Tahun Ini Bisa Jadi Penentuan Nasib Uber di Asia Tenggara

Uber baru saja menunjuk Monika Rudijono sebagai Presiden Direktur yang baru untuk Indonesia. Meskipun demikian, menghadapi tahun 2018, jalan terjal dan berliku dihadapi startup yang didirikan oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp ini, khususnya untuk pasar Asia Tenggara.

Meski perkasa di banyak negara, Uber menghadapi persaingan sengit di kawasan Asia. Persaingan ketatnya dengan DiDi Chuxing di Tiongkok yang berakhir dengan keluar Uber dari negara tersebut adalah salah satu bukti bahwa keunggulan teknologi saja tidak cukup. Ia harus berhadapan dengan pemain lokal dan regulator demi menguasai pasar transportasi on-demand.

Kearifan lokal

Mundur ke belakang, solusi Uber sebenernya dipuja-puja sebagai salah satu solusi yang bisa membantu masyarakat. Mereka hadir dengan merevolusi cara bertransportasi warga Amerika Serikat. Uber pun mendunia dan mulai hadir di mana-mana, termasuk negara-negara Eropa dan Asia.

Penolakan terjadi di berbagai tempat. Di saat bersamaan, pemain setempat mulai mengembangkan layanan sejenis dengan pendekatan kearifan lokal. Di Asia Tenggara sendiri, khususnya di Indonesia, Uber masih tertinggal dibanding pesaingnya, Go-Jek dan Grab.

Sinyalemen keluarnya Uber dari persaingan layanan transportasi on-demand di Asia Tenggara muncul ketika November silam Softbank resmi memberikan suntikan dana kepada Uber. Langkah Softbank ini menimbulkan spekulasi bahwa Grab dan Uber tidak akan berkompetisi dan salah satu harus memilih keluar. Dalam hal ini Uber memiliki peluang lebih besar untuk hengkang dari kawasan ini.

Dua permasalahan besar yang menghambat Uber di Asia Tenggara adalah adaptasi dengan regulasi dan apasar lokal. Kita harus mengakui bahwa budaya yang berbeda antara Amerika Serikat dan Asia Tenggara menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Uber.

Uber masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan sesuatu yang visioner. Mereka disambut suka cita oleh konsumen tetapi di saat yang sama mengalami pergolakan di jalanan. Mereka ditolak sebagian besar armada transportasi konvensional yang pada akhirnya mendesak pemerintah meregulasi. Bisa ditebak, Uber menjadi “diuber-uber pemerintah”.

Sebagai sebuah startup, Uber benar-benar memperlihatkan cara sebuah perusahaan Silicon Valley bertumbuh dan mencari potensi pasar-pasar baru. Meskipun demikian, di Asia Tenggara, Uber harus berusaha ekstra untuk bertahan.

Uber juga sedikit terlambat memahami pasar Asia Tenggara. Di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand, moda transportasi sepeda motor lebih banyak digunakan dengan alasa beragam, mulai menembus kemacetan, harga yang relatif terjangkau, dan biaya perawatan yang jauh lebih rendah ketimbang mobil.

Penyesuaian lain yang dirasa cukup lambat adalah metode pembayaran. Meskipun Uber pada akhirnya memberikan pilihan penggunaan uang tunai, pilihan pembayaran digital yang bersifat cashless tanpa kartu kreditnya masih sangat terbatas. Padahal kita ketahui persentase kepemilikan kartu kredit di kawasan ini sangatlah kecil.

Dikutip dari CNBC, pasca “terdepak” dari pasar Tiongkok, Uber terlihat fokus di pasar India dan Asia Tenggara. Sejauh ini usahanya terbentur regulasi di negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Di sisi lain, Grab dan GO-JEK agresif memperluas diversifikasi layanan, termasuk pilihan pembayaran.

Di antara Grab dan GO-JEK

Kini pengguna layanan transportasi on-demand sedang bertranformasi. Di Indonesia, GO-JEK dan Grab sama-sama menggenjot pemakaian uang elektronik masing-masing, GO-PAY dan GrabPay.

Jika pada akhirnya SoftBank, kini sebagai investor terbesar Uber, memutuskan untuk mendorong peleburan operasional Grab dan Uber di Asia Tenggara, hal ini akan menandai persaingan yang mengerucut di Indonesia, meskipun GO-JEK sudah meniatkan ekspansi ke negara-negara tetangga.

