Anda buat bisa disimpan ke profile berbeda. Rapoo menyediakan lima slot. Ini dia detail dari masing-masing opsi menu:

Di Main, Anda dapat mengubah-ubah level DPI lebih lanjut, mengatur kecepatan kursor dan sensitivitas scroll wheel, sampai mengubah fungsi tiap tombol. Anda juga dapat menggunakan mode office, MOBA serta shooter.

V910 1

 

LED Control mempersilakan Anda dapat memilih preset warna, menentukan komposisinya dari palet RGB, mengonfigurasi pola dan tingkat kecerahan, serta menyala-matikan fitur sensor proximity.

V910 2

 

Sesuai judulnya, Macro Editor adalah tempat merekam dan mengonfigurasi macro, juga ditopang sejumlah tool.

V910 3

 

Trophy menjabarkan pencapaian yang Anda raih dengan V910. Ia memperlihatkan seberapa banyak Anda menekan tombol tertentu, menggunakan scroll wheel ataupun menggeser mouse. Kian sering digunakan, maka ‘pangkat’ Anda akan semakin tinggi.

V910 4

 

Di Help, Anda bisa meng-update software ini serta firmware V910, atau mengembalikan mouse ke setting pabrik.

V910 5

 

Spesifikasi

Rapoo V910 diotaki oleh chip ARM 32-bit V-power 3 untuk mengolah segala macam input yang diterimanya, dan dibantu unit memori on-board. Berkat dukungan chip itu, mouse kabarnya mampu menyajikan report rate 1MHz secara konsisten serta dapat membaca akselerasi 30g. Sensor lasernya menunjang setting DPI di 400 sampai 8.200. Tapi Anda perlu menginstal VPro Unifiend Driver buat menyetel DPI tertinggi. Secara default, V910 memilihkan setting maksimal di 2.400DPI.

Dari diskusi saya bersama representasi Rapoo di Indonesia, VPro V910 dibekali switch Omron. Switch ini umumnya menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali klik. Mouse tersambung ke PC via kabel braided sepanjang 1,8-meter dengan kepala USB berlapis emas.

Menariknya lagi, mouse tetap dapat mendeteksi gerakan meski posisinya sedang terangkat, paling tinggi sejauh 5-milimeter. Berkat kapabilitas ini, momentum gerakan tidak terputus walaupun tangan bergerak tak sengaja atau Anda mencoba mencari pose yang lebih nyaman – sangat membantu saat Anda sedang serius bermain.

 

Pengalaman penggunaan

Selama beberapa minggu ini, VPro V910 setia menemani saya bekerja ataupun bermain. Saya tidak merasakan adanya kendala saat mouse dipakai buat meng-edit gambar. Proses cropping yang membutuhkan keakuratan tinggi dapat ditanganinya dengan baik. Tentu saja, V910 juga saya gunangan untuk menikmati game-game seperti Ni No Kuni 2, Final Fantasy XV, Overwatch dan Assassin’s Creed Origins. Proses adaptasinya tidak memakan waktu terlalu lama.

v910 17

Sebagai acuan, saya adalah pengguna mouse dengan postur mencakar (claw grip). Menurut saya, gaya ini memaksimalkan kekuatan jari dalam menekan tombol serta memudahkan kita mengubah posisi mouse. Kebiasaan lain saya adalah menempatkan pangkal telapak tangan di luar punggung mouse.

v910 18

Karena tubuh V910 yang cukup tinggi dan memanjang, jari saya sedikit kesulitan untuk meraih tombol-tombol yang berada di area depan, misalnya tombol Zoom +, G3 dan tombol crosshair. Agar dapat menjangkaunya, saya perlu mengangkat telapak tangan, kemudian baru kembali ke posisi awal. Dari sini satu hal bisa kita pelajari: V910 lebih cocok buat gamer berjari panjang.

