Dropezy Siapkan Jalan Keluar di Tengah Isu “Winter Quick Commerce”

Startup quick commerce Dropezy dikabarkan tengah menyiapkan strategi agar dapat tetap bertahan di tengah kondisi “tech winter”. Saat ini dikabarkan, perusahaan menutup seluruh 20 dark store yang berada di sekitar Jakarta, menurut pemberitaan DealStreetAsia.

Dikonfirmasi lebih jauh oleh DailySocial.id, Co-founder Dropezy Nitesh Chellaram hanya menyampaikan bahwa perusahaan tengah menyiapkan strategi baru yang akan segera diumumkan segera ke publik. “Kita belum bisa memberi tahu strategi baru kami, tapi kami punya sesuatu yang menarik yang bisa segera dibagikan,” kata dia, Senin (19/9).

Perusahaan beralih menjadi quick commerce pasca pendanaan pra-seri A yang diperoleh pada September 2021 sebesar $2,5 juta. Dana tersebut digunakan untuk membangun belasan dark store tersebar di Jabodetabek.

Dropezy sendiri lahir saat pandemi di awal 2021 sebagai online grocery. Proposisinya adalah platform kebutuhan sehari-hari (daily needs platform), sehingga konsumen dapat belanja dalam kuantitas kecil secara beberapa kali dalam sebulan.

“Kami percaya pada konsep ‘Buy small, eat fresh’ dan ‘Top up, don’t stock up’. Kami yakin bahwa orang Indonesia tidak suka melakukan pembelian massal di awal bulan, tetapi memilih membeli dalam jumlah kecil setiap hari atau pada hari yang berbeda,” kata Nitesh.

Kompetitor terdekat Dropezy, yakni Astro mulai mengembangkan produk private label, dinamai Astro Goods. Sejauh ini, produk yang sudah dirilis dari makanan ringan, makanan segar, paket siap masak, hingga kerajinan tangan. Selanjutnya, Astro Kitchen untuk produk makanan dan minuman siap santap. Disebutkan, perusahaan memiliki lebih dari 40 dark store yang terbesar di Jabodetabek.

Melesunya industri online grocery

Sebelumnya, HappyFresh dikabarkan melakukan restrukturisasi bisnis dengan menunjuk firma konsultan untuk meninjau kondisi keuangannya. Di saat yang bersamaan, pemutusan kerja dan penggalangan dana sedang ditempuh untuk bayar hutang kepada para mitra. Operasional di sejumlah lokasi di Jakarta juga tengah dihentikan.

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di tingkat global. Di antaranya, Foodpanda, Delivery Hero, Ola, dan Zomato, yang menutup unit bisnis quick commerce-nya dengan melakukan efisiensi.

Dalam suatu riset yang dilakukan oleh Stor.ai di Amerika Serikat, menyatakan hanya 2% dari 1000 konsumen yang sangat bersedia untuk bayar ongkos sedikit lebih mahal agar belanjaannya sampai dalam waktu 15 menit. Sebanyak 57,5% lainnya menyampaikan tidak mau bayar lebih mahal.

Seorang perwakilan dari Stor.ai mengatakan dari temuan tersebut menunjukkan bahwa pelanggan memprioritaskan stok barang daripada pengiriman yang cepat. Sebanyak 27% responden mengatakan mereka akan menggunakan layanan ultra-cepat lebih banyak jika pengalaman pengguna meningkat. Kemudian, 22% mengeluhkan kehabisan stok sebagai masalah terburuk yang dialami saat menggunakan platform pengiriman.

Menurut, Managing Director GlobalData Neil Saunders, fakta terbesar dari model bisnis dari perusahaan quick commerce ini sudah rusak sejak awal karena biaya yang mereka keluarkan tidak tercakup oleh biaya yang dibayar konsumen. “Selain itu, quick commerce adalah solusi yang mencari masalah. Sebagian besar orang tidak benar-benar membutuhkan hal-hal yang disampaikan dalam hitungan menit.”

