Momentum Works: GrabFood Pimpin Pasar “Food Delivery” di Asia Tenggara 3 Tahun Berturut-Turut

GrabFood, platform food delivery milik Grab, disebutkan memimpin pasar pesan-antar makanan di Asia Tenggara selama tiga tahun berturut-turut sejak 2020 hingga 2022, menurut laporan Momentum Works bertajuk “Food delivery platforms ind Southeast Asia (SEA) Jan 2023”.

“Dari pemain regional utama, Grab adalah satu-satunya yang mempertahankan pertumbuhan GMV berturut-turut untuk yang terakhir tiga tahun. Grab juga memiliki posisi kas bersih terbaik dibandingkan dengan rekan-rekannya untuk mempertahankan investasi,” tulis laporan tersebut.

“Pasca lonjakan investasi makanan pada 2021, Shopee telah diskalakan kembali untuk fokus membuat bisnis intinya e-commerce menguntungkan. Sedangkan, Gojek sudah stagnan selama tiga tahun, cerminan dari dinamika dan persaingan di pasar Indonesia,” sambungnya.

Diestimasi GMV dari GrabFood sebesar $8.8 miliar dari total GMV se-Asia Tenggara sebesar $16,3 miliar. Kemudian, disusul DeliveryHero ($3,1 miliar), GoFood ($2 miliar), dan ShopeeFood ($0,9 miliar). Sedangkan, untuk pangsa pasar GrabFood di Indonesia saja sebesar 49%. Kemudian disusul GoFood (44%) dan ShopeeFood (7%).

Sumber: Momentum Works

Adapun GMV di Indonesia mencapai $4,5 miliar, masih menempati posisi tertinggi setelah Thailand ($3,6 miliar) dan Singapura ($2.5 miliar). “Grab telah mengambil kepemimpinan pangsa pasar di Malaysia dan Vietnam dari Foodpanda dan ShopeeFood, dan sekarang GMV-nya menyumbang 54% dari total di kawasan.”

Dalam laporan dipaparkan bahwa pada 2022, semua platform pesan-antar makanan mengalami hambatan yang kuat dalam menciptakan pertumbuhan. Ini ada kaitannya dengan permintaan pasar modal untuk profitabilitas, mengingat sebagian besar pemain telah menjadi perusahaan terbuka, dan kembalinya mobilitas masyarakat selepas pandemi.

Akibatnya, secara GMV untuk year-on-year tercatat hanya tumbuh 5% mencapai $16,3 miliar. Pertumbuhan didorong oleh pasar Filipina, Malaysia, dan Vietnam yang secara ukuran relatif lebih kecil, sedangkan pasar yang lebih besar – Indonesia, Thailand dan Singapura – mencatatkan penurunan karena berbagai faktor yang signifikan dan bervariasi.

Misalnya, pembukaan kembali di Singapura telah mengubah permintaan layanan makanan menjadi offline, sementara di Thailand penarikan subsidi pemerintah setelah Oktober serta banjir pada paruh kedua tahun tersebut memainkan peran yang signifikan.

Sumber: Momentum Works

“Pertumbuhan pengiriman makanan menjadi normal ke tingkat pra-pandemi setelah dua tahun mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pembukaan kembali pasca-covid (kembalinya makan di luar rumah, pengurangan subsidi untuk ongkos pengiriman), dan lanjutan dari rasionalisasi pasar, mengakibatkan pertumbuhan rendah.”

Tren makro pesan-antar makanan

Laporan ini juga menyoroti tantangan berikutnya di industri pesan-antar makanan berdasarkan tren makro, yakni fragmentasi digitalisasi F&B (serta upaya platform untuk mengontrol POS), dan perluasan platform ke pengiriman makanan secara keseluruhan. Upaya tersebut dimaksudkan karena platform ingin lebih memanfaatkan penawaran dan meningkatkan permintaan layanan makanan.

Bagi merchant kuliner, pandemi percepatan adopsi tidak hanya dalam hal pengiriman, tetapi juga solusi yang berfokus pada rantai ekosistemnya. Namun, terjadi digitalisasi yang terfragmentasi dan data, yang pada akhirnya membuat merchant frustrasi.

Oleh karenanya, sangat umum untuk melihat outlet F&B menggunakan terpisah sistem untuk Point-of-Sale (POS), menu pemesanan, pembayaran, shift/tenaga kerja manajemen, CRM / loyalitas, pemasaran, persediaan manajemen, dan interfacing platform pengiriman.

“Pertanyaannya adalah – apakah kita akan melihat konsolidasi lanskap POS di Asia Tenggara, seperti apa Meituan lakukan di Cina? Platform pengiriman makanan terkemuka Grab, Foodpanda, dan LINEMAN Wongnai adalah sudah bergerak ke arah ini, oleh mengakuisisi/bermitra dengan restoran perusahaan teknologi.”

Selanjutnya, Momentum Works juga melihat penajaman strategi platform yang lebih strategis untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk penskalaan kembali, penutupan cloud kitchen, perluasan pendapatan (solusi iklan, berlangganan), serta optimalisasi biaya berkelanjutan (pengurangan insentif, peningkatan efisiensi operasional dan fokus pembayaran).

“Kami mengulangi argumen dalam laporan Food Delivery Platforms in Southeast Asia sebelumnya di Asia Tenggara: bahwa profitabilitas dapat dicapai dengan volume, kepadatan dan efisiensi operasional. Sebagian besar platform utama terdaftar secara publik sekarang, selain dari metrik operasi saat ini yang diperhatikan investor dengan cermat, Kepemimpinan, Orang, Organisasi, dan Produk merupakan faktor penting untuk kesuksesan (atau kegagalan),” tutup laporan.

Layanan Pesan-Antar Makanan Milik Airasia Kini Rambah Jakarta

Layanan pesan-antar makanan milik besutan Capital A (sebelumnya bernama AirAsia Group), airasia food, kini melebarkan sayap ke area Jakarta, setelah mengawali perjalanannya di Tangerang pada Maret kemarin. Perluasan ini disebutkan dalam rangka perwujudan komitmen perusahaan untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dengan kuliner lintas cita rasa secara praktis.

Country Head airasia Super App Indonesia Delly Nugraha menyampaikan, sebagai bagian dari keluarga Airasia, airasia food menghidupi komitmen untuk menghubungkan setiap orang melalui cara yang berbeda, yaitu dengan lezatnya kuliner lintas cita rasa.

“Lebih dari itu, kami juga ingin memberikan pengalaman eksplorasi kuliner yang super memuaskan dengan mempersembahkan sejumlah promo menarik kepada seluruh masyarakat kota Jakarta. Ke depannya, airasia food akan terus mengupayakan layanan yang terbaik bagi seluruh pengguna dan secara bertahap memperluas jangkauan kami di lebih banyak kota di Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Rabu (20/7).

Delly sendiri didapuk di airasia untuk menangani superapp khusus Indonesia. Kiprahnya di industri digital terbukti mampu mengantarkannya ke posisi terkini yang sudah dijabat sejak Maret 2022. Sebelum di airasia, ia pernah menjadi Country Head Carsome Indonesia, Gojek dengan posisi VP National SMB Key Account, Hutchison 3 Indonesia, dan Indosat Ooredoo.