v910 5

Kabar gembiranya, gerakan apapun yang saya buat, V910 tetap bisa menerjemahkannya sebagai input kendali secara presisi, walaupun mouse mat saya miliki tidaklah istimewa. Dalam menikmati game-game action, empat mouse feet yang ditaruh di sisi bawah V910 sepertinya lebih cocok dipasangkan ke mouse mat berpermukaan keras ketimbang kain karena gerakan di sana lebih mulus.

v910 10

Aspek yang harus diperatikan Rapoo lebih baik adalah kemantapan V910 dalam berdiri dan konsistensi tombol. Mouse ini mudah miring begitu saya menekan area kirinya. Di kondisi ini, bagian bawah ‘thumb rest‘ akan mengunci gerakan mouse. Saya juga merasakan sedikit perbedaan resistensi antara kedua tombol utama mouse. Di unit ini, tombol kanan lebih ringan dengan jarak lebih pendek dari tombol kiri.

v910 2

Saya juga menjumpai sedikit anomali di konstruksi tubuhnya. Tidak ada masalah pada pemanfaatan material plastik – tubuh V910 tetap kokoh dan mantap dalam genggaman. Tetapi saya merasakan pergerakan kecil begitu jempol menekan zona berbeda di thumb rest. Bukan problem besar dan tidak akan memengaruhi performa bermain, namun tetap dapat dirasakan.

v910 19

Bobot VPro V910 bisa dikonfigurasi lebih jauh dengan menambah dan mengurangi pemberat. Caranya sangat mudah, Anda hanya tinggal membuka panel kecil berbentuk V di sisi bawah mouse. Baik pemberat ataupun penutupnya terpasang via magnet. Namun menurut saya, memasang atau melepas pemberat tidak begitu memberi pengaruh, mengingat bobot total pemberat itu hanya 3,8g.

 

Konklusi

Perlu diketahui bahwa Rapoo VPro V910 bukanlah produk yang betul-betul baru. Mouse gaming ini diperkenalkan perdana di bulan Agustus 2015, dan dari sedikit riset yang saya lakukan, sudah dipasarkan di situs-situs eCommerce lokal. Rapoo tampakya sengaja menempatkan V910 di rentang harga yang sejajar dengan Logitech G502 Proteus Spectrum, yaitu Rp 900 ribu.

Karena belum pernah mendalami Logitech G502, saya belum bisa menentukan siapa yang terbaik di antara kedua produk ini. Namun kabar baiknya janji V910 dalam menangani game-game online terpenuhi. Periferal khusus MMORPG ataupun MOBA biasanya menawarkan thumb button lebih banyak, tapi tanyakan pada diri sendiri, seberapa sering kita memanfaatkan lebih dari lima tombol jempol?

Menurut saya, hal yang mengurangi kenimatan menggunakan mouse baru adalah waktu adaptasi yang terlalu lama dan V910 lulus ujian ini. Meski begitu, ada sejumlah aspek yang bisa produsen perbaiki, terutama pada struktuktur ‘kuda-kuda’ V910. Akan lebih baik jika tekanan yang diterima mouse di mana pun dari arah atas tidak menyebabkan posisi mouse berubah.

 

Sparks

  • Akurat
  • Desain stylish
  • Ergonomis dan nyaman
  • Kustomisasi mudah via VPro Unified Driver 

 

Slacks

  • Konsistensi tombol perlu diperbaiki
  • Struktur mouse feet harus diperkokoh
  • Desainnya mirip Logitech G502 Proteus Spectrum

MSI Perluas Koleksi Gaming Gear Mereka Lewat Tiga Produk Baru

Kira-kira sudah satu dekade berselang sejak MSI memutuskan untuk mensponsori Fnatic dan menyelami segmen gaming. Dalam perjalanannya itu, mereka mengembangkan banyak sekali pilihan perangkat buat gamer nomaden serta mulai mengekspansi bisnis untuk mendukung virtual reality. Dan di awal tahun lalu, MSI mulai menginvasi ranah gaming gear kelas premium secara agresif.

