Deretan Laptop Gaming Acer Bakal Menerima Peningkatan Performa Grafis via Firmware Update

Tidak setiap hari kita melihat sebuah laptop gaming bisa meningkat performanya saat sudah berada di tangan konsumen. Namun itulah yang hendak dicapai Acer pada deretan laptop gaming-nya yang dibekali GPU Nvidia GeForce RTX 30-series, mulai dari seri Nitro 5, Predator Helios 300, sampai Predator Triton 300.

Mereka berniat merilis firmware update gratis yang bakal meningkatkan angka TGP (Total Graphics Power) dari GPU masing-masing laptop. Kenaikannya bakal berbeda-beda tergantung masing-masing laptop; ada yang cuma naik 5 watt, ada pula yang naik hingga 30 watt. Secara teori, peningkatan angka TGP berarti GPU bisa menerima asupan daya yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat diterjemahkan menjadi peningkatan performa grafis.

Bayangkan ada dua laptop gaming yang sama-sama ditenagai GPU RTX 3060. Apakah kinerja grafis keduanya sudah pasti identik? Belum tentu, sebab bisa jadi angka TGP yang dimiliki GPU masing-masing laptop berbeda. Satu dengan TGP 100W, satu lagi dengan TGP 130W, misalnya. Kenapa bisa berbeda? Karena angka TGP yang lebih besar berarti panas yang dihasilkan pun lebih tinggi, dan sistem pendingin setiap laptop tentu berbeda satu dengan yang lainnya.

Rencana yang hendak dieksekusi Acer ini pada dasarnya mengindikasikan kepercayaan diri mereka atas sistem pendingin yang tertanam pada deretan laptop gaming-nya. Seandainya sistem pendinginnya tidak sanggup mengompensasi panas ekstra yang dihasilkan, maka sia-sia saja kenaikan angka TGP-nya, sebab GPU-nya pasti bakal mengalami throttling dan tidak mampu mencapai performa puncaknya.

Idealnya, laptoplaptop ini bakal mencatatkan angka fps (frame per second) yang lebih tinggi saat dipakai bermain game pasca menerima update. Seberapa besar peningkatannya masih belum diketahui, dan pastinya berbeda-beda dari satu laptop ke yang lainnya (dan juga tergantung judul game yang dimainkan).

Juga belum diketahui adalah apakah pengguna nantinya bisa melakukan roll back dengan mudah, terutama jika mereka keberatan dengan suara kipas pendingin yang semakin bising (karena harus berputar lebih cepat demi mengompensasi panas ekstra yang dihasilkan).

Sumber: PC Gamer.

Atasi Kelangkaan Stok Kartu Grafis, Nvidia Produksi Kembali RTX 2060 dan GTX 1050 Ti

Anda yang berencana atau sempat membeli kartu grafis baru dalam beberapa bulan terakhir pasti tahu bahwa stok kategori produk ini sedang langka-langkanya. Bukan cuma kartu generasi baru saja (Nvidia RTX 30 Series dan AMD Radeon RX 6000 Series), melainkan juga kartu-kartu dari generasi sebelumnya.

Kelangkaan stok kartu grafis semakin diperparah dengan meningkatnya tren cryptocurrency mining. Produk yang tadinya ditujukan untuk para gamer malah diborong habis oleh para penambang Bitcoin, Ethereum, Dogecoin dan lain sebagainya. Berdasarkan pengakuan Nvidia sendiri, kemungkinan kelangkaan stok ini akan terus berlanjut sampai setidaknya bulan April 2021.

Belum lama ini, Nvidia memperkenalkan RTX 3060, dan para vendor sedang bersiap untuk segera memasarkannya mulai 25 Februari mendatang. Namun kalau melihat tren dalam beberapa bulan terakhir, hampir bisa dipastikan bahwa kartu grafis anyar ini akan terjual habis dengan sangat cepat.

Sebagai solusi sementara, Nvidia kabarnya sedang memproduksi kembali GPU lama, spesifiknya RTX 2060 dan GTX 1050 Ti. Harapannya adalah, dengan bertambahnya stok barang, kedua kartu grafis lawas ini tidak ikut melambung harganya seperti sekarang. Kabar ini bukan lagi sebatas rumor, melainkan sudah dikonfirmasi langsung oleh perwakilan Nvidia kepada PC World.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, kenapa harus RTX 2060 dan GTX 1050 Ti? Kenapa tidak yang lain saja, semisal RTX 2070 atau GTX 1660? Nvidia memang tidak memberikan penjelasan, tapi setidaknya kita bisa berspekulasi.