Sejumlah merchant F&B telah bergabung di airasia food, beberapa namanya adalah Burger Bangor, DCrepes, IKI Bento, Chib-Chib Taiwan Snacks, MangGang, dan lainnya. Pendaftaran merchant sebetulnya telah dibuka sejak Desember 2021 saat pertama kali mengumumkan inisiatif airasia food. Diklaim sejak saat itu, ada ribuan merchant telah mendaftarkan diri.

Untuk mengakses layanan ini, pengguna cukup melalui aplikasi super airasia, aplikasi yang sama dengan untuk membeli tiket pesawat. Sejauh ini, opsi pembayaran yang tersedia adalah kartu debit/kredit, OVO, dan DOKU. Sementara untuk pengantarannya, tersedia pilihan ambil sendiri (self-pick up) atau diantar (delivery now).

Konsumen airasia juga dapat mengonversi airasia points-nya untuk membayar transaksi di layanan pesan-antar ini. Saat ditelusuri lebih lanjut oleh DailySocial.id, perusahaan memanfaatkan kemitraan dengan Go-Send untuk pengantarannya. Selain dibebankan ongkos kirim, juga terdapat platform fee yang harus dibayarkan konsumen.

Selayak perusahaan lainnya yang meluncurkan layanan baru, airasia juga menyodorkan gimmick marketing dengan potongan diskon untuk dalam rangka akuisisi pengguna.

Sebagai catatan, airasia food merupakan inisiatif digital dari Capital A yang membawahi 16 produk dan layanan di aplikasi super airasia. Di dalamnya, tidak hanya menyediakan penerbangan dan perjalanan, tetapi juga kebutuhan gaya hidup sehari-hari, mulai dari makanan, ritel dan e-commerce, layanan pengiriman same-day, ride hailing, dan banyak lagi.

Sejauh ini solusi yang sudah hadir di Indonesia, baru airasia money, food, e-commerce, dan explore. Dalam menyediakan solusi tersebut, perusahaan bekerja sama dengan mitra. Misalnya, PasarPolis (insurtech), Bareksa (e-investing), Rumah Zakat (lembaga sosial), dan Wise (remitansi) untuk airasia money. Kemudian, bersama TrueID untuk menyediakan konten streaming audio, video, dan artikel dengan tema travel, food, dan lifestyle yang dapat diakses secara gratis.

Potensi layanan pesan-antar

Indonesia merupakan pasar terbesar bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara. Data yang dirilis Momentum Works menyebutkan, total gross merchandise value (GMV) layanan ini mencapai $4,6 miliar atau sekitar Rp65,3 triliun. Di bawah Indonesia, pasar terbesar selanjutnya adalah Thailand dan Singapura yang mencapai $4 miliar dan $2,9 miliar. Dari segi penggunaan aplikasi, pangsa pasar GrabFood adalah yang terbesar dengan GMV mencapai US$7,6 miliar. Angka ini melampaui FoodPanda $3,4 miliar dan Gojek $2 miliar.

Secara umum, Momentum Works menjelaskan terdapat lonjakan signifikan pada layanan pesan-antar makanan terlihat dari total GMV di Asia Tenggara sebesar $15,5 miliar pada 2021. Angka itu naik 30% dari tahun sebelumnya. Sementara, pada 2020 terjadi kenaikan yang lebih rendah, yakni sebesar 18,3%.

“2020 melihat pertumbuhan yang signifikan dalam permintaan layanan pengiriman makanan. Lonjakan volume berlanjut hingga tahun 2021,” jelas Momentum Works dalam laporan yang berjudul Food Delivery Platforms in Southeast Asia (SEA) Januari 2022.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Dapur Terpusat dan Efisiensi Bisnis Dailybox

Pandemi menjadi game changer untuk semua industri agar tetap bertahan, tak terkecuali kuliner. Melesatnya pertumbuhan layanan pesan antar makanan memicu pemain kuliner untuk memanfaatkan tren tersebut untuk tetap menjangkau konsumennya. Dailybox melihat peluang tersebut dengan mengubah struktur model bisnisnya, bahkan sebelum pandemi terjadi.

Sebelum Dailybox hadir, Kelvin Subowo (Co-Founder & CEO) memang memiliki pengalaman yang kuat di bidang kuliner. Sejumlah restoran ia operasikan bersama rekan-rekannya. Namun bisnis ini sarat dengan adu harga properti, yang berarti lokasi bagus menentukan harga properti yang “gila-gilaan”.

Bagi sebuah brand, untuk ekspansi ke satu lokasi saja butuh ongkos yang tidak main-main karena banyak faktor penentu. Kondisi tersebut mulai berubah ketika pemain tren food online delivery mulai menunjukkan taringnya sejak 2015-2016.

“Saya melihat food delivery ini akan game changing. Makanya waktu awal 2018 itu kami buat outlet pertama Dailybox yang menyediakan food delivery,” terangnya kepada DailySocial.

Sejak awal, Dailybox fokus pada masakan rumahan yang dikemas dalam boks (rice box), dijual dengan harga terjangkau dan cocok dengan cita rasa orang Indonesia.

Bisnis model Dailybox di-tweak kembali pada satu tahun berikutnya, dengan pertimbangan ingin lebih terjangkau bagi masyarakat. Terlebih pada saat itu, masih banyak restoran yang menerapkan harga berbeda untuk pembelian di toko yang lebih murah daripada beli online.

“Kami berpikir konsumen itu kan sudah invest waktu mereka untuk beli produk kami, jadi harusnya kita charge lebih murah. Jadinya 2019 itu kami ubah konsep menjadi sepenuhnya online delivery lebih murah daripada dine-in.”

Dailybox pun mulai menerapkan konsep dapur terpusat (centralized kitchen) untuk mengakomodasi proses pre-cook seluruh menu yang dijual Dailybox. Outlet hanya akan menjadi tempat finishing. Dengan demikian, Dailybox mampu memroses satu menu dalam waktu dua menit saja.

Strategi ini mulai dijalankan ketika Dailybox membuka gerai keduanya di food court Grand Indonesia, Jakarta. Saat itu Dailybox sudah mengembangkan 20 pilihan menu comfort food yang disajikan.

“Jadi kami yang kami tawarkan ini bukan junk food, bukan fast food, tapi kami serve the food fast. Karena target konsumen kami saat itu adalah pekerja kantoran yang hanya punya waktu singkat untuk makan siang.”

Dapur terpusat dan DailyPartner

Konsep dapur terpusat ini menjadi game changer buat Dailybox itu sendiri karena pihaknya mampu ekspansi ke outlet lain dalam waktu singkat. Terhitung saat ini sudah hadir di 104 lokasi di 10 kota yang tersebar di berbagai area cloud kitchen yang dioperasikan para penyedia layanan terkait, seperti GrabKitchen dan Dapur Bersama GoFood.

Kelvin menjelaskan, persebaran outlet ini menjadi lokasi akhir untuk finishing setiap pesanan yang dibeli konsumen. Sementara, perusahaan baru memiliki satu dapur terpusat di Legok, Tangerang yang mampu mengakomodasi kebutuhan di seluruh outlet se-Indonesia tersebut dengan luas 2.500 meter persegi.

