Startup Agritech Semaai Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp73 Miliar

Startup agritech Semaai mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 juta (sekitar Rp73 miliar) dalam bentuk ekuitas dan utang. Putaran ini dipimpin CyberAgent Capital, dengan partisipasi dari investor baru, seperti Sumitomo Corporation Equity Asia, Ruvento, MyAsiaVC, dan Heracles Ventures. Investor lama, yakni Surge bagian dari Peak XV, Accion Venture Lab, dan Beenext, turut serta dalam putaran tersebut.

Total raihan pendanaan yang diperoleh Semaai sejak pertama kali berdiri di Agustus 2021 mencapai $7,6 juta (sekitar Rp118 miliar). Putaran sebelumnya diraih pada Februari 2023.

Semaai akan akan memanfaatkan injeksi untuk memperluas layanan konsultasi pertanian yang menyasar toko tani dan petani, bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan solusi fintech, dan perluasan layanan Semaai di Jawa Tengah yang memiliki lebih dari 8.200 desa. Ditargetkan Semaai akan jangkau 75% desa hingga akhir 2024.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (8/1), Co-founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, “Ini adalah bagian dari target kami untuk menyediakan ekosistem digital terintegrasi dalam mengatasi tantangan rantai pasok pertanian dan mengatasi kesenjangan pengetahuan toko tani dan petani kecil di Indonesia.”

Direktur Kantor CyberAgent Indonesia Kevin Wijaya menuturkan, “[..] Melihat rekam jejak para founder Semaai di sektor pertanian, kami yakin bahwa Semaai dapat merevolusi sektor pertanian Indonesia melalui pendekatan offline-to-online, terutama dalam rantai pasokan bahan baku pertanian.”

Pencapaian Semaai

Aplikasi Semaai / Semaai

Sektor pertanian, bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan, tumbuh 1,46% secara tahunan dan 1,61% secara kuartal. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan sektor pertanian menyumbang Rp397.291,202 miliar terhadap PDB Indonesia, atau 12,71% dari total PDB.

Walaupun merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional, sektor ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya akses pembiayaan, rantai pasokan yang panjang, dan rendahnya adopsi teknologi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Semaai menyediakan tiga layanan utama yang banyak digunakan oleh para petani dan peritel pertanian, yaitu:

  1. Marketplace digital bagi B2B untuk input pertanian seperti benih dan pupuk,
  2. Layanan konsultasi pertanian untuk meningkatkan praktik pertanian, dan
  3. Layanan keuangan melalui kerja sama dengan institusi keuangan dan penyedia fintech tepercaya.

Menurut Yoga, perpaduan unik antara perdagangan dan logistik yang terintegrasi ke dalam layanan konsultasi Semaai akan memberikan nilai dan manfaat yang besar bagi para pedagang eceran pertanian dan petani.

Untuk mendukung ketiga produk di atas, Semaai telah meluncurkan fitur klinik pertanian. Fitur ini berisi konten edukasi yang disusun berdasarkan jenis tanaman, fokus hama dan penyakit yang berhubungan dengan tanaman. Konten yang dirancang dengan jelas dan sederhana ini membantu pengguna untuk memahami secara menyeluruh kompleksitas masalah tanaman.

“Setelah tahap edukasi, pengguna diberikan rekomendasi, membantu mereka untuk mengatasi dan memitigasi masalah tersebut secara efektif di masa depan.”

Diklaim, Semaai berhasil mencetak kenaikan pendapatan bersih (net revenue) hingga 15 kali lipat sepanjang 2023 dan kenaikan pengguna marketplace Toko Tani tumbuh dua kali lipat. Penggunaan fitur konsultasi pertanian naik 8 kali lipat sepanjang enam bulan terakhir dan disebutkan sebagian besar pengguna aktif Semaai memanfaatkan fitur tersebut.

Application Information Will Show Up Here

DishServe Bags Pre Series A Funding, Ready to Expand Partnership

Delivery-focused ghost kitchen platform DishServe announced the closing of pre-series A fundraising this month. Some of the investors participated include Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, and several angel investors. In 2020, they also received early-stage funding from Insignia.

The company plans to use the fresh funds to plant over 500 outlets in Jakarta and expand to Bandung and Surabaya. In addition, this capital will be used to increase sales channels, develop technology, and conduct curation to increase food options.

DishServe’s Founder & CEO, Rishabh Singhi revealed to DailySocial, Indonesia is a very attractive market with a variety of signature dishes. Cloud kitchens can certainly help F&B brands reach more customers in various geographic areas.

“In a certain way, cloud kitchens have increased the food options available to customers. Delivery only internet kitchen or dark kitchen is the future of the food business,” Rishabh said.

The animo of today’s society to order food online, has encouraged DishServe’s growth which has been functioning as a ghost kitchen. The company recorded sales to grow nearly 20x since its debut. Currently, around 25 brands have joined the DishServe platform.

Strategic partnership

Apart from strategic partnerships with brands such as HongTang, Healthy Box by M Kitchen, and Chicken Pao by FoodStory, DishServe is also working with cloud kitchen platform providers such as YummyKitchen and
Grab Kitchen is leveraging its platform to scale its operations across Jakarta.

