MVP Overwatch League Pindah dan Mulai Karir di Valorant

Pemain bintang Overwatch League, Jay Won (Sinatraa) mengumumkan kepergian yang sangat mengejutkan dari tim yang ia bela selama ini, San Francisco Shock. Ini menjadi cukup menarik, karena Sinatra sendiri merupakan pemain yang berhasil membawa San Francisco Shock menuju kemenangan yang gemilang pada Overwatch League tahun 2019.

Kepergiannya lebih mengejutkan lagi, karena Sinatra meninggalkan San Francisco Shock untuk mengejar karir di game FPS terbaru besutan Riot Games, Valorant. Ini mungkin terdengar seperti langkah yang terburu-buru dari Sinatra, karena Riot Games sendiri sudah mengatakan untuk tidak turun tangan langsung mengembangkan ekosistem esports Valorant dan melepasnya kepada pihak ketiga, pada tahun-tahun awal Valorant.

Namun antusiasme terhadap Valorant memang cukup tinggi, karena ESPN ataupun T1 sudah menyelenggarakan kompetisi, walau game ini masih berada dalam status closed-beta. Lewat sebuah twit, Sinatraa mengungkap alasan ia meninggalkan Overwatch yang dipicu oleh hilangnya rasa passion atas game bergenre Hero Shooter tersebut.

“Gue nggak tahu apa yang jadi pembunuh passion tersebut, tapi mungkin gaya main yang mengharuskan 2 tank 2 dps 2 support di Overwatch, mungkin karena sistem ban, gue tidak yakin. Satu yang gue tahu adalah bahwa berat rasanya hanya untuk log in, bermain, dan gue tidak merasakan sedikitpun kesenangan pada scrims/ranked yang gue lakukan.” Sinatra menjelaskan lebih lanjut soal hilangnya passion yang ia rasakan terhadap Overwatch.

“Ini bukan keputusan yang gue ambil dalam satu hari saja. Selama satu bulan gue nggak tidur karena stres dan terus memikirkan ini secara non-stop setiap hari. Gue tahu ini berat, tapi gue ingin melakukan sesuatu yang benar untuk diri gue sendiri.” Sinatra menjelaskan lebih lanjut.

Kepergian Sinatra menjadi kepergian besar lain di Overwatch League setelah beberapa pada awal Januari lalu, salah satu pionir liga franchise di esports ini ditinggal oleh 5 shoutcaster utama. Kepergian ini juga menjadi lampu kuning bagi OWL, karena pemain dengan karir paling cemerlang seperti Sinatra, bisa dengan mudah pergi dan pindah ke tempat dengan skena kompetitif yang belum terbentuk sempurna.

Pergi dari SF Shock, kini Sinatra berlabuh kepada tim Sentinels untuk bermain Valorant. MVP Overwatch League 2019 ini bermain bersama pemain Apex Legends, Jared Gitlin (Zombs) , Shahzeb Khan (ShahZam), dan Hunter Mims (Sick) yang merupakan mantan pemain CS:GO. Mereka akan bermain untuk mengisi konten dan juga bertanding dalam turnamen esports apapun yang ada dan akan tumbuh nantinya di Valorant.

https://twitter.com/Sentinels/status/1255291066028261377

Rob Moore Founder dan CEO tim Sentinels mengatakan dalam rilis. “Tujuan besar kami sebagai organisasi adalah untuk menghubungkan para penggemar kami dengan game terbesar, paling mengasyikkan di esports, dan merekrut pemain-pemain juara seperti pada divisi Fortnite dan Halo. Perekrutan terhadap Sinatra, Shazam, dan Sick akan menanamkan posisi kami lebih jauh sebagai rumah bagi pemain serta tim kelas dunia.”

Sentinels sendiri merupakan organisasi esports yang masih seumur jagung. Berdiri pada tahun 2019 lalu, namun tim ini menjadi rumah bagi juara dunia Fortnite, Kyle Giersdorf (Bugha).

Melihat keadaan ini sebenarnya memunculkan dua pertanyaan. Bagaimana masa depan Overwatch League nantinya? Akankah Valorant menjadi esports global menyaingi CS:GO dan Overwatch?

Overwatch Perkenalkan Hero Echo, Robot Dengan Kemampuan Duplikasi

Beberapa waktu yang lalu, Activision Blizzard memperkenalkan hero ke-32. Hero ini berbentuk robot berwarna putih biru yang diberi nama Echo. Hal ini mungkin bisa dbilang cukup mengagetkan, karena Blizzard juga sedang menggarap Overwatch 2, yang menurut bocoran akan rilis di tahun 2020 ini.

Sebelumnya, Blizzard juga sempat merilis sebuah animasi pendek yang menceritakan asal muasal Echo. Menurut cerita Echo adalah sebuah robot evolusioner, yang dibuat oleh ilmuwan bernama Dr. Mina Liao. Mengutip dari laman resmi Overwatch, Echo disebut sebagai karakter serba bisa dan memiliki “rapidly adapting artificial intelligence”.