“Lautan hijau” di jalanan hanya menjadi awal persaingan dua perusahaan ini. Persaingan layanan pembayaran menjadi arena peperangan berikutnya. Di tahun 2018, Go-Pay sudah siap untuk keluar dari ekosistemnya dengan mengakuisisi payment gateway offline Kartuku dan online Midtrans sebagai kendaraannya. Di sisi lain, Grab menggandeng Ovo, yang dikembangkan Lippo Digital, untuk melanjutkan solusi uang elektroniknya.

Uber, berada di antara keduanya, mencoba menggandeng Tokopedia dan BBM sebagai mitra. Tahun 2018 ini bakal menjadi penentuan apakah Uber masih bertahan di Indonesia (dan Asia Tenggara) atau harus puas menjadi penonton di pinggir lapangan.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

GrabFood Kini Hadir di Semarang, Yogyakarta, dan Palembang

Grab mengumumkan telah memperluas jangkauan salah satu layanan mereka GrabFood. Kini layanan pengantaran makanan tersebut hadir di tiga kota baru, yakni Yogyakarta, Semarang, dan Palembang. Ketiga kota tersebut melengkapi kota-kota sebelumnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan.

Layanan pengantaran makanan di Indonesia terbukti menjadi salah satu lini bisnis yang bisa dikembangkan oleh layanan transportasi on demand memanfaatkan mitra pengemudi sepeda motor. Kini bersamaan dengan diumumkannya kota-kota baru Grab juga mengumumkan telah berhasil bekerja sama dengan lebih dari 30.000 merchant di seluruh Indonesia. Grab terlihat makin serius untuk pasar pengantaran makanan Indonesia, menghadapi persaingan dengan Go-Food.

GrabFood bisa melayani pelanggan yang memesan makanan dari restoran terdekat dalam rentang jarak 3km. Mitra pengemudi Grab akan langsung mengantarkan ke tempat yang dituju, seperti rumah atau kantor.

Web

“GrabFood merupakan cara yang nyaman dan dapat diandalkan untuk mendapatkan makanan favorit para pelanggan saat malam hari hanya dengan menekan satu tombol. Hal ini juga memberikan peluang ekonomi baru bagi para delivery partner dan memungkinkan restoran-restoran lokal untuk terhubung dengan lebih banyak pelanggan di masing-masing kota,” jelas Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Grab memulai GrabFood pada tahun 2016 di Jakarta. Seiring dengan berjalannya waktu, GrabFood terus menjangkau kota-kota baru dan menjalin kerja sama dengan banyak mitra. Untuk menarik minat masyarakat GrabFood mematok biaya pengiriman mulai dari Rp3.000 untuk mereka yang tinggal di luar wilayah Jakarta. Selain itu, GrabFood juga menawarkan kemudahan komunikasi dengan fitur GrabChat yang sudah tersemat di dalam aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Focus on Being Healthy Food Aggregator, Gorry Gourmet Expands Partnership with 10 Popular Restaurant Chains

Aim to bring healthy food choices from various brands, Gorry Gourmet, a healthy food aggregator with online system has added partners from restaurant industry. There are 10 groups listed as official partners of Gorry Gourmet with menu that comes in vary adjusting customer’s health goals and affordable prices. Included in the partnership are Burgreens, Common Grounds, Trattoria and Shabu-Shabu House.

In the release, Gorry Gourmet’s Founder, William Susilo, said, the massive interest from startup to technology companies in eating healthy food has become an opportunity targeted by Gorry Gourmet, which merely known to serve on-demand healthy food for only around Jakarta population.

“Our nutritionist team can ensure all the menus are adjusted to consumer’s need, whether our menus or our partners’. The partner’s selection and validation process are also very strict, from the hygiene level to the spices and recipes used. The partnership will be made once it matches our standard.”

Consistency on targeting culinary industry

As one of the local catering services, Gorry Gourmet which was established since 2014 is one of an existing startup, among the difficulty of competition in Indonesia’s online catering business. One of Gorry Gourmet’s focus strategy is to provide innovative service for people who want healthy food with affordable price.

