Acer Predator Helios 300 Resmi Mendarat di Indonesia, Tawarkan Value yang Sangat Baik untuk Gamer Maupun Kreator

Acer kembali memperkenalkan laptop gaming yang sangat menarik untuk pasar tanah air, yakni Predator Helios 300 (PH315-53). Menarik karena ia didukung oleh spesifikasi yang sangat mumpuni, tapi di saat yang sama dijual dengan harga yang terbilang kompetitif.

Banderol resmi perangkat ini dipatok di angka Rp26.999.000, dan sepintas itu jelas terdengar jauh dari kata terjangkau. Namun di tengah kelangkaan stok GPU seperti sekarang, membeli laptop gaming mungkin bisa menjadi keputusan yang lebih bijaksana daripada merakit PC.

Sentimen itulah yang saya dapatkan setelah mendengar testimoni Tara Arts, YouTuber gaming yang hadir dalam acara media hands-on Predator Helios 300. Saya tahu Tara Arts merupakan brand ambassador (BA) Predator Gaming, namun ketika ia mulai mengaitkan value yang ditawarkan laptop ini dengan fakta bahwa harga kartu grafis di pasaran yang sedang di luar nalar, saya pun langsung mengangguk-angguk setuju.

Memangnya spesifikasi seperti apa yang bakal Anda dapatkan dengan modal 27 juta rupiah itu? Yang paling utama, prosesor 8-core/16-thread Intel Core i7-10870H dan GPU Nvidia GeForce RTX 3070 Max-Q. Kombinasi ini, menurut Tara Arts, sudah mampu menjalankan Cyberpunk 2077 di resolusi 1080p dengan setting rata kanan, dibantu oleh DLSS. Kalau Anda pernah memainkan Cyberpunk 2077, saya yakin Anda pasti tahu betapa beratnya game tersebut.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 16 GB dan SSD NVMe berkapasitas 512 GB. Angka-angka ini bisa dikatakan tentatif, sebab konsumen masih bisa menambahnya lebih jauh lagi berkat keberadaan 2 slot NVMe, 1 slot SATA, dan 2 slot RAM. Dalam posisi mentok alias endgame, Predator Helios 300 bisa menawarkan RAM 32 GB, SSD 2 TB, dan HDD 2 TB, dan ini pada dasarnya menjadikannya ideal untuk keperluan kreasi konten.

Tara Arts sendiri membenarkan pendapat bahwa laptop ini tak hanya cocok untuk gamer, melainkan juga untuk kalangan kreator. Tugas-tugas berat seperti render video 4K dapat diselesaikannya dengan cepat, dan semua itu dilakukan selagi perangkat tetap terasa dingin. Seperti yang kita tahu, ‘penyakit’ umum laptop adalah panas, terutama kalau spesifikasinya setinggi ini. Namun itu rupanya tidak berlaku untuk Predator Helios 300.

Rahasianya terletak pada sistem pendingin dua kipas yang sangat efisien, yang mampu memaksimalkan aliran udara selagi meminimalkan kebisingan. Tiap-tiap bilah kipasnya memiliki tebal cuma 0,1 mm, dan karena lebih tipis, otomatis jumlah bilahnya pun bisa diperbanyak di setiap unit kipas.

Selain tipis, bilah kipasnya juga mempunyai rancangan yang cukup unik yang mencakup tepi bergerigi, sayap kecil di ujung atas dan bawah, serta sirip melengkung di sepanjang bagian dalam setiap bilah. Hasilnya adalah peningkatan aliran udara hingga 45% jika dibandingkan dengan kipas biasa.

Pada kenyataannya, sistem pendingin yang lebih baik merupakan salah satu kelebihan seri Predator Helios ketimbang seri Predator Nitro kalau berdasarkan penjelasan Dimas Setyo selaku Presales Manager Acer Indonesia. Faktor pembeda lainnya meliputi material yang lebih bagus, serta layar yang lebih superior.

Benar saja, pada Predator Helios 300, superioritas layarnya sebenarnya sudah bisa diterka dari namanya. Perangkat ini mengemas panel IPS 15,6 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 300 Hz. Menurut Adrian Lesmono, Country Consumer Business Lead Nvidia untuk Indonesia, dengan refresh rate setinggi itu, otomatis laptop ini sudah bisa dimasukkan ke dalam standar esport, apalagi mengingat ia sudah didukung penuh oleh teknologi Nvidia Reflex yang akan semakin memangkas latensi lebih jauh lagi.