Jadi, apa saja yang bisa dilakukan oleh karakter ini. Merupakan karakter DPS, serangan utama Echo adalah tembakan jarak jauh yang bernama Tri-Shot. Merupakan tembakan laser yang dikeluarkan dari jarinya, Tri-Shot menembakkan 3 proyektil sekaligus dengan pola tembakan berbentuk segitiga.

Selain tembakan utama, dia memiliki kemampuan tambahan juga seperti karakter lainnya. Ia memiliki Sticky Bombs, yaitu bom yang dilemparkan lewat tangannya, yang akan menempel di tempat yang ditarget dan akan meledak setelah beberapa saat. Kemampuan lain yang dia miliki juga adalah Focusing Beam, tembakan laser terfokus yang akan memberi damage sangat besar kepada target yang memiliki Hit Points kurang dari setengah.

Echo mungkin bisa dibilang menjadi karakter kedua di Overwatch yang punya kemampuan untuk terbang. Seperti Pharah, ia dapat terbang dan melakukan manuver mengambang di udara. Terakhir, jurus pamungkas hero ini adalah Duplicate. Jika sudah terisi penuh, Echo dapat meniru musuh yang ditarget. Ketika berubah, tak hanya bentuknya yang berubah menjadi seperti musuh yang ditarget, tetapi Echo juga meniru gerakan musuh yang ditarget, mulai dari serangan biasa, skill, hingga ultimate juga ditirukan oleh Echo.

Seperti biasa, karakter baru Overwatch ini akan dikarantina terlebih dahulu di dalam Test Server; atau yang lebih dikenal dengan nama PTR. Sebelumnya Blizzard juga sempat merilis video Developer Update untuk membahas hero tersebut. Dengan Jeff Kaplan berbicara di dalam video, ia menjelaskan bahwa tim pengembang juga menyadari bahwa Ultimate Echo terlihat terlalu dominan, selama ia hadir dan bisa dimainkan di PTR.

Melihat hal ini, kemungkinan besar Duplicate milik Echo mungkin akan mengalami perubahan atau penyeimbangan, agar karakter ini tidak terlalu menjadi momok yang menakutkan saat rilis secara umum nanti. Sayangnya untuk saat ini, tanggal rilis Echo masih belum diungkap, sampai berbagai penyeimbangan dan perbaikan bug selesai dilakukan.

Hero Overwatch Ke-32, Echo, Dibekali Sederet Kemampuan Unik

Di tengah  penantian terhadap sekuel Overwatch, sebagian dari fans mungkin juga merasa cemas. Permainan anyar itu dari awal dirancang agar terintegrasi dengan Overwatch pertama sehingga progres tidak hilang dan gamer di kedua judul dapat bermain bersama di mode PvP. Tapi kita belum tahu akan seperti apa implementasinya serta seberapa efektif strategi ‘menyatukan’ dua permainan ini.

Selain fokus pada pengembangan Overwatch 2, kita tahu developer juga berjanji untuk terus memperkaya konten game yang sudah ada. Di bulan November 2018, Blizzard memublikasikan film animasi singkat berjudul Reunion. Di sana, mereka memperkenalkan dua karakter baru. Tak lama setelah itu, tokoh bernama Ashe bisa dimainkan, namun butuh waktu setahun lebih bagi Echo buat tersedia di game. Padahal, ia sempat muncul di trailer Overwatch 2.

Minggu ini, game director Jeff Kaplan mengabarkan bahwa Echo akhirnya bisa dimainkan. Echo merupakan salah satu hero Overwatch paling unik, dan itu alasannya Blizzard membutuhkan waktu lama buat menggodoknya. Echo sudah dapat dijajal di Public Test Region, tapi sepertinya developer tak ingin buru-buru menghadirkannya di server standar. Kaplan bilang timnya akan segera memodifikasi Echo jika menemukan sesuatu yang bisa merusak keseimbangan permainan.

Berbeda dari dugaan sebelumnya, Echo didesain sebagai hero damage. Namun ia juga menyimpan banyak kemampuan yang membuatnya sangat unik, salah satunya kapabilitas terbang/melayang seperti Pharah atau Mercy. Dan yang paling istimewa adalah skill ultimate bertajuk Replicate. Dengan mengaktifkannya, Echo bisa meniru hero musuh dan dapat mengakses segala kemampuannya (termasuk skill ultimate). Itu berarti Echo memberikan pemain kesempatan luas buat beradaptasi terhadap situasi.

Lewat video, Jeff Kaplan menceritan sedikit latar belakang karakter ini. Echo dibuat oleh seorang peneliti asal Singapura, Dr. Mina Liao, dengan kemampuan mengamati, belajar dan meniru. Liao ialah pakar robotik dan AI, bekerja untuk Omnica Corporation hingga pecahnya krisis Omnic. Ia segera direkrut Overwatch begitu insiden tersebut dimulai, tapi kehilangan nyawanya dalam sebuah serangan.

Sempat mempelajari karakteristik dan kebiasaan Liao, Echo terpaksa dikarantina karena Overwatch khawatir teknologinya dapat disalahgunakan dan seluruh proyek pengembangannya dihentikan. Echo akhirnya diaktifkan kembali oleh Jesse McCree, orang yang tadinya ditugaskan buat melindungi Liao, karena Overwatch butuh bantuan (dapat Anda saksikan di film animasi Reunion).

