VR Headset Oculus Go Resmi Dipensiunkan

Diumumkan sekitar tiga tahun lalu, Oculus Go merupakan salah satu pelopor kategori virtual reality headset bertipe standalone atau all-in-one. Harganya memang lebih mahal daripada VR headset macam Samsung Gear VR, akan tetapi penggunaannya jelas lebih praktis karena perangkat dapat beroperasi tanpa perlu diselipi smartphone atau tersambung ke komputer.

Namun kalau dibandingkan dengan headset non-portable macam Oculus Rift, Oculus Go jelas terkesan amat terbatas kemampuannya. Yang paling utama, Go cuma mendukung tracking 3DoF, bukan 6DoF. Ini berarti Go tidak bisa memonitor pergerakan kepala secara menyeluruh; perangkat tidak akan mengenali perpindahan posisi kepala (naik-turun, maju-mundur, kiri-kanan).

Maka dari itu ketika Oculus Quest diperkenalkan setahun setelahnya, pamor Go pun langsung redup. Quest sama-sama berwujud standalone dan dapat beroperasi secara mandiri, tapi di saat yang sama ia menawarkan kapabilitas tracking 6DoF sehingga menjadikannya sangat cocok untuk keperluan gaming.

Singkat cerita, tracking 6DoF ibarat syarat wajib yang harus dipenuhi VR headset, terutama jika gaming merupakan ranah yang dituju, dan Oculus beserta Facebook menyadari hal itu. Mereka memutuskan untuk berhenti menjual Go tahun ini juga, dan mereka memastikan bahwa ke depannya tidak akan ada lagi VR headset baru dari mereka yang cuma menawarkan tracking 3DoF seperti Go.

Fokus Oculus kini dialihkan ke Quest yang jauh lebih kapabel / Oculus
Fokus Oculus kini dialihkan ke Quest yang jauh lebih kapabel / Oculus

Meski sudah di-discontinue, Oculus Go dipastikan tetap bisa dipakai seperti biasa. Oculus tetap akan merilis sejumlah perbaikan via software sampai tahun 2022, namun jangan mengharapkan adanya fitur baru buat Go. Menjelang akhir tahun nanti, Oculus Go juga tidak akan lagi kedatangan aplikasi baru maupun update terhadap yang sudah ada.

Dipensiunkannya Go ini berarti Oculus bisa mengerahkan waktu dan tenaga lebih banyak untuk mengembangkan Quest beserta Rift. Belum lama ini, beredar rumor bahwa Oculus sedang mengerjakan suksesor Quest yang lebih ergonomis sekaligus lebih canggih. Namun sebelum itu terealisasi, Oculus akan lebih dulu menyempurnakan Quest yang ada sekarang.

Caranya adalah dengan mempermudah proses distribusi konten. Memasuki awal tahun depan, aplikasi untuk Quest tak hanya bisa didapat dari Oculus Store saja, tapi bisa juga dari developer-nya langsung dan tanpa melibatkan proses sideloading yang rumit. Mekanisme baru ini tentunya lebih memudahkan pihak developer mengingat mereka tak lagi perlu menunggu aplikasinya disetujui di Oculus Store, dan Oculus berharap ini bisa memicu gelombang baru konten berkualitas buat seluruh konsumen Quest.

Sumber: Upload VR dan Oculus.

VR Tambah Subur, Diujungtombaki PlayStation VR dan Oculus

Ujian sesungguhnya bagi virtual dan augmented reality telah dimulai, ketika makin banyak orang mencobanya dan mitos yang dahulu hinggap pada perangkat cross reality memudar. Signifikansinya dibanding platform hiburan mainstream memang tidak begitu besar, namun VR dan AR sepertinya sudah menemukan pasarnya sendiri dan tumbuh dengan sehat.

Di minggu ini, IDC melaporkan bahwa pasar VR dan AR menunjukkan kenaikan year-over-year sebesar 9,4 persen per kuartal tiga 2018 kemarin. Data tersebut merupakan kabar gembira bagi para pemain di bidang ini, karena distribusi produk virtual reality sempat menurun empat triwulan berturut-turut. Buat sekarang, head-mounted display virtual reality menguasai 97 persen produk AR dan VR, dan menunjukkan kenaikan 8,2 persen dari periode yang sama tahun lalu – mencapai 1,9 juta unit.