Nvidia GeForce GTX 1050 Ti

Untuk RTX 2060, kemungkinan premisnya adalah menghadirkan kartu grafis lawas yang performanya tidak melampaui kartu baru. RTX 2060 juga lebih mudah untuk diproduksi karena masih menggunakan proses pabrikasi 12 nm, dan itu berarti Nvidia tidak akan kesulitan memenuhi permintaan yang tinggi.

Untuk GTX 1050 Ti, kemungkinan alasannya berkaitan dengan spesifikasi teknisnya, yaitu memory GDDR5 berkapasitas 4 GB yang diusungnya. Kabarnya, agar bisa menambang Ethereum secara efisien, dibutuhkan kartu grafis dengan besaran memory lebih dari 4 GB. Berkaca pada asumsi ini, GTX 1050 Ti semestinya tidak akan dilirik oleh para crypto miner dan bisa memenuhi dahaga para gamer yang sedang berniat untuk meng-upgrade PC tuanya.

Fakta bahwa tipe memory yang digunakan masih GDDR5 juga menjadi jaminan bahwa Nvidia tidak akan menjumpai kesulitan dalam memproduksinya. Pasalnya, kalau berdasarkan rumor yang beredar, salah satu alasan di balik kelangkaan stok kartu grafis generasi baru adalah menipisnya suplai komponen memory GDDR6.

Membeli kartu grafis lawas di saat yang lebih baru sudah eksis mungkin terkesan kurang bijaksana. Namun kalau memang PC sedang memerlukan upgrade secara mendesak, kartu grafis lama tentu bisa menjadi alternatif di saat kartu generasi baru sedang krisis stok seperti sekarang. Problemnya cuma soal harga, dan semoga saja tambahan stok dari Nvidia ini bisa membantu menekan harganya sampai ke batas rasional.

Sumber: PC World.

Tak Hanya Upgrade Spesifikasi, Lenovo Legion 7 Edisi 2021 Juga Unggulkan Layar yang Istimewa

Seperti biasa setiap tahunnya, Lenovo meluncurkan sederet laptop baru di ajang CES. Dari sekian banyak laptop yang diungkap tahun ini, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah generasi terbaru dari Lenovo Legion 7.

Ketimbang sebatas mendapat penyegaran spesifikasi begitu saja, laptop ini juga menerima upgrade yang cukup dramatis di sektor layar: IPS 16 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel (QHD dengan aspect ratio 16:10) dan refresh rate 165 Hz. Bandingkan dengan generasi sebelumnya yang hanya mengemas layar 15 inci dengan resolusi 1080p dan refresh rate 144 Hz.

Lenovo cukup berbangga menjadi yang pertama menawarkan kombinasi ukuran 16 inci dengan resolusi QHD dan refresh rate 165 Hz. Lebih lanjut, layar milik Legion 7 ini juga sudah mengantongi sertifikasi DisplayHDR 400, Dolby Vision, serta Nvidia G-Sync. Tingkat kecerahan maksimumnya pun cukup tinggi di angka 500 nit.

Lalu untuk spesifikasinya, tentu saja Lenovo tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memanfaatkan inovasi yang paling baru, seperti misalnya GPU Nvidia RTX 30 Series untuk laptop. Pada konfigurasi termahalnya, Legion 7 menandemkan GPU RTX 3080 dengan prosesor 8-core AMD Ryzen 9 5900H yang juga masih sangat gres, plus RAM 32 GB dan SSD NVMe berkapasitas 2 TB.

Kinerja Legion 7 edisi 2021 juga semakin dioptimalkan berkat penyempurnaan pada sistem pendinginnya, yang bisa kita lihat dari banyaknya lubang ventilasi pada sasisnya. Menurut Lenovo, sistem pendingin generasi baru ini mampu meningkatkan sirkulasi udara hingga 18 persen jika dibandingkan dengan sistem milik generasi sebelumnya.