IMG_20032020_132459_(1000_x_650_pixel)

Jeff Kaplan bilang bahwa ada kemungkinan Echo merupakan hero terakhir yang dirilis untuk Overwatch hingga sekuelnya dilepas. Kronologi peluncuran karakter game belakangan memang sedikit membingungkan: Ocho diperkenalkan bersama Ashe, namun setelah itu Blizzard merilis Baptiste dan Sigma, memposisikan Echo sebagai hero Overwatch ke-32.

Texas Wesleyan University Sediakan Jurusan Esports Communication

Semakin banyak pihak yang menyadari bahwa industri esports telah menyediakan banyak lapangan pekerjaan. Dengan berkembangnya industri esports, maka semakin banyak juga permintaan tenaga kerja yang berkompetensi di bidang ini. Namun, masih sedikit universitas yang menyediakan jurusan yang mempelajari tentang esports. 

Para akademisi juga masih kesulitan untuk membuat kurikulum pendidikan esports. Sehingga hal ini membuat Texas Wesleyan University untuk memasukkan esports communication ke dalam program sports communication mereka. Para akademisi di sana berusaha menyusun program akademik sports communication. Guna mempersiapkan mahasiswa mereka untuk bekerja di kedua bidang sports dan esports communication di masa mendatang.

Eugene Frier selaku Executive Director of esports & recration berkata, “kami sangat beruntung untuk memiliki banyak kegiatan yang berhubungan dengan esports di area Dallas-Fort Worth. Saya sangat senang untuk bekerja di insititusi pendidikan yang memberikan perhatian terhadap esports. Bukan hanya di kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga di dalam kegiatan akademik.”

Dr. Kay L. Colley selaku Associate Professor and Department Chair of Mass Communication di Texas Wesleyan University percaya bahwa mahasiswa mereka yang lulus dari program ini akan memiliki electronic portfolio guna membuktikan kemampuan mereka di industri esports. Dengan demikian, diharapkan pihak yang mempekerjakan mereka dapat mengetahui potensi calon karyawannya. Program sarjana science in sports communication akan berjalan pada musim gugur tahun 2020.

Saat ini, Texas Wesleyan University telah mempersiapkan praktisi di industri esports guna membantu proses pembelajaran mahasiswa. Mereka juga sedang berencana untuk memasukkan esports ke dalam kurikulum pembelajaran agar memberikan mahasiswa untuk mempelajari ilmu yang berspesialisasi di esports seperti shoutcasting.

TXWES telah menjalani ekstrakurikuler esports sejak tahun 2018. Mereka memiliki tim League of Legends, Overwatch, dan Hearthstone yang bertanding di turnamen antar universitas. Bentuk dukungan TXWES terhadap esports juga ditunjukkan dengan menyediakan beasiswa bagi calon mahasiswa yang berprestasi di esports. 

Lebanon High School Resmikan Fasilitas Esports Mereka

Pada tanggal 4 Maret 2020, Lebanon High School meresmikan fasilitas esports mereka. Meroketnya popularitas esports, Lebanon High School tidak ragu untuk terjun jauh lebih dalam lagi ke industri ini. Berisikan 24 komputer dengan spesifikasi yang tinggi, biaya yang dikeluarkan untuk membangun fasilitas ini sebesar US$80 ribu.

Lebanon High School telah ditunjuk oleh Departemen Pendidikan Pennsylvania untuk menjalankan program PASmart. Dengan demikian, pemerintah telah membantu pendanaan dalam pengadaan fasilitas esports tersebut.

Program PASmart tersebut adalah upaya dari pemerintah Pennsylvania untuk memberikan akses kepada insititusi pendidikan dalam penyediaan komputer. Guna menunjang pembelajaran mengenai ilmu komputer dan STEM (science, technology, engineering, and mathematics). Esports juga diharapkan memberikan kesempatan bagi para murid untuk mempelajari critical communication, kolaborasi, dan penyelesaian masalah yang bisa diterapkan pada pekerjaan dan di kehidupan sehari-hari.

Shawn Canady selaku Chief Information Officer di Lebanon High School District berkata, “dengan esports, mereka dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat dan menyusun strategi. Kedua hal ini sangat penting di dunia kerja pada abad ke-21.” Lebanon High School juga berharap dengan adanya fasilitas ini mereka bisa menghidupkan ranah kompetitif di Pennsylvania. “Kami adalah salah satunya yang memiliki fasilitas yang mampu untuk menyelenggarakan turnamen dan mempersilakan tim lain untuk bertanding di sini.” Shawn Canady menambahkan.

Esports merupakan kegiatan ekstrakulikuler di Lebanon High School. Ke depannya, Shawn Canady untuk menggunakan fasilitas ini sebagai kelas web design, audio production dan video production. Tetapi untuk mengikuti kegiatan ini, para murid harus memenuhi standar PIAA eligibility. Yang berarti, hanya murid yang memiliki tingkat kehadiran kelas yang konsisten dan nilai akademik baik yang boleh mengikuti program ini.