Berdasarkan data IDC, peningkatan ini diujungtombaki oleh dua brand lewat pendekatan produk berbeda. Di segmen VR tethered/berkabel, PlayStation VR dan Oculus terlihat mendominasi, masing-masing berhasil menyumbangkan angka pengapalan 463 ribu dan 300 ribu unit dalam setahun. Di posisi ketiga, HTC membuntuti dengan 230 ribu headset. Itu berarti, untuk pertama kalinya distribusi HMD VR berkabel melampaui 1 juta unit.

Segmen HMD standalone meroket 428,6 persen, dan kini menguasai 20,6 persen pasar VR. Dua brand terlihat menonjol di sana: Oculus Go dan Xiaomi Mi VR. Pada dasarnya, mereka merupakan produk yang sama, tapi punya nama dipasarkan ke wilayah berbeda. Ketika dijumlahkan, angka pengapalan keduanya mendekati 250 ribu unit – membuatnya jadi perangkat standalone paling populer.

Meski Sony boleh dibilang berada di posisi pertama, Facebook-lah yang sukses memasarkan produk virtual reality paling banyak jika ditakar dari total varian tethered maupun standalone. Tanpa menyertakan Xiaomi Mi VR, distribusi headset Oculus menyentuh 491 ribu unit. Itu berarti, brand punya Facebook itu mengamankan 25,9 persen pasar VR.

Namun ada berita buruk di tengah kabar baik ini: kepopuleran headset-headset tanpa layar seperti Samsung Galaxy Gear VR terus merosot. Penurunannya sangat signifikan, yaitu 58,6 persen, disebabkan oleh ketersediaan yang berkurang dan habisnya program diskon. Hal tersebut diperparah oleh tidak kompatibelnya smartphone Samsung terbaru dengan Gear VR.

Pertumbuhan augmented reality juga tidak buruk. Lenovo mengamankan posisi pertama dengan keberhasilan mereka mengapalkan 23 ribu unit headset dalam setahun. Mayoritas dari produk tersebut adalah HMD Star Wars Jedi Challenge yang ditargetkan pada end-user. Tanpa menyertakan model ini, nama-nama seperti Epzon dan Vuzix menyumbang peningkatan sebesar 1,1 persen.

Oculus Go Kedatangan Fitur Casting, Konten Dapat Di-stream ke Smartphone atau Tablet

Dari segi performa, Oculus Go memang tidak semumpuni Oculus Quest yang akan meluncur tahun depan. Namun dengan banderol $200, ia merupakan VR headset yang pantas dibeli semua orang, bahkan termasuk konsumen Oculus Rift seandainya mereka bosan bermain dan hendak bersantai di home theater virtual.

Sebagai perangkat portabel, Oculus Go dapat selalu menemani penggunanya ke mana pun mereka pergi. Terlepas dari itu, tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa VR headset merupakan gadget yang bersifat privat. Maksudnya, cuma penggunanya sendiri yang bisa menikmati konten yang disajikan.

Itu berarti kita tidak bisa pamer ke orang lain tanpa mempersilakan mereka menggunakannya sendiri. Solusinya, menurut Oculus, adalah fitur Casting yang baru saja mereka rilis versi beta-nya untuk Oculus Go.

Oculus Go Casting

Fitur ini pada dasarnya memungkinkan konten yang tengah tersaji di Oculus Go untuk di-stream ke perangkat mobile. Asalkan smartphone atau tablet-nya terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama seperti Oculus Go, Casting bisa langsung diaktifkan melalui menu Oculus Go.

Ini berarti orang di sekitar kita dapat ikut menyimak apa yang sedang kita mainkan atau tonton di Oculus Go, tanpa perlu meminjam perangkatnya. Jadi semisal pengguna sedang berkunjung ke rumah teman, mereka bisa pamer dan semuanya bisa ikut menyaksikan tanpa harus menggunakan perangkat secara bergantian.

Oculus Go Casting

Kedengarannya sepele memang, tapi fitur ini setidaknya bisa mengurangi kesan bahwa pengguna VR headset adalah manusia-manusia egois yang tidak peduli dengan sekitarnya selagi asyik berada di realita buatan. Sangat disayangkan Casting hanya kompatibel dengan ponsel atau tablet, setidaknya untuk saat ini. Akan lebih menarik lagi jika konten dari Oculus Go juga dapat di-stream ke TV.