Kabar yang cukup menggembirakan buat MSI adalah, performa aksesori gaming racikan mereka ternyata tidak kalah dari produk-produk brand yang sudah lama bermain di sana. Kali ini, perushaan hardware gaming asal Taiwan itu mencoba memperluas koleksi gear dengan memperkenalkan tiga perangkat anyar: ada headphone, keyboard, serta satu combo kit.

 

Headset Immerse GH60

MSI 1

Dari gambar, Immerse GH60 mempunyai arahan desain yang hampir sama seperti kakaknya, Immerse GH70. Headphone ini mengusung headband dua bagian ala SteelSeries Siberia V2, cup over-ear bundar dengan bantalan empuk (berlapis kulit sintetis atau kain), serta lengan mic adjustable yang bisa dimasukkan ke housing. Bedanya, ia tidak dibekali LED RGB.

Di dalam, MSI mencantumkan unit driver Neodymium 50mm. Headphone kabarnya telah memperoleh sertifikasi audio Hi-Res, menjanjikan output yang jernih dan detail, sehingga sempurna buat mengekspos posisi lawan dalam permainan atau sekedar menikmati musik favorit Anda di PC. Lalu karena Immerse GH60 mengandalkan koneksi fisik berupa jack 3,5mm, penggunaannya juga sangat fleksibel.

 

Keyboard Vigor GK40

MSI 2

Vigor GK40 ialah keyboard gaming anti-tumpahan air ber-switch membran karet. Papan ketik ini menawarkan layout full-size, wrist rest ergonomis bertekstur, serta akses multi-media yang diintegerasikan ke tombol Function. Demi memenuhi tren estetika saat ini, GK40 juga ditunjang sistem RGB Mystic Light dengan enam zona pencahayaan, delapan efek berbeda, serta empat tingkat kecerahan.

 

Combo Kit Vigor GK40

MSI 3

Paket ini disediakan bagi Anda yang sedang berhemat, terdiri dari keyboard Vigor GH40 dan mouse gaming Clutch GM10. GM10 adalah mouse ergonomis untuk pengguna non-kidal dengan tubuh semi-simetris plus tekstur anti-slip yang dipersenjatai sensor PixArt. Tersedia empat opsi level DPI, dari 800 sampai 2.400. Switch-nya bisa tetap bekerja normal hingga 10 juta kali klik.

MSI bilang, ketiga produk ini sudah dipasarkan sejak bulan Januari 2018 kemarin, namun produsen sama sekali belum menyinggung harga. Berdasarkan estimasi saya – melihat dari nama serta fitur-fitur mereka – perangkat-perangkat ini disediakan sebagai alternatif lebih terjangkau dibanding gaming gear yang telah MSI pasarkan…

Mouse Gaming Terbaru SteelSeries Mengemas Sensor Optik Ganda

Agustus tahun lalu, SteelSeries memperkenalkan dua mouse gaming baru dengan sensor inovatif bernama TrueMove3. Keunggulannya adalah kinerja tracking satu banding satu, yang berarti jarak yang ditempuh mouse di atas mousepad bakal sama persis dengan jarak yang ditempuh kursor di layar.

Tahun ini, mereka siap membawa teknologi tersebut ke level yang lebih tinggi lewat mouse SteelSeries Rival 600 dan teknologi TrueMove3+. Sistem baru ini melibatkan sebuah sensor optik ekstra yang bertugas memonitor pergerakan mouse selama terangkat dari permukaan.

SteelSeries Rival 600

SteelSeries menjelaskan bahwa dengan sensor konvensional, kursor terkadang bisa ‘melompat’ dan ‘berlarian’ ketika mouse diangkat dan diletakkan kembali di atas permukaan. Sensor ekstra pada Rival 600 akan mengeliminasi pergerakan ekstra tersebut, memastikan kursor tetap berada di posisi yang sama ketika mouse kembali diletakkan.