Di samping itu, dengan kondisi inflasi yang terus meningkat dan perusahaan tidak dapat mengkompensasi biaya, kesempatan untuk bisnis quick commerce untuk bertahan lama sangat tipis.

Application Information Will Show Up Here

Tantangan dan Pengalaman Saat Pivot Bisnis “Online Grocery” di Masa Pandemi

Salah satu perubahan cukup drastis yang kita lihat selama pandemi berlangsung adalah begitu derasnya permintaan konsumen terhadap layanan pesan-antar kebutuhan sehari-hari (grocery). Dan tren tersebut masih berlangsung hingga saat ini.

Bagi Co-founder dan COO Dropezy Nitesh Chellaram, hal ini menjadi sebuah kesempatan berharga untuk meningkatkan layanannya sekaligus mempelajari tren-tren menarik berdasarkan perubahan perilaku konsumen di Indonesia.

Apa saja pengalaman tersebut dan bagaimana Dropezy melalui tantangan yang ada? Selengkapnya, simak rangkuman sesi #SelasaStartup bersama Dropezy berikut ini.

Penyesuaian bisnis saat pandemi

Dropezy merupakan satu dari sekian pelaku startup yang melakukan penyesuaian bisnis ketika Covid-19 mewabah pertama kali. Awalnya, Dropezy menggunakan model marketplace untuk melayani kebutuhan grocery. Namun, ia kesulitan untuk beroperasi mengingat supermarket ditutup pada saat itu.

Pihaknya kemudian melakukan penyesuaian bisnis dengan pivot ke model stock-up inventory di mana Dropezy menyetok persediaan produk grocery. Menurutnya, model tersebut dirasa pas jika melihat perilaku belanja sebagian masyarakat Indonesia yang gemar belanja kebutuhan bahan makanan segar secara harian bukan bulanan.

“Awalnya kami memenuhi kebutuhan konsumen dengan mengirimkan tim untuk memproses pesanan di supermarket. Kemudian kami berganti ke inventory di mana siapapun bisa memesan dalam jumlah kecil. Ini menjadi value added yang coba ditawarkannya dibandingkan pemain sejenis lainnya.

“Memang ada tantangannya saat itu karena jika pesan ke principal, ada minimum of quantity (MoQ). Posisi kami belum besar saat itu. Tapi kami akhirnya dapat mengatasi isu tersebut karena masyarakat mulai shifting ke online dan orang-orang mulai pakai Dropezy,” ujarnya.

Belajar hal baru dari pivot

Dari penyesuaian bisnis ini, Nitesh mengaku menemui sejumlah pengalaman yang menjadi pelajaran berarti dalam membangun bisnis online grocery. Mengingat Dropezy mengubah model layanannya, ada hal-hal baru yang perlu mereka pahami.

Untuk memasok persediaan item, otomatis pihaknya memerlukan warehouse/inventory yang besar. Selain itu, pihaknya juga harus memahami bagaimana cara memasok item karena setiap barang punya ketahanan simpan yang berbeda-beda. Belum lagi, pihaknya harus memastikan item yang distok tidak rusak hingga waktu yang tepat untuk mengisi persediaan.

Pihaknya juga harus memastikan harga produk yang mereka pasang tidak bakal jauh berbeda dengan harga di pasaran. “Semua hal tersebut membantu kami untuk sampai ke pencapaian Dropezy saat ini,” tambahnya.

Tak sampai situ, ucap Nitesh, situasi pandemi mendorong Dropezy untuk dapat meningkatkan pengalaman berbelanja konsumen. Salah satunya adalah mengembangkan personalized experience berbasis analitik yang membantu konsumen untuk memesan item dengan melibatkan rekomendasi produk lain.