Menurutnya dengan strategi ini, perusahaan dapat lebih agresif ekspansi ke banyak lokasi dalam waktu singkat, sekaligus tetap menjaga kualitas makanan yang tetap sama mau di mana pun konsumen membelinya. Mengingat seluruh prosesnya terjadi di dalam satu tepat.

Sehingga, meskipun outlet tidak dapat dilihat secara langsung oleh konsumen, mereka tetap dapat menemukan Dailybox dalam radius 2 km dari lokasinya setiap membuka aplikasi online food delivery. “Dapur centralized ini masih bisa mampu menampung kapasitas hingga tiga kali lipat dari penambahan outlet yang sedang kita bidik.”

Selain mengandalkan outlet, perusahaan juga membuat perluasan tersendiri dengan memanfaatkan dapur rumahan, yang disebut DailyPartner. Kelvin menjelaskan dalam produk ini, perusahaan mengajak para pemilik dapur yang tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk bergabung dengan Dailybox.

Minimal luas dapur yang dapat didaftarkan seluas 10-15 meter persegi. Tidak ada franchise fee yang ditetapkan, para mitra akan dilatih oleh perusahaan agar kemampuannya menyamai outlet milik Dailybox sendiri. Seluruh suplai juga akan disediakan oleh dapur terpusat.

“Jadi ekspansi kami ini sangat tidak terbatas sebab operasional di lapangan di desain dengan sangat simpel. Saat ini ada 10 lokasi DailyPartner, masih terpusat di Jabodetabek.”

Persaingan ketat di industri

Seperti diketahui, bisnis F&B sangat ketat persaingannya karena low barrrier sehingga mudah ditiru. Oleh karenanya, inovasi secara kontinu adalah satu-satunya jalan agar tetap eksis di mata konsumen.

Dailybox dengan proposisinya sebagai makanan rumahan, membuka kesempatan kepada UMKM untuk berkolaborasi. Perusahaan melakukan kurasi seluruh resep dan menu UMKM untuk setelahnya dikembangkan dan diproduksi secara luas melalui seluruh gerai.

Salah satunya yang sudah terealisasi adalah menu Ayam Geprek Nagih disuplai oleh pengusaha sambal ikan asin Ibu Yanti dari Jakarta. “Sekarang beliau sudah memproduksi 1 ton sambal ikan asin dalam sebulan, ia juga sudah membuka lapangan pekerjaan baru untuk lingkungan rumahnya.”

Alhasil dengan strategi ini, Dailybox jadi lebih versatile sebagai sebuah brand karena dapat mencakup banyak menu makanan rumah, tidak spesifik ke satu hal saja. Namun demikian, di bawah grup The Daily Group, terdapat brand F&B lainnya, seperti menu sushi-to-go, Shirato, dan Anytime.

Kelvin menjelaskan perluasan brand ini adalah langkah untuk menjawab preferensi konsumen yang berbeda-beda. “Kita coba bundling Dailybox dengan beberapa brand tersebut sebagai penunjangnya.”

Selain itu, dalam waktu dekat perusahaan segera ekspansi ke luar Jawa, tepatnya di Pontianak, Kalimantan Barat. Menariknya, karena penetrasi internet dan food delivery yang berbeda dengan Jawa, Dailybox hadir dengan konsep restoran dine-in dengan luas 650 meter persegi.

Food market di Indonesia itu luas sekali, justru di daerah kompetisinya belum separah di Jabodetabek. Di Pontianak itu akan jadi outlet terbesar kami karena memang di sana penetrasi GoFood dan GrabFood belum dalam, jadi perlu dine-in untuk experience di tempat kita.”

Tak hanya Pontianak, dalam tahun ini perusahaan akan ekspansi ke lokasi lainnya di luar Jawa, seperti Makassar, Manado, Gorontalo, hingga Indonesia bagian Timur. Ditargetkan setidaknya Dailybox memiliki 200 outlet.

Pekan lalu perusahaan mengumumkan pendanaan Seri A yang dipimpin Vertex Ventures SEA, serta didukung Kinesys Group dengan nominal dirahasiakan. Dailybox ingin memanfaatkan pertumbuhan online food delivery yang ditaksir oleh laporan e-Conomy 2020 akan mencapai $23 miliar (GMV) pada 2025 di Asia Tenggara. Angka tersebut menunjukkan kuatnya tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun (Compound Annual Growth Rate) di industri layanan pesan antar makanan yang mencapai hampir 30%.

Ramaikan Industri Cloud Kitchen, Foodstory Usung Konsep “Multi-Brand F&B”

Foodstory meramaikan industri cloud kitchen di Indonesia yang masih memiliki ruang tumbuh besar. Startup ini mulai beroperasi pada Januari 2021, didirikan oleh Dennish Tjandra, eks pendiri startup kecantikan HelloBeauty dan memiliki pengalaman di Rocket Internet; bersama Charles Kwok, seorang serial entrepreneur.

Foodstory mengusung konsep multi-brand F&B group yang membuat, membangun, dan mengoperasikan beberapa brand in-house dalam satu dapur. Ada tiga brand pada saat ini, yakni Chicken Pao, Bowlgogi, dan Lahab Kitchen. Outlet Foodstory melayani take-away, delivery, serta beberapa lokasi dine-in untuk meningkatkan engagement ke konsumen. Hangry menjadi startup terdekat yang memiliki konsep serupa dengan Foodstory.

Kepada DailySocial, Co-Founder Foodstory Dennish Tjandra menceritakan bahwa startup barunya didirikan karena dirinya dan Charles memiliki kesamaan hobi, yakni menyukai makanan. Mereka berdua sama-sama pernah menekuni usaha F&B sebelum akhirnya bertemu pada akhir kuartal tiga tahun lalu, untuk membicarakan kondisi masing-masing yang terdampak dari pandemi.

“Lalu kami sama-sama melihat adanya peluang di industri makanan mengingat perubahan perilaku konsumen terhadap pemesanan makanan online setelah adanya pandemi. Lalu tercetuslah ide mengenai Foodstory ini,” terangnya, Selasa (7/7).

Meski konsepnya bukan barang baru, sambungnya, namun Foodstory tidak memiliki food production house sendiri. Perusahaan bekerja sama dengan mitra yang bertugas untuk mengirimkan pre-cooked meals ke outlet Foodstory. Dengan cara ini, setiap outlet tidak perlu memiliki chef karena hanya perlu memasak untuk assembly dan finishing saja sesuai pesanan.

“Jadi seperti ‘doorship’ makanan, sehingga secara operasional dan biaya kami bisa lebih efektif dan efisien, serta yang paling penting, lebih konsisten.”

Sumber: Foodstory

Untuk pengembangan menu dan brand F&B lainnya, Foodstory bekerja sama dengan mitra food production house tersebut. Pemilik dari food production house ini termasuk salah satu pemegang saham di Foodstory. “Untuk brand dan menu-menunya kita combine antara makanan-makanan yang long last dengan tren. Contoh, fried chicken atau crispy chicken ‘kan dari zaman dulu sudah ada, cuma kita padukan dengan tren sekarang.”