Sumber: Oculus.

Oculus Rift Cuma Cocok untuk Gaming, Layanan Video On-Demand-nya Dihentikan

Apa fungsi VR headset selain untuk gaming? Tidak ada, kalau konteks yang dibicarakan adalah VR headset kelas desktop macam Oculus Rift. Bukankah penggunanya juga bisa menikmati video 360 derajat? Ya, namun potensi besar perangkat itu sebaiknya diarahkan ke gaming saja sepenuhnya.

Kalau Anda tidak percaya, coba lihat kebijakan terbaru yang ditetapkan Oculus. Mereka baru saja menghentikan layanan video on-demand (VOD) untuk Oculus Rift, yang berarti pengguna headset tersebut tak lagi bisa membeli atau menyewa video untuk ditonton menggunakan perangkatnya masing-masing.

Buat yang sudah terlanjur membeli, koleksi videonya masih bisa dinikmati sampai 20 November nanti, namun Oculus juga berencana untuk mengganti pengeluaran konsumen Rift di layanan VOD-nya selama ini. Kalau memang masih ngotot ingin menonton video 360 derajat, toh masih ada sajian dari platform seperti Facebook 360.

Keputusan ini didasari observasi Oculus yang menyimpulkan bahwa mayoritas konsumen Rift menggunakan perangkatnya murni untuk gaming. Lain halnya dengan Oculus Go, yang lebih diarahkan ke multimedia mengingat spesifikasinya memang lebih ‘lemah syahwat’.

Itulah mengapa layanan VOD masih bakal bisa diakses oleh konsumen Oculus Go. Yang masih tanda tanya adalah Oculus Quest, namun dugaan saya perangkat itu juga akan diperlakukan seperti Rift saat dirilis tahun depan, mengingat spesifikasinya memang jauh lebih mumpuni ketimbang Go.

Sumber: Variety.

Aplikasi Streaming Oculus TV Resmi Diluncurkan untuk VR Headset Oculus Go

Dijual seharga $199 saja, Oculus Go pada dasarnya bisa dilihat sebagai perangkat home theater murah meriah. VR headset tipe standalone tersebut mengemas panel display sebesar 5,5 inci dengan resolusi 2560 x 1440 (538 ppi), dan ketika dikenakan, pengguna dapat merasakan sensasi menonton TV seukuran 180 inci.

Juga sangat mendukung adalah sifatnya yang portable, yang berarti ‘home theater‘ ini bisa kita bawa-bawa dan nikmati kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, tidak mengejutkan apabila tim Oculus bersedia meluangkan waktunya untuk mengembangkan aplikasi khusus bernama Oculus TV.

Oculus TV

Pada dasarnya hampir semua layanan streaming video, baik live maupun on-demand, dapat diakses melalui Oculus TV. Beberapa layanan memang membutuhkan subscription, dan ini tetap berlaku ketika pengguna mengaksesnya lewat Oculus TV.

Tampilan aplikasinya sengaja dibuat seminimal mungkin dengan merujuk pada suasana nyaman yang biasa didapat di suatu lounge. Salah satu sumber konten yang menjadi andalan adalah Facebook Watch, tidak heran mengingat Facebook memang merupakan induk perusahaan Oculus.

Oculus TV

Ke depannya Oculus TV bakal kedatangan lebih banyak layanan streaming. Untuk sekarang, pengguna Oculus Go sudah bisa mengunduhnya secara cuma-cuma, dan nantinya aplikasi ini juga bakal dijadikan aplikasi default pada headset tersebut.

Yang masih tanda tanya sejauh ini adalah apakah aplikasi ini juga bakal hadir buat Gear VR. Di halaman Oculus Store, Gear VR tertera sebagai “unsupported devices“, membuat kita berspekulasi bahwa aplikasi ini eksklusif buat Oculus Go saja.

Sumber: Oculus.