“We develop Gorry Gourmet with 3 basic principals, convenient, variant and affordable price. Convenient, because the whole process is done online, the food is later being delivered directly to the consumer. In variant, because we have many restaurant partners to keep consumers from getting bored without having to invest in product facility such as factory. An affordable price, because we believe everyone should have access to healthy and quality food,” Susilo said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

eGuards Berikan Kemudahan Mencari Jasa Keamanan Pribadi

Teknologi selalu dikaitkan erat dengan kemudahan. Penerapan teknologi diharapkan bisa membantu memecahkan masalah yang ditemukan. Demikian pula dengan Fauzishak, pendiri dari eGuards Indonesia. Ia merasa tingkat pemberdayaan petugas keamanan (security) masih kurang sehingga ia meluncurkan layanan eGuards Indonesia yang didesain untuk membantu menghubungkan pelanggan jasa keamanan dengan security.

Saat ini eGuards Indonesia masih diinkubasi Indigo Inkubator yang merupakan salah satu program pemberdayaan startup milik Telkom Indonesia. Dengan solusi yang ditawarkan, meliputi jasa konsultasi keamanan, jasa investigasi hingga jasa keamanan pribadi seperti tercatat dalam laman resminya, eGuards Indonesia siap menjadi salah satu startup yang memberikan dampak positif, terutama untuk pemberdayaan tenaga security.

“Pemberdayaan dan pengoptimalsiasian masyarakat, ini adalah dasar pemikirannya. Banyak yang memiliki sertifikat pengamanan malah menjadi tukang ojek untuk mencari tambahan pemasukan di luar dari jam kerja / kedinasan,” terang Fauzishak.

Disebutkan pihak eGuards Indonesia potensi jasa pengamanan saat ini cukup besar mengingat banyak masyarakat dalam kesehariannya membutuhkan jasa keamanan, misalnya dalam transaksi pengambilan tunai di perbankan, perjalanan dinas dan event-event besar yang terselanggara. Untuk saat ini Fauzishak menuturkan pihaknya tengah fokus pada kurasi mitra, menyiapkan beberapa klausal hukup terhadap pengguna untuk menghindari penyalahgunaan atau oleh masyarakat.

Bertahap menyempurnakan layanan

eGuards Indonesia saat ini tengah berusaha menyempurnakan layanan dengan menghadirkan eGuards Indonesia di beberapa platform. Untuk saat ini diawali dengan situs, kemudian disusul hadir dalam bentuk aplikasi Android dan iOS.

“eGuards ini melengkapi model bisnis security yang sudah ada dengan memanfaatkan teknologi. Dari mulai pemesanan hingga pelaporan sudah melalui aplikasi yang mudah digunakan,” ujar co-founder eGuards Indonesia Raessa.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kredibilitas, eGuards Indonesia mengharuskan para security yang menjadi mitra telah memiliki sertifikasi profesi sebagai security atau sertifikat penunjang lainnya. Nantinya mitra security yang bergabung juga akan mendapatkan peralatan berupa seragam, topi, perangkat keamanan, dan juga asuransi.

Untuk kawasan operasi, pihak eGuards Indonesia menjanjikan akan segera hadir di wilayah Jabodetabek dan akan terus berkembang seiring dengan banyaknya mitra security yang bergabung.

Mytra Driver, Layanan Sopir On-Demand untuk Warga Jakarta

Setelah meluncurkan layanan di bidang jasa sekuriti, PT Astra Graphia Information Technology (AGIT) yang merupakan anak perusahaan PT Astra Graphia Tbk, hari ini (23/01) meluncurkan layanan jasa sopir on demand Mytra Driver.

Kepada media, VP Direktur AGIT Wanny Wijaya mengungkapkan, selama ini salah satu divisi pengembangan produk AGIT, yang bernama Mytra, kerap melakukan kolaborasi dengan mitra dan profesional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ibukota.

“Kerja sama ini sengaja kami lakukan untuk memberikan layanan yang terbaik memanfaatkan pengalaman dan track record yang baik dari mitra memanfaatkan teknologi yang kami miliki.”

Mytra Driver sengaja dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ibukota, khususnya kalangan menengah ke atas, yang selama ini masih menggunakan mobil pribadi untuk bekerja dan aktivitas lainnya. Mitra yang digandeng adalah PT Daya Mitra Serasi (DAMIRA), sebuah perusahaan yang menyediakan tenaga sopir berpengalaman.