Mungkin ada yang merasa aneh terhadap penyediaan fasilitas bermain game di sekolah. Tetapi Shawn Canady menekankan bahwa hal ini adalah salah satu upaya mereka untuk mempererat hubungan murid dengan sekolah. “Tujuannya adalah untuk menjaga para murid tetap aktif dan tertarik untuk datang ke sekolah.”

Di Indonesia sendiri, setahu kami, baru ada SMA 1 PSKD; sekolah yang menawarkan fasilitas dan beasiswa esports. 

Overwatch Collegiate Clash Tawarkan Hadiah Beasiswa Senilai Rp570 Juta

Activision Blizzard, Torque Esports, dan UMG bekerja sama untuk mengadakan turnamen esports Overwatch di tingkat perkuliahan. Turnamen dengan nama Overwatch Collegiate Clash ini menawarkan total hadiah sebesar US$40 ribu (sekitar Rp570 juta). Namun, hadiah yang diberikan dari turnamen ini berupa beasiswa yang akan digunakan untuk mengembangkan kegiatan esports di universitas yang menang.

Overwatch Collegiate Clash akan dimulai pada akhir Maret 2020 dan akan berlangsung selama delapan minggu. Setiap minggu, akan ada delapan tim yang bertanding. Pada akhir turnamen, tim-tim terbaik akan saling bertanding dengan satu sama lain. Menyelenggarakan turnamen tingkat perkulihan ini merupakan bagian dari usaha Torque dan UMG untuk mendukung dan mengembangkan ekosistem esports. Selain itu, dengan adanya turnamen Overwatch di tingkat universitas ini, diharapkan ini akan memudahkan para mahasiswa yang ingin berkarir di dunia esports untuk menjadi pemain profesional.

Overwatch Collegiate Clash
Overwatch Collegiate Clash menawarkan hadiah berupa beasiswa. | Sumber: TechSpot

“Para pengamat esports menekankan bahwa pasar esports di tingkat universitas di Amerika Serikat memiliki potensi besar, baik untuk pihak publisher dan pengiklan. Dan Torque akan menggunakan kesempatan ini untuk merealisasikan potensi itu dengan Overwatch,” kata President dan CEO Torque Esports, Darren Cox, seperti dikutip dari Yahoo. “Sama seperti olahraga tradisional, turnamen di tingkat universitas merupakan liga pendukung, yang memungkinkan para talenta esports muda untuk melatih kemampuan mereka dan mempersiapkan diri untuk menjadi gamer profesional. Ini adalah langkah untuk masuk ke ‘liga besar’.”

Belakangan, memang semakin banyak liga atau turnamen esports yang dikhususkan untuk pemain yang masih duduk di bangku SMA atau kuliah. Pada Januari 2020, Epic Games menggandeng PlayVS untuk membuat liga Fortnite di tingkat SMA dan universitas. Sementara di Indonesia, juga ada turnamen khusus mahasiswa seperti PUBG Mobile Campus Championship (PMCC) atau liga khusus siswa SMA seperti High School League dari JD.ID. Sayangnya, di Tanah Air, membawa esports ke sekolah bukan perkara gampang. Masih ada orangtua yang percaya bahwa esports justru akan memberikan dampak negatif pada anak. Padahal, ada sejumlah soft skills yang bisa dipelajari anak ketika mereka aktif dalam esports, seperti komunikasi, strategi, dan cara mengatasi tekanan atau menghadapi kekalahan.

Daftar Para Pemilik Tim di Overwatch League

Blizzard menerapkan hal berbeda ketika pertama kali memperkenalkan Overwatch League. Mereka menggunakan nama kota untuk tim-tim yang bermain. Karena itu, para penggemar Overwatch League banyak yang tidak tahu mengenai pihak di balik tim-tim ini.

Selain itu, Overwatch League juga merupakan liga berbayar (franchise) dengan nilai investasi sebesar US$20 juta atau setara dengan 57 rumah seharga Rp5 miliar. Berarti, ada penyandang-penyandang dana di balik tim-tim OWL yang mungkin tidak bisa dianggap kelas teri. Jadi, tanpa basa basi lagi, inilah daftar para pemilik tim-tim Overwatch League.

Atlanta Reign

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Tim ini dimiliki oleh Atlanta Esports Ventures yang merupakan kerja sama antara Province, Inc dan Cox Enterprises. Province adalah sebuah firma penasihat keuangan untuk perusahaan di Amerika Serikat. Sedangkan Cox Enterprises adalah perusahaan di bidang otomotif, telekomunikasi, dan media massa.

Boston Uprising

Sumber: Daily Mail
Sumber: Daily Mail

Kraft Group merupakan pemilik dari Boston Uprising. Bukan Kraft Foods Inc, tetapi Kraft Group di sini adalah sebuah perusahaan di bidang olahraga dan real estate. Mereka juga pemilik dari salah satu tim NFL yaitu New England Patriots. Kraft Group juga telah membuka Helix Esports Arena di Boston.