Kepuasan pelanggan

Ketika memutuskan untuk mendirikan Dropezy, Nitesh mengaku tidak banyak melakukan riset pasar. Pihaknya langsung terjun mengembangkan bisnis online grocery berbekal pengalaman pribadi yang ia rasakan saat berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Tanpa mengecilkan pentingnya riset pasar, ia menilai pengalaman personal dapat membantunya untuk menyelesaikan masalah yang ada di industri online grocery. “Dari sini, kami mulai belajar tentang perilaku konsumen grocery di Indonesia,” ungkapnya.

Misalnya, perihal kepuasan konsumen. Ia menilai aspek ini bukan hanya sebatas pada kualitas produk saja, tetapi layanan secara menyeluruh. Maka itu, pihaknya lebih memilih untuk menangani pesanan secara end-to-end, mulai dari pemesanan, pengambilan, hingga pengiriman barang sampai ke konsumen.

“Kami juga melihat fulfillment sebagai aspek terpenting bagi konsumen online grocery. Kalau kamu pesan sepuluh item, tetapi tidak terima semuanya pasti kecewa juga dan akan komplain. Makanya, kami berusaha untuk menangani ini secara end-to-end karena kami paham bagaimana rasanya memesan, menunggu, dan menerima barang tapi tidak sesuai.”

Kompetisi dan kolaborasi

Persaingan pasar tidak akan pernah lepas dalam suatu bisnis. Nitesh menilai kompetisi ini justru membantunya untuk mengevaluasi bisnis yang mereka jalankan, baik itu strategi maupun target yang mereka incar. Apalagi Indonesia merupakan pasar grocery terbesar keempat di Asia Tenggara sehingga satu-dua pemain saja dirasa tidak cukup untuk melayani permintaan online grocery. 

Di sisi lain, ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi pemain online grocery dengan para petani yang selama ini kesulitan mendapat akses ke pasar. Tantangan lainnya, para petani juga kalah saing dengan tengkulak sehingga sulit untuk memasarkan hasil panennya.

“Kolaborasi ini penting bagi kami karena ini the kind of community yang ingin kami bangun di masa depan. Kami ingin membantu petani untuk mendapat akses pasar dengan memasarkan produk dengan harga berkualitas, dan yang paling penting adalah akses mendapatkan guaranteed buyer.”

Dropezy Secures 35.5 Billion Rupiah Series A Funding, Offering Quick Commerce Solution

Online grocery startup Dropezy announced a pre-series A funding of $2.5 million (approximately 35.5 billion Rupiah). This round was led by Forge Ventures with participation from Tekton Ventures, Next Billion Ventures, Nordstar, and a range of angel investors, including the founders of Kopi Kenangan and BukuKas.

Through this round, Dropezy will launch its newest expansion solution “quick commerce” which offers instant delivery within 20 minutes. The company will expand its micro fulfillment center (cloud store) to a dozen at various points throughout the Greater Jakarta.

Dropezy’s Co-founder & COO, Nitesh Chellaram said in an official statement, the ongoing pandemic is changing the way consumers shop for daily necessities to online platforms. However, existing online grocery services focus on circling the existing offline supply chain or minimizing costs.

There are some aspects left behind that they have not had time to resolve in fulfilling consumer experience with online shopping, a faster delivery. Dropezy comes with the vision to offer the most convenient way for people to get groceries.

“Dropezy was built from the scratch to satisfy urban consumers who demand convenience and speed that allows them to order daily necessities in small package without a minimum order, with the cheapest delivery rates in Indonesia,” Nitesh said, Thursday (23/9).

He said, with this vision, the company now has 60% of repeat customers still shopping at Dropezy after six months. Also, these customers prefer the consistency and freshness of the Dropezy product selection and reasonable prices.

In its business operations, Dropezy controls inventory and logistics in-house with a committed fleet of riders allocating at least 6 hours a day for small package deliveries. This quick commerce solution is available due to Dropezy’s consumers demand to send orders faster.

“If you’re making coffee and realize you’re out of milk, Dropezy will give it to you before your coffee gets cold. We are excited to partner with investors who share our vision and customer obsession.”