Pemesanan dengan waktu beragam dan pilihan pembayaran yang fleksibel

Untuk memudahkan pengguna melakukan pemesanan, Mytra Driver bisa dipesan melalui Android dan mobile browser. Versi iOS-nya dalam waktu dekat akan segera diluncurkan. Dengan pilihan waktu pemesanan 8, 12 jam, hingga berdasarkan rute, pengguna bisa mendapatkan sopir yang tersedia di kawasan terdekat.

“Untuk memudahkan pengguna memonitor posisi sopir, kami juga menyediakan fitur tersebut secara real time. Demikian juga jika waktu pemesanan bertambah karena berbagai alasan, kami menyediakan fitur extend yang akan menyesuaikan pembayaran akhir nantinya,” kata Business Leader Mytra Gina Permana.

Metode pembayaran yang disediakan oleh Mytra Driver adalah melalui transfer bank (Permata dan BCA) dan uang tunai. Ke depannya Mytra Driver berencana untuk menambah pilihan pembayaran seperti e-wallet hingga melalui gerai atau merchant.

Masih terbatas untuk kawasan Jakarta dan sekitarnya, pengguna bisa menikmati layanan jasa sopir profesional yang secara khusus direkrut PT DAMIRA. Hal ini memudahkan pengguna untuk merasa yakin dan menambah faktor “trust” saat menggunakan layanan Mytra Driver di aplikasi.

“Saat ini Mytra Driver baru memiliki sekitar 10 sopir, namun jika demand semakin besar akan kami tambah jumlah sopir tersebut menyesuaikan permintaan dari pengguna,” kata Gina.

Secara langsung Mytra Driver akan berkompetisi dengan layanan serupa seperti OPER dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Fokus sebagai Agregator Makanan Sehat, Gorry Gourmet Perluas Kemitraan dengan 10 Grup Restoran Ternama

Bertujuan untuk menghadirkan pilihan makanan sehat dari brand yang beragam, Gorry Gourmet yang merupakan aggregator makanan sehat dengan sistem online menambah jumlah mitra dari industri restoran. Tercatat 10 grup restoran yang telah menjadi mitra resmi Gorry Gourmet dengan varian-varian menu yang telah disesuaikan dengan tujuan kesehatan masing-masing pelanggan dan harga yang tetap terjangkau. Termasuk di dalam rekanan tersebut adalah Burgreens, Common Grounds, Tratorria, dan Shabu-Shabu House.

Dalam rilisnya pendiri dari Gorry Gourmet William Susilo menyebutkan, besarnya minat dari startup hingga perusahaan teknologi saat ini menyantap menu sehat untuk karyawan, merupakan peluang yang kemudian di sasar oleh Gorry Gourmet, yang selama ini dikenal hanya menyuguhkan menu makan sehat secara on-demand kepada masyarakat di Jakarta dan sekitarnya.

“Tim ahli gizi kami menjamin bahwa setiap menu telah disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, baik untuk menu kami sendiri maupun menu kreasi mitra restoran. Proses seleksi dan validasi mitra kami juga sangat ketat, mulai dari tingkat kebersihan hingga bahan dan bumbu yang digunakan. Kalau sudah sesuai dengan standar kami, maka perjanjian kerja sama akan dibuat.”

Konsisten sebagai startup yang menyasar industri kuliner

Sebagai salah satu layanan katering online lokal, Gorry Gourmet yang telah berdiri sejak tahun 2014, merupakan salah satu startup yang masih eksis, ditengah persaingan dan kerasnya bisnis katering online di Indonesia. Salah satu strategi yang di fokuskan oleh Gorry Gourmet adalah, menghadirkan layanan inovatif untuk masyarakat yang menginginkan makanan sehat dengan harga terjangkau.

“Kami mengembangkan Gorry Gourmet dengan 3 prinsip dasar, kenyamanan, varian, dan harga yang terjangkau. Nyaman karena seluruh proses dilakukan secara online, setelah itu makanan diantar langsung ke konsumen. Dari segi varian karena kami memiliki banyak mitra restoran untuk menjaga konsumen agar tidak bosan tanpa perlu berinvestasi di fasilitas produksi layaknya pabrik. Harga terjangkau karena kami percaya semua orang harus memiliki akses kepada makanan yang sehat dan berkualitas,” kata William.