Florida Mayhem

Twitter: FLMayhem
Sumber: FLMayhem

Florida Mayhem baru saja mengubah warna khas dari tim mereka di musim 2020 ini. Misfits Gaming adalah pemilik dari Florida Mayhem. Misfits Gaming merupakan organisasi esports asal Inggris yang memiliki beberapa divisi seperti CS:GO, League of Legends, Super Smash Bros, dan Ultimate Marvel vs Capcom 3. Mereka juga menerima bantuan dana dari klub bola basket NBA yaitu Miami Heat.

Houston Outlaws

Sumber: Twitter CheckpointXP
Sumber: Twitter CheckpointXP

OpTic Gaming adalah pemilik pertama dari Houston Outlaws. Pada tahun 2019.  Immortals mengakuisisi OpTic Gaming dan mendapatkan kepemilikan atas Houston Outlaws. Namun, Blizzard memutuskan untuk tidak memperbolehkan satu pihak memiliki lebih dari satu tim yang ada di Overwatch League — mengingat Immortals merupakan pemilik dari Los Angeles Valiant. Dengan demikian, Immortals menjual kepemilikan Houston Outlaws kepada Beasley Broadcast Group.

London Spitfire

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Cloud9 adalah tentu tidak asing bagi Anda penggemar esports. Cloud9 adalah pemilik dari juara musim pertama Overwatch League yaitu London Spitfire. Menariknya, Cloud9 selalu mengambil pemain asal Korea Selatan untuk bermain di London Spitfire sejak musim pertama sampai sekarang.

New York Excelsior

Sumber: HotSpawn
Sumber: HotSpawn

NYXL merupakan tim favorit saya sendiri di Overwatch League berkat permainan Mcree dan Blackwidow dari Dohyeon “Pine” Kim yang di luar nalar manusia. NYXL dimiliki oleh Sterling.VC. Fred Wilpon selaku Co-Founder dari Sterling Equities juga merupakan pemilik dari Klub baseball New York Mets.

Paris Eternal

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Mungkin Anda belum pernah mendengar pemilik dari Paris Eternal yaitu DM-Esports. Tetapi Anda pasti pernah mendengar klub sepak bola Olympique de Marseille. DM-Esports dijalankan oleh Presiden dari McCourt Global yaitu Drew McCourt. McCourt Global adalah perusahaan di bidang real estate yang juga memiliki klub bola Olympique de Marseille.

Philadelphia Fusion

Sumber: NBC Sports
Sumber: NBC Sports

Comcast Spectator merupakan perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat sekaligus pemilik dari Philadelphia Fusion. Comcast Spectator memiliki nama besar di dunia olahraga Amerika Serikat. Mereka juga memiliki klub yang bermain di NHL yaitu Philadelphia Flyers dan klub NBA Philadelphia 76ers. Comcast Spectator juga telah menjalin kerja sama dengan SK Telecom untuk mengembangkan tim League of Legends legendaris yaitu T1.

Toronto Defiant

Sumber: Twitter Toronto Defiant
Sumber: Twitter Toronto Defiant

Overactive Media yang mengakuisisi organisasi esports Splyce adalah pemilik dari Toronto Defiant. Dengan akuisisi ini, mereka juga memiliki tim League of Legends yang bermain di LEC. Overactive Media dipimpin oleh mantan CEO Komite Olimpiade Kanada yaitu Chris Overholt.

Washington Justice

Sumber: Twin Galaxies
Sumber: Twin Galaxies

Washington Esports Ventures yang dijalankan oleh Mark Ein adalah pemilik dari Washington Justice. Klub Bola Tennis Washington Kastles yang bermain di World TeamTennis juga dimiliki oleh Mark Ein.

Chengdu Hunters

Sumber: heroesneverdie
Sumber: heroesneverdie

Bagi Anda penggemar esports tentu tahu Nimo TV yang menjadi platform live stream bagi para pemain profesional Mobile Legends. Nimo TV dimiliki oleh perusahaan asal Tiongkok yaitu Huya Inc. Huya TV merupakan pemegang hak siar atas beberapa turnamen esports seperti LCS, LEC, LCK dan ESL. Huya Inc. merupakan pemilik dari Chengdu Hunters.

Dallas Fuel

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Bagi Anda yang mengikuti ranah kompetitif Overwatch sebelum Overwatch League. Tentu Anda mengenal Brandon “Seagull” Larned dari Team Envy. Setelah kemunculan Overwatch League, Team Envy Overwatch akhirnya berubah menjadi Dallas Fuel. Team Envy menerima bantuan dana dari Hersh Family Investments sejumlah US$20 juta.

Guangzhou Charge

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Zhong Naixiong adalah konglomerat asal Tiongkok yang merupakan founder dari Nenking Group dan juga pemilik dari Guangzhou Chage. Nenking Group bergerak di bidang keuangan, real estate, farmasi dan olahraga. Nenking Group juga memiliki klub bola basket Guangzhou Long-Lions dan klub bola di Perancis yaitu FC Sochaux-Montbéliard.