In order to support the company’s vision, Dropezy has one micro fulfillment center (cloud store) assisted by a total team of 100 people to serve next-day delivery. In realizing the company’s ambition to provide 20-minute delivery to the buyer’s location, Dropezy plans to open up to a dozen cloud stores by the end of this year.

Dropezy’s Co-founder & CEO, Chandni Chainani added, “Expanding from 1 warehouse to 10 is very challenging, and there was no way we could have done this without the 18 months of learning and insight we gained from our customers.”

Forge Ventures’ partner, Kaspar Hidayat said, his team is very enthusiastic to partner with Dropezy to revolutionize the online grocery industry. He said, current players are not solving important problems and that is why penetration in this segment is much lower than in the e-commerce industry.

“And Dropezy changed all that. As Dropezy grows, this will allow customers to buy groceries and daily necessities on time, and running out of something essential will be a thing of the past.”

Competition in online grocery industry

The online grocery industry has fierce competition, however, it has high growth space as its penetration is still concentrated in big cities.

A report from Statista said, last year the online grocery market share in this country only reached 0.3%, it is predicted to be increased by 20 basis points to 0.5% in 2022. The pandemic is said to be one of the main factors that triggered the increase in the popularity of online grocery services among consumers.

Based on data, apart from changing consumer online buying behavior, a further impact of the pandemic is a change in consumer mindset in shopping. “Worried about the economic impact of the pandemic, many Indonesian consumers are becoming more budget conscious. In addition, the purchasing  priority  of basic needs and health among consumers is visible during the pandemic,” the report said.

Source: Statista

Therefore, instant delivery solutions at affordable costs are increasingly relevant as it holds potential consumer segment. Aside from Dropezy, more online grocery players are concerned with instant delivery. Among them are Sayurbox, which offers delivery within two hours, BlibliMart, which offers same-day delivery for purchases made between 8 am and 4 pm, and HappyFresh which promises delivery within one hour of ordering.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Dropezy Kantongi Pendanaan Pra-Seri A 35,5 Miliar Rupiah, Hadirkan Solusi “Quick Commerce”

Startup online grocery Dropezy mengumumkan pendanaan pra-seri A senilai $2,5 juta (sekitar 35,5 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Forge Ventures dengan partisipasi dari Tekton Ventures, Next Billion Ventures, Nordstar, serta jajaran angel investor, termasuk di antaranya founder Kopi Kenangan dan BukuKas.

Melalui putaran ini, Dropezy akan melancarkan ekspansi solusi terbarunya “quick commerce” yang menawarkan pengiriman instan 20 menit sampai di lokasi setelah pemesanan. Perusahaan akan memperluas pusat fulfillment mikro (cloud store) hingga belasan di berbagai titik di seluruh wilayah Jabodetabek.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & COO Dropezy Nitesh Chellaram mengatakan, pandemi yang masih berlangsung ini mengubah cara konsumen berbelanja kebutuhan sehari-hari ke platform online. Namun, layanan online grocery yang ada sekarang berfokus pada sekitar rantai pasokan offline yang ada atau meminimalkan biaya.

Ada aspek yang tertinggal dan belum sempat diselesaikan oleh mereka untuk memuaskan pengalaman konsumen saat belanja online, yakni pengiriman yang lebih cepat. Dropezy hadir dengan visi ingin menawarkan cara paling nyaman bagi masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan.

“Dropezy dibangun dari bawah untuk memuaskan konsumen perkotaan yang menuntut kenyamanan dan kecepatan yang memungkinkan konsumen untuk memesan kebutuhan sehari-hari dalam ukuran gigitan tanpa minimum order, dengan tarif pengiriman termurah di Indonesia,” ucap Nitesh, Kamis (23/9).

Dia melanjutkan, dengan visi tersebut, perusahaan kini memiliki 60% repeat customers yang masih berbelanja di Dropezy setelah enam bulan. Menurutnya, para pelanggan ini menyukai konsistensi dan kesegaran pilihan produk Dropezy dan harga yang wajar.