Ke depannya Gorry Gourmet masih tetap konsisten dengan berfokus pada pengembangan teknologi dengan jutaan produk yang diklaim telah dikirim ke rumah-rumah dan kantor-kantor dalam 3 tahun terakhir, bukan menjadi produsen makanan skala besar.

Google, Temasek, Meituan-Dianping are Reported to be Go-Jek’s Latest Investors

Reuters reports that Google, Temasek (Singapore’s state-owned investment company), and Meituan-Dianping (Chinese’s group buying platform) are Go-Jek’s latest investor. It’s said that previous investors, including KKR & Co and Warburg Pincus, are also participating for this funding round.

The funding round was opened last year and is expected to raise $1.2 billion fresh funding (more than 15 trillion Rupiah) when it’s closed in the next few weeks. It’s unclear how much is pumped by each investor individually.

Previously Tencent and JD.com were also participated in this found. Go-Jek is said to have more than $3 billion (more than 40 trillion Rupiah) valuation.

This fund will be Go-Jek’s new ammunition to preserve and expand its market in Indonesia, while altogether prepare to expand to Southeast Asia region. In Indonesia, Go-Jek is tightly competing with Grab and Uber. By the end of last year, Go-Jek claims to have 900,000 driver-partners.

Go-Jek confirms to expand to neighboring countries starting this year, with the Philippines to be the first stop. Go-Jek also has acquired three fintech-related companies, pending approval, to extend financial inclusion in Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Google, Temasek, Meituan-Dianping Disebut Jadi Investor Go-Jek

Reuters melaporkan bahwa raksasa teknologi Google, perusahaan investasi milik negara Singapura Temasek, dan perusahaan group buying terbesar Tiongkok Meituan-Dianping termasuk dalam jajaran investor terbaru startup on-demand Go-Jek. Disebutkan investor terdahulu, seperti KKR & Co dan Warburg Pincus, juga turut berpartisipasi untuk pendanaan kali ini.

Sejumlah investor baru ini terlibat dalam putaran pendanaan yang dibuka tahun lalu dan diharapkan bisa meraih total dana segar senilai $1,2 miliar (lebih dari 15 triliun Rupiah). Diprediksi putaran pendanaan kali ini akan ditutup dalam beberapa minggu ke depan. Tidak disebutkan berapa nilai yang dikucurkan masing-masing pihak.

Sebelumnya Tencent dan JD.com juga sudah mengucurkan dananya untuk startup unicorn yang disebut-sebut memiliki valuasi lebih dari $3 miliar (lebih dari 40 triliun Rupiah) ini.

Dana segar tersebut dibutuhkan Go-Jek untuk mempertahankan dan memperluas pasarnya di Indonesia, sekaligus menyiapkan ekspansinya ke kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia Go-Jek bersaing ketat dengan Grab dan Uber, dengan total jumlah pengemudi diklaim mencapai 900 ribu orang.

Akhir tahun lalu Go-Jek mengonfirmasi rencana operasional di negara-negara tetangga, dengan Filipina menjadi persinggahan pertama. Selain itu Go-Jek telah mengakuisisi 3 layanan terkait fintech, meskipun masih menunggu restu Bank Indonesia, untuk memperluas inklusi finansial ke seluruh lapisan masyarakat.

Application Information Will Show Up Here

Terbitkan Perda, 11 Provinsi Telah Tetapkan Kuota Taksi Online

Kementerian Perhubungan mencatat ada 11 provinsi yang sudah mengeluarkan peraturan daerah (perda) yang mengatur angkutan online.

Penerbitan perda ini mengikuti ketentuan yang dibuat pemerintah tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) PM 108/2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, terdapat aturan mengenai angkutan sewa khusus.

Kesebelas provinsi tersebut adalah DKI Jakarta melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kalimantan Timur.

Sumatera Utara misalnya telah menetapkan kuota taksi online sebanyak 3.500 unit, Lampung 8 ribu unit, Jawa Timur 4.445 unit, dan Jabodetabek 49.500 unit.

Mengutip dari Bisnis, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menyebutkan pihaknya memberi batas toleransi kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan perda sebagai regulasi batasan kuota angkutan online sampai akhir Januari 2018.