Performa Oculus Go Kabarnya Berada di Atas Samsung Gear VR Plus Galaxy S7

Dengan dukungan canggihnya hardware PC, kualitas visual yang disuguhkan HTC Vive dan Oculus Rift memang mengagumkan. Tapi ada beberapa hal perlu terpenuhi agar proses adopsi headset VR kelas konsumen berjalan lebih cepat: pemakaiannya harus mudah, kontennya melimpah, harganya terjangkau, dan sebisa mungkin tidak membelenggu mobilitas sang pengguna.

Itulah faktor pencetus tren HMD VR standalone di kalangan produsen hardware, dan Facebook menjawabnya dengan memperkenalkan Oculus Go di bulan September silam. Dalam pengumumannya, sang produsen berniat untuk meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun memasuki bulan ketiga 2018, produk ini masih belum tersedia.

Info lebih jauh terkait kinerja hardware Oculus Go belum lama diungkap oleh chief technical officer Oculus VR John Carmack lewat Twitter. Menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan headset VR tersebut, Carmack menyatakan bahwa Oculus Go mampu menyuguhkan kualitas grafis lebih baik dari Samsung Gear VR yang dipasangkan dengan smartphone Galaxy S7.

Di bulan Januari kemarin, Oculus VR mengumumkan kolaborasi bersama Xiaomi untuk memproduksi Oculus Go, serta mempersilakan produsen elektronik Beijing itu buat memasarkan HMD standalone Mi VR-nya sendiri khusus di wilayah Tiongkok. Walaupun berbeda nama, penampilan serta spesifikasi keduanya serupa. Mereka dibekali Qualcomm Snapdragon 821 – SoC yang turut mengotaki Google Pixel dan LG G6.

Pemilihan chip ini cukup menarik mengingat waktu itu Snapdragon 835 sudah tersedia. Sepertinya keputusan Oculus VR dipengaruhi oleh keinginan mereka menjajakan Oculus Go sebagai HMD virtual reality terjangkau. Dan karena tidak didesain untuk menjalankan fungsi-fungsi smartphone, Snapdragon 821 dapat lebih dioptimalkan ke aspek penyajian virtual reality.

Oculus Go menyajikan layar ‘fast-switch‘ 2K 2560x1440p. Carmack menjelaskan, panel tersebut mengusung jenis LCD, sehingga level kontrasnya tidak istimewa. Tetapi display ini mempunyai lebih banyak subpixel, lalu Oculus VR juga bilang telah memperbaiki masalah yang menyebabkan rendahnya mutu warna.

Selain aspek visual, produsen juga memperhatikan sisi output suara serta kebebasan interaksi. Oculus VR melengkapi Go dengan sistem audio spasial serta unit controller motion. Dan di waktu ke depan, produsen akan membubuhkan fitur ‘casting‘ konten ke layar sekunder.

Oculus Go rencananya akan dijajakan di harga US$ 200.

Berbicara soal performa, sulit bagi Oculus Go untuk mengejar headset ber-platform  Snapdragon 845 Mobile VR. Namun pemanfaatan Snapdragon 821 sendiri menunjukkan kesiapan Qualcomm memenuhi permintaan terhadap chip pendukung headset VR standalone di kelas berbeda.

Via VentureBeat.

Kolaborasi Oculus dan Xiaomi Hadirkan Headset VR Oculus Go dan Mi VR Standalone

Kolaborasi di ranah teknologi bukan hal baru, bahkan perusahaan sekelas Apple, Samsung dan LG yang kerap berkompetisi di pasar akhir, memiliki ketergantungan satu sama lain untuk menyempurnakan perangkatnya. Jadi, bukan kabar mengejutkan jika Facebook melalui Oculus dan Xiaomi yang notabene bukan kompetitor mengumumkan kesepakatan kolaborasi untuk meracik perangkat headset VR yang disebut ekslusif untuk pasar Tiongkok.

Dalam kesepakatan ini, Xiaomi akan menjadi pihak yang bertanggung jawab merakit Oculus Go, headset seharga $199 yang pertama kali diumumkan pada bulan Oktober tahun lalu. Dalam pengumuman yang sama, Oculus juga memperkenalkan headset baru Mi VR Standalone, headset berlabel Xiaomi yang mengemas teknologi Oculus untuk pasar Tiongkok. Secara fisik, headset ini tampak mirip sekali dengan Oculus Go.

acebook VP of VR Hugo Barra, Qualcomm Incorporated President Cristiano Amon, and Xiaomi VP Thomas Tang at CES 2018.
Facebook VP of VR Hugo Barra, Qualcomm Incorporated President Cristiano Amon, dan Xiaomi VP Thomas Tang di CES 2018.