Saat ini Foodstory sedang menuju delapan outlet yang tersebar di sekitar Jakarta dan Tangerang, di antaranya Sawah Besar, Pluit, Puri, Kramat Pulo, Cengkareng, Cipete, Gading Seerpong, dan Alam Sutera. Perusahaan menargetkan pada tahun ini dapat menambah kehadiran di 50 lokasi baru, mulai masuk ke Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan kota-kota potensial lainnya.

Perusahaan memanfaatkan kehadiran pemain online food delivery, seperti GoFood, GrabFood, Traveloka Eats, dan ShopeeFood untuk memasarkan produknya.

Sumber: Foodstory

Persiapan penggalangan dana tahap awal

Dennish menyebut pada Mei kemarin, perusahaan telah mengantongi pendanaan pre-Seed senilai $200 ribu (sekitar 2,8 miliar Rupiah) dari PT Gamma Persada Solusindo, perusahaan distribusi produk IT. Dana tersebut digunakan untuk membenahi fundamental operasional dan sistem, merekrut tim, membangun tiga brand, dan membuka cabang awal untuk menguji kesiapan sistem untuk scaling ke depannya.

Penggalangan ini membuka kesempatan perusahaan untuk masuk ke tahap lanjutan agar dapat tumbuh lebih ekspansif. Ia mengatakan saat ini Foodstory sedang proses penggalangan tahap awal, yang mana 90% dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan marketing, branding, dan ekspansi ke 50 lokasi baru.

“Target jangka panjang kami tidak hanya ingin menjadi bagian dari cerita makanan Indonesia, namun kami juga punya target untuk bisa jadi bagian dari cerita makanan masyarakat global. Layaknya brand-brand F&B global yang kita kenal selama ini. Seperti nama grup kami, Foodstory ingin jadi bagian dari cerita makanan semua orang, dimulai dari perjalanan kecil saat ini,” tutupnya.

Industri “Cloud Kitchen” di Indonesia, Antara Solusi dan Kompetisi

Konsep cloud kitchen mungkin sama monumentalnya dalam industri makanan seperti penemuan api. Kita menyaksikan sendiri perubahan drastis saat mengonsumsi makanan, yang mengarah ke pesatnya industri jasa makanan. Dari masak di dapur, makan ke restoran, hingga akhirnya memesan makanan tiga kali seminggu lewat sebuah aplikasi. Kenyamanan terus meningkat di setiap tingkat.

Menurut analisis yang disusun Deloitte, kenyamanan menjadi pertimbangan penting bagi kaum milenial karena gaya hidup mereka yang padat. Kurangnya waktu adalah salah satu alasan utama pesatnya pertumbuhan belanja online dan pemesanan online dari restoran.

Milenial lebih sering makan di luar atau memesan makanan dibandingkan generasi sebelumnya. Lebih dari 60% generasi milenial memesan makanan atau makan di luar setidaknya sekali atau lebih dari sebulan sekali. Dengan memanfaatkan daya beli yang meningkat dan permintaan yang tinggi, pasar pengiriman makanan online di Indonesia punya potensi besar untuk tumbuh.

Sebagaimana yang diungkap e-Conomy 2020, industri transportasi dan pengiriman makanan bakal bernilai $16 miliar (secara GMV) pada 2025 mendatang, dari $5 miliar di 2020. Mesin utama ekonomi digital di negara ini masih didominasi oleh perdagangan lewat platform e-commerce yang diproyeksikan akan bernilai $83 miliar.

Laporan ini tidak merinci seberapa besar persentase potensi yang diberikan oleh industri pengiriman makanan yang di dalamnya mencakup cloud kitchen. Setidaknya secara umum, angka tersebut mampu menggambarkan betapa gurihnya bisnis pengantaran makanan.

Ambil contoh, di India saja pangsa pasar pengiriman makanan diproyeksikan tumbuh pada CAGR 16% untuk mencapai $17 miliar pada 2023 mendatang, menurut DataLabs by Inc42. Sementara, industri cloud kitchen diproyeksi mencapai $1,05 miliar pada 2023 mendatang. Faktor pendukungnya datang dari meningkatnya pendapatan yang dapat dibelanjakan dan perubahan pola pikir konsumen.

Rebel Foods salah satu operator cloud kitchen dengan jaringan terbanyak di India, lebih dari 350 lokasi yang tersebar di 35 kota. Mereka mengoperasikan 12 brand F&B, Faasos, Behrouz Biryani, dan Oven Story, adalah top 3 brand yang paling dikenal. Perusahaan juga bekerja sama dengan pemain F&B lainnya untuk ekspansi ke lokasi baru. Wendy’s adalah salah satunya, melalui program Rebel Launcher.

Gojek adalah salah satu pemegang saham Rebel Foods. Mereka berekspansi ke Indonesia dengan membentuk PT. Rebel GoFood Indonesia untuk mengoperasikan cloud kitchen Dapur Bersama GoFood. Terhitung ada 27 outlet Dapur Bersama yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Di sini, mereka mengadopsi konsep rental, bermitra dengan pemain F&B lainnya untuk memanfaatkan dapur, dan meluncurkan brand sendiri, sama seperti di India. Mereka memboyong brand Faasos ke Indonesia. Tak hanya Indonesia, Rebel Foods sudah melebarkan sayap ke UAE dan UK.

Rebel Foods bukanlah pemain tunggal di segmen ini. Perusahaan memiliki persaingan yang kuat dari agregator makanan seperti Zomato dan Swiggy, yang juga memiliki jaringan cloud kitchen sendiri. Pada saat yang sama, pemain sejenis Rebel Foods, di antaranya Ola Foods, FreshMenu, Box8, dan QSR Foods.

Kondisi ini memberikan gambaran serius bahwa dengan pijakan bisnis yang kokoh di bisnis pengiriman makanan, pemain agregator makanan secara agresif bergerak menuju cloud kitchen untuk menggarap bisnis.

Di Indonesia, mengutip dari laporan Rise of Virtual Kitchen 2021 yang diterbitkan Savills Research & Consultancy, model cloud kitchen yang beroperasi saat ini menyasar target konsumen yang berbeda dari restoran di mal.

Diestimasi ada 70 outlet cloud kitchen yang dioperasikan tujuh pemain di Jakarta.

Mayoritas operator cloud kitchen ini menyasar pada pebisnis F&B yang masih berskala UKM. Sementara, jaringan restoran cenderung memilih gerai tradisional karena banyak dari mereka tidak hanya menjual makanan, tetapi juga suasana dan pengalaman bersantap kepada para pelanggannya.