“Toleransi sampai Januari akhir masih bisa karena dalam PM [peraturan menteri] Februari [belum mengeluarkan Perda] nanti ada penindakan,” kata Budi.

Penindakan tersebut akan digelar pada Februari 2018 tepatnya di pekan pertama dan kedua, berupa teguran atau operasi simpatik kepada kendaraan angkutan sewa khusus yang belum sesuai peraturan. Setelah dua pekan tersebut, maka penegakan hukum berikutnya akan diserahkan ke pihak berwajib.

Dalam penentuan kuota, pemerintah juga mendorong Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk memberi usulan kuota taksi online ke Gubernur masing-masing di tiap provinsi. Dengan demikian, dia berharap pada akhir bulan ini seluruh para pelaku usaha angkutan telah memenuhi ketentuan dalam Permenhub.

Budi melanjutkan Permenhub yang mengatur taksi daring merupakan bentuk sikap pemerintah yang netral menyikapi taksi daring dan taksi reguler.

Jawa Timur sudah resmikan taksi online

Jawa Timur baru-baru ini meresmikan pengoperasian angkutan sewa khusus dengan menetapkan Pergub untuk menentukan kuota taksi online yang beroperasi hanya 4.445 unit. Terdiri dari 3 ribu unit untuk wilayah Gresik, Madura, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Kemudian, 225 unit di Malang Raya, dan sisanya di daerah lainnya.

Penghitungan kuota ini dihitung berdasarkan kebutuhan dan sebaran penduduk Jawa Timur. Diklaim penghitungan ini dimaksudkan untuk menyelamatkan perusahaan ride hailing itu sendiri. Sebab ketersediaan dan kebutuhan yang tidak seimbang akan mengancam eksistensi perusahaan.

Peresmian ini ditandai dengan pemasangan stiker khusus untuk menandakan taksi online sudah mendapatkan izin operasi dari Dishub Jatim. Stiker tersebut terpasang di bagian eksterior taksi online. Dikutip dari Kompas, dari kuota yang sudah dipatok baru ada 113 unit taksi online yang memiliki izin operasi dari total pengajuan sebanyak 2.418 unit.

“Sampai hari ini yang kami keluarkan izinnya hanya 113 unit taksi online dari sembilan perusahaan,” kata Kepala Dinas Perhubungan Jatim Wahid Wahyudi, Kamis (4/1).

Pihaknya akan terus melanjutkan proses perizinan, mulai dari pengecekan administrasi hingga uji KIR taksi online.

Startup yang Banyak Bermunculan dan Layak Jadi Sorotan di Tahun 2017

Cukup banyak startup baru bermunculan di tahun 2017 ini. Dari data yang kami dapat mulai dari Januari sampai dengan Desember 2017, ada 100 lebih startup baru yang kami liput. Hal lain yang membuat menarik adalah segmen dan niche-nya beragam. Meski e-commerce dan fintech mendominasi ide dan bentuk baru banyak muncul di tahun ini.

Dari catatan kami sektor e-commerce menjadi “rumpun” yang paing banyak muncul. Diikuti dengan layanan di sektor teknologi finansial, edtech dan juga on-demand. Dari segi persebaran pun cukup menarik. Selain Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta kota-kota di Kalimantan dan Sulawesi pun mulai muncul beberapa nama.

E-Commerce masih jadi sektor yang menarik

Sektor e-commerce masih menjadi primadona bagi banyak startup di tahun 2017 ini. Meski demikian mereka hadir dengan niche atau paling tidak dengan inovasi yang berbeda. Seperti KlikTeknik yang hadir khusus menjual peralatan teknik dan industri, Aruna yang hadir sebagai marketplace untuk hasil laut, atau Jubelio yang menghadirkan solusi komplit di sektor ritel atau omni channel.

Jika menilik dari berita yang beredar di tahun 2017 industri e-commerce Indonesia terlihat lebih matang. Mulai dari para pemain yang mendapat pendanaan, inovasi yang terus berkembang dan juga pasar yang semakin dewasa atau paling tidak sudah akrab dengan transaksi elektronik. Kedewasaan pasar juga membuat inovasi di industri e-commerce semakin menarik. Mulai dari semakin lengkapnya pembelian atau pembayaran yang didukung, sistem logistik yang terintegrasi dengan layanan on demand hingga kehadiran teknologi seperti chatbot.