In terms of delivery, DishServe currently partnered with third-party platforms such as GrabFood, GoFood, ShopeeFood, and TravelokaEats. Through this partnership, DishServe claims to be able to increase the visibility and exposure of its F&B partners while helping them get more orders.

“Over the past year we have forged deep partnerships with these players that gives DishServe and our partner brands more exposure and visibility compared to other brands listed on the platform. For example if you open the Traveloka app and continue eating, you will find the DishServe banner on the home page which gives us more exposure,” Rishabh said.

In particular, DishServe also provides relevant technology services to its partners. Among these are branding and marketing, inventory management, procurement, enterprise POS solutions, logistics services and warehousing expansion, and logistics services without capital expenditure and low fixed costs.

Apart from SMEs, DishServe has partnered with several well-known chefs in Indonesia to curate savory dishes to be sold under their own brand names. Currently, DishServe sells the Asian Fusion Rice Bowl and a unique blend of cold teas under its own brand.

“There are no big players in the F&B segment after KFC, McDonalds, Pizzahut, Hokben. We have the opportunity to grow a top group of small-scale F&Bs with annual income of less than $100k and have the potential to generate more than $1 million per year,” Rishabh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kantongi Pendanaan Pra-Seri A, DishServe Perluas Kemitraan

Platform ghost kitchen yang fokus kepada pengiriman, pengemasan untuk semua makanan siap saji DishServe bulan ini telah merampungkan penggalangan dana pra-seri A. Beberapa investor yang terlibat termasuk Genting Group, Insignia Venture Partners, Stonewater Ventures, Ratio Ventures, Rutland Ventures, 300x Ventures, MyAsiaVC, dan beberapa angel investor. Tahun 2020 lalu mereka juga telah menerima pendanaan tahap awal dari Insignia.

Dana segar tersebut rencananya akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambahkan lebih dari 500 lokasi di Jakarta dan berekspansi ke Bandung hingga Surabaya. Selain itu, modal ini juga akan digunakan untuk meningkatkan kanal penjualan, mengembangkan teknologi, dan melakukan kurasi untuk memperbanyak pilihan makanan.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO DishServe Rishabh Singhi mengungkapkan, Indonesia saat ini merupakan pasar yang sangat menarik dengan pilihan makanan yang beragam. Cloud kitchen tentunya bisa membantu brand F&B menjangkau lebih banyak pelanggan di berbagai wilayah geografis.

“Dengan cara tertentu, cloud kitchen telah meningkatkan pilihan makanan yang tersedia bagi pelanggan. Delivery only internet kitchens atau dark kitchen adalah masa depan bisnis makanan,” kata Rishabh.

Meningkatnya minat masyarakat saat ini untuk melakukan pembelian makanan secara online, telah mendorong pertumbuhan DishServe yang selama ini berfungsi sebagai ghost kitchen. Perusahaan mencatat penjualan telah tumbuh hampir 20x sejak awal kehadirannya. Saat ini DishServe telah memiliki sekitar 25 brand yang telah bergabung dalam platform.

Kemitraan strategis

Selain menjalin kemitraan strategis dengan brand seperti HongTang, Healthy Box by M Kitchen, dan Chicken Pao by FoodStory, DishServe juga bekerja sama dengan penyedia platform cloud kitchen seperti YummyKitchen dan
Grab Kitchen yang memanfaatkan platformnya untuk meningkatkan skala operasi mereka di seluruh Jakarta.

Sementara untuk pengiriman, saat ini DishServe telah bermitra dengan platform pihak ketiga seperti GrabFood, GoFood, ShopeeFood, dan TravelokaEats. Melalui kemitraan ini DishServe mengklaim mampu meningkatkan visibilitas dan eksposur para mitra F&B sekaligus membantu mereka mendapatkan pesanan lebih banyak lagi.

“Selama setahun terakhir kami telah menjalin kemitraan yang mendalam dengan para pemain ini yang memberi DishServe dan brand mitra kami lebih banyak eksposur dan visibilitas dibandingkan dengan merek lain yang terdaftar di platform. Misalnya jika Anda membuka aplikasi Traveloka dan terus makan, Anda akan menemukan spanduk DishServe di halaman beranda yang memberi kami lebih banyak eksposur,” kata Rishabh.

Secara khusus DishServe juga menyediakan layanan teknologi yang relevan untuk mitra mereka. Di antaranya adalah branding dan pemasaran, manajemen persediaan, pengadaan, solusi POS perusahaan, layanan logistik dan ekspansi pergudangan, dan layanan logistik tanpa pengeluaran modal dan biaya tetap rendah.

Selain pelaku UKM, saat ini DishServe juga telah bermitra dengan beberapa koki ternama di Indonesia, untuk mengurasi hidangan gurih yang rencananya akan dijual dengan nama brand mereka sendiri. Saat ini, Dishserve menjual Asian Fusion Rice Bowl dan perpaduan unik dari teh dingin di bawah brand mereka sendiri.

“Tidak ada pemain besar di segmen F&B setelah KFC, McDonalds, Pizzahut, Hokben. Kami memiliki kesempatan untuk menumbuhkan kelompok teratas F&B skala kecil yang memiliki pendapatan tahunan kurang dari $100 ribu memiliki potensi untuk menghasilkan lebih dari $1 juta per tahun,” tutup Rishabh.