Hangzhou Spark

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Bilibili adalah perusahaan video platform asal Tiongkok yang memegang kepemilikan atas Hangzhou Spark. Bilibili juga memiliki hak siar atas Overwatch League 2019 dan Worlds di Tiongkok. Tencent Holdings membeli 25 juta lembar saham Bilibili pada tahun 2018 kemarin. Saya juga menyarankan Anda untuk melihat halaman Instagram dari Hangzhou Spark. Mereka memiliki desain yang unik dalam melakukan post di sosial media.

Los Angeles Gladiators

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Denver Nuggets dan klub sepak bola Arsenal merupakan saudara dari Los Angeles Gladiators. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Kroenke Sports & Entertainment. Tetapi, kegiatan operasional Los Angeles Gladiators dijalankan oleh Sentinels.

Los Angeles Valiant

Sumber: OCRegister
Sumber: OCRegister

Sempat saya bahas di kepemilikan Houston Outlaws, Immortals adalah pemilik dari Los Angeles Valiant. Immortals adalah organisasi esports yang dibentuk pada tahun 2015 dan memiliki banyak divisi seperti League of Legends, CS:GO, Super Smash Bros dan Dota 2. Immortals mendapat bantuan dana dari Anschutz Entertainment Group, Steve Kaplan selaku Co-Owner dari klub bola basket Memphis Grizzlies, CEO dari Honest Co. yaitu Brian Lee dan mantan CEO dari eBay yaitu Meg Whitman. AEG sendiri juga memiliki saham di tim NBA Los Angeles Lakers.

San Fransisco Shock

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Andy Miller adalah CEO dari NRG Esports, Co-Owner dari klub bola basket Sacramento Kings, mantan Vice President Mobile Advertising Apple Inc. dan salah satu pemilik dari San Fransisco Shock. Nama besar seperti Shaquille O’Neal dan Jennifer Lopez adalah investor untuk NRG Esports.

Seoul Dynasty

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Samsung Galaxy merupakan tim League of Legends yang memutuskan untuk merubah nama menjadi Gen.G dan melebarkan sayap ke Overwatch atas kepemilikan Seoul Dynasty. Gen.G mulai berfokus di esports Amerika Utara dengan membentuk tim Fortnite, Apex Legends dan CS:GO.

Shanghai Dragons

Sumber: Esports Heaven
Sumber: Esports Heaven

Publishing partner dari Blizzard di Tiongkok yaitu NetEase adalah pemilik dari Shanghai Dragons. Walaupun kepemilikan Blizzard sebagian dipegang oleh Tencent, Blizzard sendiri lebih sering melakukan kegiatan bisnisnya dengan NetEase. Shanghai Dragons terkenal karena tidak mendapatkan kemenangan satupun di musim inaugural pertama.

Vancouver Titans

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Banyak sekali tim NHL yang bersaudara dengan tim yang bermain di Overwatch League. Termasuk Vancouver Titans yang bersaudara dengan Vancouver Canucks. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Rogers Arena yang menjadi tempat diselenggarakan turnament The International 2018 juga dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Di tahun 2019, Aquilini GameCo mengakuisisi Luminosity Gaming yang telah membantu mereka menjalankan kegiatan operasional dari Vancouver Titans.

Mantan Juara Dunia Call of Duty Ungkap Maraknya Penggunaan Doping di Esports

Persaingan di ranah kompetitif yang semakin ketat dan hadiah yang semakin besar membuat para atlet esports memutar otaknya agar bisa mengalahkan lawan. Dari menghadirkan pelatih sampai psikolog untuk membantu tim meraih kemenangan, beberapa atlet esports juga memilih performance enhancing drugs sebagai pilihan untuk meraih kemenangan.

Kory “Semphis” Friesen adalah mantan pemain CS:GO dari tim Cloud9. Pada sesi wawancara dengan Launders, ia mengakui dirinya dan rekan timnya menggunakan adderall ketika bermain di turnamen pada tahun 2015. “Kami semua menggunakan adderall dan kami tidak perduli.” Lalu Mohan “Launders” Govindasamy bertanya apakah semua pemain menggunakan adderall saat LAN event ESEA? Semphis mengatakan, “iya.”

Mantan pemain Dallas Fuel Timo “Taimou” Kettunen juga sempat membahas perihal penggunaan adderall di Overwatch League. Ketika sesi live stream-nya, Taimou menyebutkan “setidaknya ada 20 pemain yang menggunakan adderall di Overwatch League.” Adam “KiLLa” Sloss memberikan tanggapan kepada Washington Post mengenai penggunaan adderall di esports. “tidak ada yang membicarakan hal tersebut karena semua orang menggunakan adderall”. Ketika ditanyakan apakah KiLLa pernah melihat langsung atlet esports menggunakan adderall, mantan juara dunia Call of Duty ini menjawab “sangat sering dan ini sudah menjadi masalah besar”.