Semua itu dikemas dalam bodi yang masih tergolong ringkas untuk ukuran laptop 16 inci. Tebal bodinya tidak lebih dari 23,5 mm, dan bobotnya berada di kisaran 2,5 kg. Meski demikian, Lenovo rupanya masih bisa menjejalkan baterai berkapasitas 80 Wh serta seabrek port di bagian samping maupun belakangnya, termasuk halnya port Ethernet.

Rencananya, Lenovo Legion 7 edisi 2021 ini baru akan dijual mulai bulan Juni 2021. Harganya dipatok mulai $1.670, namun sejauh ini belum diketahui varian termurahnya itu mencakup spesifikasi apa saja.

Sumber: Lenovo dan PC Gamer.

Razer Perbarui Blade 15 dan Blade Pro 17 dengan GPU RTX 30 Series dan Opsi Layar 360 Hz

Seperti biasa ketika Nvidia atau AMD memperkenalkan seri GPU baru untuk laptop, produsen laptop gaming pun langsung tancap gas memperkenalkan penawaran-penawaran terbarunya. Peristiwa yang sama terjadi pekan lalu setelah Nvidia menyingkap RTX 30 Series untuk laptop. Dikatakan bahwa sejauh ini sudah ada lebih dari 70 model laptop yang hadir mengusung seri GPU berarsitektur Ampere tersebut.

Dari lusinan laptop itu, lebih dari separuhnya mengemas layar dengan refresh rate 240 Hz atau lebih. Dua di antaranya datang dari Razer, yakni Razer Blade 15 dan Razer Blade Pro 17. Keduanya sama-sama dapat dikonfigurasikan dengan layar 1080p dan refresh rate 360 Hz, lebih tinggi lagi daripada yang ditawarkan tahun lalu.

Razer Blade 15

Alternatifnya, konsumen Blade 15 juga bisa memilih dua kombinasi lain, yaitu 1440p 240 Hz atau 4K 60 Hz dengan panel OLED, sedangkan konsumen Blade Pro 17 memiliki dua opsi alternatif berupa 1440p 165 Hz atau 4K 120 Hz. Tentu saja semua itu tidak akan bisa diwujudkan tanpa melibatkan GPU RTX 30 Series, dan di sini konsumen bebas memilih antara RTX 3060, RTX 3070, atau RTX 3080.

Untuk prosesornya, Razer ternyata masih memercayakan prosesor yang sama, yakni Intel Core i7-10875H pada varian termahalnya. Seandainya saya sempat membeli Razer Blade 15 atau Blade Pro 17 edisi 2020, saya pasti bakal sangat menyesal. Pasalnya, yang berubah kali ini memang hanyalah spesifikasi layar dan GPU-nya, dan Razer pun tidak menaikkan harganya secara drastis.

Razer Blade Pro 17 / Razer
Razer Blade Pro 17 / Razer

Sebagai contoh, Blade 15 edisi 2020 dijual seharga $1.600 untuk varian termurahnya yang mengemas GPU GTX 1660 Ti. Untuk tahun ini, varian termurah Blade 15 yang mengusung GPU RTX 3060 dihargai $1.700. Razer Blade Pro 17 pun juga demikian; varian paling murahnya tahun lalu dibanderol $2.600, sedangkan tahun ini varian termurahnya yang ditenagai RTX 3060 dijual seharga $2.300.

Harga tersebut memang jauh dari patokan harga yang Nvidia tetapkan, akan tetapi Razer cukup bangga menyebut Blade 15 sebagai salah satu laptop gaming 15 inci paling ringkas yang ditenagai RTX 30 Series yang ada di pasaran saat ini, serta Blade Pro 17 sebagai salah satu yang paling tipis, dengan tebal bodi tidak lebih dari 2 cm. Di saat yang sama, Razer juga masih bisa menyematkan konektivitas yang lengkap, termasuk halnya SD card reader, dan ini tentu bisa menjadi daya tarik tersendiri di kalangan kreator konten.

Sumber: Razer.

Nvidia Perkenalkan RTX 3060 dan RTX 30 Series untuk Laptop

Nvidia belum selesai melengkapi keluarga kartu grafis berarsitektur Ampere besutannya. Di CES 2021, mereka secara resmi memperkenalkan RTX 3060, model yang paling terjangkau di seluruh lini RTX 30 Series, dengan banderol harga yang dimulai di angka $329.