Pengguna juga bebas mengatur kapan sensor kedua ini akan aktif berdasarkan jarak antara mouse dan permukaan. SteelSeries tak lupa menambahkan bahwa sensor ekstranya ini masih bisa bekerja secara presisi bahkan dalam jarak sedekat 0,5 mm.

SteelSeries Rival 600

Beralih ke bagian yang kelihatan secara kasat mata, Rival 600 mengadopsi desain ergonomis untuk pengguna tangan kanan. Bobotnya cuma 96 gram, akan tetapi pengguna bisa menambahkan hingga delapan pemberat yang masing-masing berbobot 4 gram.

Tombol-tombolnya mengandalkan switch mekanis yang diyakini bisa tahan hingga 60 juta klik. Layaknya mouse gaming lain, tentu saja tombol-tombolnya ini bisa diprogram sesuka hati, dan sistem pencahayaan RGB pun sudah pasti tidak terlewatkan. Buat yang tertarik, Rival 600 sudah bisa dibeli seharga $80.

Sumber: SteelSeries.

Razer Rilis HyperFlux, Mouse Gaming Nirkabel yang Berjalan Tanpa Batas

Perhelatan Consumer Electronics Show (CES) menjadi tempat berbagai vendor teknologi unjuk gigi. Salah satunya ialah Razer, perusahaan terbaik di sektor peralatan game ini telah memperkenalkan teknologi mouse gaming yang benar-benar nirkabel yang disebut HyperFlux.

Razer HyperFlux Wireless Power Technology ini mencakup mouse pad Firefly HyperFlux yang kompatibel dengan mouse Mamba HyperFlux. Dua perangkat ini saling bekerja sama untuk memastikan Anda tidak perlu mengisi ulang mouse nirkabel Anda lagi.

Mouse ini tidak memiliki baterai dan mendapatkan energi dari mouse pad. Teknologi ini memiliki dua keuntungan, pertama, berat mouse yang lebih ringan hanya 96 gram karena tidak memiliki baterai. Kedua, Anda tidak perlu khawatir mouse kehabisan daya.

Itu kelebihannya, kekurangan teknologi HyperFlux ialah mouse hanya akan bekerja dengan mouse pad, kecuali jika Anda ingin memasang kabel dan menggunakannya sebagai mouse biasa.

Dengan Mamba HyperFlux mouse dan Firefly HyperFlux mouse pad ini, Anda tak perlu khawatir lagi mouse kehabisan daya. Harganya sendiri dijual US$249 atau sekitar Rp3,5 juta dan akan mulai tersedia di pasar global pada Q1 tahun ini.

Sumber: GSMArena dan Razerzone.

Usung Konsep Modular, Razer Naga Trinity Datang dengan Tiga Konfigurasi Tombol Makro

Razer Naga adalah seri gaming mouse yang amat populer di kalangan pemain MMO macam World of Warcraft. Selama ini, Razer menawarkan dua model untuk seri Naga. Ada Naga Epic dengan 12 tombol makro di samping kiri, ada pula Naga Hex dengan 7 tombol makro berformasi melingkar.

Namun untuk generasi terbarunya, Razer membuat keputusan besar dengan mengambil rute modular. Dijuluki Naga Trinity, ia merupakan iterasi kesembilan dari seri Naga, dan bersamanya datang fitur yang tak dimiliki oleh satu pun pendahulunya, yaitu panel samping yang dapat dilepas-pasang.

Razer Naga Trinity

Berkat penerapan konsep modular ini, konsumen tak lagi diharuskan memilih antara model Epic atau Hex, sebab semuanya bisa didapatkan lewat satu paket Trinity. Anda hendak memainkan World of Warcraft? Pasangkan pelat samping dengan 12 tombol makro. Lalu ketika giliran game MOBA yang dimainkan, pasangkan pelat samping dengan tujuh tombol berformasi melingkar.