Akhirnya, ESL membuat peraturan akan penggunaan doping tersebut. Siapapun yang kedapatan menggunakan doping akan dicabut gelar juaranya, diberikan ban selama 1 sampai 2 tahun dan tidak diberikan uang hadiah. Apabila bukti penggunaan doping ditemukan sebelum turnamen berlangsung, pelaku akan didiskualifikasi dari turnamen. Ulrich Schulze selaku Senior Vice President of Product dari ESL menuliskan Tweet mengenai hal tersebut. ESL telah melakukan random test kepada para pemain di turnamen yang mereka selenggarakan. Tetapi sampai Tweet tersebut ditulis, ia belum menemukan satupun pemain yang positif menggunakan adderall.

Pada tahun 2018 kemarin, Valve mencabut bantuan terhadap turnamen Major Dota 2 yaitu Galaxy Battles. Keputusan Valve ini dikarenakan peraturan pemerintah Filipina yang mengharuskan para pemain esports profesional untuk menjalani drug tests sebelum masuk ke negara ini. Valve menganggap hal ini mempersulit para pemain yang akan mengikuti turnamen tersebut. Pemerintah Filipina sudah menganggap pemain esports profesional sebagai atlet. Karena itu, mereka diminta untuk menjalani serangkaian drug tests tersebut.

Masih banyak pihak yang memikirkan apakah mereka harus melarang penggunaan adderall di turnamen esports. Salah satunya adalah mantan Commissioner Overwatch League yaitu Nate Nanzer yang memberikan pernyataannya di sesi wawancara dengan Shack News. Ia berkata bahwa “adderall adalah obat legal yang bisa dibeli dengan resep dokter di Amerika Serikat. Dan belum ada data yang menyebutkan bahwa penggunaan adderall bisa membuat seseorang bisa lebih baik dalam bermain Overwatch.”

Adderall dalam dunia medis biasa digunakan untuk membantu orang yang menderita gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas agar lebih fokus dan tenang. Tetapi, penggunaan adderall biasanya dimanfaatkan oleh seseorang yang membutuhkan konsentrasi di waktu yang lama. Dalam esports sendiri, para atlet percaya bahwa adderall bisa meningkatkan performa mereka ketika bertanding.

Masih banyak yang tidak peduli akan penggunaan doping di esports mungkin menjadi salah satu alasan kenapa hal tersebut belum menjadi perdebatan. Di dunia olahraga, Lance Armstrong yang kedapatan positif dalam penggunaan doping mendapatkan kutukan dari berbagai pihak. Di dunia olahraga, penggunaan doping sudah dianggap tabu. Bagaimana menurut Anda? Apakah seharusnya penggunaan doping sudah harus mulai didiskusikan?

AKG Games Series, Kompetisi Overwatch dan Tekken 7 dengan Total Hadiah Ratusan Juta

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan esports di Indonesia, tak heran jika kita juga melihat perkembangan dari segi pasar. Beberapa waktu lalu mungkin kita hanya bisa melihat kompetisi besar untuk game-game mobile saja. Tetapi kini, kita jadi bisa melihat kompetisi untuk berbagai game lainnya, seperti apa yang dilaksanakan oleh AKG Games.

Sebelumnya kita sudah melihat Hearthstone Elite Series, sebuah kompetisi online yang diselenggarakan untuk mewadahi semangat kompetitif pemain Hearthstone di seluruh penjuru Indonesia. Selain dari itu, AKG Games baru-baru ini sedang melaksanakan kompetisi yang bertajuk AKG Games Series!

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp225 juta, kompetisi ini mempertandingkan tiga game yaitu Overwatch, Tekken 7, dan satu game lagi yang masih belum diungkap. Total hadiah berbeda-beda tergantung game yang dipertandingkan. Pertandingan Overwatch memperebutkan total hadiah senilai Rp12 juta yang didistribusi ke dalam 4 online qualifier. Pertandingan Tekken 7 memperebutkan total hadiah sebesar Rp6 juta yang juga didistribusi ke dalam 4 online qualifier.

Sumber: Instagram @akggames
Sumber: Instagram @akggames.id

Karena pertandingan dibagi menjadi 4 kali online qualifier, jadi para peserta yang kurang beruntung pada kualifikasi sebelumnya, bisa mengikuti kualifikasi selanjutnya untuk mencoba mengadu nasib. Babak kualifikasi sudah dimulai sejak 13 Februari lalu dan akan berlangsung sampai 14 Maret 2020 mendatang. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, Anda bisa klik tautan bit.ly/daftarakgseries.

Selain dua game tersebut, masih ada satu game lagi yang dirahasiakan oleh AKG Games. Mengingat posisi AKG Games sebagai rekan bisnis Blizzard Entertainment di Indonesia, maka kemungkinan besar game yang dipertandingkan tersebut adalah salah satu dari jajaran seri game besutan Blizzard.

Sejauh ini, Hearthstone sudah punya kompetisinya sendiri, dan Overwatch sudah menjadi bagian dari AKG Games Series. Maka kemungkinan terbesar akan tertuju ke StarCraft II. Sejauh ini usaha AKG Games cukup terlihat dalam mengembangkan StarCraft II di Indonesia. Terakhir kali, mereka mengirimkan kontingen StarCraft II Indonesia ke Korea Selatan untuk melakukan latihan intensif.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Felix Huray (tengah) General Manager AKG Games. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pada kesempatan yang sama, Felix Huray General Manager AKG Games juga mengatakan. “Kami AKG Games berusaha sebisa mungkin mendengar komunitas dalam membantu mengembangkan game besutan Blizzard, termasuk StarCraft. Apa yang diinginkan dari komunitas, kami akan fasilitasi sebisa mungkin, contohnya juga seperti program pelatihan ini.”