Banderol tersebut menempatkan 3060 lebih murah lagi ketimbang 3060 Ti yang dipatok seharga $399. Pertanyaannya, apa saja yang dipangkas di 3060? Yang pertama adalah jumlah CUDA core; 3060 dibekali 3.584 CUDA core, sedangkan 3060 Ti dibekali 4.864 CUDA core. Memory bus width-nya juga lebih kecil, 192-bit dibanding 256-bit pada 3060 Ti.

Menariknya, 3060 justru punya VRAM yang lebih besar, persisnya 12 GB tipe GDDR6. Ini penting mengingat Nvidia baru saja mengumumkan teknologi Resizable BAR, yang memungkinkan prosesor untuk mengakses memory milik GPU secara keseluruhan demi semakin mendongkrak performa, dengan catatan motherboard-nya mendukung teknologi tersebut.

Resizable BAR pada dasarnya adalah jawaban Nvidia terhadap fitur Smart Access Memory yang dihadirkan oleh AMD Radeon RX 6000 Series. Yang istimewa, Nvidia merancang Resizable BAR supaya kompatibel dengan prosesor bikinan Intel maupun AMD.

Masih soal spesifikasi, 3060 memiliki base clock 1,32 GHz dan boost clock 1,78 GHz. Di atas kertas, 3060 semestinya bakal menyuguhkan sekitar tiga perempat dari performa 3060 Ti kalau hanya memperhatikan selisih jumlah CUDA core-nya tadi. Itu artinya performanya mungkin belum bisa menyaingi 2080 Super secara ketat seperti 3060 Ti.

Pada kenyataannya, Nvidia justru menyiapkan 3060 sebagai opsi upgrade yang rasional bagi mereka yang masih menggunakan GTX 1060. Berdasarkan survei Steam, 1060 masih merupakan GPU yang paling banyak digunakan, tapi belakangan usianya sudah mulai kelihatan ketika dipakai untuk menjalankan deretan game terbaru.

Nvidia sendiri mencontohkan bagaimana 1060 mampu menjalankan Watch Dogs 2 (game tahun 2016) di 60 fps menggunakan setting high, tapi hanya kuat menjalankan Watch Dogs: Legion di 24 fps. Menggunakan 3060, performa yang dihasilkan diperkirakan mencapai dua kali lipat performa 1060, dan itu belum termasuk fakta bahwa 3060 mendukung fitur-fitur seperti ray tracing dan DLSS – dua fitur yang sepenuhnya absen di GTX 1060.

Berbeda dari kakak-kakaknya, 3060 tidak akan hadir dalam versi Founders Edition. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai akhir Februari, meski mungkin stoknya juga bakal cukup langka seperti sederet GPU baru lainnya. $329 sendiri merupakan banderol yang sangat menarik, sebab RTX 2060 dihargai $349 pada awal peluncurannya dua tahun silam.

RTX 30 Series untuk laptop

GeForce RTX 30 Series laptops

Di samping memperkenalkan RTX 3060, Nvidia juga mengumumkan ketersediaan GPU RTX 30 Series untuk laptop. Sejauh ini Nvidia bilang sudah ada lebih dari 70 model laptop dari beragam merek yang hadir mengusung GPU RTX 30 Series, dan lebih dari separuhnya dilengkapi dengan layar yang memiliki refresh rate 240 Hz atau lebih.

Dukungan refresh rate setinggi itu mengindikasikan performa bengis RTX 30 Series versi laptop. Kalau dijabarkan, Nvidia menawarkan tiga model sebagai berikut:

RTX 3060, dengan kemampuan menjalankan game di 90 fps menggunakan setting ultra pada resolusi 1080p. Laptop yang dibekali RTX 3060 dimulai di harga $999, istimewa mengingat performanya diklaim lebih kencang daripada laptoplaptop yang dibekali RTX 2080 Super yang biasanya dihargai $2.500 atau lebih. Kalau dibandingkan dengan PS5, Nvidia optimis performa yang dihasilkan RTX 3060 di laptop bisa 1,3 kali lebih cepat.