Chatbot yang digadang-gadang bisa membawa pengalaman yang baik bagi pembeli dikabarkan mulai dilirik banyak pemain besar. Hal ini kemudian berimbas pada munculnya layanan yang memudahkan bisnis menghadirkan chatbot mereka sendiri seperti Botika dan EVA. Ada kebutuhan atau permasalahan kemudian muncullah mereka yang menawarkan solusi.

Fintech yang mulai banyak dibicarakan

Di tahun ini pemerintah memperhatikan terlihat memberi perhatian lebih ke sektor ini. Hal ini dengan ditandai dengan BI yang semakin ketat dalam memberikan izin lisensi uang elektronik sehingga memaksa banyak perusahaan digital yang mulai menggarap uang elektroniknya sementara menghentikan fasilitas untuk pengisian atau top up. Nama-nama seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Grab tercatat antre dalam mendapatkan lisensi ini. Bahkan nama terakhir akhirnya menjalin kerja sama dengan OVO untuk mendapatkan lisensi untuk GrabPay.

Perhatian dari pemerintah dan regulasi ini bisa menggambarkan dua hal, yang pertama masyarakat sudah mulai menerima dan percaya dan yang kedua pasar teknologi finansial cukup besar atau dengan kata lain uang yang beredar di segmen teknologi finansial cukup besar dan menjanjikan.

Di tahun 2017 ini tidak banyak jenis startup teknologi finansial atau fintech yang muncul. Kebanyakan menawarkan jasa peminjaman atau lending, sisanya dengan niche yang cukup baru seperti SyarQ yang menawarkan kemudahan kredit syariah, Brankas yang memudahkan pengelolaan beberapa rekening bank, hingga Celengan ID yang menawarkan solusi penukaran uang koin menjadi saldo uang elektronik. Sama seperti e-commerce di tahun ini industri teknologi finansial semakin matang. Baik dari segi regulasi, teknologi atau pun dari segi pasar.

On-demand yang diterima baik oleh masyarakat

Sejarah akan mencatat bahwa on-demand adalah salah satu industri startup pertama di Indonesia yang mengubah pandangan masyarakat Indonesia tentang layanan berbasis teknologi. Di tahun ini berkat popularitasnya banyak pebisnis yang lantas mencoba peruntungannya dengan membuat bisnis on-demand dengan konsep masing-masing. Contohnya DeliverKong, layanan on-demand delivery yang ada di Jambi, HayTrans on-demand transportasi yang ada di Pontianak, NDRA on-demand pertama yang ada di tanah Papua, MyNurz on-demand jasa di sektor kesehatan, FrameAtrip layanan yang memudahkan mencari fotografer di kota-kota besar bahkan luar negeri hingga layanan seperti Madhang, BlackGarlic dan KliknClean. Bervariasi.

Untuk sekto on-demand ini inovasi tampaknya mulai melebar ke niche yang ada. Jika transportasi dan pengiriman di rasa sudah terlalu penuh di kota-kota maka munculnya untuk ide lain seperti jasa, bahan masak, masakan khas, hingga fotografer. Sementara itu melihat kesuksesan yang ada di kota-kota besar konsep on-demand transportasi mulai diadopsi mereka yang ada di daerah.

Internet of things, AI dan AR

Selain sektor-sektor populer yang pantas menjadi sorotan adalah layanan yang dikeluarkan Synchro, Atnic, HabibiGarden, Nodeflux hingga Assemblr. Mereka memberikan solusi-solusi memanfaatkan teknologi-teknologi terkini. Mulai dari monitoring, pengelolaan data, hingga memadukan dunia nyata dengan AR sebagai tempat berkreasi.

Internet of things (IoT) bukan sektor baru, namun startup di sektor ini belum sebanyak di sektor e-commerce atau on-demand. Untuk artificial Intelligence dan Augmented Reality pun sama. Solusi yang ditawarkan Nodeflux (menggunakan teknologi big data dan AI) menjadi solusi yang cukup powerfull. Teknologi canggih yang dibawa bisa sangat bermanfaat untuk banyak pihak. Sementara Assemblr bisa menjadi sarana baru untuk berkreasi.