Namun mungkin saja AKG Games Series mempertandingkan serial Warcraft. Apalagi mengingat Warcraft III Reforged yang baru rilis, ditambah Blizzard juga baru mengumumkan perubahan terhadap esports World of Warcraft.

Jadi, apa Anda sudah siap untuk unjuk kemampuan dan menjadi yang terbaik di AKG Games Series?

Sumber header: Blizzard Press Center

Overwatch League Kenalkan Stats Lab, Sumber Statistik Lengkap

Statistik pertandingan memegang peran penting dalam perkembangan seorang atlet maupun tim esports. Karena itu, sudah banyak organisasi esports yang menyediakan analis dan juga pelatih untuk menilai performa pemainnya dan menentukan dalam aspek apa seorang pemain harus dilatih. Sebelumnya, para pemain Overwatch mengandalkan website WinstonsLab untuk mendapatkan berbagai data statistik. Erik “DoA” Lonnquist dalam sesi wawancaranya dengan Blitz Esports Overwatch juga sempat berkata “statistik seperti apa yang sebenarnya penting?” Anda tidak bisa menilai seorang bagus memainkan Reinhardt hanya dinilai dari damage blocked saja. Bagi DoA, sekarang masih sulit untuk menentukan statistik yang tepat untuk mengevaluasi setiap peran di Overwatch.

Dengan begitu Overwatch League akan membantu memperlihatkan data statistik yang lebih banyak lagi. Ben “CaptainPlanet” Trautman selaku Stats Producer untuk Overwatch League mengumumkan peluncuran Overwatch League Stats Lab. Dibagi menjadi beberapa kategori, Stats Lab akan memperlihatkan statistik dari players, heroes, matches dan team fight. 

Players

Menurut saya, bagian inilah yang paling penting bagi para pelatih, analis dan pemain. Mereka dapat menilai apa saja yang perlu ditingkatkan dan membanding performa mereka dengan pemain dari tim lain. Bagian match report berisikan tentang banyak sekali statistik setiap pemain seperti jumlah elims, final blows, deaths sampai ults earned. Anda bisa menentukan apakah Anda merasa kurang dalam jumlah elims atau Anda lambat dalam mengumpulkan charge ultimate. 

Rate ranks berisikan rata-rata data yang didapat oleh pemain selama 10 menit. Contohnya, berapa hero damage yang didapat oleh satu pemain dan siapa yang tertinggi. Data yang bisa Anda dapat adalah final blows, eliminations, hero damage, healing, solo kills, environmental kills dan deaths. Selanjutnya ada bagian career totals yang memberitahukan rekor atau jumlah suatu data untuk setiap pemain di Overwatch League.

Sumber: WinstonsLab
Sumber:WinstonsLab

Yang menarik adalah, tersedia statistik Fleta deadlift di Stats Lab. Fleta deadlift adalah keadaan dimana pemain bisa mendapatkan kill lebih dari setengah total kill timnya. Kim “Fleta” Byung-sun adalah pemain aktif Shanghai Dragons di Overwatch League musim ini. Ia pertama kali mencetak rekor Fleta deadlift, ketika ia bermain untuk Flash Lux di Overwatchh APEX season 3. Flash Lux berhadapan dengan MVP Space dan Fleta mencetak 36 jumlah kills, sedangkan total kills timnya adalah 34.

Heroes

Sumber: Stats Lab
Sumber: Stats Lab

Di kategori heroes, Anda akan diberikan informasi mengenai seberapa banyak persentase suatu hero dimainkan. Anda juga dapat melihat secara spesifik persentase penggunaan suatu hero di setiap map, pertandingan, pemain dan musim Overwatch League. Ada juga bagian Overwatch League history hero usage. Dengan data ini Anda bisa melihat trend penggunaan hero yang berganti di setiap musim dengan menunjukan persentase pemakaiannya.

Matches

Untuk melihat data setiap pertandingan, Anda bisa membuka kategori matches. Anda bisa mendapatkan data statistik seperti average map score, average map duration, kemenangan beruntun yang diperoleh tim dan kemenangan tim pada suatu map. Data ini lebih dipergunakan untuk menunjukan kemungkinan kemenangan suatu tim memenangkan pertandingan selanjutnya yang didasari pada sejarah permainan tim tersebut.

Teamfights

Apabila Anda bingung untuk menentukan komposisi tim. Anda bisa meniru komposisi tim yang bermain di Overwatch League. Di kategori teamfights ini Anda dapat melihat komposisi dua tim yang bertanding beserta teamfights win rates-nya. Jadi Anda bisa menentukan komposisi tim untuk melawan komposisi hero lawan secara spesifik.