Dalam operasional bisnisnya, Dropezy mengontrol inventaris dan logistik in-house dengan armada pengendara yang berkomitmen yang mengalokasikan setidaknya 6 jam sehari untuk pengiriman paket kecil. Kehadiran solusi quick commerce ini pun hadir karena kebutuhan konsumen Dropezy yang ingin mengirimkan pesanannya lebih cepat dari sekarang.

“Jika Anda membuat kopi dan menyadari bahwa Anda kehabisan susu, Dropezy akan memberikannya kepada Anda sebelum kopi Anda dingin. Kami sangat senang dapat bermitra dengan investor yang memiliki visi dan obsesi pelanggan yang sama dengan kami.”

Untuk mendukung visi perusahaan, saat ini Dropezy memiliki satu pusat fulfillment mikro (cloud store) yang dibantu dengan total tim saat ini 100 orang untuk melayani pengiriman next-day. Untuk merealisasikan ambisi perusahaan dalam menyediakan pengiriman 20 menit sampai ke lokasi pembeli, Dropezy berencana untuk membuka hingga belasan cloud store hingga akhir tahun ini.

Co-founder & CEO Dropezy Chandni Chainani menambahkan, “Memperluas dari 1 gudang menjadi 10 sangat menantang, dan tidak mungkin kami dapat melakukan ini tanpa pembelajaran dan wawasan selama 18 bulan yang kami peroleh dari konsumen kami.”

Partner Forge Ventures Kaspar Hidayat menuturkan, pihaknya antusiasme untuk bermitra lebih jauh dengan Dropezy untuk merevolusi industri online grocery. Menurutnya, pemain yang ada saat ini tidak menyelesaikan masalah yang penting dan itulah sebabnya penetrasi di segmen ini jauh lebih rendah daripada di industri e-commerce.

“Dan Dropezy mengubah semua itu. Seiring pertumbuhan Dropezy, ini akan memungkinkan pelanggan untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari tepat waktu, dan kehabisan sesuatu yang penting akan menjadi masa lalu,” tutupnya.

Kompetisi industri online grocery

Industri online grocery memiliki persaingan yang sengit, namun masih memiliki ruang tumbuh yang tinggi karena penetrasinya yang masih terpusat di kota-kota besar.

Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista

Sehingga solusi pengiriman instan dengan biaya terjangkau semakin relevan karena ada segmen konsumen di sana. Selain Dropezy, semakin banyak pemain online grocery yang concern dengan pengiriman instan. Di antaranya ada Sayurbox yang menawarkan pengiriman sampai dalam waktu dua jam, BlibliMart yang menawarkan pengiriman same-day untuk pembelian yang dilakukan antara jam 8 pagi sampai jam 4 sore, dan HappyFresh yang menjanjikan barang diantar dalam satu jam setelah pemesanan.

***
Ada penawaran spesial nih buat Anda! Pakai kode voucher DROPXDAILY25, ada potongan 25ribu untuk min. belanja Rp50ribu di seluruh area yang tercover Dropezy. Kode ini hanya berlaku sampai dengan 31 Maret 2022.
Application Information Will Show Up Here

Terapkan Konsep D2C, Dropezy Kembangkan Layanan “Mobil Toko”

Startup online grocery Dropezy mengembangkan layanan “Mobil Toko (MoTo)” berkonsep direct-to-consumer (D2C). Layanan tersebut diperuntukkan untuk menjangkau segmen konsumen yang sudah terbiasa belanja offline di pasar, yang belum tersentuh teknologi agar lebih familiar dengan layanan online grocery.

MoTo adalah bentuk lokalisasi dari pedagang sayur yang berdagang dengan gerobaknya setiap hari berkeliling di sekitar area perumahan warga. Dengan berbagai peningkatan kemampuan, Dropezy dilengkapi dengan kendaraan mini truk, yang disertai fitur pembayaran digital dari pemain e-money, perbankan, juga pembayaran tunai.