Sebagai referensi, refresh rate paling tinggi yang bisa kita dapatkan dari monitor gaming terkini sejauh ini adalah 360 Hz. Acer sebenarnya bisa saja menyematkan resolusi yang lebih tinggi, akan tetapi perpaduan resolusi 1080p dan refresh rate 300 Hz pada dasarnya merupakan indikasi bahwa fokus yang dituju adalah ranah gaming kompetitif.

Sekali lagi, banderol harga Rp26.999.000 itu relatif mahal, namun Tara Arts berpendapat bahwa value yang didapat cukup sepadan. Secara fisik, dimensi perangkat ini juga tergolong cukup ringkas, dengan tebal 22,9 mm dan bobot 2,3 kg. Menurut Tara Arts, ukurannya pas untuk dibawa-bawa dan digunakan selama masa WFH alias “work from hanywhere“.

Nvidia Reflex Janjikan Pengurangan Latency yang Signifikan Bagi Para Gamer Kompetitif

Dalam pengumuman keluarga keluarga kartu grafis GeForce RTX 30 Series, Nvidia juga memperkenalkan sejumlah teknologi inovatif yang dirancang untuk memanjakan para gamer. Salah satu yang cukup menarik adalah Nvidia Reflex, yang dipercaya bisa membawa dampak langsung di kancah esport maupun competitive gaming secara umum.

Reflex sejatinya merupakan kumpulan teknologi berbasis hardware dan software, dan Nvidia membuatnya dengan satu tujuan, yakni mengukur sekaligus mengurangi latency sistem, atau yang biasa dikenal juga dengan istilah input lag. Harapannya tentu saja adalah, dengan semakin minimnya latency, skill bermain kita bisa lebih ditingkatkan lagi.

Reflex terdiri dari setidaknya dua komponen utama. Yang pertama adalah Nvidia Reflex SDK, kumpulan API (application programming interface) baru yang dapat dimanfaatkan oleh para developer game. Jadi ketika sudah diintegrasikan ke dalam game, bakal ada satu opsi tambahan berlabel “Nvidia Reflex Low Latency” yang dapat diaktifkan dari menu pengaturan grafis masing-masing game.

Saat diaktifkan, fitur ini diyakini sanggup meningkatkan responsivitas secara keseluruhan, membantu meningkatkan akurasi bidikan para pemain, serta menyajikan informasi lokasi musuh yang lebih up-to-date. Efeknya dipercaya lebih signifikan daripada menggunakan fitur Ultra Low Latency Mode yang dapat diaktifkan melalui Nvidia Control Panel.

Sejauh ini sudah ada tiga game yang mendukung Reflex SDK – Fortnite, Apex Legends, Valorant – dan ke depannya bakal ada lebih banyak lagi. Untuk bisa menikmatinya, kita juga tidak wajib menggunakan kartu grafis RTX 30 Series. Menurut Nvidia, di kartu kelas menengah seperti GTX 1660 Super pun Reflex sudah bisa memberikan peningkatan responsivitas hingga sebesar 33%.

Namun kalau kita memakai RTX 3080 plus monitor G-Sync 360 Hz, efek pengurangan latency-nya bakal jauh lebih terasa. Ini dikarenakan Nvidia telah menanamkan chip Reflex Latency Analyzer pada monitor-monitor 360 Hz yang siap menyerbu pasaran dalam waktu dekat, yang berfungsi untuk mengukur latency secara mendetail.

Menggunakan monitor-monitor tersebut, pengguna dapat menyambungkan mouse yang kompatibel langsung ke monitor, dan dari situ sistem akan mendeteksi setiap klik mouse, lalu mengukur waktu yang dibutuhkan oleh setiap perubahan pixel pada layar, semisal saat klik kiri ditekan dan tampilan laras senjata di layar menyala.

Nvidia bilang pengukuran semacam ini sebelumnya membutuhkan kamera khusus beserta perlengkapan lain yang kalau ditotal bisa melebihi $7.000. Nvidia berharap kehadiran Reflex Latency Analyzer bisa membantu gamer lebih percaya diri dalam setiap sesi ranked match.

Reflex mungkin terdengar kurang begitu esensial di telinga gamer secara umum. Namun buat yang memang menggeluti bidang kompetitif, baik secara profesional maupun non-profesional, peningkatan responsivitas sekecil apapun pastinya bakal selalu disambut dengan senang hati.

Sumber: Nvidia.