“Namun, kami melihat mereka yang lebih bereputasi mulai menggunakan cloud kitchen sebagai ‘dapur satelit’ – gerai pelengkap di luar mal untuk menangkap konsumen di daerah yang lebih terpencil. Biasanya, pengiriman dari mal terlihat kurang efektif karena terlalu banyak waktu bagi pengemudi untuk parkir, masuk ke mal, memesan makanan, dan mengantarkan,” tulis laporan tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan, “Dapur satelit bertugas hanya untuk menerima pesan-antar demi mengurangi waktu pengiriman dari restoran ke konsumen. Di masa depan, kita dapat melihat lebih banyak kolaborasi antara mal ritel tradisional dan cloud kitchen dalam model bisnis hibrida, sehingga menciptakan peluang besar bagi kedua sektor untuk terus tumbuh.“

DailySocial mencatat setidaknya ada 15 operator cloud kitchen yang beroperasi di Indonesia sejauh ini. Berikut rinciannya:

No Nama Operator Tahun berdiri Lokasi Minimum kontrak Ukuran dapur Harga sewa (mulai dari) Mitra brand
1 GrabKitchen 2018 45 outlet 1 tahun 10-20 m2 Bagi hasil Geprek Bensu, Reddog, The Good Habit Express
2 Dapur Bersama GoFood 2019 27 outlet 1 tahun 14-25 m2 Bagi hasil FamilyMart, Banzai, I am Geprek Bensu
3 Everplate 2019 9 outlet 1 tahun 6-17 m2 Biaya tetap, 6 juta/bln 2080 Burger, The Moo, Bakso Gembul
4 Yummy Kitchen 2019 40 outlet 6 bulan 5-10 m2 Bagi hasil, 7 juta/bln Dailybox, KyoChon, Se’i Sapi Lamalera
5 Kita Kitchen 2020 3 outlet 6 bulan 6-17 m2 Biaya tetap, 5 juta/bln Burgreens, Thai Alley, Yoshinoya, SaladStop
6 Telepot 2020 1 outlet 6 bulan 7-19 m2 Bagi hasil, 6 juta/bln Yuks Bowl, Kaka Bakes, CWIMS
7 Hangry 2020 40 outlet N/A N/A N/A Own brand
8 Popitsnack N/A 1 outlet N/A N/A N/A Segara Market, Tehna
9 Tabula 2020 53 outlet N/A N/A N/A Mujigae, Palava, Fondre
10 Eden Kitchen 2020 1 outlet N/A N/A Biaya tetap, 5 juta/bln Oppa Corn Dog, Unicorn Burger
11 Foodstory 2021 2 outlet N/A N/A N/A Ayam Sunda Empire, Nasi Goreng TikTok, Chick Pok!
12 Lookalkitchen 2021 50 outlet N/A N/A N/A Dapoer Bang Jali by Denny Cagur
13 DishServe 2021 100 outlet N/A N/A Komisi Phago, Daipan
14 Eatsii 2021 N/A N/A N/A N/A Nasi Goreng Endoy, Simply Fry
15 Boga Kitchen 2020 16 outlet N/A N/A N/A Own brand

Sumber: Savills Research, data diolah

GrabKitchen

Setahun sebelum Gojek debut dengan Dapur Bersama, kompetitor terdekatnya Grab sudah masuk lebih dahulu pada September 2018. Branding cloud kitchen yang Grab gunakan pada waktu itu adalah Kitchen by GrabFood, yang berlokasi di Kedoya, Jakarta Barat. Kemudian, ubah nama hingga kini menjadi GrabKitchen.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Head of GrabKitchen Grab Indonesia Rio Aristo mengatakan dibalik meningkatnya penggunaan layanan pengantaran makanan di Indonesia, cloud kitchen menjadi alasan kuat bagi merchant yang ingin memperluas usaha mereka tanpa perlu menyediakan meja dan kursi untuk makan di tempat.

“Grab tetap yakin dengan ekosistem yang kuat–didukung oleh angka konsumen yang berkembang, fitur aplikasi, serta infrastruktur pengantaran yang sudah matang–menjadikan GrabKitchen lebih unggul karena didukung oleh kepemimpinan GrabFood di kategori pesan-antar makanan. Hal tersebut telah menjadi alasan mengapa berbagai brand, besar atau kecil, memilih untuk bergabung dengan jaringan cloud kitchen kami,” ujarnya.

Sumber: Grab

GrabKitchen kini telah berada di lebih dari 45 outlet, tersebar di Jakarta, Bandung, Bali, Medan, Surabaya, Makassar, dan Malang. Berkat kemitraan dengan pemain cloud kitchen lainnya, Yummykitchen, mitra dapat menempatkan dapur di lokasi dengan permintaan konsumen terbanyak.

Bila digabung dengan wilayah operasional Yummykitchen, cakupan GrabKitchen kini mencapai lebih dari 80 outlet. Kehadiran Yummykitchen, menjadi daya tawar yang kompetitif karena merchant berkesempatan mendapat keahlian dalam pengembangan brand, pemasaran digital, dan strategi bisnis.

“Setiap calon mitra merchant dapat memanfaatkan keahlian ini untuk memutuskan: produk apa yang paling diminati konsumen, di mana lokasi dapur mereka, bagaimana memasarkan merek mereka kepada konsumen, hingga mengevaluasi strategi bisnis mereka bersama GrabKitchen dan Yummy Corp.”

Fasilitas yang disediakan GrabKitchen terdiri dari peralatan dapur dasar. Untuk mitra yang tidak butuh tempat masak disediakan opsi untuk menyimpan produknya di chiller dan siap dikirim setelah dipesan oleh konsumen. Layanan konsinyasi seperti ini cocok untuk kudapan seperti dessert box yang sedang tren, yang biasanya siap dijual langsung ke konsumen.

Jaringan cloud kitchen yang luas otomatis membawa nilai lebih bagi brand lokal dan nasional. Rio menjelaskan, bagi brand lokal dapat beroperasi di lebih banyak lokasi, sementara brand nasional dapat meluncurkan bisnisnya di kota-kota baru. Bagi konsumen, dapat memesan hidangan dari beberapa merchant yang berlokasi di satu GrabKitchen. Ini adalah proposisi pemilihan menu yang menarik untuk kebutuhan keluarga dan kelompok, serta memberikan visibilitas tambahan dan potensi promosi silang kepada setiap merchant.

Akses data dan teknologi juga diberikan untuk merchant yang memanfaatkan GrabKitchen. Grab memberikan data yang telah diolah untuk diberikan ke merchant untuk mengidentifikasi permintaan di wilayah tertentu.

Sumber: Grab

“Inovasi ini adalah solusi yang lebih efisien dan efektif. Pendekatan berbasis data kami memungkinkan kami untuk memberi rekomendasi kepada merchant tentang pemilihan menu, presentasi, promosi, dan branding untuk membantu mereka meningkatkan penjualan dan visibilitas mereka secara online.”

Keuntungan merchant lainnya, tak hanya mendapat akses pengantaran makanan, juga akses untuk belanja bahan masakan dengan harga yang lebih kompetitif. Penggunaan GrabMerchant juga memungkinkan merchant untuk mengelola menu, operasional toko, membuat iklan digital, serta mendapatkan akses ke laporan bisnis komprehensif yang dapat diakses melalui web.

“Kami yakin bahwa nilai tambah yang ditawarkan oleh fitur ini menyederhanakan operasi untuk pedagang kami. GrabKitchen akan terus mengembangkan fitur-fitur yang bermanfaat baik bagi mitra merchant maupun konsumen kami.”

Hangry

Sumber: Hangry

Berbeda dengan Grab dan Gojek, Hangry kurang lebih mengambil pendekatan seperti Rebel Foods pada awal perusahaan tersebut berdiri. Hangry mengoperasikan cloud kitchen untuk brand F&B yang dibentuk sendiri (brand builder).