Kepada DailySocial, Co-Founder & COO Dropezy Nitesh Chellaram menyampaikan inisasi MoTo dilatarbelakangi oleh kondisi pembatasan sosial di tengah pandemi yang membuat masyarakat tidak memiliki akses ke supermarket atau pasar basah. Segmen ini umumnya didominasi oleh pelanggan yang belum terlalu paham teknologi dan mungkin belum pernah belanja online.

“Saat itulah kami benar-benar memutuskan untuk mendekatkan nuansa pasar dengan mereka melalui MoTo. Pelanggan dapat membeli sayuran dengan jumlah kecil, tanpa khawatir tentang kelebihan stok, boros, atau khawatir dengan biaya pengirimannya lagi,” terang Nitesh.

Konsep yang terlokalisasi ini juga sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia saat berbelanja di pedagang sayur langganannya, yakni langsung memegang dan memilih barang dengan jumlah yang diinginkan. Pelanggan pun tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga yang standar tanpa harus ke pasar.

Dia optimis, solusi MoTo yang terlokalisasi ini dapat menjadi pintu gerbang bagi Dropezy memperkenalkan layanan online grocery secara lebih luas. “Bagi pelanggan yang menginginkan akses ke lebih dari 1.000 SKU yang kami sediakan secara online, staf kami yang ramah juga akan membantu pelanggan untuk mengunduh aplikasi di ponsel mereka dan melatih mereka untuk memesan secara online.”

Menurutnya, tidak ada perbedaan signifikan pengalaman berbelanja di pedagang sayur dengan MoTo. Pelanggan cukup mendatangi lokasi MoTo terdekat untuk berbelanja, tidak perlu mengunduh aplikasi apa pun. Hanya saja, kini disematkan opsi pembayaran digital dengan saldo e-money, transfer bank, juga uang tunai. “Sesederhana berbelanja di minimarket terdekat atau pasar tradisional.”

Berdayakan pedagang sayur lokal

Nitesh mengakui digitalisasi UMKM adalah suatu keniscayaan pada era saat ini. Oleh karenanya, ia tidak ingin menciptakan kompetisi antara pedagang sayur yang ada saat ini, melainkan menggandeng mereka sebagai mitra di MoTo. Selama ini, mereka sebagai vendor memiliki rangkaian produk yang berbeda dan harga yang bervariasi. Dari sisi pelanggan, tidak ada jaminan kualitas dan kapan mereka lewat depan rumah.

“Anda akan beruntung jika melihat mereka berjualan di lingkungan Anda, jika tidak, Anda harus menunggu sampai hari berikutnya. Beberapa vendor bahkan akan membawa produk yang tidak lagi segar karena mereka tidak memiliki cukup uang untuk beli stok baru. Kami bukan ingin bersaing dengan mereka, kami justru memberi kesempatan untuk bergabung dengan kami.”

Saat ini ada mitra yang sebelumnya pedagang sayur telah bergabung di MoTo. Adapun, sementara ini MoTo baru tersedia satu unit di Jakarta Timur. “Bekerja dengan kami, memberi mereka pendapatan tetap bulanan dan tidak perlu khawatir menggunakan uang mereka sendiri untuk mengisi ulang stok. Mereka hanya cukup fokus pada apa yang selama ini mereka lakukan, yaitu menjual.”

Rencana berikutnya

Nitesh menuturkan pihaknya akan memperluas jangkauan unit MoTo ke lebih banyak lokasi, seperti area apartemen dan perumahan agar pelanggan dapat memperoleh akses belanja sehari-hari lebih cepat. Kendati begitu, bisnis online grocery Dropezy masih tetap akan menjadi penopang bisnis utama perusahaan.

“Seluruh ide ini adalah secara perlahan pengguna offline [dari MoTo] menjadi pengguna online sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke berbagai macam barang dan memanfaatkan promosi harian kami yang sedang berlangsung. Kami membantu pengguna offline dengan unduhan aplikasi, sehingga mereka dapat mengumpulkan poin setiap kali mereka membeli item dan menebusnya untuk pembelian di masa mendatang.”