RTX 3070, yang sanggup menyajikan 90 fps pada resolusi 1440p dengan setting ultra. Harga jual laptop yang menggunakan RTX 3070 dimulai di angka $1.299, dan kinerjanya dipastikan 50% lebih gegas daripada laptop yang ditenagai RTX 2070.

RTX 3080, dengan memory GDDR6 16 GB untuk memenuhi kebutuhan gamer sekaligus kreator yang paling menuntut. Game dengan setting ultra pada resolusi 1440p dapat dijalankan dengan sangat mulus di lebih dari 100 fps, atau di kisaran 240 fps untuk gamegame esport macam Overwatch atau Valorant. Harga laptop yang mengusung RTX 3080 kabarnya dimulai di angka $1.999.

Sumber: Nvidia 1, 2.

Nvidia Reflex Janjikan Pengurangan Latency yang Signifikan Bagi Para Gamer Kompetitif

Dalam pengumuman keluarga keluarga kartu grafis GeForce RTX 30 Series, Nvidia juga memperkenalkan sejumlah teknologi inovatif yang dirancang untuk memanjakan para gamer. Salah satu yang cukup menarik adalah Nvidia Reflex, yang dipercaya bisa membawa dampak langsung di kancah esport maupun competitive gaming secara umum.

Reflex sejatinya merupakan kumpulan teknologi berbasis hardware dan software, dan Nvidia membuatnya dengan satu tujuan, yakni mengukur sekaligus mengurangi latency sistem, atau yang biasa dikenal juga dengan istilah input lag. Harapannya tentu saja adalah, dengan semakin minimnya latency, skill bermain kita bisa lebih ditingkatkan lagi.

Reflex terdiri dari setidaknya dua komponen utama. Yang pertama adalah Nvidia Reflex SDK, kumpulan API (application programming interface) baru yang dapat dimanfaatkan oleh para developer game. Jadi ketika sudah diintegrasikan ke dalam game, bakal ada satu opsi tambahan berlabel “Nvidia Reflex Low Latency” yang dapat diaktifkan dari menu pengaturan grafis masing-masing game.

Saat diaktifkan, fitur ini diyakini sanggup meningkatkan responsivitas secara keseluruhan, membantu meningkatkan akurasi bidikan para pemain, serta menyajikan informasi lokasi musuh yang lebih up-to-date. Efeknya dipercaya lebih signifikan daripada menggunakan fitur Ultra Low Latency Mode yang dapat diaktifkan melalui Nvidia Control Panel.

Sejauh ini sudah ada tiga game yang mendukung Reflex SDK – Fortnite, Apex Legends, Valorant – dan ke depannya bakal ada lebih banyak lagi. Untuk bisa menikmatinya, kita juga tidak wajib menggunakan kartu grafis RTX 30 Series. Menurut Nvidia, di kartu kelas menengah seperti GTX 1660 Super pun Reflex sudah bisa memberikan peningkatan responsivitas hingga sebesar 33%.

Namun kalau kita memakai RTX 3080 plus monitor G-Sync 360 Hz, efek pengurangan latency-nya bakal jauh lebih terasa. Ini dikarenakan Nvidia telah menanamkan chip Reflex Latency Analyzer pada monitor-monitor 360 Hz yang siap menyerbu pasaran dalam waktu dekat, yang berfungsi untuk mengukur latency secara mendetail.

Menggunakan monitor-monitor tersebut, pengguna dapat menyambungkan mouse yang kompatibel langsung ke monitor, dan dari situ sistem akan mendeteksi setiap klik mouse, lalu mengukur waktu yang dibutuhkan oleh setiap perubahan pixel pada layar, semisal saat klik kiri ditekan dan tampilan laras senjata di layar menyala.

Nvidia bilang pengukuran semacam ini sebelumnya membutuhkan kamera khusus beserta perlengkapan lain yang kalau ditotal bisa melebihi $7.000. Nvidia berharap kehadiran Reflex Latency Analyzer bisa membantu gamer lebih percaya diri dalam setiap sesi ranked match.

Reflex mungkin terdengar kurang begitu esensial di telinga gamer secara umum. Namun buat yang memang menggeluti bidang kompetitif, baik secara profesional maupun non-profesional, peningkatan responsivitas sekecil apapun pastinya bakal selalu disambut dengan senang hati.

Sumber: Nvidia.