CEO Hangry Abraham Viktor menjelaskan, alasan Hangry mengambil konsep cloud kitchen karena nilai lebih yang ditawarkan, yakni fleksibilitas dan efisiensi infrastruktur dapur, dan selalu hadir di manapun konsumen berada. “Beranjak dari konsep ini, kami berusaha untuk menyediakan suatu pengalaman virtual dining.”

Karena cloud kitchen dioperasikan sendiri, jadi suatu kelebihan buat Hangry karena perusahaan dapat memprioritaskan kualitas produk yang menjadi inti bisnisnya, baik dari kelezatan maupun kebersihan. Ada SOP dan QC yang diterapkan untuk menjaga kualitas dan higienitas produknya.

“Sekarang kami telah mencapai ribuan order per harinya dalam jangka waktu kurang lebih tujuh bulan. Selain itu, salah satu metrics lainnya yang amat penting adalah rating restoran kami di channel delivery yang berada di rata-rata 4,7/5. Inilah salah satu bukti komitmen kami untuk menjaga kualitas produk.”

Dukungan teknologi juga disematkan di dalam aplikasi Hangry. Selain kemudahan pemesanan makanan, selayaknya saat berseluncur di aplikasi delivery pada umumnya, terdapat gamifikasi berupa poin-poin yang dapat ditukarkan dengan hadiah-hadiah menarik. Poin tersebut dikumpulkan melalui channel pembelian apapun dengan memindai kode QR yang ada di bukti pembelian.

Tak lupa, kemudahan pembayaran digital dengan berbagai opsi juga diberikan. Transaksi dengan e-wallet menurut Hangry masih digemari oleh konsumen yang bertransaksi secara online.

Abraham menuturkan saat ini Hangry tersebar di 40 lokasi di Jabodetabek dan Bandung. Adapun ambisi perusahaan pada tahun ini dapat hadir di lebih dari 120 outlet, masuk ke Bandung, Surabaya, dan Medan.

Terkait rencana membuka cloud kitchen-nya untuk brand di luar Hangry, Abraham masih menampik kemungkinan tersebut. “Untuk fasilitas kitchen, sekarang ini hanya brand Hangry yang bisa menggunakannya, tidak bisa ada brand lain yang menyewa atau menggunakannya.”

Sumber: Hangry

Ambil segmen berbeda

Di balik pesatnya perkembangan cloud kitchen, masih ada ruang besar untuk diseriusi pemain lainnya. DishServe memosisikan dirinya sebagai enabler ghost kitchen dengan memanfaatkan aset fasilitas dapur rumah yang kurang dimanfaatkan. Dapur tersebut nantinya masuk ke dalam jaringan cloud kitchen sebagai titik distribusi jarak jauh untuk brand F&B.

Sebagai enabler, DishServe memudahkan bisnis brand untuk berkembang tanpa biaya tetap melalui infrastruktur yang dimiliki perusahaan. Perusahaan akan mendistribusikan stok makanan milik brand ke outlet pilihan, melihat dari insight yang berhasil terekam. Pun bagi pemilik dapur rumah, mereka bisa mendapat penghasilan tambahan. Alhasil dengan strategi ini brand tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk ekspansi outlet.

Terhitung saat ini DishServe memiliki 100 jaringan dapur di Jakarta.

Berikutnya ada Lookalkitchen yang menawarkan konsep revitalisasi dapur/restoran untuk para pemilik restoran agar tidak tertinggal tren pengiriman makanan online. Dapur-dapur yang belum dimanfaatkan secara optimal, diubah oleh perusahaan menjadi pusat pengiriman makanan dan minuman.

Pemilik restoran tetap memanfaatkan dapur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi staf yang ada, dan menjadi bagian dari cloud kitchen tanpa harus terbebani oleh biaya-biaya tambahan. Mitra dapat menyajikan hingga 10 merek sekaligus di dapurnya.

Perusahaan bermitra dengan merek-merek makanan dan minuman (mamin) online yang umumnya hanya melayani pesan-antar dan memiliki kehadiran kuat di medai sosial. Pengusaha ini tidak perlu repot lagi mencari lokasi baru untuk lebih dekat dengan para konsumennya. Lookalkitchen memanfaatkan model bisnis bagi hasil antara pengusaha mamin dan restoran mitra.

“Kami menawarkan proses registrasi dan kemitraan yang tidak repot hanya dalam waktu dua minggu. Itu sudah termasuk tahap penilaian dapur, aktiviasi, sampai akhirnya masuk ke semua platform food delivery,” ucap Co-Founder dan CFO Lookalkitchen Daniel Song.

Adapun beberapa nama mereknya adalah Dapoer Bang Jali by Denny Cagur, Enakdibungkus, dan Mandu Mami, yang memiliki basis pengikut Instagram gabungan hingga 100 ribu follower. Total outlet Lookalkitchen saat ini tersebar di 50 titik di Jakarta. Rencananya akan ekspansi ke kota lainnya pada akhir tahun ini.

Dari sisi bisnis, tentunya kehadiran pemain cloud kitchen adalah strategi diversifikasi pemilik bisnis untuk semakin mendekatkan diri ke konsumen tanpa harus keluar rumah. Lantaran lebih fleksibel dari sisi rental dan investasinya lebih ramah dikantong. Mayoritas para operator cloud kitchen ini menyasar bisnis UKM yang relatif baru beroperasi, maka skema bisnisnya sangat cocok.

Belum lagi dengan penyajian insight data untuk UKM sangat bermanfaat untuk menentukan strategi berikutnya, terlebih statusnya yang masih menjadi startup sehingga perlu minimalisir risiko. Terlepas dari sisi positifnya, ada tantangan yang dihadapi oleh operator cloud kitchen, seperti kurangnya pengalaman bersantap selayaknya di restoran, masalah kontrol kualitas makanan karena tidak semua menu “delivery friendly”. Ditambah, banyaknya pengiriman makanan berarti semakin banyak sampah kemasan yang dihasilkan.

Hangry sadar dengan kelemahan tersebut, makanya mereka membuat outlet khusus dine-in yang dijadikan sebagai flagship store untuk memperkenalkan brand agar lebih dekat kepada konsumen.

Seorang pengusaha kuliner dari India, Rachael Goenka, menuturkan, dalam menjalankan bisnis cloud kitchen yang menguntungkan, operator harus mengumpulkan kapital dalam jumlah yang cukup besar atau memiliki kehadiran merek yang kuat dan penawaran pengiriman yang dapat dimanfaatkan di beberapa lokasi.

“Kami harus mengandalkan yang terakhir dengan mengoperasikan banyak merek dari infrastruktur yang ada. Tidak pernah ada pertanyaan tentang satu opsi menggantikan yang lain. Makan di luar itu untuk perayaan dan pengalaman. Makan di tempat itu nyaman.”


*Foto header: Depositphotos.com

GoFood Aims for Expansion and Profitable Business in 2020

First launched in 2015, GoFood is now one of the services that builds up the Gojek’s “super app” ecosystem and contributes the most for the company. Currently, the food delivery service provides around 12 million menus from 500 merchants in Southeast Asia, 96% are SMEs.