Terkait perkembangan bisnisnya, meski tidak dijelaskan secara rinci, Nitesh mengaku pertumbuhan Dropezy secara konstan secara bulanannya. Tren tersebut masih dipengaruhi oleh pembatasan sosial selama pandemi yang mengubah perilaku pelanggan saat berbelanja online dan berdampak pada lonjakan transaksi.

Ia melihat, pelanggan yang awalnya tidak pernah membeli buah dan sayuran secara online, sekarang memesan seluruh kebutuhan sehari-hari mereka dengan nyaman dari rumah mereka dalam hitungan detik. “Pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang mereka cintai dan mengandalkan cara lain untuk membuat hidup mereka lebih mudah dan tidak rumit. Dropezy hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak lainnya,” pungkasnya.

Kesempatan layanan online grocery memang masih begitu besar peluangnya di Indonesia. Laporan dari Statista menyampaikan, pada tahun lalu pangsa pasar online grocery di negara ini baru mencapai 0,3%, diprediksi akan meningkat 20 basis poin menjadi 0,5% pada 2022 mendatang. Pandemi yang melanda tanah air disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama yang memicu peningkatan popularitas layanan online grocery di kalangan konsumen.

Menurut data, dampak lebih lanjut dari pandemi selain mengubah perilaku pembelian online konsumen, adalah perubahan pola pikir konsumen dalam berbelanja. “Karena khawatir akan dampak ekonomi dari pandemi, banyak konsumen Indonesia menjadi lebih sadar anggaran. Selain itu, prioritas pembelian kebutuhan pokok dan kesehatan di kalangan konsumen juga terlihat selama pandemi,” tulis laporan tersebut.

Sumber: Statista

Dropezy dan Misinya Permudah Belanja Harian dengan Kuantitas Kecil dan Berulang

Di tengah menjamurnya layanan online grocery yang hadir selama pandemi, masih memiliki celah yang luput dari perhatian. Salah satunya adalah ketidaknyamanan saat konsumen harus memesan produk dengan ketentuan minimum yang telah ditentukan.

Dropezy memainkan kesempatan tersebut dengan fokus pengantaran dalam jumlah mikro, sehingga memungkinkan konsumen untuk memesan mulai dari satu produk saja dengan ongkos kirim terjangkau. Mengutip dari berbagai temuan, misalnya yang dilakukan BPS, menemukan transaksi belanja untuk bahan-bahan makanan meningkat tajam hingga 51%.

Namun, karena masyarakat diimbau untuk menghindari tempat-tempat umum yang ramai – seperti pasar dan supermarket – mereka beralih ke platform digital. Karena itulah, sekitar 46% responden BPS mengaku membeli kebutuhan pokok melalui aplikasi belanja online.

Konsep mikro sengaja dipilih untuk menyesuaikan dengan preferensi belanja konsumen di Indonesia yang gemar dengan sistem langganan. Berdasarkan hasil riset Nielsen selama pandemi, sebanyak 71% masyarakat Indonesia berbelanja makanan segar secara harian.

Nitesh Chellaram dan Chandni Chainani memutuskan untuk menyeriusi Dropezy berbekal pengalaman dari berbagai pekerjaan sebelumnya. Nitesh sebelumnya  pernah memimpin startup online rekrutmen Talent Search Recruitment yang membantu perusahaan seperti Oyo Rooms, Gojek, dan Tokopedia dalam merekrut talenta terbaiknya. Ia juga turut membantu bisnis keluarga di bidang FMCG yang sudah berjalan puluhan tahun.

Sementara itu, Chandni kuat di bidang sales setelah bekerja untuk berbagai startup, seperti Zomato, Matahari Mall, dan Zilingo Indonesia. Menggabukan kekuatan dari keduanya, akhirnya Dropezy dirintis pada akhir 2019.