Tergabung dalam kolaborasi tersebut adalah perusahaan perakit chipset, Qualcomm yang kemudian dipercaya membenamkan Snapdragon 821 Mobile VR Platform ke jeroan Oculus Go dan Mi VR Standalone. Belum jelas apakah kemiripan kedua perangkat terhenti di rupa dan juru gedor saja atau ada fitur-fitur pembeda yang belum diungkapkan.

Dalam laman resminya, Oculus menjelaskan bahwa  Mi VR Standalone akan tiba dengan Oculus Mobile SDK yang memungkinkan pengembang untuk membenamkan konten ke platform Xiaomi Mi VR di Tiongkok. Tentu setelah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen di sana. Sayangnya belum ada informasi resmi kapan kedua headset akan diluncurkan.

Headset VR Oculus Go Bisa Beroperasi Tanpa Dukungan PC atau Smartphone

Konten virtual reality memang idealnya dinikmati tanpa membuat pengguna tertambat di satu tempat. Hal ini memotivasi produsen hardware untuk menciptakan PC berwujud tas punggung, dan juga mendorong pengembangan headset VR standalone. Kita tahu HTC sedang mencurahkan perhatian mereka pada versi mandiri Vive, dan tentu saja Oculus tak mau ketinggalan.

Dalam keynote Oculus Connect 4 hari Rabu kemarin, CEO Facebook Mark Zuckerberg mengabarkan bahwa Oculus VR saat ini sedang menggarap head-mounted display virtual reality standalone yang mereka namai Oculus Go. Seperti perangkat anyar buatan HTC, Oculus Go bisa bekerja tanpa perlu tersambung ke komputer ataupun harus ditunjang oleh smartphone. Seluruh hardware esensial ada di dalamnya.

Oculus Go 1

Berdasarkan gambar yang dipublikasikan oleh Oculus VR, penampilan Oculus Go terlihat seperti campuran antara Daydream View baru dengan Rift. Bagian HMD-nya terlihat minimalis, tampaknya menggunakan struktur plastik, dilengkapi bantalan berlapis kain yang empuk dan mendukung sirkulasi udara. Bagian headband terbentang ke belakang kepala user, ditambah satu strap lagi di atas agar headset tak mudah terlepas.

Oculus Go 2

Oculus Go disiapkan untuk menangani bermacam-macam konten VR, dari mulai ‘pengalaman visual 360 derajat’, aplikasi sosial, dan game. Device juga bisa dimanfaatkan sebagai teater portable pribadi, buat menikmati film dan serial TV favorit.

Oculus Go 4

Untuk sekarang, Facebook belum mengungkap detail spesifikasi Oculus Go secara rinci. Dalam presentasinya, Hugo Barra selaku head of VR Facebook menyampaikan bahwa timnya merancang Oculus Go buat mengisi celah di antara headset VR high-end dengan device berbasis perangkat mobile. Produsen kabarnya memanfaatkan layar LCD ‘fast-switch‘ 2560x1440p, telah mengoptimalkan hardware-nya agar mampu menghidangkan konten 3D secara maksimal, serta membubuhkan dukungan sistem audio spasial.

Oculus Go 3

Oculus VR turut membekali Oculus Go dengan unit motion controller. Meskipun tak sebesar Oculus Touch, desainnya lebih ergonomis dari controller Daydream View, lalu ia juga mempunyai touchpad ala controller Vive. Selain itu, saya melihat ada tombol trigger, satu tombol back dan satu lagi tombol berlogo Oculus. Controller diamankan oleh tali yang bisa Anda sematkan di tangan.

Produsen berjanji, Oculus Go dapat mengakses lebih dari 1.000 konten virtual reality. Uniknya lagi, ekosistem Go juga tersambung ke Samsung Gear VR, sehingga app-app Android yang telah Anda beli buat Gear VR bisa diakses dari Oculus Go.

Oculus Go akan mulai dipasarkan di awal tahun 2018. Perangkat HMD VR tersebut dijajakan seharga mulai dari US$ 200.