Terakhir, tersedia pula pelat samping dengan dua tombol saja yang ideal untuk berbagai skenario penggunaan yang umum. Menggunakan Naga Trinity ibarat membeli tiga gaming mouse yang berbeda.

Razer Naga Trinity

Soal performa, Naga Trinity didukung oleh sensor optik 5G dengan resolusi maksimum 16.000 DPI. Desainnya secara keseluruhan tidak jauh berbeda dari pendahulunya, masih menganut gaya ergonomis yang dirancang untuk memanjakan tangan kanan pengguna.

Razer Tartarus V2 / Razer
Razer Tartarus V2 / Razer

Dalam kesempatan yang sama, Razer juga mengumumkan Tartarus V2, sebuah gaming keypad dengan total 32 tombol – lebih banyak dari generasi sebelumnya yang cuma 25 tombol – yang dapat diprogram sesuai kebutuhan. Masing-masing tombolnya mengemas switch tipe hybrid Mecha-Membrane rancangan Razer sendiri.

Sebuah palm rest yang empuk di bagian bawahnya dimaksudkan agar tangan pengguna tidak cepat lelah dalam sesi gaming yang cukup lama. Tentu saja, mengingat kita sudah menginjak tahun 2017, pencahayaan RGB sudah menjadi fitur standar yang tidak boleh terlewatkan.

Razer Tartarus V2 dan Naga Trinity

Baik Razer Naga Trinity dan Tartarus V2 saat ini sudah dipasarkan masing-masing seharga $100 dan $80. Keduanya tentu saja bisa menjadi amunisi baru yang signifikan buat para pemain game MOBA ataupun MMO.

Sumber: Razer.

Razer Luncurkan Peripheral Bertema Overwatch, Tepatnya yang Terinspirasi Karakter D.Va

Anda yang bermain Overwatch pastinya sudah tidak asing dengan karakter bernama D.Va. Karakter bernama asli Hana Song ini merupakan salah satu yang paling unik, bukan semata karena ia merupakan satu-satunya yang menunggang sebuah robot, tapi juga karena latar belakangnya yang tidak umum.

Di saat sejumlah karakter lainnya merupakan veteran perang atau pahlawan lokal, perempuan berusia 19 tahun dan berdarah Korea ini adalah seorang gamer profesional sekaligus juara turnamen StarCraft. Reflek dan instingnya sebagai gamer dinilai sangat ideal untuk mengoperasikan robot militer bernama MEKA yang dirancang untuk menahan invasi para Omnic.

Robot tunggangannya yang berwarna pink memang sudah sangat mencolok, tapi hal lain yang tak kalah menarik perhatian dan hampir selalu ada bersama D.Va setiap saat adalah sebuah gaming headset. Tidak lama lagi, kita rupanya juga bisa memiliki headset keren seperti kepunyaan D.Va ini.

Razer MEKA headset

Adalah Razer yang berjasa merealisasikan produk tersebut menjadi kenyataan. Dijuluki Razer MEKA, desainnya sengaja dibuat semirip mungkin dengan yang D.Va kenakan dalam game, lengkap dengan aksen warna pink, hijau dan kuning di atas penampilan serba hitamnya.

Razer belum merincikan spesifikasinya seperti apa, atau kemungkinan adanya fitur khusus ketika headset ini dipakai memainkan D.Va dalam Overwatch. Yang pasti headset ini bukan sebatas elemen pelengkap cosplay, tapi merupakan perangkat yang fungsional.

D.Va Razer peripherals

Bersamaan dengan itu, Razer turut berkolaborasi dengan Blizzard untuk merilis peripheral bertema D.Va lainnya, yakni mouse Razer Abyssus Elite dan mousepad Razer Goliathus. Keduanya ini sudah bisa dibeli sekarang, masing-masing seharga $60 dan $20.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai harga maupun ketersediaan untuk Razer MEKA. Yang ada hanyalah video teaser penggugah perhatian berikut ini.

Sumber: Polygon dan Razer.