Kepada DailySocial, Nitesh menuturkan meski ada banyak platform online tetapi faktor ketidaknyamanan masih belum optimal karena konsumen tetap harus membeli kebutuhan sehari-hari dalam jumlah yang lebih sedikit. Aplikasi yang ada saat ini menetapkan batas minimum pemesanan yang tinggi, belum lagi ongkos kirimnya yang mahal.

“Selain itu, belum ada satu platform pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga. Padahal saat memesan secara online, namun ada barang tidak terpenuhi, akhirnya konsumen harus pergi ke supermarket untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kami memulai Dropezy untuk memperbaiki masalah ini,” terangnya.

Model bisnis Dropezy

Perusahaan menempatkan dirinya sebagai platform kebutuhan sehari-hari (daily needs platform), bukan grocery platform. Dengan konsep itu, konsumen dapat membeli dalam kuantitas lebih kecil secara beberapa kali dalam sebulan. “Kami percaya pada konsep ‘Buy small, eat fresh’ dan ‘Top up, don’t stock up’. Kami yakin bahwa orang Indonesia tidak suka melakukan pembelian massal di awal bulan, tetapi memilih membeli dalam jumlah kecil setiap hari atau pada hari yang berbeda.”

Ia melanjutkan, “Juga orang Indonesia lebih suka membeli segar dan tidak menyimpan di rumah mereka. Orang Indonesia juga suka pergi ke pasar dan membeli dari Langganan mereka setiap saat. Inilah yang coba kami tiru. Dengan menjadikan Dropezy sebagai langganan, di mana mereka bisa datang dan berbelanja setiap beberapa hari dalam jumlah yang lebih sedikit, fresh dan hanya membayar sedikit ongkos kirim tanpa minimum order.”

Perusahaan membeli produk sehari-hari dari brand prinsipal, distributor, agen, grosir, dan partner B2B untuk dijual kembali ke konsumen Dropezy. Alhasil seluruh produk yang dibeli dari Dropezy datang langsung dari gudang perusahaan dengan logistik sendiri. “Karena sumbernya langsung dari prinsipal, kami bisa membuat margin yang layak.”

Seluruh pemesanan akan dikirim pada hari berikutnya, tidak diberlakukan minimum order, ongkos kirim mulai dari Rp5 ribu (gratis jika belanja di atas Rp150 ribu), dan terdapat fitur baru, yakni pemesanan berulang (recurring) untuk mengakomodasi konsumen dapat memilih item sebelumnya dan merencanakan untuk terus memesannya secara rutin.

Sementara ini Dropezy baru melayani pengiriman khusus area Jakarta. Para penggunanya adalah para ibu-ibu dari generasi milenial dan belakangan ini semenjak pandemi, mulai bermunculan laki-laki yang malas atau takut berbelanja di luar rumah.

“Covid-19 telah menjadi berkah tersembunyi bagi kami. Sebelumnya sulit untuk meyakinkan seseorang untuk berbelanja bahan makanan secara online, tetapi Covid-19 telah melakukan pekerjaan itu untuk kami. Dan kami percaya bahkan ketika Covid-19 berakhir, orang-orang yang terbiasa berbelanja online akan tetap melanjutkan. Perilaku telah diubah.”

Dengan prospek yang cerah tersebut, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan pra-awal dengan nilai dirahasiakan dari Taurus Ventures dan Kopi Kenangan Fund. Dana segar ini akan digunakan untuk meningkatkan platform, merekrut talenta baru, menambah fitur baru, menyiapkan hub distribusi mikro untuk memastikan pengiriman yang cepat dan efisien.

Lalu, mengembangkan private-label untuk lebih banyak unit penyimpanan stok (SKU) dan memperkenalkan metode pembayaran “paylater”. “Kami akan luncurkan aplikasi Dropezy bulan depan (baca: April 2021), memperluas gudang & fokus pada pemasaran untuk menjangkau pelanggan baru,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here