Based on the company’s internal data, as of the end of 2019, GoFood has acquired 75% market share in its operational areas. It is also said GoFood users are 1.5 times exceeding competitors. While the total transactions have reached 50 million per month.

Gojek’s VP Corporate Affairs Food Ecosystem, Rosel Lavina told DailySocial that GoFood’s mission this year is to add some new features backed by the most advanced technology, in order to facilitate easy transaction.

“We stick to Gojek’s pillars of speed, innovation and social impact. Then, we realize that innovation is the key to aligning the user’s demand. Therefore, it is very important for GoFood to continue learning user’s demand that is getting complex in order to create new innovations as solutions to answer all those.”

The public’s high demand for food delivery is a promising opportunity for platforms, such as Gojek, to further develop GoFood as one of its core services in the ecosystem.

Previously, Gojek Group’s Chief Food Officer Catherine Hindra Sutjahyo mentioned, all investors’ support has led GoFood to a business model that is in line with its aims for profitability. GoFood benchmark has developed over time along with its achievements, starts from transaction number to gross transaction value (GTV), and now revenue.

“We are now on the right track, the progress gets along with our plan. That (information) is what I can share, for now,” she said.

GoFood’s rapid growth is actually nothing compared to similar industries in China. The food delivery industry there has reached 13% -15% of total consumption, while in Indonesia it is still far below that. As a result, various innovations implemented in the sleeping giant country often become a reference for food delivery players.

GoFood focus in 2020

(left-right) Gojek's Chief Corporate Affairs Nila Marita, Ban-Ban Co-Owner Wenny Chen, and Gojek Group's Chief Food Officer Catherine Hindra Sutjahyo at GoFood's launching of latest technology
(left-right) Gojek’s Chief Corporate Affairs Nila Marita, Ban-Ban Co-Owner Wenny Chen, and Gojek Group’s Chief Food Officer Catherine Hindra Sutjahyo at GoFood’s launching of latest technology

In order to improve services and increase profits from GoFood, the company has introduced four new innovations earlier this year. Among those are GoFood Pickup, GoFood Turbo, GoFood Plus and collaboration with Google Assistant for users to order food through voice commands.

There are now more than 40 GoFood Kitchen corners and the GoFood Festival as their flagship program, with plans to continue for more locations. In the future, these locations can provide merchant partners with low cost and risk to expand the network of outlets due to the infrastructure that has been provided.

In case GoFood has plans to spin off or being independent outside the Gojek ecosystem is not mentioned. However, GoFood is to focus on developing three things as its long-term business strategy, which is prioritizing customer satisfaction, business expansion, and innovation.

“Through the reliability of GoFood technology, we also offer services to make it easy and fun for culinary lovers and GoFood customers when ordering food. The development of GoFood technology and facilities for driver partners is also expected to benefit the driver partners to provide maximum service to consumers,” Rosel said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Fokus GoFood Perluas Bisnis dan Kantongi Profit di Tahun 2020

Diluncurkan sejak tahun 2015, GoFood kini jadi salah satu layanan yang memperkuat ekosistem “superapp” Gojek dan memberikan kontribusi paling besar untuk perusahaan. Saat ini fitur pesan-antar makanan tersebut menyediakan sekitar 12 juta menu dari 500 ribu merchant di Asia Tenggara, 96% di antaranya dari kalangan UKM.

Berdasarkan data internal perusahaan, per akhir 2019 GoFood telah memiliki market share 75% di wilayah operasionalnya. Disebutkan juga bahwa GoFood telah memiliki jumlah pengguna 1,5 kali lebih banyak dibandingkan kompetitor. Sementara total transaksinya telah sentuh angka 50 juta per bulannya.

Kepada DailySocial VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina menyebutkan, misi GoFood tahun ini adalah menambah beberapa fitur baru didukung dengan teknologi paling advance, bertujuan untuk memudahkan proses transaksi pengguna.

“Kami berpegang teguh pada pilar Gojek yaitu kecepatan, inovasi dan dampak sosial. Berangkat dari hal tersebut, kami menyadari bahwa inovasi menjadi kunci untuk bisa menyelaraskan kebutuhan pengguna. Sehingga sangat penting bagi GoFood untuk terus mempelajari perkembangan kebutuhan pengguna yang semakin kompleks demi menciptakan inovasi baru sebagai solusi yang menjawab segala kebutuhan.”

Besarnya minat masyarakat terhadap layanan pesan-antar makanan dilihat menjadi peluang yang sangat menjanjikan bagi platform seperti Gojek untuk kemudian mengembangkan GoFood menjadi salah satu core service di ekosistem aplikasi.

Sebelumnya, Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengungkapkan, seluruh dorongan investor membuahkan GoFood dalam model bisnis yang sesuai dengan arah profitabilitas. Dari waktu ke waktu benchmark pencapaian GoFood berkembang, dari awalnya angka transaksi menjadi gross transaction value (GTV), dan sekarang revenue.

“Sekarang kita ada di track yang benar, progresnya sesuai dengan yang kita rencanakan dari awal. Baru itu (informasi) yang bisa saya bagikan,” katanya.

Pencapaian GoFood yang pesat sebenarnya belum seberapa dibandingkan industri serupa di Tiongkok. Industri food delivery di sana penetrasinya sudah mencapai 13%-15% dari total konsumsi, sedangkan di Indonesia masih jauh di bawah itu. Alhasil, berbagai inovasi yang diterapkan di negeri tirai bambu tersebut seringkali menjadi acuan para pemain food delivery.

Fokus GoFood di tahun 2020

(kiri-kanan) Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita, Co-Owner Ban-Ban Wenny Chen, dan Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo saat acara peluncuran inovasi terbaru GoFood
(kiri-kanan) Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita, Co-Owner Ban-Ban Wenny Chen, dan Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo saat acara peluncuran inovasi terbaru GoFood

Untuk terus meningkatkan layanan dan profit dari GoFood, awal tahun ini perusahaan telah menghadirkan empat inovasi baru. Di antaranya GoFood Pickup, GoFood Turbo, GoFood Plus dan kolaborasi dengan Google Assistant untuk para pengguna memesan makanan lewat perintah suara.

Sekarang sudah ada lebih dari 40 lokasi GoFood Kitchen dan GoFood Festival sebagai program unggulan mereka, dengan rencana untuk terus menambahkan lokasi yang lebih banyak. Lokasi-lokasi ini ke depannya bisa memberikan mitra merchant biaya dan risiko rendah untuk memperluas jejaring outlet karena infrastrukturnya telah disediakan.

Disinggung apakah nantinya GoFood memiliki rencana untuk spin off atau berdiri sendiri diluar ekosistem Gojek, tidak disebutkan lebih lanjut. Namun ke depannya, GoFood akan fokus mengembangkan tiga hal sebagai strategi bisnis jangka panjang, yakni mengutamakan kepuasan pelanggan, ekspansi bisnis dan  inovasi.

“Lewat keandalan teknologi GoFood, kami juga menawarkan pelayanan yang memudahkan dan menyenangkan bagi para pencinta kuliner dan pelanggan GoFood saat memesan makanan. Berkembangnya teknologi GoFood dan fasilitas bagi mitra driver juga diharapkan dapat menguntungkan mitra driver untuk memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen,” kata Rosel.

Application Information Will Show Up Here

GrabFood Hadir di 200 Kota Asia Tenggara, 89% Berlokasi di Indonesia

Grab mengumumkan layanan pesan-antar makanan GrabFood telah tersebar di 200 kota di enam negara. Pendapatannya diklaim tumbuh 45 kali lipat dari Maret-Desember 2018.

Indonesia menjadi negara yang paling digencarkan untuk pengembangan GrabFood, khususnya pasca pendanaan terakhir yang diterima perusahaan. GrabFood mengklaim telah hadir di 178 kota Indonesia, padahal pada awal tahun lalu baru tersedia di 13 kota.

Tanpa menyebut angka detail, Presiden of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan bertambahnya cakupan berpengaruh pada peningkatan volume pengiriman yang tumbuh hampir 10 kali lipat secara year on year. Datangnya pemesanan ini mayoritas datang dari kota besar.

Kini jumlah merchant tumbuh 8 kali lipat dan lebih dari 80% datang dari pengusaha UKM. Tak hanya fokus ke merchant UKM, Grab menggaet merchant dengan banyak gerai dari brand lokal dan internasional, seperti McDonald’s, Bonchon, Dominos, Starbucks, dan lainnya.

“Target GrabFood menjadi layanan pesan-antar makanan tercepat untuk kuliner lokal. Caranya dengan teknologi yang mumpuni dan dibantu oleh tim R&D di berbagai negara,” terangnya, Jumat (29/3).

Dia mengklaim para mitra pengemudi memperoleh penghasilan 40% lebih tinggi dengan mengambil pemesanan makanan di samping layanan transportasi. Merchant juga memperoleh 88% pendapatan tambahan dalam kurun waktu lima bulan setelah mereka bergabung bersama GrabFood. Konsumen pun dalam rerata waktu tunggu pesanan sampai barang tiba kini hanya sekitar 29 menit.

Pada saat yang bersamaan, Grab juga memperkenalkan fitur subscription (paket berlangganan) GrabFood untuk mendorong loyalitas pengguna. Dalam paket ini, konsumen ditawarkan paket berlangganan dari Rp75 ribu sampai Rp125 ribu.

Pengembangan teknologi untuk GrabFood

Ridzki menjelaskan, dalam rangka mendorong eskalasi GrabFood yang cukup pesat selama setahun ini, perusahaan memanfaatkan perpaduan teknologi machine learning dan kecerdasan buatan.

Kedua teknologi tersebut membantu perusahaan melihat seberapa cepat suatu pesanan dibuat oleh merchant di area tertentu, mengoptimalisasi sistem pemetaan, dan mempelajari pengalaman merchant sebelumnya saat memproses pesanan.

Dari sisi proses, antara pengemudi dan penumpang ada sistem chat yang otomatis memberi notifikasi sehingga memudahkan dan persingkat waktu pengantaran. Grab juga aktif memberikan pelatihan untuk mitra pengemudi bagaimana menangani pesanan dalam cepat, tata cara bayarnya, dan saat pengantarannya.

Di sisi lain, dalam mendukung unsur kecepatan, Grab akan menambah jumlah kehadiran central kitchenKitchen by GrabFood” yang diperkenalkan pertama kali bulan September lalu.

Untuk mendukung keamanan pesanan tetap aman, Grab menyediakan tas berdesain insulated yang khusus menjaga makanan tetap panas atau dingin sampai ke tujuan. Ukuran tas ini juga dapat di-upsize agar mitra dapat menyimpan pesanan dalam jumlah banyak.

Menurut Ridzki, tas khusus ini sudah didistribusikan untuk 500 mitra pengemudi di Jabodetabek.

“Seluruh hal ini kita lakukan secara menyeluruh. Makanya durasi pesan-antar di GrabFood semakin cepat, yaitu sekitar 29 menit.”

Application Information Will Show Up Here

GrabFood is Now Available in Semarang, Yogyakarta, and Palembang

Grab announces to expand one of its service network, GrabFood. The service is currently available in three new cities, namely Yogyakarta, Semarang and Palembang Those three completed the previous list namely Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar and Medan.

A food ordering service in Indonesia has proven to be a business line that may be developed by on-demand transportation working with the bike’s drivers. Along with the announcement of new cities, Grab also declares partnership with more than 30,000 merchants in Indonesia. Grab is getting more serious in food ordering service, facing a competition with Go-Food.

GrabFood is to serve customers ordering food from nearby restaurant within 3km. Grab drivers will deliver directly to the destination, either a home or an office.

Web

“GrabFood is a convenient and reliable way to get customer’s favorite food at night by only one click away. It also provides new economic opportunity for delivery partners and allows local restaurants to connect with more customers in each cities,” Mediko Azwar, Grab Indonesia’s Marketing Director, explained.

Grab was started GrabFood in Jakarta, in 2016. GrabFood keeps reaching for the new cities and partners with more merchants. As to attract public’s interest, GrabFood set the delivery cost starts from Rp3,000 for those who live outside the Jakarta’s area. In addition, GrabFood also offers easy communication with GrabChat feature includes in the application.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

GrabFood Kini Hadir di Semarang, Yogyakarta, dan Palembang

Grab mengumumkan telah memperluas jangkauan salah satu layanan mereka GrabFood. Kini layanan pengantaran makanan tersebut hadir di tiga kota baru, yakni Yogyakarta, Semarang, dan Palembang. Ketiga kota tersebut melengkapi kota-kota sebelumnya, seperti Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan.

Layanan pengantaran makanan di Indonesia terbukti menjadi salah satu lini bisnis yang bisa dikembangkan oleh layanan transportasi on demand memanfaatkan mitra pengemudi sepeda motor. Kini bersamaan dengan diumumkannya kota-kota baru Grab juga mengumumkan telah berhasil bekerja sama dengan lebih dari 30.000 merchant di seluruh Indonesia. Grab terlihat makin serius untuk pasar pengantaran makanan Indonesia, menghadapi persaingan dengan Go-Food.

GrabFood bisa melayani pelanggan yang memesan makanan dari restoran terdekat dalam rentang jarak 3km. Mitra pengemudi Grab akan langsung mengantarkan ke tempat yang dituju, seperti rumah atau kantor.

Web

“GrabFood merupakan cara yang nyaman dan dapat diandalkan untuk mendapatkan makanan favorit para pelanggan saat malam hari hanya dengan menekan satu tombol. Hal ini juga memberikan peluang ekonomi baru bagi para delivery partner dan memungkinkan restoran-restoran lokal untuk terhubung dengan lebih banyak pelanggan di masing-masing kota,” jelas Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Grab memulai GrabFood pada tahun 2016 di Jakarta. Seiring dengan berjalannya waktu, GrabFood terus menjangkau kota-kota baru dan menjalin kerja sama dengan banyak mitra. Untuk menarik minat masyarakat GrabFood mematok biaya pengiriman mulai dari Rp3.000 untuk mereka yang tinggal di luar wilayah Jakarta. Selain itu, GrabFood juga menawarkan kemudahan komunikasi dengan fitur GrabChat yang sudah tersemat di dalam aplikasi.

Application Information Will Show Up Here